• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif seseorang menemui dukun - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Motif seseorang menemui dukun - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF SESEORANG MENEMUI DUKUN

(Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

B. DANANG WIDIPRASETYA NIM : 029114024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

” Percobaan – percobaan yang kamu alami ialah percobaan –

percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah

setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai

melampaui kakuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan

memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

menanggungnya”

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan

karunia-Nya

Keluargaku yang selalu membimbing, memberi cinta kasih dan

memenuhi segala kebutuhanku selama ini. (alm) Papa, Mama, dan

Mas Aryo

Seseorang yang selalu memberikan semangat dan warna dalam

hidupku, Gita

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Motif seseorang Menemui Dukun (Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)

B. Danang Widiprasetya

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian Studi Deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui motif dari seseorang dalam menemui Dukun. Peneliti tertarik terhadap penelitian ini dikarenakan dalam usahanya untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, setiap manusia melakukan berbagai macam cara dan upaya yang dimana dianggap memang dirasa perlu untuk dilakukan, terkadang juga manusia menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan menemui seorang Dukun. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi motif serta latar belakang seseorang yang mendorong mereka intuk menemui Dukun.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang dengan karakteristik antara lain mereka bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo, dengan kata lain orang tersebut lair dikota solo. Selain itu mereka juga sering pergi untuk menemui Dukun atau memiliki pengalaman terhadap Dukun. Metode pengambilan subyek dilakukan dengan metode bola salju (snow ball) atau berantai. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara. Analisis penelitian ini malalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif seseorang menemui Dukun adalah untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan bantuan spiritual dari Dukun, selain itu latar belakang seseorang memilih untuk menemui Dukun dikarenakan adanya pengaruh atau dorongan dari lingkungan sekitar orang tersebut tinggal, serta karena adanya kepercayaan dalam kebudayaan akan kekuatan yang dimiliki oleh seorang dukun yang tidak dimiliki oleh orag lain.

(8)

viii ABSTRACT

People Intention for Visiting Witch (Descriptive Study in Solo, Central Java)

B. Danang Widiprasetya Psychology Faculty of Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The descriptive study research was aimed for understanding someone’s intention for visiting a witch. The researcher were having a strong interest to this study as an effort to achieve his will, where human would use all the efforts and ways to gain his desire. For instance they will do everything, even an illegal way, to reach their goal. And one of the ways is visiting a witch. Based on these phenomena, the researcher would like to know the intention that encourages people to visit the witch.

There were 3 subjects in this research with the particular characteristic such as they were living in Solo, and they were originally from Solo, even they were born in Solo. The researcher used snow ball method or usually called as chain method. All the information was collected by several interviews. The analysis of this research by 3 steps, which were: data reduction, data presentation and finally a conclusion. The data verification was done by process of intersubjective validity that means to reexamine the researcher’s understanding as comparator with the subject understanding through feedback interaction or often called as back-and-forth.

The result of this research shows that people intention for visiting a witch was to find a solution for their own problems, by using the help from the witch. In other cases, people come to see the witch caused by the encouragement and impact from their neighborhood, and also effected by cultural belief which make them trust that a witch posses a great power where no one has it.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga atas segala karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyelesaian penulisan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M.Si selaku Dekan Faultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

2. Drs. H. Wahyudi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama penulisan skripsi ini. 3. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya

dapat selama kuliah di Psikologi.

4. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni,

Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini.

5. (Alm) F.A. Darmadi S.Pd Ayah terhebat dan terbaik sepanjang masa, terima kasih atas segala bimbinganmu yang engkau berikan kepadaku selama hidupmu yang dapat merubah aku menjadi seorang yang lebih berarti dalam hidup ini, maafkan aku karena aku tidak dapat memenuhi janjiku saat papa masih hidup.

(11)

xi

7. Anak – anak kost Tasura 50 C. ( bang Disiplin, Emsyahta, Dani, Barjo, Aman, Bonar, Bu. Kost, Juna, Bima, Veno, Simmy, Ipul, Alip) terima kasih karena menemaniku tinggal didalam bunker ini.

8. Anak – anak Tumindak Ngiwo (Kopet, si Ye, Neri, Windro, Achonk, Sapi,

Dika, Doni, Suko, Aris, kowok, Sisir, Sari) Terima kasih atas dinamikanya selama ini, berkat itu pengetahuanku dan pengalamanku telah bertambah. 9. Kru G-Net (Bonar, Gadul, Juna, Bima) kapan – kapan kita berperang lagi,

Oke..

10. Anak – anak Psi 02 yang telah menjadi S.Psi (Unak, Vanty, Panjoel,

Vinsent, Meme, Donat, Dewie, Ohaq, Sapi, Suko, Ndus) terima kasih atas semangat yang kalian tularkan kepadaku, sebentar lagi aku akan menyusul kalian.

11. Teman – teman Psi 02 yang masih berjuang sampai saat ini (Pongky, Tisa, Nining, Barjo, si Ye, Chinghe, Dani, Bona, Aan Purbo, si Thol, Eyang, Windra) mari kita berjuang bersama. Selalu semangat..!!!

12. Semua teman-teman Psikologi yang tidak bisa ku sebut satu-persatu, terima kasih atas dinamikanya selama ini, aku ada seperti sekarang ini, kalian semualah arsiteknya, dan aku bangga bisa mengenal kalian.

13. Anak – anak di Solo (Yunas, Fadil, Topik) tanpa bantuan kalian, mungkin

skripsiku ini balum selesai sampai sekarang.

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Halaman Persetujuan...ii

Halaman Pengesahan...iii

Halaman Motto...iv

Halaman Persembahan...v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya...vi

Abstrak...vii

Abstract...viii

Halaman Persetujuan Publikasi Karya...ix

Kata Pengantar...x

Daftar Isi...xii

Daftar Tabel...xv

Daftar Bagan...xvi

Daftar Lampiran...xvii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

1. Manfaat Teoritis...5

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI...7

A. Motif...7

B. Motif Sosiogenetis...10

C. Masyarakat Jawa...13

D. Dukun...16

E. Dukun Klenik...18

F. Asumsi Orang Pergi ke Dukun...20

G. Pertanyaan Penelitian...22

BAB III METODE PENELITIAN...24

A. Jenis Penelitian...24

B. Definisi Operasional...26

C. Subyek Penelitian...27

D. Metode Pengumpulan Data...28

E. Pedoman Wawancara...30

F. Analisis Data...31

G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data...32

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...33

A. Pelaksanaan Penelitian...33

1. Persiapan Penelitian...33

(14)

xiv

B. Deskripsi Dukun yang Ditemui dan Subyek

Penelitian...35

1. Deskripsi Dukun yang Ditemui...35

2. Deskripsi Subyek Penelitian...36

C. Hasil Analisis Data...38

1. Narasi Subyek...38

2. Kategori Hasil Penelitian...50

D. Pembahasan...53

1. Pembahasan Setiap Kategori...53

2. Pembahasan Umum...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...66

A. Kesimpulan...66

B. Saran...67

DAFTAR PUSTAKA...68

(15)

xv

DAFTAR TABEL

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Verbatim Subyek 1...71

Verbatim Subyek 2...73

Verbatim Subyek 3...77

Koding Subyek 1……...83

Koding Subyek 2...84

Koding Subyek 3...87

Kategori Subyek 1...92

Kategori Subyek 2...95

Kategori Subyek 3...101

Tema Khusus Subyek 1...109

Tema Khusus Subyek 2...112

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fenomena “Dukun” saat ini telah menyebar begitu cepat dan begitu luasnya di kalangan masyarakat Indonesia pada saat ini, bahkan istilah “Dukun” dibuat menjadi sebuah judul lagu dangdut yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi dangdut bernama Alam, bahkan lagu tersebut telah mengangkat namanya di dalam dunia permusikan hingga Alam pun mendapat nama panggilan Alam “Mbah Dukun” (Kompas, 2 Oktober 2002). Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang melibatkan nama dukun di dalamnya, namun tidak semua hal yang berkaitan dengan “Dukun” memiliki cerita yang baik, seperti misalnya dalam kasus berikut ini, Mks (41), warga Kampung/Desa Sipak RT 4/5 Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, yang dituduh dukun cabul diringkus jajaran Polsek Jasinga. Akibatnya, tersangka yang sempat kabur ke Cirebon itu, kini terpaksa meringkuk di sel tahanan. Menurut keterangan yang dihimpun, penangkapan Mks tersebut dilakukan polisi setelah mendapat laporan dari korbannya, Bunga (20) (bukan nama sebenarnya-red), seorang mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta. Korban yang tinggalnya tidak jauh dari rumah tersangka itu mengaku, diperkosa ketika sedang diperiksa kondisi kesehatannya (Pikiran Rakyat, 26 Agustus 2004).

