• Tidak ada hasil yang ditemukan

mereka. Sepertinya si gadis kecil ini sangat tidak ingin keberadaannya diketahui oleh kedua anak laki-laki tadi, hingga tiap kali kedua anak itu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "mereka. Sepertinya si gadis kecil ini sangat tidak ingin keberadaannya diketahui oleh kedua anak laki-laki tadi, hingga tiap kali kedua anak itu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DARATAN TERTIDUR

Dunia, sebuah dunia yang tidak biasa dan dihuni oleh para manusia yang berbeda juga dengan telinga runcing sebagai ciri khas mereka. Selain itu mereka memiliki kemampuan khusus atau yang biasa sebut sebagai Tatem. Tatem sangat beragam bisa berupa kemampuan fisik ataupun sikis. Semua seperti tampak sudah biasa dengan hal itu hingga tak pernah menjadi suatu masalah.

Renein salah satu Negri yang terdapat disana. Sebuah negri kecil yang terletak diantara dua Kerajaan besar, Neo Kingdom dan Emerald Kindom. Negri ini telah mempunyai perjanjian damai dengan dua kerajaan dan Negri lainnya hingga disana menjadi sebuah tempat yang sangat luar biasa. Tempat itu sebenarnya hanya terdiri dari padang rumput yang lumayan luas, hutan kecil, sebuah danau kecil, sebuah desa kecil dan lahan pertanian sederhana.

Di pematang sawah yang cukup gelap dan hanya diterangi cahaya dari obor tampak seorang anak laki-laki berbaju hitam lengan panjang berjalan sambil melompat-lompat. Dia berjalan hanya berdua dengan kakak laki-lakinya yang menggunakan baju tanpa lengan dengan tudung yang menutupi kepalanya hingga wajahnya tidak terlihat tertutup hitamnya malam yang tampak jelas hanya bibirnya ketika berbicara.

“Hari ini menyenangkan sekali ya…?” Kata anak kecil itu seraya berbalik melihat pada kakak yang bejalan dibelakangnya. Kakaknya tidak menjawab pertanyaan dari anak itu, namun sekali-kali dia melirik kebelakang mereka dengan tatapan dingin.

Dibelakang mereka berdua tampak seorang gadis kecil dengan rambut dikuncir yang diam-diam mengikuti

(2)

mereka. Sepertinya si gadis kecil ini sangat tidak ingin keberadaannya diketahui oleh kedua anak laki-laki tadi, hingga tiap kali kedua anak itu berhenti atau menengok kebelakang gadis kecil itu pasti akan langsung menutupi seluruh badannya dengan kain hitam supaya tidak terlihat.

“Kau sepertinya senang sekali…?” Tanya sang Kakak melihat adiknya riang lalu kembali melirik kebelakang.

“Tentu… aku senang…! Teman-teman yang lain sangat menyenangkan…!” Kata adiknya agak menjerit kegirangan. “Sayang… si Little Kitty tidak bisa ikut…!” Lanjutnya dengan suara pelan dan tampak jelas raut wajahnya menunjukan sebuah kekecewaan.

Kakaknya menghela nafas. “Jujur saja aku kurang nyaman bersama mereka…!” lanjut sang kakak. “Loh…! Kenapa…?” Tanya adiknya tidak mengerti. “Soalnya…!” Sang kakak tampaknya bingung memberi alasan.

“Entahlah…! Aku hanya merasa tidak cocok saja…! Aku sama sekali tidak mengerti mereka….! Dan aku juga tidak terlalu mengerti dengan mereka…!” Jelasnya yang terdengar terlalu dewasa untuk usianya yang masih sangat muda seraya mempercepat langkah kakinya.

“Jangan begitu…!” Sang adik tersenyum tipis namun hangat mendengar perkataan saudaranya.

Anak laki-laki yang wajahnya tersamar oleh tudung yang dipakainya itu menghentikan langkahnya lalu menatap kedepan, ketempat dimana adiknya sedang berdiri dengan senyuman hangat.

