• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

SPESIFIKASI TEKNIS

VI.1 Ketentuan Pelaksanaan VI.1.1 Bangunan Sementara

Bangunan sementara adalah bangunan direksi, bangunan kerja, gudang bahan-bahan, dan lain-lain. Bangunan sementara dibuat di lokasi proyek. Besar kecilnya ukuran bangunan sementara disesuaikan dengan kebutuhan. Bangunan direksi dan bangunan kerja harus dilengkapi dengan 2 (dua) buah meja tulis, 2 (dua) buah kursi, ruangan untuk buang air dan cuci tangan, perlengkapan dan penyediaan obat-obatan (P3K), peti untuk menyimpan barang, lemari, dan lain-lain yang kira-kira diperlukan. Semua bangunan sementara harus dibongkar setelah pekerjaan selesai, dan bekas bongkarannya menjadi milik pemberi tugas.

VI.1.2. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat

Semua ketentuan bahan yang harus disediakan oleh pemborong harus memenuhi Standar Normalisasi Indonesia, dan Standar Pemeriksaan Umum Bahan-bahan (PUBB), sedangkan untuk beton berlaku Peraturan Umum Beton Bertulang Indonesia (PBBI).

Pemborong diwajibkan mengirim contoh-contoh bahan yang diberikan kepada pemberi tugas, bahan yang kualitasnya diragukan akan dikirim ke kantor Penyelidikan Bahan-Bahan Bangunan atas biaya pemborong.

Apabila ternyata terdapat bahan-bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pemberi tugas dilapangan pekerjaan, maka pemborong harus segera mengangkut bahan-bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.

Pemborong wajib menyediakan barang-barang antara lain : • Concrete mixture

(2)

Concrete internal

Concrete external vibrator Vibrator

• Pompa air

Water pass, dan lain-lain. VI.1.3. Gambar-Gambar

Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada di lapangan setiap waktu. Gambar-gambar kerja harus dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

VI.1.4 Rencana kerja

Sebelum dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan pemborong harus membuat rencana kerja yang disetujui direksi dan diajukan selambat-lambatnya satu minggu setelah pelulusan pekerjaan. Dalam rencana kerja harus dilampirkan Network Planning, daftar staf ahli di lapangan, dan daftar peralatan.

VI.1.5 Peraturan Terkait

Tata cara pelaksanaan dan lain-lain yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia selama pelaksanaan kontrak ini harus betul-betul ditaati. Peraturan-peraturan tersebut adalah :

• Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB) 1965, NI-3 1963, PUBB 1969.

• Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) • Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI 18/1969)

• Peraturan Perburuhan Indonesia (tentang penggunaan tenaga harian, mingguan, bulanan, dan borongan)

(3)

• Peraturan Perusahaan Listrik Negara tentang instalasi listrik dan tenaga (POL.L-NI 6)

• Peraturan Perusahaan Air Minum Negara. VI.2. Spesifikasi Teknis Material

VI.2.1 Umum

Seluruh material yang ditawarkan pemborong harus memenuhi persyaratan teknis baik kualitas maupun ukurannya. Untuk material bekas pabrik yang ditawarkan pemborong, harus ada data-data pokok yang dilampiri dengan brosurnya. Bagi kontraktor yang memenangkan pelelangan harus menunjukkan contoh setiap material yang ditawarkan untuk mendapatkan persetujuan direksi.

VI.2.2 Semen Portland

Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat dalam standar NIS. Semen dapat diterima berdasarkan hasil penyelidikan selama 7 hari, disertai riwayat kualitas dari penghasil semen selama 12 bulan terakhir.

Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• semen senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak.

• lantai gudang harus kuat dan minimal berjarak 30 cm dari atas tanah. • gudang harus cukup untuk memuat semen dalam jumlah besar sehingga

tidak menimbulkan kemacetan dalam penerimaan atau pengeluaran semen.

(4)

VI.2.3. Agregat Kasar, Pasir, dan Batu

Segala cara yang dilaksanakan pemborong untuk pengangkutan, pembongkaran, pengerjaan dan penimbunan agregat kasar, pasir, dan batu harus mendapat persetujuan direksi.