(19)

Mistik perdukunan di negara Indonesia sudah mengekar di tengah-tengah kehidupan masyarakat, terutama pada masyarakat Jawa. Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri. Orang Jawa sebagian besar bermukin di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa ( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008).

Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : “Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati,

memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan

kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dikatakan juga bahwa dukun ada banyak jenisnya, seperti diantaranya: Dukun beranak, Dukun klenik, Dukun tenung, dan masih ada beberapa jenis Dukun yang lainnya berdasarkan kemampuan dan spesialisasinya.

(20)

telah menyerahkan dirinya secara mental, emosional dan bahkan spiritualnya (yang disebut keyakinan) kepada Mbah Dukun. Ia sangat yakin sangat yakin bahwa sang dukun dapat membantunya. Dalam kepasrahan total seperti itu, apapun yang diperintahkan oleh Mbah Dukun ia akan mematuhinya

Salah satu dari jenis Dukun yang sering ditemui adalah Dukun klenik, dukun klenik adalah Dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.

(21)

memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut ke mulut.”.

Bagi beberapa orang dalam kaitannya menemui Dukun memiliki alasan serta motif yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, dalam hal ini salah satu faktornya disebabkan oleh karena masing masing orang memiliki permasalahan ataupun keinginan yang berbeda-beda. Di dalam pengertiannya, motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need, valence, drive, desire, dan want. Motif dapat didefinisikan sebagai suatu daya

energi dari dalam yang membangkitkan, mengelola, memelihara, dan mengarahkan individu untuk melakukan suatu tindakan dalam upayanya mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan kepuasan kepada individu yang bersangkutan. Dalam hal ini motif apakah yang dimiliki atau ada dalam diri seseorang yang sehingga mengarahkan mereka untuk pergi menemui Dukun

(22)

mencoba-coba saja menemui dukun. Jika benar demikian, maka apakah yang sebenarnya menjadi alasan atau latar belakang dari orang – orang tersebut sehingga memiliki dorongan untuk menemui Dukun.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah yang menjadi motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun Klenik?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun klenik.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penyajian fakta-fakta dan pengetahuan di bidang Psikologi Sosial maupun Psikologi Budaya.

(23)

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi masyarakat Jawa pada umumnya mengenai motif mereka untuk menemui Dukun klenik.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MOTIF

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau

tenaga tersebut merupakan gerak jiwa atau jasmani untuk berbuat. Sehingga

motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia

untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan

tertentu (Psikologi Industri, 2003).

Motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi

dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need, valence,

drive, desire, dan want. Chaplin (1997) mengartikan motif sebagai suatu

keadaan ketegangan di dalam individu yang digunakan untuk menimbulkan

faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,

dan mengarahkan tingkah laku tertentu menuju pada satu tujuan atau sasaran.

Menurut Atkinson (Soeroso, 1997) motif merupakan kesiapsiagaan

ataupun disposisi yang mendorong dalam mengarahkan perilaku individu.

Menurut Mc Clelland (Soeroso, 1997) motif merupakan faktor internal yang

menimbulkan, mengarahkan dan mengintegrasikan perilaku. Jadi dapat

dikatakan bahwa motif adalah suatu tenaga penggerak (drive) yang bisa dari

dalam ataupun dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai tujuan.

(25)

Di dalam buku Psikologi Industri (2003) dinyatakan bahwa ada

beberapa ciri-ciri daripada motif individu, antara lain :

1. Motif Adalah Majemuk

Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi

beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama

2. Motif Dapat Berubah-ubah

Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini

disebabkan karena keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan

kebutuhan atau kepentingannya.

3. Motif Berbeda-beda bagi Individu

Masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya meskipun mereka melakukan kegiatan yang sama.

4. Beberapa Motif tidak Disadari oleh Individu

Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya,

sehingga beberapa dorongan (needs) yang muncul seringkali karena

berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan di

bawah sadarnya. Dengan demikian seringkali kalau ada dorongan dari

dalam yang kuat sekali menjadikan individu yang bersangkutan tidak bisa

memahami motifnya sendiri.

Motif merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang

berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu (Handoko, 1992).

Selanjutnya Handoko menjelaskan bahwa berdasarkan asalnya, motif dapat

(26)

1. Motif Biogenetis

Motif bigenetis merupakan motif berasal dari kebutuhan –

kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Motif ini

bersifat universal, artinya tidak terikat pada umur, jenis kelamin suku,

daerah dan lain – lain. Motif biogenetis juga tidak terikat pada lingkungan

kebudayaan tempat orang hidup dan berkembang. Yang termasuk didalam

golongan motif biogenetis adalah motif lapar, haus, seks, bernafas, dan

istirahat.

2. Motif Sosiogenetis

Motif sosiogenetis berasal dari lingkungan kebudayaan tempat

orang berada dan berkembang. Motif ini tidak bergantung pada keadaan

fisiologis individu, melainkan timbul sebagai akibat dari interaksi dengan

orang atau hasil kebudayaan. Dengan kata lain motif ini bergantung pada

lingkungan.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan

manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif

antara satu individu dengan individu yang lain tidaklah selalu sama, dengan

kata lain motif antara individu yang satu berbeda dengan motif yang dimiliki

oleh individu yang lain. Berdasarkan asalnya motif dapat dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu motif biogenetis yang bersumber pada kebutuhan organisme

(27)

bersumber dari lingkungan kebudayaan tempat orang yang bersangkutan

tinggal.

B. MOTIF SOSIOGENETIS

Dalam kuliahkomunikasi.com (2008), Motif sosiogenetis disebut juga

dengan motif sekunder, sedangkan motif primernya adalah motif biologis.

Motif sosiogenetis adalah motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan

tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul sebagai akibat

dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan kata lain motif

ini bergantung pada lingkungan.