“Jangan pernah menutup dirimu terlalu rapat… jika kamu hanya diam sambil menunggu dan berharap orang

(3)

mereka dengan sendirinya… maka kau hanya akan membeku dalam kegelapan…!”

Sang kakak tidak berkata apa-apa lagi setelah itu, dia hanya diam membisu lalu kembali melanjutkan langkah kakinya.

“Mereka anak-anak penuh semangat ya…!” Kata seorang wanita berrambut ungu panjang dengan menggunakan dress panjang berwarna hitam yang diam-diam memperhatikan kedua anak lelaki itu.

“Hmm…! Iya manis sekali…!” Jawab seorang gadis kecil berambut keriting yang berdiri dibelakangnya sambil memetik sebuah harva.

Wanita itu menengadah keatas. “Sebentar lagi tempat ini akan tertidur…! Dan kelak… mereka lah yang akan membangunkannya lagi…!” Katanya terpejam merasakan semilir dinginnya malam.

“Apa maksudnya…?” Tanya gadis kecil yang masih belum mengerti arti dari perkataan wanita itu. “Sudahlah…! Nadia… ayo kita pergi…!” Kata wanita itu. Panjangnya dress yang dia kenakan membuat kakinya sama sekali tak tampak dan terlihat seolah melayang.

Nadia sempat berfikir beberapa saat. “Iya…!” Akhirnya dia turut beranjak sambil berlari mengejar wanita bergaun hitam yang beranjak pergi lebih dulu.

Langkah mereka sempat berhenti sejenak untuk melihat kearah sebuah pohon besar berwarna merah muda yang berada dipinggir danau ditengah padang rumput.

“Yang satu lagi ada disana rupanya…! Tapi yang terakhir masih belum terlihat…! Hmmm… kira-kira

(4)

kenapa ya…!” Kata wanita itu lagi sambil menggigit jari telunjuknya.

Di tengah-tengah padang rumput itulah tampak seorang gadis kecil yang cantik berusia 10 tahun sedang bermain dengan kucing kesayangannya. Saat sedang asik-asiknya bermain terdengarlah suara seruling yang merdu dari arah danau kecil yang berada tidak jauh dari padang rumput itu. Gadis itu segera berlari kearah datangnya suara dan menemukan bahwa asal suara itu dari salah satu dahan pohon sakura besar yang berada tepat di tepi danau. Gadis itu memandang keatas dimana dia melihat seorang anak laki-laki sedang bermain seruling seorang diri.

Gadis kecil itu tersenyum riang mendengarnya, badannya mulai menari-nari kesana kemari, sepertinya dia menyukai lagu yang sedang dimainkan dari seruling itu, namun tiba-tiba kakinya tersandung akar pohon yang membuatnya jatuh tersungkur dan pita rambut yang dia kenakan jatuh ke danau. Melihat pita rambutnya hilang gadis kecil itu mulai menangis tersedu-sedu.

Suara tangisan sang gadis kecil membuat melody seruling terhenti. Tampaknya anak laki-laki itu telah menyadari keberadaan sang gadis kecil dibawahnya. Dia lalu melompat turun dari pohon dan mendekati sang gadis kecil yang masih terisak-isak.

“Ini….” Kata anak laki-laki itu sambil menjulurkan tangannya yang menggenggam sebuah jepit rambut kecil berbentuk bunga mawar berwarnya merah menyala.

“Terima kasih…!” Kata sang gadis kecil dengan wajah memerah. Perlahan-lahan gadis kecil itu mendekat dipandanginya wajah anak laki-laki dihadapannya yang tersamar oleh malam. Lalu dia mengambil jepitan rambut

(5)

Dimana ada sebuah cahaya disitu pastilah ada yang bernama kegelapan. Begitupun dengan dunia mereka saat ini. Tidak lama kemudian perlahan bulan purnama pun berubah jadi merah menyala-nyala diselimuti kobaran api menandai dimulainya peperangan dua kerajaan besar itu dan merusak wilayah terindah itu.