Tempat penimbunan harus dibersihkan, diatur sedemikian rupa sehingga pasir atau agregat kasar tersebut tidak berceceran, dan tidak terkena kotoran lain pada waktu hujan atau kena air rembesan.

Pemborong atas biaya sendiri harus mengolah kembali pasir atau agregat kasar yang kotor atau tercecer karena penimbunan yang tidak sempurna. Tinggi timbunan maksimum adalah 1,23 m dan tidak boleh dipindahkan tempatnya kecuali atas instruksi direksi.

a. Pasir

Semua pasir yang diperlukan harus diperoleh pemborong dari sumber yang disetujui direksi. Pemborong menanggung semua masalah dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh pasir tersebut.

Pemborong harus memberikan contoh pasir yang akan dipakai dalam jumlah yang cukup sebelum pemakaian. Pasir harus bersih dan terbebas dari gumpalan-gumpalan tanah, alkalis, bahan-bahan yang mengandung organik, dan kotoran-kotoran lainnya yang dapat merusak.

Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan antara 2 sampai 32, atau sesuai dengan PBI 1972, atau sesuai dengan ketentuan seperti tersaji dalam Tabel VI.1.

(5)

Tabel VI.1. Kehalusan Pasir Beton No % Satuan Timbangan Saringan Tertinggal di Saringan

4 0-15 8 6-15 16 10-25 30 10-30 50 10-30 100 12-30 PAN 3-7 (Peraturan Beton Indonesia, 1972)

Apabila presentase yang tertinggal di saringan no 16 adalah 20%, maka batas maksimum untuk yang tertinggal di saringan no 8 dapat naik sampai 20%. Pasir pasang harus memenuhi gradasi seperti yang terdapat pada Tabel VI.2.

Tabel VI.2. Kehalusan Pasir Pasangan No Saringan % Timbangan Melalui Saringan

8 100

100 15 (maksimum)

(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

b. Agregat Kasar

Agregat kasar yang diperoleh pemborong harus berasal dari sumber yang disetujui oleh direksi. Pemborong harus menanggung semua permasalahan dan biaya yang diperlukan untuk memperoleh agregat kasar tersebut. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau panjang-panjang, bahan alkalis, atau organis dan substansi lain yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 3 %.

Agregat kasar harus terdegradasi baik dengan ukuran 5–50 mm. Modulus kehalusan butir harus berada antara 6,0–7,5 atau memenuhi standar PBI-1971. Agregat kasar

(6)

yang tidak memenuhi ketentuan tersebut harus disaring kembali atas biaya pemborong.

c. Batu

Batu yang digunakan adalah batu kali atau batu pecah dari gunung atau batu-batu besar yang bermutu granit, kwasit, dan trap yang mempunyai berat jenis minimum 2,40 gr/cm3 dan kekuatan tekan tidak kurang dari 40 kg/cm2, keras, kekar, bersih, penuh, bebas pori-pori, dan bebas cacat belah-belah.

VI.2.4. Air

Air yang digunakan untuk pengadukan beton atau pembuatan spesi harus menggunakan air tawar yang bersih dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• tidak mengandung minyak dan bagian-bagian terapung/melayang • harus netral atau sedikit alkalis

• kadar sulfat maksimum adalah 0,5 % atau 5 gr/l, kadar klor maksimum adalah 1,5 % atau 15 gr/l

• banyaknya KMnO4 maksimum yang dipakai untuk mengoreksi air kotor organik didalam air adalah 1000 mg/l.

Apabila contoh air tidak dapat dilakukan, maka dalam hal keragu-raguan mengenai air harus dilakukan percobaan perbandingan antara kekuatan tekanan mortal semen-pasir dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila kekuatan tekanan mortal dengan pemakaian air tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90 % kekuatan mortal dengan memakai air suling pada umur yang sama.

VI.2.5. Baja Tulangan

Baja tulangan harus dari baja yang lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 dan tegangan maksimum 5000 kg/cm2. Bahan-bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI-1971 atau Jepang kelas 5.R.24 atau 4.24.

(7)

Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di tempat terbuka dalam waktu lama.