Dibawah ini adalah berbagai klasifikasi motif sosiogenetis menurut

beberapa tokoh:

1. W. I Thomas dan Znanieckci :

a. Keinginan memperoleh pengalaman baru

b. Keinginan untuk mendapatkan respon

c. Keinginan akan pengakuan

d. Keinginan akan rasa aman

2. David McClelland :

a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)

b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)

c. Kebutuhan berkuasa (need for power)

3. Abraham Maslow :

(28)

b. Kebutuhan akan keterikatan dan rasa cinta (belongingness and love

needs)

c. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)

d. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self actualization)

4. Melvin H. Marx :

a. Motif ingin tahu (curiosity)

b. Motif kompetensi (competence)

c. Motif prestasi (achievement)

5. Motif – motif sosial :

a. Motif kasih sayang (affiliation)

b. Motif kekuasaan (power)

c. Motif kebebasan (independence)

Berdasarkan kriteria diatas, motif sosiogenetis dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Motif ingin tahu :

Yaitu keinginan untuk mengerti, menata dan menduga. Setiap orang

berusaha untuk memahami dan memperoleh arti dari dunianya.

b. Motif kompetensi :

Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu untuk mengatasi

persoalan kehidupan apapun.

c. Motif cinta :

Yaitu keinginan untuk sanggup mencintai dan dicintai, hal ini adalah

(29)

d. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas :

Hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan dan memperoleh kasih sayang, yaitu merupakan kebutuhan

untuk menunjukan eksistensi di dunia ini.

e. Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna hidup :

Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai – nilai

untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberi makna

pada kehidupannya.

f. Kebutuhan akan pemenuhan diri :

Kita bukan saja ingin mempertahankan hidup, kita juga ingin

meningkatkan kualitas kehidupan diri kita atau dengan kata lain kita ingin

memenuhi potensi – potensi yang kita miliki.

Secara garis besar motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu

motif darurat dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai /

menaklukan lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat.

Sedangkan motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan

lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat. Yang termasuk motif

darurat adalah motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif untuk melawan,

motif untuk mrngatasi rintangan dan motif untuk mengejar. Sedangkan yang

dapat digolongkan kedalam motif obyektif adalah motif eksplorasi (motif

untuk memeriksa dan menyelidiki) dan motif manipulasi (motif untuk berbuat

(30)

Dari hasil penjelasan mengenai motif sosiogenetis diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa motif sosiogenetis merupakan motif sekunder yang

muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain atau

hasil dari kebudayaan, dan motif sosiogenetis ini sangat bergantung pada

lingkungan. Motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif darurat

dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai / menaklukan

lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Sedangkan

motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan

lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat.

Dengan berdasarkan pada beberapa teori dari motif itu sendiri serta

kriteria dari motif itu sendiri, maka diharapkan dapat memudahkan peneliti

untuk mencari mengenai latar belakang atau hal – hal yang mendorong

seseorang untuk menemui dukun, selain itu juga dapat memudahkan peneliti

untuk mengkategorikan pernyataan – pernyataan dari responden nantinya yang

dapat dimasukkan kedalam kategori motif seseorang dalam kaitannya dengan

menemui dukun.

C. MASYARAKAT JAWA

Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara. Etnik ini

berjumlah kurang lebih empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk

Indonesia (Mulder, 2001). Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak

dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri.

(31)

dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan

Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang

berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara

berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku

sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa.

Orang Jawa adalah orang yang berbahasa ibu bahasa Jawa yang

didalam tata hidupnya masih berpedoman pada nilai – nilia luhur budaya Jawa

( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008)

Secara Antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku

bangsa Jawa adalah orang – orang yang secara turun temurun menggunakan

bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari – hari

serta berasal dan bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur

(Herusatata, 1983).

Masyarakat adalah istilah sebagai terjemahan istilah bahasa inggris

sociaty” yang berasal dari bahasa latin ”socius” yang berarti kawan. Kata

”masyarakat” berasal dari bahasa Arab ”Musyaraka” yang artinya saling

bergaul. Menurut KUBI masyarakat adalah sekumpulan individu yang saling

berinteraksi secara kontinue yang memiliki norma, aturan, adat istiadat dan

hukum untuk mengatur ola tingkah lakunya dan memiliki rasa identitas yang

kuat yang mengikat semua anggotanya.

Dari pengertian masyarakat tersebut, maka yang disebut masyarakat

Jawa adalah sekelompok orang atau individu yang berbahasa ibu Jawa yang

(32)

dan adat istiadat Jawa sebagai pengatur pola tingkah lakunya dan memiliki

identitas yang kuat yang mengikatnya.

Masyarakat Jawa sebelum mengenal agama mempunyai sistem

kepercayaan yang berkaitan dengan animisme dan dinamisme. Kepercayaan

tersebut begitu lekat didalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan sampai

sekarang masih ada yang menganutnya. Sejarah perkembangan religi orang

Jawa telah dimulai sejak zaman pra sejarah, di zaman pada waktu nenek

moyang orang Jawa beranggapan bahwa semua benda yang ada di

sekelilingnya mempunyai nyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup

dan mempunyai kekuatan gaib atau mempunyai roh yang berwatak baik

maupun jahat (Herusatoto, 1987).

Dalam ilmu gaib sering terdapat konsepsi-konsepsi ajaran-ajarannya;

ilmu gaib juga mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan menjalankan

ilmu gaib itu untuk mencapai suatu maksud. Kecuali itu, upacara ilmu gaib

juga mempunyai aspek-aspek yang sama artinya, ada pemimpin atau

pelakunya, yaitu yang disebut dengan dukun (Koentjaraningrat, 1990).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut

masyarakat Jawa adalah orang – orang yang lahir dan menetap di pulau Jawa

sejak lama dan sudah turun temurun berada di tanah Jawa. Berdasarkan

kebudayaannya, orang Jawa termasuk orang yang gemar mencari kenikmatan

(pleasure) baik yang bersifat material maupun spiritual. Untuk mencapai

(33)

yang harus ditempuh, dan untuk melakukan upacara mistik tersebut biasanya

dipimpin oleh seorang dukun.

D. DUKUN

Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya

penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural. Dukun adalah sebutan

untuk mereka dalam bahasa Indonesia, di luar negeri mereka disebut dengan

bermacam – macam nama: Witch, Clairvoyant, Fortune Teller (Inggris),

Macumba, Xango (Brazil), Obeah, Santeria (Jamaika), Voodoo ( Afrika

bagian timur yang berkembang pula hingga dengan Haiti di kepulauan

Karibia) (http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun).

Mulder mendefinisikan Dukun sebagai seorang pada dasarnya adalah

cenayang orang – orang kesurupan, yang dikuasai oleh para arwah, dan yang

menjalin hubungan dengan kekuatan – kekuatan gelap ilmu hitam. Kekuatan

mereka berasal dari luar, tak ada kekuatan yang mengakar dalam diri mereka.

Lebih dari itu, mereka menjalankan kemahirannya karena bayaran. Mereka tak

bersih dari pamrih sebagaimana layaknya guru mistik (Mulder, 2001).

Mistik perdukunan Jawa sudah mengekar di tengah-tengah kehidupan

masyarakat. Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

“Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati,

memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan

kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”.. Di dalam kamus juga

(34)

1. Dukun Beranak

Yaitu dukun yang pekerjaannya membantu para perempuan yang

sedang hamil untuk melakukan proses kelahiran.

2. Dukun Klenik

Yaitu dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna

atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang

menginginkannya.

3. Dukun Tenung

Yaitu dukun yang memiliki kemampuan atau mampu

menggunakan kekuatan gaib yang dimilikinya terhadap manusia.

Dalam kaitannya dengan hal ini wejangan dari seorang dukun dapat

senantiasa menjadi pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam

memutuskan suatu perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab

bagi beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun

merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua, sesepuh, atau

pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah (Purwadi, 2004).

Orang Jawa sangat yakin bahwa kemampuan serta ketrampilan yang

dimiliki oleh seorang Dukun hanya dapat diperoleh dengan melakukan disiplin

yang ketat dan bertapa. Karena itu orang yang menjadi Dukun sering

menjalankan puasa, bersemadi dan melakukan lathan – latihan kebatinan

lainnya. Cara – cara inilah yang terutama membuat orang percaya seorang

(35)

beredar mengenai kekuatan sakti seorang Dukun tertentu, membuatnya

terkenal (Hadiatmaja & Endah, 2008).