Warna hitam abu-abu menjadi ciri dari seragam Neo kingdom warrior tapi ada beberapa orang yang mengenakan baju berbeda. Putih-Biru untuk para male warrior dan merah muda bagi para female warrior menjadi seragam bagi pihak Emerald Kingdom, kecuali para Guardian star yang mengenakan seragam Biru-putih “Keadaan sudah semakin genting…! Kit… Geordo… tarik mundur para warrior terutama mereka yang masih snagat muda…!” Perintah Raja Karra pemimpin Emerald Kingdom saat itu.

Kedua warrior itu saling menatap. “Ta… tapi…!” Geordo, warrior bertubuh besar berusaha menolak sambil terus melawan orang berusaha menyerangnya.

“Mungkin ini terlalu dini untuk Kaesra…! Tapi aku yakin kelak dia akan menjadi seorang Ratu yang hebat…! Selain itu cobalah kalian cari Prossion Prism milik Raja pertama Emerald yang konon tersembunyi didalam Emerald Catsle…! Menurut kabar yang ku dengar… benda itu akan sangat membantu kita…!” Sambung sang Raja pada sang warrior yang berada paling dekat dengan dirinya. “Ya… yang mulia…!” Kata Geordo akhirnya bersedia pergi setelah memberi hormat pada Rajanya.

“Zhee… Shadow…! Ikutlah dengan mereka…!” Teriak seorang warrior lainnya yang berada didekat Geordo sembari melihat kedua orang warrior lain yang tampaknya masih sangat remaja. “Tidak…! Aku mau tetap disini….!” Jawab salah satu warrior yang menggunakan

(6)

jubah perang agak sedikit kebesaran dari badannya yang kecil. “Ya… aku juga…!” Sambung warrior lainnya yang memakai penutup muka hingga bagian dari bawah mata sampai keleher tak terlihat.

Warrior itu melompat mundur kedekat mereka. “Zhee… Shadow…! Kalian berdua masih sangat muda…! Nanti kalianlah yang harus meneruskan perjuangan kami….!” Sambung warrior itu lagi. “Iya… tolong ajak Magie dan yang lainnya juga…!” Kata seorang female warrior dengan rambut dikepang yang datang dari belakang Geordo.

Raja Karra mengangguk pelan. “Shuda dan Jenny benar…! Kalian berdua pergilah…!” Karra memberikan perintahnya. Merekapun tak membantah lagi. Mereka kemudian beranjak pergi dan mulai menarik beberapa warrior lainnya.

Belum beberapa langkah mereka meninggalkan medan pertempuran yang masih panas, tiba-tiba ada sebuah suara mendekat menghampiri mereka.

“Kit…!” Teriak seorang female warrior yang berlari kearah Kit sambil sesekali menebaskan pedangnya pada beberapa musuh yang mendekat.

“Narie….!” Kata Kit perlahan seraya berlari berputar menghampiri wanita berambut biru panjang bak lautan. “Kit… kau akan kembali ke Emerald kan…? Tolong kau jaga putraku ya…!” Kata female warrior itu seraya memegang tangan Kit.

“Tunggu…! Narie… ikutlah bersama kami…!” Ajak Kit yang sepertinya punya perasaan istimewa pada female warrior itu. “Tidak… aku dibutuhkan disini…! Tolong jaga dia ya…!” Kata Narie sembari mengecup pipi

(7)

Kit dan berbalik kembali bertempur meninggalkan Kit yang masih tertegun sendiri.

“Na… Narie…?” Kit terbata menyebut namanya saat melihat kepergian wanita itu tanpa bisa mencegahnya.

Disaat bersamaan muncul seorang warrior musuh langsung menyerang Kit dengan sebuah kapak. Kit sempat mengelak dengan mengubah pedang yang dibawanya menjadi sebuah tameng, meskipun dia harus sampai tergelincir dan jatu.