VI.2.6. Baja Struktur Profil

Penyediaan bahan harus lengkap dengan peralatannya dan disesuaikan dengan mutu kelas I. Mutu baja profil, pelat-pelat simpul, baut, mur, dan paku keling harus memenuhi persyaratan minimal yang mempunyai kekuatan normal 3700 kg/cm2.

Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan baja harus diperoleh dari suplier yang disetujui oleh pemberi tugas. Pasangan-pasangan yang tepat, bentuk, tebal ukuran, berat, dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan. Bahan baja kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas harus sesuai dengan PUBB-56.

Baut dan paku keling yang digunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan yang tercantum pada gambar. Kekuatan baut atau paku keling minimal harus sama dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul. Pemasangan baut dan paku keling harus benar-benar kokoh.

VI.2.7 Standar Pipa

Jenis-jenis pipa yang dipergunakan dalam pengerjaan ini adalah pipa dari jenis Ductile Cast Iron Pipe (DCIP). Pipa galvanis yang didatangkan dari suplier harus dalam keadaan utuh/baru dan semua dalam keadaan terlindung, dan sesuai dengan kelas yang disyaratkan dan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

• pipa besi yang dimaksud disini adalah lengkap dengan soket dan perlengkapan-perlengkapan sambungan

• penyambungan dilakukan dengan mengikuti ketentuan pabrik • minimum hidrostatic test pressure harus mencapai 10 atm • pipa yang digunakan harus dari jenis kelas 1

(8)

VI.2.8 Perlengkapan Pipa

Perlengkapan pipa yang dimaksud adalah perlengkapan yang sesuai untuk macam pipa yang digunakan. Sambungan dilakukan dengan union socket. Minimum hidrostatic test pressure yang harus dicapai sesuai dengan yang berlaku untuk pipanya.

VI.2.9 Gate Valve

Gate valve yang digunakan adalah Round Flange Valve dengan Direct Drive Non RisingStem. Kriteria lain yang harus dipenuhi:

• minimun leakage pressure adalah 8 atm • spendel terbuat dari brause

VI.3 Persyaratan Teknis Pekerjaan Sipil/Konstruksi

Ruang lingkup pekerjaan sipil meliputi: pekerjaan persiapan, pekerjaan pematangan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan bata dan plesteran, pekerjaan kayu, pekerjaan atap, pekerjaan kaca, serta pekerjaan sarana jalan.

VI.3.1 Perkerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan awal dari kegiatan pembangunan. Lokasi tempat pembangunan harus dibersihkan dari hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran kerja, misalnya: pohon, akar-akar tanaman, dan semak-semak di lokasi tersebut. Pada tahap ini juga dibuat sarana penunjang lain seperti pembuatan kantor kontraktor dan konsultan, pemasangan genset, dan lain-lain.

VI.3.2 Pekerjaan Pematangan Tanah

Pada tahap pekerjaan ini dilakukan persiapan lokasi pembangunan IPAL agar mencapai elevasi yang telah direncanakan dalam gambar rencana penempatan unit-unit pengolahan.

(9)

Pekerjaan tanah tersebut meliputi:

a. pekerjaan pengukuran dan pematokan b. pekerjaan pembersihan lokasi

c. pekerjaan penggalian d. pekerjaan pengurugan.

Pekerjaan penggalian tanah dilakukan sesuai dengan pematokan yang telah dilakukan. Klasifikasi jenis galian menurut tingkat kesulitannya untuk menentukan pembiayaan adalah sebagai berikut:

• galian tanah biasa

• galian tanah keras/cadas merupakan tanah berbatu, umumnya untuk menggali tanah ini digunakan bor atau dengan bahan peledak atau alat khusus lainnya.

Galian tanah yang selalu berair akan menimbulkan masalah air tanah setelah mencapai kedalaman gali lebih dari 0,2 dari permukaan air konstan. Bila perlu saat dilakukan penggalian, galian harus diberi penguat dan dibuat agak miring sehingga tidak terjadi longsor yang dapat mengganggu bangunan yang telah dibuat dan menjaga para pekerja untuk bekerja dengan aman.