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukun merupakan

seseorang yang bekerja membantu orang lain dengan cara memberi jampi –

jampi (doa – doa) atau mantra, atau bahkan dengan kekuatan supranatural.

Masyarakat Jawa menganggap dukun sebagai orang tua, sesepuh, atau

pepundhen, serta memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga wejangan dari

dukun senantiasa dijadikan pertimbangan utama.

E. DUKUN KLENIK

Pada subbab sebelumnya telah diuraikan penjelasan secara umum

mengenai dukun dan juga beberapa macam atau jenis dukun menurut

spesialisasinya, salah satu diantaranya adalah dukun klenik. Dalam hal ini

peneliti ingin memfokuskan kepada dukun klenik, sebab peneliti melihat

bahwa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap dunia klenik cukup besar.

Menurut Nirwanto Ki S. Hendrowinoto yang dikutip dalam Harian

umum sore Sinar Harapan 2003, mengatakan bahwa ”Sejak republik ini lahir

dunia ‘klenik’ sudah lebih dulu ada. Perkembangannya sangat pesat

berbarengan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang masih

percaya klenik karena dianggap cukup relevan dan bisa menjadi alternatif, jika

dilihat dari populasinya, klenik juga tidak mau ketinggalan dengan

perkembangan iptek. Coba kita lihat bagaimana klenik dikemas indah dengan

(36)

ikut mendorong pertumbuhan klenik makin memasyarakat. Mulai dari

pengobatan alternatif sampai pada teknik mencari jodoh dan persoalan

umumnya. Terbukti perhatian sebagian masyarakat terhadap dunia klenik

cukup besar. Mereka sangat percaya terhadap dunia gaib tersebut, bahkan

sampai mengkultuskan kuburan kramat dan benda-benda yang bertuah. Hanya

saja, klenik di jaman modern memiliki cara praktik yang berbeda dengan di

masa lalu. Tidak lagi pakai kembang tujuh rupa atau kemenyan. Ada yang

memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut

ke mulut.”.

Dukun klenik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

merupakan dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau

kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.

Dikutip dari dalam bukunya yang berjudul “Javanese Ethics and

World-View”, Frans Magnis Suseno mengatakan : Sosrosudigdo defines

klenik as “those evil practise which are directed by the lower passions to

material goods and devilish powers.”klenik is exertion to achieve inner

strength but from impure motives, namely, to use such powers in the service of

one’s own self-interest, or to bring harm to others. Klenik is egoistical,

anti-social and, therefore, objectionable. The practice of klenik is forbidden by

government regulation in Indonesia and the many kebatinan movements are

observed closely by the government to ensure that no-one practices klenik.”.

Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa klenik digunakan untuk

(37)

murni, yaitu, untuk menggunakan kekuatan –kekuatan dalam/untuk melayani

kepentingan pribadi seseorang, atau untuk menyakiti orang lain. Klenik adalah

egoistis, anti-sosial dan, oleh karena itu tidak dapat disetujui. Praktek klenik

dilarang oleh peraturan pemerintah di Indonesia dan banyak pergerakan

kebatinan diamati dengan ketat oleh pemerintah untuk memastikan tidak

adanya praktek klenik.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia

pada masa sekarang ini masih memliki ketertarikan yang cukup besar terhadap

dunia klenik. Dukun klenik adalah merupakan seseorang yang dapat

memberikan guna – guna atau kekuatan gaib kepada orang lain. Kekuatan

yang tersebut berasal dari motif yang tidak murni, yaitu kekuatan untuk

melayani kepentingan pribadi seseorang, atau digunakan untuk menyakiti

orang lain.

F. ASUMSI ORANG PERGI KE DUKUN

Dari hasil cari Google, mayoritas orang – orang pergi ke dukun untuk

mencari solusi. Dari sekedar sakit, rejeki seret, terkena penipuan, hingga

mengatasi masalah dalam rumah tangga. Pada situs PenulisLepas.com

disebutkan bahwa konon, Soeharto bisa mempertahankan kekuasaan selama

32 tahun lamanya, sering dikaitkan dengan faktor keberuntungan.

Keburuntungan yang disebakan mau nglakoni (mengamalkan) ilmu-ilmu

klenik yang telah diwariskan nenek moyangnya. Dalam ajaran klenik banyak

(38)

segala sesuatu. Mempertimbangkan baik-buruk, selalu bersikap eling lan

waspodo (ingat dan hati-hati) dalam menentukan masa depan dirinya.

Orang - orang yang percaya pada dukun dan yang menemui dukun

tidaklah dari beberapa kalangan orang saja, melainkan dari berbagai macam

kalangan orang, baik dari kalangan orang yang tingkat ekonomi rendah hingga

tingkat ekonomi tinggi, dari kalangan orang rendah hingga dari kalangan

orang tinggi yang memiliki kedudukan dan jabatan. Orang – orang tersebut

memiliki alasan tersendiri dalam kaitannya dengan menemui dukun, dari hasil

diskusi sementara peneliti dengan beberapa orang yang pernah menemui

dukun terdapat beberapa jawaban mengenai alasan orang menemui dukun, ada

yang mengatakan bahwa orang tersebut menemui dukun dengan alasan

usahanya atau bisnisnya selalu lancar, ada yang ingin dapat memperoleh

kedudukan atau kekuasaan, ada ingin menyelesaikan permasalahan dalam

keluarga, bahkan ada yang ingin memperoleh ilmu “kanuragan” atau ilmu

kebal, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dirinya hanya sekedar iseng

(39)

Gambar bagan 1 : Asumsi orang menemui Dukun

G. PERTANYAAN PENELITIAN

Setelah melihat pernyataan dari beberapa teori diatas, maka yab\ng

akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Pertanyaan Umum

a. Apa yang menjadi motif dan latar belakang seseorang dalam

menemui Dukun, terutama Dukun Klenik ?

2. Pertanyaan Khusus

a. Apa alasan seseorang menemui Dukun klenik ?

b. Mengapa seseorang memilih untuk menemui Dukun Klenik ?

c. Bagaimana cara seseorang dapat mengenal Dukun Klenik yang

ditemui ?

Individu

kebutuhan

Mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan

Menemui Dukun

(40)

d. Apa yang dirasakan seseorang ketika bertemu atau berhadapan

dengan Dukun Klenik ?

e. Adakah perubahan dalam diri mereka setelah bertemu dengan

Dukun Klenik, dan menjalankan wejangan atau syarat yang

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif, penelitian kualitatif

yaitu merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik

atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena

yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal

dan argumentatif. (Azwar, 1997).

Menurut Sugiono (Meinita,2003), penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran

terhadap satu obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai

mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku secara umum. Mardalis (Meinita,2003), mengatakan bahwa penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat,

menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang sekarang ini

terjadi atau ada. Penelitian deskriptif ini tidak menguji atau menggunakan

hipotesa, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel

yang diteliti.

(42)

Menurut Arikunto (1996), penelitian yang menggunakan metode

deskriptif yaitu jenis penelitian non hipotesis yang bertujuan untuk

menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu untuk diangkat dan di

paparkan hasilnya dengan perolehan data yang berupa data kualitatif.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala

yang ada.

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek –

praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputsan pada waktu yang akan datang.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan metode deskriptif dengan tujuan peneliti dapat memperoleh hasil –

hasil dari interviev yang tidak dapat diperoleh atau tidak bisa didapatkan jika

menggunakan penelitian kuantitatif, selain itu peneliti juga bisa

mendeskripsikan suatu fenomena yang sedang terjadi tanpa perlu melakukan

analisis dan perbandingan. Tetapi disamping itu semua, peneliti memilih

menggunakan metode kualitatif disebabkan karena meneliti ingin memperoleh

suatu hasil dimana hasil tersebut juga mengungkapkan mengenai perasaan

atau apa yang dirasakan oleh subyek, dan hal tersebut tidak dapat ditemukan

(43)

B. Definisi Operasional

B.1. Motif

Motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan

manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif

terbagi menjadi dua, yaitu motif biogenetis dan motif sosiogenetis.