Warrior itu segera mengacungkan kapaknya untuk ditebaskan pada Kit. Disaat bersamaan tubuhnya malah ditembus sebuah tangan dengan kobaran api hijau yang menyeruak membakar tubuhnya menjadi abu dalam sekejap.

“Kau baik-baik saja…?” Tanya seorang warrior berambut hitam dengan mata berwarna orange dan pupil matanya berbentuk nyaris oval, muncul dari balik kobaran api hijau seraya mengulurkan tangannya pada Kit.

“Ikliez…!” Kit terkesima melihat warrior bermata Orange itu dan menerima uluran tangannya yang dengan sekali hentakan membuatnya kembali tegak berdiri. Sejurus kemudian warrior itu kembali masuk kedalam kobaran api.

“Kalian…!” Kata beberapa warrior lainnya yang berdatangan mengahampirinya diantara mereka terlihat ada yang terluka hingga jubah perang putih birunya nyaris tertutupi merahnya darah.

“Kami titip anak-anak kami pada kalian…! Mereka masa depan dan harapan kami…!” Kata mereka penuh harap. Kit hanya mengangguk kemudian berlalu pergi

(8)

mengejar Geordo sambil membawa beberapa warrior muda bersama mereka.

“Daratannya sekarang sudah tertidur ya…!” Kata Wanita bergaun hitam dan berambut ungu panjang yang menyaksikan peperangan itu dari kejauhan. “Jadi ini ya maksudnya….!” Gumam gadis muda yang sedang duduk dibatu sambil memainkan melodi Harvanya. Melodi itu seolah bersatu dengan irama dari ledakan, jeritan, erangan, dan senjata yang saling beradu.

“Hmmm…!” Sang wanita itu tampak menutup kedua bola matanya kemudian menghirup udara, menarik nafas panjang. “Lalu… selanjutnya…?” Sang gadis bertanya kembali.

Wanita itu lalu menghembuskan nafasnya yang seolah berat dan membuka matanya dan perlahan-lahan menatap kelangit dimana Bulan merah semakin menyala-nyala. “Sekarang dia hanya berharap akan datangnya mereka yang akan mebangunkannya dari tidur panjangnya….!” Jawab Wanita itu dengan raut wajah yang tenang.

Gadis itu kembali memandanginya. “Kapan…?” Tanya Gadis itu yang tampaknya sangat ingin tahu. “Suatu hari nanti….!” Wanita itu berjalan beberapa langkah.“Ya… itu pasti…!” lanjutnya sambil terus memandangi bulan purnama yang merah membara itu.

Ditempat lain seorang gadis kecil dengan jepitan mawar merah dirambutnya sedang melihat kearah bulan itu juga dari sebuah balkon. “Bulannya aneh…! Leory… aku jadi takut…!” Katanya sambil melihat kepada seorang gadis kecil lain berambut abu-abu yang duduk disebuah kursi tidak jauh darinya. Gadis kecil itu ikut menengadah kelangit.

(9)

Kreeetttt……

Pintu balkon tiba-tiba terbuka lalu munculah seorang anak laki-laki berambut abu-abu dari dalam yang berjalan sambil menyeret selimut. Matanya masih setengah terbuka dan dia sesekali mengucek-nguceknya.

“Wah gawat…! Kau jadi terbangun …?” Kata Gadis berambut abu-abu itu seraya mengusap-usap rambut anak itu. Dia lalu tersenyum pada gadis kecil yang seorang lagi. “Tidak… tidak akan terjadi apa-apa….!” Katanya yang sedang mendudukan adiknya itu dikursi yang perlahan kembali memejamkan kedua matanya. kemudian, dia berjalan menghapiri gadis kecil dengan jepitan mawar dirambutnya.

“Tapi, malam ini warna bulannya memang tidak seperti biasanya….!” Seorang anak laki-laki lainnya yang terbang dengan sayapnya yang menyerupai sayap dari burung elang datang dari atas dan mendarat didekat kedua gadis kecil itu. Kedua Gadis kecil itu sempat menoleh kearah bocah bersayap itu lalu kembali melihat kearah bulan.