Daerah penggalian harus mempunyai saluran pembuangan air yang baik dan bebas dari genangan air atau dapat juga digunakan pompa air, karena seluruh pekerjaan sedapat mungkin dikerjakan dalam keadaan kering. Galian harus dibuat dengan lebar berlebih untuk memasukkan unit-unit penyangga, penguat galian, peralatan pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan menyambungkan pipa dengan baik.

Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk menampung sementara bahan galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, diangkut dari lapangan untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir yang telah disepakati.

(10)

a. Pekerjaan Pengurugan

Pengurugan harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasinya serta disebutkan dalam “Pekerjaan Tanah”. Pengurugan harus memenuhi ketentuan-ketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung asli (kadar clay <20%).

Pengurugan dilakukan secara berlapis dengan tebal lapisan 20 cm, kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat berat. Bahan urugan harus bebas dari akar-akaran, bahan organik, sampah, dan batuan yang lebih besar dari 10 cm.

b. Bahan urugan:

• Bahan dari galian tanah

Pengurugan dapat menggunakan bahan galian, meliputi bahan-bahan yang menggandung lempung, pasir, kerikil, atau bahan lain yang bebas dari kotoran.

• Bahan dari pasir dan kerikil

Semua pasir yang digunakan dalam pengurugan harus berasal dari pasir alam, dengan butiran dari halus sampai kasar, bebas dari kotoran, debu, atau bahan-bahan lain yang tidak sesuai. Lempung yang terdapat pada pasir tidak boleh lebih dari 10% berat keseluruhan. Pada pekerjaan sipil pembangunan unit-unit pengolahan maupun pekerjaan pengurugan di bawaah pipa harus diberi dasar pasir setebal 10 cm, dasar pasir ini dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi serta harus memiliki permukaan yang rata, urugan pasir ini harus disebar merata ke seluruh lokasi pengurugan.

VI.3.3 Pekerjaan Pondasi

a. Konstruksi pondasi dibuat berdasarkan gambar hasil perhitungan sipil.

b. Galian tanah atau pemancangan untuk pondasi harus sampai pada tanah asli dengan daya dukung tertentu. Jika daya dukung tanah kurang, maka dilakukan perbaikan tanah sesuai dengan ketentuan yang ada.

(11)

c. Jika tanah mengandung lumpur atau humus yang cukup dalam, maka tanah tersebut harus dibuang atau dikupas dan diadakan perbaikan struktur tanah.

d. Pondasi yang akan dipasang adalah pondasi batu kali dengan memakai bahan material:

ƒ batu kapur setebal 25-30 cm, dipadatkan

• pasir urug untuk alas pondasi dengan ketebalan 5-10 cm dan dipadatkan • adukan campuran 1 pc : 2 ps : 3 krl.

VI.3.4 Pekerjaan Beton

a. Kualitas beton yang digunakan adalah K-225 untuk lantai dan dinding unit-unit pengolahan, dan beton 1 : 3 : 5 untuk lantai kerja.

b. Persyaratan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi harus sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi teknis untuk pekerjaan sipil. Secara umum spesifikasi bahan-bahan konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

• Semen.

Semua semen yang digunakan adalah jenis semen portland biasa dengan mutu terbaik. Semen harus disimpan dengan baik untuk mencegah kelembaban atau pencemaran oleh bahan-bahan lain.

• Pasir dan Kerikil/batu pecah.

Pasir dan kerikil/batu pecahan harus diangkut, ditangani, dan ditimbun sedemikian rupa sehingga yang berukuran nominal terpisah dari yang berukuran lain dan tidak bercampur dengan benda-benda lain. Kerikil dan batu pecahan harus keras, tahan lama, bersih, serta bebas dari bahan organik yang mengganggu konstuksi beton, lapisan yang menempel dan dari debu.

• Beton

Perbandingan campuran beton harus 1 : 2 : 3 kecuali ada ketentuan lain, untuk mendapatkan mutu beton yang baik perbandingan kerikil dan pecahan batu yang harus digunakan harus diubah-ubah (dapat dipadatkan dengan baik tanpa penggunaan terlalu banyak air).