Motif sosiogenetis Merupakan motif yang berasal dari lingkungan

kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul

sebagai akibat dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan

kata lain motif ini bergantung pada lingkungan.

Beberapa ciri-ciri dari motif, antara lain :

1. Motif Adalah Majemuk

Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi

beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama

2. Motif Berbeda-beda bagi Individu

Masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya meskipun mereka melakukan kegiatan yang sama.

B.2. Dukun Klenik

Dukun merupakan seseorang yang bekerja membantu orang lain

dengan cara memberi jampi – jampi (doa – doa) atau mantra, atau bahkan

dengan kekuatan supranatural.

Dukun klenik yaitu merupakan dukun yang biasanya membuat serta

memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang

(44)

C. Subyek Penelitian

Patton (dalam Poerwandari, 1998:54) mengatakan bahwa perbedaan

penelitian kuantitatif dengan kualitatif sangatlah jelas terlihat pada cara

pengambilan sampelnya. Suatu penelitian kualitatif dapat saja meneliti secara

mendalam kasus tunggal (n = 1) yang dipilih secara purpusif. Sementara itu,

penelitian kuantitatif menggantungkan diri pada jumlah sampel yang lebih

banyak, dengan tehnik pengambilan sampel yang juga berbeda. Pengambilan

sampel pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dengan

tujuan penelitian.

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

menemui dukun dengan karakteristik antara lain orang – orang tersebut

bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo dengan kata lain

orang tersebut lahir di kota Solo, selain itu subyek adalah orang-orang yang

sering pergi untuk menemui dukun atau memiliki prosentase yang cukup

sering menemui dukun serta orang-orang yang memiliki pengalaman terhadap

dukun. Pengertian sering disini dapat dikatakan subyek tersebut menemui

dukun minimal 3 – 4 kali dalam satu bulan, atau kurang lebih sekali dalam

satu minggu.

Subyek dalam penelitian ini dipilih yang berasal dari kota Solo

dikarenakan kota Solo merupakan kota yang masih memegang dan

menjunjung kebudayaan dengan pusat kebudayaannya berkiblat pada Kraton

Kasunanan Surakarta. Orang – orang dikota Solo masih memegang tradisi

(45)

Metode pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode

bola salju (snow ball) atau berantai. Pengambilan sample dilakukan secara

berantai dengan meminta informasi pada orang lain yang telah diwawancarai

atau dihubungi sebelumnya, sedemikian seterusnya. Peneliti bertanya pada

subyek penelitian tentang nara sumber lain yang penting atau harus dihubungi.

Subyek dalam penelitian ini ditetapkan sejumlah 3 (tiga) orang subyek.

Peneliti menetapkan jumlah subyek tersebut disebabkan oleh karena dalam

penelitian ini difokuskan pada pencarian motif atau latar belakang seseorang

menemui dukun yang sifatnya lebih subyektif dan bukan pada proses

generalisasi, selain itu peneliti merasa bahwa dari ketiga subyek tersebut

sudah cukup dapat mewakili untuk mencari tahu mengenai motif seseorang

dalam menemui dukun. Dari wawancara tersebut nantinya diharapkan hasil

yang diperoleh dapat lebih memfokuskan pada menemukan motif yang

mendorong subyek tersebut untuk menemui dukun.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode interview atau wawancara. Menurut Banister

(1994), wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti

bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna – makna subyektif

(46)

melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat

dilakukan melalui pendekatan lain. (Poerwandari, 2005).

Menurut Koentjaraningrat (1977:162), metode wawancara atau

interview mencangkup cara yang digunakan oleh seseorang untuk tujuan suatu

tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seseorang responden dengan bercakap – cakap dan berhadapan muka

dengan orang tersebut.

Wawancara menurut Nasution (2988:69), wawancara adalah cara

untuk mengetahui bagaimana persepsi responden tentang dunia kenyataan

dengan cara berkomunikasi dengannya. Wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

atau pedoman wawancara (Nasir, 1999:234)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

metode wawancara adalah merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan

dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Metode wawancara

bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

responden, serta untuk mengetahui bagaimana persepsi responden tentang

dunia kenyataan dengan cara bercakap – cakap atau berkomunikasi secara

langsung dengan responden, dan juga bermaksud untuk memperoleh

(47)

berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi

terhadap isu tersebut.

E. Pedoman Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

dengan menggunakan pedoman umum. Dalam proses wawancara ini, peneliti

dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu

– isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan – urutan pertanyaan, bahkan

mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan

untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek – aspek yang harus dibahas,

sekaligus menjadi daftar pengecekan (check list) apakah aspek – aspek relevan

tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti

harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara

konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan

konteks aktual saat wawancara berlangsung. Wawancara dengan pedoman

umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang

mengarahkan pembicaraan pada hal –hal atau aspek –aspek tertentu dari

pengalaman subyek.

Yang dijadikan dasar dari pembuatan pertanyaan adalah motif dari

orang – orang yang menemui dukun, terutama dukun klenik. Motif ini

berdasarkan pada pengertian dari teori motif, terutama mengenai motif

(48)

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dijadikan pedoman yang

akan diajukan kepada sumber atau informan:

1. Seberapa seringkah anda menemui dukun?

2. Bagaimana cara anda mengenal dukun yang anda temui?

3. Biasanya anda menemui dukun dengan tujuan untuk apa? Apakah ada

kaitannya dengan kehidupan sosial anda?

4. Seberapa percayakah anda terhadap dukun yang anda temui?

5. Mengapa anda memilih untuk menemui dukun? Apakah ada dorongan dari

orang disekitar anda yang mendorong anda untuk menemui dukun?

6. Apakah yang anda rasakan ketika bertemu atau berkonsultasi dengan

dukun?

7. Apakah anda merasakan adanya perubahan setelah anda menjalankan

perintah atau wejangan dari dukun tersebut? (Terutama berkaitan pada

masalah yang sedang anda hadapi).

F. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mencari dan menata secara sistematis

catatan dari hasil wawancara dan hasil observasi. Dalam hal ini analisis data

ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai latar belakang

seseorang menemui dukun dan kemudian menyajikannya sebagai temuan bagi

orang lain yang berkepentingan.

Menurut Miles dan Huberman (1992), teknik analisis data kualitatif

(49)

saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang

sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu :

1. Reduksi data yang meliputi proses pemilihan, pemuatan perhatian dan

penyederhanaan, pengabsrtakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan tertulis maupun rekaman dilapangan.

2. Penyajian data, yaitu merupakan sekumpulan data yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan (verifikasi), yaitu pengambilan kesimpulan dari

obyek penelitian berdasarkan penyajian data.

G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

Proses verifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman

peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial timbal balik

(back-and-forth) (Creswell, 1998). Dalam hal ini setelah tahap-tahap analisis

data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan membagikan salinan

deskripsi kepada responden agar responden dapat memberikan masukan atau

tambahan masukan atau pembetulan. Kemudian dari situ peneliti dapat

merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai, maka peneliti

(50)

BAB IV

PELAKSANAAN

DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti melibatkan 3 orang

responden yang dimana ketiga responden tersebut merupakan orang – orang

yang memiliki pengalaman tarhadap Dukun atau pernah bertemu dengan

Dukun. Pemilihan responden dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria

tertentu dimana responden merupakan seorang yang bertempat tinggal di kota

Solo dan merupakan orang asli Solo dengan kata lain orang tersebut lahir di

kota Solo, selain itu subyek adalah orang-orang yang sering pergi untuk

menemui dukun atau memiliki prosentase yang cukup sering menemui dukun

serta orang-orang yang memiliki pengalaman terhadap dukun.