Bulan yang sama pula tampak sedang diperhatikan oleh seorang anak laki-laki dari balik jendela kamarnya. “Bulan merah…! Apa ini pertanda buruk…!” Kata anak itu. Dia lalu melihat kearah sang adik yang sedang tertidur lelap.

“Aku harap tidak akan ada hal buruk yang terjadi…!” Lanjutnya lagi dengan suara perlahan. Dari wajahnya tampak dia sedang mencemaskan sesuatu atau mungkin lebih tepatnya mencemaskan seseorang.

Ditempat lain yang cukup jauh dimana sebuah daratan yang cukup luas dikelilingi air terjun yang deras. Terlihat seorang anak bermata biru terang sedang

(10)

memandangi bulan merah itu juga. “Bulannya tidak seperti biasa…! Aku jadi merasa tidak suka dengan ini…!” Kata seorang anak bermata biru yang berdiri ditengah tanah lapang berumput yang cukup luas.

Samar-samar terdengar suara air berdebur deras yang berasal dari Air terjun yang berada tidak jauh dari sana. “Ada apa…?” Tanya anak laki-laki berambut hitam sebahu yang merangkulnya. “Kak…! Bulannya…!” Kata anak kecil bermata biru itu sambil menunjuk kearah bulan merah yang baginya terlihat menakutkan dan membuat perasaannya jadi tidak menentu.

Anak laki-laki disebelahnya ikut melihat kelangit Matanya langsung berubah menjadi sangat dingin dan tangannya mengepal kuat, lalu dilihatnya sang adik yang tampak gelisah dan membuatnya menjadi iba hingga tatapan matanya kembali seperti semula.

“Sudahlah…! Ayo kita bantu yang lain…!” Kata anak itu sambil menujuk kearah teman-temannya yang sedang memasang pagar mengelilingi sebuah kebun bunga mawar yang tidak terlalu besar. Terlihat jelas anak itu mengalihkan perhatian adiknya dari pemandangan yang bahkan dirinya sendiri tidak menyukainya.

“Iya kak…!” Jawab anak bermata biru itu dengan riang. Mereka lalu berlari kearah beberapa orang anak lainnya yang sedang menancapkan bilah-bilah bambu di sekitar kebun mawar itu.

Tiba-tiba tiga bintang bersinar membentuk segitiga mengelilingi bulan purnama dan perlahan-lahan bulan yang kini berada ditengah ketiga bintang itu mulai meredupkan warna merahnya dan mulai kembali menjadi putih terang.

Referensi

Dokumen terkait

U radu su obrađene: osnove fiziologije boli, djelovanje opioidnih analgetika na staničnoj razini, regulatorni zahtjevi za razvoj novih neparenteralnih oblika

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Rini Raharti (2003) memperlihatkan dampak dari pertumbuhan pengeluaran publik bidang pendidikan serta pertumbuhan investasi

Nilai marxisme dalam novel Bumi Manusia merupakan cerminan kehidupan Pramoedya Ananta Toer yang penuh dengan perjuangan guna menegakkan keadilan.. Berdasarkan perspektif

Selain itu terdapat Museum Bali yang menyimpan salah satu bagian dari gamelan Selonding (Widiana, 2012). Namun usaha tersebut mengalami kendala karena terbatasnya

Hasil dari penelitian ini SAE metode SEBLUP dengan prosedur REML menghasilkan nilai estimasi persentase wanita usia subur dengan fertilitas tinggi level desa yang lebih

kelapa sawit yang ditumbuhi LCC MB memiliki kapasitas tukar kation lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang dibersihkan LCC MB.) Nilai KTK tanah yang lebih

yang mempunyai nilai PPW terbesar di kecamatan ini adalah jahe. Di Kecamatan Jatiyoso ini terdapat jenis tanah litosol coklat merah yang potensial untuk

Raharjo, Durrotun Nafisah 2006 pengaruh gaya kepemimpin an terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja karyawan (studi empiris pada departemen agama