(12)

c. Untuk pencampuran semen harus digunakan air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan organik, minyak, asam, alkali, atau campuran lain yang dapat merusak beton atau dapat mempengaruhi daya lekat semen.

d. Pengadukan beton dilakukan dengan mesin pengaduk sampai susunan warna dan kekentalannya harus sama.

e. Sebelum dilakukan pengecoran bekisting harus dipasang dengan kokoh sesuai dengan bentukannya.

• Bekisting dibuat dari kayu bermutu baik dengan ketebalan minimal 2,5 cm.

• Dipasang sekokoh mungkin, kaku, dan kuat menahan getaran alat pemadat.

f. Beton harus dicor dan dipadatkan tidak kurang dari 30 menit setelah dicampur dan dibiarkan dalam keadaan basah dan terlindung dari sinar matahari selama minimal 7 hari.

g. Cetakan dan penyempurnaan

Cetakan untuk cor beton harus dibuat rapi dan diperkuat secukupnya sesuai dengan gambar rencana. Semua sambungan-sambungan harus rapat untuk menjamin agar tidak terdapat kebocoran yang menyebabkan beton menjadi basah pada cetakannya. Cetakan tidak boleh dibongkar selama 24 jam setelah pengecoran.

h. Permukaan beton yang horizontal dan yang terlihat harus diratakan sampai halus dengan sendok baja setelah pengerasan pertama terjadi.

i. Pekerjaan beton meliputi:

• pekerjaan struktur, pondasi, kolom, sloof, balok, pelat lantai, pelat atap, bak air.

• pekerjaan beton tumbuk, dudukan piapa, pompa, mesin. j. Campuran

Macam campuran (adukan) menggunakan agregat kasar dan halus untuk tiap 50 kg semen portland dan ukuran nominal, ditunjukkan pada Tabel VI.3.

(13)

Tabel VI.3. Jenis Beton dan Spesifikasinya

Agregat Agregat Ukuran Jenis

Beton Campuran Halus (m3) Kasar (m3) Nominal (mm) B1 1 : 1,5 : 2,5 0.06 0.10 10 B2 1: 2: 3 0.08 0.12 20 B3 1 : 2,5 : 5 0.10 0.20 38 B4 1: 3: 6 0.12 0.24 38 B5 1: 2: 3 0.06 0.12 30

(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

Penjelasan pemakaian jenis beton adalah sebagai berikut:

• B1 = beton yang memerlukan kekedapan air, pelat-pelat atap, reservoir, balok yang bersangkutan dengan atap dan reservoir.

• B2 = semua beton bertulang, kolom, sloof, balok-balok, pondasi diluar ketentuan pada B1

• B3 = jalan setapak sekitar bangunan

• B4 = semua beton bertulang kecuali jenis B2 VI.3.5 Pekerjaan Bata dan Plesteran.

• Bata yang digunakan adalah bata merah berukuran 6 cm x 12 cm x 24 cm, bersudut runcing, rata dan keras.

• Siar-siar dibuat rapi setebal 1 cm dan dikorek sedalam 0.5 cm. Siar-siar vertikal tidak boleh bertemu dalam satu garis lurus.

• Perbandingan adukan untuk plesteran dinding pasangan bata adalah 1 kp : 1 pc : 2 ps . Sedangkan untuk plesteran beton digunakan campuran 1 pc : 2 ps.

VI.3.6 Pekerjaan Kayu, Atap, Kaca dan Cat

• Semua kusen pintu dan jendela terbuat dari kayu kamper yang kering, sedangkan untuk kuda-kuda atap dan langit-langit dari kayu borneo.

• Semua pekerjaan kayu harus diketam halus dan digosok dengan kertas pasir sebelum dicat.

(14)

• Atap ditutup dengan genteng, sedangkan nok ditutup dengan genteng bubungan.

• Kaca untuk jendela, ventilasi, digunakan kaca 3 mm. VI.4 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal meliputi pemasangan pipa, pompa, aerator,dan instalasi listrik.

VI.4.1 Pemasangan Pipa

• Pengukuran dilakukan dengan arah memanjang searah pekerjaan pipa. Penentuan ketinggian dan sudut-sudut dilakukan dengan bantuan water pass dan theodolit.