Dalam proses pengambilan datanya, penelitian ini menggunakan

metode wawancara dimana dalam setiap wawancara peneliti menggunakan

alat perekam (recorder) yang dimana dari hasil rekaman tersebut kemudian

akan ditranskrip secara verbatim. Dalam setiap sebelum memulai wawancara,

peneliti terlebih dahulu membina rapport dengan para responden. Pemberian

raport dilakukan dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan

dari penelitian ini sehingga responden dapat memberikan pernyataan atau

jawaban yang sesuai dengan yang hendak peneliti cari dalam penelitian ini,

(51)

selain itu juga supaya dalam proses pengambilan data dapat terlaksana dengan

baik dan dapat menghasilkan data yang optimal.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat pengambilan data dalam penelitian ini disesuaikan

dengan waktu yang telah disepakati antara subyek dengan peneliti

sebelumnya, dimana peneliti membuat janji sebelumnya dengan subyek

mengenai kapan subyek memiliki waktu luang untuk melakukan wawancara.

Berikut adalah rincian waktu dan tempat pelaksanaan wawancara :

Subyek I :

Nama : TS

Pekerjaan : Pedagang

Tanggal wawancara : 12 April 2009

Lokasi wawancara : Rumah peneliti

Subyek II :

Nama : NI

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal wawancara : 17 April 2009

Lokasi wawancara : Rumah subyek

Subyek III :

Nama : IT

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Tanggal wawancara : 27 April 2009

(52)

B. Deskripsi Dukun yang Ditemui dan Subyek Penelitian

1. Deskripsi Dukun yang Ditemui

Dukun yang ditemui oleh para subyek dalam penelitian ini sangat

beragam disesuaikan dengan kebutuhan yang hendak dicapai oleh para subyek

penelitian. Sebagai gambaran mengenai salah seorang Dukun yang ditemui

oleh subyek dalam penelitian ini, Dukun tersebut bernama MG.

Usia MG kurang lebih antara 47-48 tahun. Kediaman MG berada di

daerah Boyolali yang tempatnya tidak begitu jauh dari kota Solo. MG

memiliki pekerjaan yang lain selain profesinya sebagai seorang dukun, atau

dengan kata lain profesi sebagai Dukun bukanlan pekerjaan yang utama.

Pekerjaan lain yang dimilikinya adalah seorang distributor makanan ringan,

disamping itu MG juga memiliki sebuah rumah makan yang dikelolanya

sendiri.

MG sering melakukan ritual di daerah pantai Tuban, disamping

melakukan ritual MG biasanya sering melakukan kegiatan kumpulan bersama

dengan orang – orang yang biasa disebutnya sebagai murid yang

mempercayainya pada saat hari - hari besar, seperti misalnya pada saat malam

satu Sura, malam tahun baru dan setiap malam selasa Kliwon.

Dalam prakteknya membantu memecahkan permasalahan yang sedang

dihadapi oleh klien atau muridnya, biasanya seorang MG merapalkan mantera

– mantera atau doa – doa yang kemudian diberikan kepada klien atau

(53)

mengajukan syarat – syarat yang sekiranya harus dijalankan oleh klien atau

muridnya jika ingin keinginan mereka tersebut terkabul.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

2.a. Subyek I

Subyek adalah seorang ibu rumah tangga. Dalam kesehariannya

subyek adalah seorang pedagang batik, subyek memiliki sebuah kios batik di

dalam pasar Klewer di kota Solo. Subyek lahir dan besar di lota Solo, dan

memiliki 2 orang anak, anak yang pertama saat ini bekerja di sebuah

perusahaan di Jakarta, sedangkan anak yang kedua tinggal bersama subyek.

Subyek mulai mengenal Dukun semenjak setelah suami dari subyek

meninggal, yaitu kira – kira 17 tahun yang lalu.pada awalnya subyek

mengenal dukun yang ditemui tersebut melalui adik dari subyek yang dimana

sebelumnya sudah mengenal dukun tersebut. Latar belakang subyek menemui

Dukun yaitu subyek merasa dirinya hampa dan tidak berarti lagi semenjak

suaminya meninggal.

2.b. Subyek II

Subyek adalah seorang ibu rumah tangga dimana dalam kesehariannya

subyek banyak menghabiskan waktunya dirumah atau mengikuti kemana

suaminya pergi, kebetulan suami dari subyek masih merupakan keluarga dari

(54)

Dalam menemui seorang Dukun, subyek biasanya dikenalkan oleh

kerabat, atau orang terdekat dari subyek. Selain itu dukun yang subyek temui

tidak hanya satu orang dukun saja, melainkan subyek menemui banyak macam

Dukun sesuai dengan spesialisasi atau kemampuan dari Dukun tersebut, selain

itu juga tergantung pada kebutuhan dari subyek.

2.c. Subyek III

Subyek dalam kesehariannya bekerja sebagai pegawai negeri di salah

satu kantor departemen milik pemerintah. Selain sebagai pegawai negeri,

subyek juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki 2 orang

anak.

Di lihat dari segi kehidupan ekonominya, subyek termasuk sebagai

seorang yang berkecukupan,atau dengan kata lain subyek tidak mengalami

kakurangan dari segi materi. Hal ini dikarenakan selain menjadi pegawai

negeri, subyek juga memiliki usaha dagang sampingan.

Dalam hubungannya dengan Dukun, subyek pergi menemui Dukun

hanya jika subyek memiliki suatu masalah yang dirasa sulit untuk dicari

pemecahan masalahnya. Tetapi meskipun demikian subyek tidak pernah

berusaha atau mencoba untuk mencari Dukun sendiri, subyek biasanya

(55)

C. Hasil Analisis Data

1. Narasi Subyek

a. Subyek I

Dalam menemui Dukun, subyek memiliki intensitas yang

cukup sering. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan subyek dimana

subyek rutin dalam menemui Dukun, yaitu hampir setiap hari.

Ya… kadang–kadang, yaa.. dua bulan sekali. Dulu, dulu waktu saya kena masalah tuh ya setiap hari, kadang-kadang khan mencari ketenangan gitu. (1-3)

Subyek mengenal Dukun yang ditemuinya dengan cara

dikenalkan oleh saudara dari subyek yang sebelumnya juga sudah

pernah menemui Dukun tersebut. Subyek tidak mencari dukun itu

sendiri, malainkan subyek diajak dan dikenalkan kepada Dukun

tersebut oleh saudaranya.

Ya dari saudara, dikenalin sama saudara. Ndak, ndak mencari. Diajak. (4-5)

Tujuan subyek menemui Dukun adalah untuk mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi oleh subyek. Permasalahan yang

dihadapi oleh subyek adalah semenjak ditinggal mati oleh suaminya

subyek merasa dirinya kesepian, dan tidak memiliki gairah untuk

hidup lagi.

(56)

Yaa… kesana sendiri itu ya sudah seperti saudara sendiri malahan he em gitu. lho..

Tujuannya ya cuma mencari ketenangan. (6-14)

Dalam tingkat kepercayaannya terhadap Dukun, subyek

sebenarnya kurang begitu percaya terhadap Dukun tersebut. Hal

tersebut dapat dilihat dari cara subyek menjalankan syarat – syarat atau

wejangan- wejangan yang diberikan Dukun tersebut kepada subyek,

subyek hanya menjalankannya jika syarat tersebut tidak terlalu berat.

Subyek juga menyatakan dirinya menemui Dukun, tujuan sebenarnya

hanya untuk mencari teman saja.