• Pematokan dilakukan sesuai dengan hasil pengukuran di atas dengan mencantumkan nomor patok dan jarak, elevasi permukaan tanah, elevasi dasar tanah yang harus digali, elevasi peletakan pipa, elevasi permukaan tanah atau jalan setelah dilakukan pekerjaan pengurugan.

• Pipa harus dipasang lurus pada kedalaman yang tepat sesuai dengan gambar rencana. Dasar parit harus dibentuk sedemikian rupa agar memberi penopangan keliling yang merata dan kuat bagi bagian bawah dari setiap pipa. • Pengukuran galian parit pada pekerjaan pemasangan pipa harus dilaksanakan

dengan “ukuran lari” yaitu sesuai dengan jalur pemasangan pipa dan permukaan pipa.

• Penggalian parit harus dilaksanakan dengan tepat dan cepat, penimbunan galian dan perataan permukaan harus dimulai dan diselesaikan bila pipa terpasang dan tersambung dan telah diuji secara hidrolis. Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan yang tidak stabil, seperti debu, sampah, dan sebagainya maka harus dilakukan penggalian dan menyingkirkan bahan-bahan tidak stabil tersebut.

• Apabila dalam galian parit terdapat pasangan batu, bongkahan-bongkahan, atau rintangan lain, maka rintangan tersebut harus digali sampai 20 cm di

(15)

bawah dasar parit serta disetiap sisi pipa dan perlengkapannya, kemudian mengisinya kembali dengan pasir dan memadatkannya sampai ketinggian yang diperlukan.

• Lebar galian harus dibuat lebih agar dapat memasukan penyangga, penguat galian, peralatan, meletakan pipa, dan menyambungkannya dengan baik

• Urugan dibawah pipa

• Galian harus dibuat sampai kedalaman yang ditentukan untuk membuat dasar pipa yang rata dan seragam, parit-parit galian harus diberi dasar pasir setebal 10 cm lebih dahulu, atau sesuai gambar rencana sebelum pipa dipasang didalamnya. Dasar pasir ini harus dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi serta harus mempunyai permukaan yang rata. Setiap dasar pasir pada ujung pipa harus 5 cm lebih rendah agar pipa terjamin kedudukannya pada keseluruhan panjangnya dan bukan ditahan oleh sambungan-sambungannya. Setelah pipa dipasang di dalam parit kemudian ditimbun dengan pasir dan kerikil halus mulai dari dasar sampai atas pipa. Bahan urugan harus tersebar merata.

• Penimbunan kembali ini dilakukan lapisan demi lapisan, kemudian dipadatkan sekeliling dan di atas pipa dengan cara yang tidak merusak pipa. Dari kedalaman 10 cm di atas pipa hingga ke permukaan, galian harus ditimbun dengan tangan atau metode mekanis yang disetujui dan dipadatkan dengan alat pemadat, untuk mencegah menurunnya permukaan setelah selesai pekerjaan penimbunan.

• Pipa tidak boleh diturunkan kedalam parit sebelum parit mempunyai kedalaman yang telah ditentukan. Panjang parit yang harus digali harus disesuaikan dengan pipa dan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.

(16)

VI.4.2 Pompa

Pompa yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut: • Pompa air limbah

Tipe pompa : Grundfos end-suction centrifugal pumps NK-32-125-1

Kapasitas pompa : dapat dilihat pada Lampiran C Head pompa : dapat dilihat pada Lampiran C

Putaran : 1450 rpm

Temperatur air : -10oC s.d 160oC

Daya pompa : 0,37 Kw

Material : Cast iron

Berat pompa : 34 kg

Jumlah : 2 unit

• Pompa pembubuh larutan alkalinitas

Tipe pompa : DME 8-10, Grundfos Dosing Pump Kapasitas pompa : 2,5-7,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C Power supply (V,Hz) : 1x100-240 V, 50-60 Hz

Akurasi : ± 1%

Jumlah : 2 unit

• Pompa pembubuh larutan urea

Tipe pompa : DMS 2π, Grundfos Dosing Pump Kapasitas pompa : 0-2,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C Power supply (V,Hz) : 1x230/50 V, 1x120/60 Hz

Akurasi : ± 1%

(17)