Aku sebetulnya nggak begitu percaya ya.. kayak gitu itu, ya mung.. kayak golek konco ya kalo saya ya..

Ya.. wejangan-wejangan itu kalo sing enteng-enteng ya tak jalani, kalo sing berat ya enggak.. hehe.. (26-29)

Alasan subyek memilih menemui Dukun adalah dikarenakan

subyek terbawa oleh saudaranya yang mengajak subyek untuk

menemui dukun tersebut. Subyek tidak mencari alternatif yang lain

karena subyek merasa dirinya kurang pergaulan dan sedikit teman,

sehingga subyek tidak memiliki alternatif yang lainnya. Subyek juga

mengatakan bahwa seyelah menemui Dukun tersebut subyek merasa

seperti ada ketergantungan untuk selalu menemui Dukun tersebut.

Ya… kedukun itu terbawa saudara itu lho, trus saat itu khan aku nggak punya temen,

temen nggak ada, nggak banyak bergaul gitu lho. Kurang pergaulan mungkin ya..

Nggak, belum sampai kesana ya. Tapi biasanya kalo gitu itu trus kayak ketergantungan.

(57)

Pada saat menemui Dukun atau pada saat subyek berhadapan

dengan Dukun tersebut, subyek merasa dirinya tenang dan nyaman,

seolah – olah ada yang melindungi diri subyek.

Ayem ya.. ya ayem, kayaknya kayak ada yang ngelindungi gitu lho.. khan kalo ada masalah, tanya kesitu.. trus dikasih solusi tho.. ya trus kita tenang gitu.. ya cuma itu.. (37-39)

Setelah menemui Dukun, subyek merasakan adanya perubahan

yang terjadi dalam diri subyek. Perubahan yang terjadi yang dirasakan

dalam diri subyek yaitu antara lain subyek menjadi lebih tenang, sabar,

dan menjadi lebih percaya diri.

Ada.. ya jadi tenang, sabar,ya trus jadi percaya diri gitu lho.. kalo dulu enggak, tidur aja susah..gak isa tidur..

Pengalaman apa ya.. ya anu.. ya kalo setiap kesana itu kok ayem gitu lho ya cuma itu.. ya kalo setiap dibilangin kamu harus begini, tak tindakke koy.. kok ya betul gitu lho..

kurang percaya diri, labil banget gitu.. terus jadi tenang, semeleh. (40-45)

b. Subyek 2

Dari pernyataan subyek diketahui bahwa subyek memiliki

intensitas yang tdak terlalu sering menemui Dukun, subyek

mengatakan bahwa subyek menemui Dukun hanya pada saat subyrk

memiliki masalah dan subyek meminta bantuan Dukun tersebut untuk

membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh subyek.

Selain unutk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, terkadang

subyek menemui dukun untuk menambah wawasan bagi diri subyek.

Kalau saya pergi ke orang pintar pastinya kalau saya mempunyai masalah, atau kesana dalam rangka sharing, mencari wawasan gitu.

(58)

Darurat itu ya seumpama sekarang..ee.. seumpama kita percaya ee.. ada sesuatu yang bisa membantu kita misalnya kita berobat, itu.. itu sebenernya kita tahu paling afdol itu kalo kita kedokter, jelas.. tapi khan kadang-kadang kita ada rasa percaya kepada dukun atau orang pinter. (4-11)

Dari cara subyek mengenal Dukun yang ditemui, subyek

mengatakan bahwa dirinya diberi tahu oleh orang lain mengenai

Dukun tersebut, atau ada yang mengenalkan subyek dengan Dukun

yang ditemui tersebut. Subyek menambahkan bahwa dirinya tidak

pernah berusaha untuk mencari Dukun yang hendak ditemui tersebut

sendiri, sebab biasanya subyek diajak oleh orang lain yang mengenal

Dukun tersebut sebelumnya.

Ya saya kalo ketempat orang pinter atau dukun itu biasanya ada yang ngasih tahu, ada yang mengenalkan, atau ya ada yang membawa kesana.

oo.. tidak pernah..tidak pernah.. Ada perantara lah, kira-kira begitu.

Tidak,,tidak.. jadi seumpama, oh disana ada orang pinter nambani, nah kita baru kesana, atau saya kalo kesana saya memang dikenalkan..gitu... (19-24)

makanya saya tadi biasanya saya dikenalken orang, atau saya dibawa kesana orang, gitu.. ada perantara lah pokoknya, ada orang ketiga, ada orang kedua, ketiga. (41-43)

tujuan subyek menemui dukun adalah untuk mensharingkan

masalah yang sedang dihadapi oleh subyek, masalah tersebut adalah

berupa masalah pribadi subyek yang dirasakan oleh subyek untuk diri

subyek sendiri, dan juga masalah keluarga dimana subyek

mengingnkan keluarganya dapat bahagia dan sejahtera. Disamping

untuk mensaringkan masalah yang sedang dihadapi, tujuan subyek

menemui Dukun adalah untuk menambah pengetahuan dimana dalam

(59)

atau indra ke enam atau Dukun tersebut dapat melihat sesuatu dimana

orang lain tidak dapat melihatnya.

Kalau saya pergi ke orang pintar pastinya kalau saya mempunyai masalah, atau kesana dalam rangka sharing, mencari wawasan gitu. (5-6)

Oh mboten-mboten, jadi hingga saat ini saya ya kalo ke orang pinter itu istilahnya hanya sekedar sharing, sharing atau mencari istilahnya pengetahuan.

Pengetahuan dalam hal yang saya mempercayai dia mempunyai kelebihan atau indra keenam dalam artian saya tidak bisa melihat sesuatu tetapi dia bisa melihat sesuatu, saya merasa minta bantuan karena yang saya rasakan tidak wujud tapi rasa, tapi dia bisa melihat. (12-18)

Iya kebutuhan.

Ya kadang-kadang menyangkut masalah pribadi, kadang-kadang ada yang menyangkut masalah keluarga, ya.. jadi itu tidak.. ee.. ya relatif lah..

Kalo pribadi yang masalah pribadi saya.. jadi yang apa yang saya rasakan yang untuk diri saya sendiri, orang lain tidak perlu tahu gitu lho.. Tapi ada yang sifatnya umum atau yang sifatnya keluarga, jadi bagaimana kita berusaha untuk mendapatkan ee. Ketenangan dalam keluarga itu.. bagaimana itu menjadi sejahtera. (75-83)

Dari tingkat kepercayaan subyek terhadap Dukun yang ditemui,

subyek mengatakan bahwa subyek percaya kepada Dukun tersebut jika

pernyataan yang diberikan Subyek tersebut pas atau sesuai dengan

yang dialami atau dirasakan oleh subyek. Disamping itu subyek

mengatakan bahwa subyek percaya terhadap Dukun tersebut

dikarenakan adanya sugesti dalam diri subyek dimana subyek merasa

yakin bahwa Dukun yang ditemuinya dapat membantu subyek untuk

dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh

subyek. Mengenai syarat – syarat dan wejangan yang diberikan Dukun

kepada subyek, subyek akan percaya dan menjalankan syarat maupun

wejangan dari Dukun tersebut jika syarat atau wejangan tersebut dirasa

(60)

Yaa.. kalo masalah kepercayaan itu sugesti ya, trus ee.. selama saya sreg, artinya saya kok merasa pas ya saya percaya, tapi seumpama kok itu tidak pas dengan saya, dengan yang saya terima atau yang ada pada hati saya ya saya tidak akan percaya. Mungkin pandangannya lain, mungkin dia mempunyai apa ya? Pengertian yang lain, nah itu ya saya nggak percaya. (25-30)

Yang..yang kalo syarat yang bisa diterima dengan akal sehat ya mungkin kita bisa njalanin, kalo tidak ya tidak kita kerjain. Gitu lho.

Masuk akal itu seumpama gampangannya kita kok..ee..obat seumpamanya ya.. ooo..kok ini, udah minum sama sirih, oo makan daun sirih ya.. bisa itu, khan bisa. Kita khan masuk akal ya daun sirih itu mempunyai antibiotik iya tho.. sifatnya bisa untuk penyembuhan, bisa untuk macem-macem. Tapi khan ada yang harus, kedukun harus..seumpama menyembelih kambing berapa ratus, atau berapa puluh nah itu khan tidak masuk akal. Yang..yang istilahnya tidak pas ya tidak kita jalanin. Yang..yang masih biasa-biasa aja, yang lumrah-lumrah ajalah yang kita jalanin, gitu.. (44-54)

Yahh.. kembali lagi ke sugesti, kalo saya merasa.. wahh aku pasti sembuh, yoo mesti sembuh.. sama kalo kita kedokter, kadang-kadang kita.. meskipun sudah kedokter, kalo belum dikeroki kalo orang jawa sakit belum dikeroki, trus kedokter ya nggak sembuh iya tho.. tapi dengan kerokan thok bisa sembuh, karena kita berpikir kalo..aku nek durung dikeroki, ora mari..sama.. Jadi itu sugesti, masalahnya sugesti. (64-69)

Alasan subyek memilih menemui Dukun adalah dikarenakan

subyek percaya bahwa seorang Dukun memiliki kelebihan atau indera

keenam dimana Dukun tersebut dapat melihat sesuatu yang subyek

tidak dapat melihatnya, sehingga subyek meminta bantuan Dukun

sebab apa yang dirasakan oleh subyek tidak dapat dilihat oleh subyek,

tetapi Dukun tersebut bisa melihatnya. Selain itu, subyek memilih

menemui Dukun dikarenakan ada sugesti dari subyek bahwa seorang

Dukun dapat membantu subyek untuk menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapinya, seperti diibaratkan jika orang Jawa sakit kalau

belum dikerokin maka sakitnya tidak akan sembuh walaupun sudah ke

dokter.

(61)

Pengetahuan dalam hal yang saya mempercayai dia mempunyai kelebihan atau indra keenam dalam artian saya tidak bisa melihat sesuatu tetapi dia bisa melihat sesuatu, saya merasa minta bantuan karena yang saya rasakan tidak wujud tapi rasa, tapi dia bisa melihat. (12-18)

Yahh.. kembali lagi ke sugesti, kalo saya merasa.. wahh aku pasti sembuh, yoo mesti sembuh.. sama kalo kita kedokter, kadang-kadang kita.. meskipun sudah kedokter, kalo belum dikeroki kalo orang jawa sakit belum dikeroki, trus kedokter ya nggak sembuh iya tho.. tapi dengan kerokan thok bisa sembuh, karena kita berpikir kalo..aku nek durung dikeroki, ora mari..sama.. Jadi itu sugesti, masalahnya sugesti. (64-69)

Ketika berhadapan dengan Dukun subyek tidak merasakan hal

yang berbeda dalam dirinya, dengan kata lain yang dirasakan oleh

subyek adalah perasaan yang biasa – biasa saja, sebab subyek merasa

bahwa Dukun tersebut sama – sama manusia sama dengan subyek.

Woo..ya biasa-biasa saja.. wong yo podho-podho menungso ya biasa-biasa aja kalo saya.

Ohh enggak..enggak..enggak sama sekali. Mungkin malah justru orang pinter itu kalo liat saya malah rodo..rodo..hehehe... ya mungkin karena.. ada sesuatu yang mungkin dia tahu dengan kondisi saya. (70-74)

Mengenai perubahan yang dirasakan oleh subyek setelah

bertemu dengan Dukun, subyek mengatakan bahwa perubahan tersebut

ada yang dapat dirasakan, tetapi ada juga yang tidak dapat dirasakan

oleh subyek. Subyek menambahkan jika ada perubahan setelah

bertemu dengan Dukun, perubahan tersebut tidak dapat diungkapkan

dengan kata – kata, subyek hanya mengatakan bahwa dirinya merasa

menjadi lebih tenang dan lebih maju.

Ada yang ada, ada yang tidak.

(62)

c. Subyek 3

Dari tingkat keseringan subuek dalam menemui Dukun, subyek

mengatakan bahwa subyek menemui Dukun tergantung pada tingkat

kebutuhan dari subyek, dengan kata lain subyek menemui Dukun

hanya pada saat subyek membutuhkan bantuan dari Dukun. Subyek

menambahkan jika sedang membutuhkan bantuan maka subyek dapat

menemui Dukun sebanyak dua kali dalam satu bulan.

Ya.. melihat kebutuhan, jadi.. ya kadang bisa dalam sebulan bisa sampe dua kali. Tapi kadang yang tidak, kadang yaa. Melihat apa yang saya rasakan memang memerlukan bantuan spiritual. (1-3)

Iya, pada saat membutuhkan. Ya juga, ya kalo memang kesana karena kalo tidak membutuhkan saya tidak begitu.. karena saya juga punya banyak kegiatan, jadi kalo kesana memang ada perlunya, kalo ndak ada perlu ndak kesana. (66-69)

Subyek dapat mengenal Dukun yang subyek temui dengan cara

subyek diajak kemudian dikenalkan oleh teman atau saudara yang

sebelumnya sudah pernah menemui Dukun tersebut. Selain subyek

diajak untuk menemui Dukun tersebut, subyek juga terkadang bertanya

kepada teman atau saudara untuk memberi tahu dimana bisa mencari

Dukun yang dapat membantu subyek untuk dapat membantu subyek

untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh subyek.

Kebanyakan saya dikenalkan, jadi kebanyakan saya diajak teman atau saudara yang pernah kesitu dan sudah menghasilkan sesuatu untuk mereka. Dia bilang misalkan saya kesana itu gini-gini-gini nah saya ikut pertamanya, saya ikut trus saya kalo sudah melihat kok insting saya kayaknya memang ini bisa membantu saya, saya kesana. Kebetulan juga kalo sana membantu saya, saya baru.. Tapi kalo saya mencari-cari nggak, karena ya sebetulnya saya nggak begitu ini ya, nggak begitu tahu gitu, kalo enggak dikasih tahu enggak tahu.

Gambar

Tabel Kategori Hasil Penelitian.....................................................................50
Gambar bagan 1 : Asumsi orang menemui Dukun

Referensi

Dokumen terkait

:=aktor yang mendukung kepala sekolah dalam melaksanakan super"isi kaitanya sebagai super"isor dalam proses belajar mengajar mata pelajaran %&$ terpadu, yaitu 3uru

Dua faktor yang digunakan yaitu suhu distilat dan laju distilat dengan respon berupa kehilangan (loss)minyak atsiri. Data yang diperoleh pada penelitian ini akan

Penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengetahui perbedaan pola pemberian ASI antara ibu IMD dan tidak IMD sedangkan penelitian kualitatif dilakukan untuk mengkaji faktor

Untuk menyajikan sebuah video dokumenter musik chamber yang informatif, maka dibutuhkan produksi video dokumenter dengan informasi yang up to date sesuai dengan

Semua pasir yang digunakan dalam pengurugan harus berasal dari pasir alam, dengan butiran dari halus sampai kasar, bebas dari kotoran, debu, atau bahan- bahan lain yang tidak

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai: (1) sumber informasi pengaruh penggunaan lahan (hutan produksi) terhadap nilai koefisien aliran pada Daerah Aliran

Menyimak topik materi yang akan datang dan menutup kegiatan pembelajaran dengan hamdalah dan salamA.

[r]