• Pompa pembubuh larutan asam fosfat

Tipe pompa : DMS 2π, Grundfos Dosing Pump Kapasitas pompa : 0-2,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C Power supply (V,Hz) : 1x230/50 V, 1x120/60 Hz

Akurasi : ± 1%

Jumlah : 2 unit

Pemasangan pompa transfer air limbah dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

• pompa dan motor harus diletakkan datar dengan bantuan water pass

• pondasi tempat meletakkan pompa harus mampu menyerap getaran pompa dan penggeraknya dan mampu menahannya. Berat pondasi sekurang-kurangnya 3 kali berat pompa (dan motornya)

• pompa yang dikopel langsung dengan motor dipasang pada satu landasan. Apabila digunakan transmisi sabuk dapat digunakan landasan terpisah dengan ketentuan jarak tertentu

• ambang pada bagian inlet maupun outlet terbuat dari baja untuk mencegah aliran balik dan agar tidak mudah rusak

• bearing pada bagian inlet maupun outlet diberi minyak pelumas agar pompa dapat berputar dengan lancar. System pelumasan dilakukan secara otomatis. Kedua bearing dirancang agar kedap air untuk menghindari kerusakan yang dapat terjadi akibat lumpur yang dialirkan

• baut dan mur yang digunakan untuk menyatukan pompa dengan peletakan harus cukup kuat agar getaran yang ditimbulkan dapat diperkecil.

Pompa dan motor penggerak harus diletakkan pada pondasi sedemikian rupa sehingga poros kedua mesin tersebut terletak sesumbu. Jika diperlukan dapat memakai ganjal-ganjal berbentuk baji dari baja. Tiap pasang baji terdiri atas baji atas dan baji bawah.

(18)

VI.4.3 Aerator

Aerator yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut: • Aerator Tangki Ekualisasi

Tipe : Surface aerator, SFA-02 Kapasitas : 5 m3/menit

Oksigen transfer rate : 3 kg O2/jam Diameter mixing area : 5 m

Kedalamam mixing area : 2 – 3 m

Daya : 2 HP

Jumlah : 1 unit

• Surface Aerator Sequencing Batch Activated Sludge

Tipe : Surface aerator, SFA-07 Kapasitas : 11 m3/menit

Oksigen transfer rate : 9,6 kg O2/jam Diameter mixing area : 16 m

Kedalamam mixing area : 5-6 m

Daya : 7,5 HP

Jumlah : 1 unit

Pemasangan aerator dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

• aerator dipasang pada posisi dan elevasi yang sesuai dengan gambar rencana

• aerator diikatkan pada kawat baja dengan diberi baut dan mur yang cukup kuat sehingga getaran yang ditimbulkannya dapat diperkecil dan posisinya tetap.

• kabel listrik yang digunakan oleh motor aerator dilapisi oleh bahan isolasi kedap air.

(19)

VI.4.4 Decanter

Decanter yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Tipe : 11800-DH

Kapasitas maksimum : 1,4 m3/menit Dimensi (Panjang x Lebar x Tinggi) : 34”x60”x20”

Berat : 160 lbs

Ukuran port outlet : 4”

Material : Stainless steel

VI.4.5 Media Pertumbuhan Bakteri Anaerob

Media pertumbuhan bakteri yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Tipe : Pall Rings

Ukuran : 50 mm (2 inci)

Material : Polypropylene

Persen pori : 94,9%

Luas permukaan spesifik : 100 m2 /m3 Berat jenis : 45,3 kg/m3

Gambar

Tabel VI.1.  Kehalusan Pasir Beton  No  % Satuan Timbangan  Saringan  Tertinggal di Saringan
Tabel VI.3. Jenis Beton dan Spesifikasinya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo penulis menemukan permasalahan bahwa pasien bisa masuk ruang filling,

Persuasi (ajakan). Pada menulis karangan diskripsi jelas membutuhkan keahlian tertentu, sebab tulisan harus dapat memberikan gambaran yang jelas dari objek agar pembaca

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konsentrasi polietilen glikol (PEG), jenis non- pelarut, dan kondisi tekanan terhadap morfologi, permeabilitas,

Peneliti memilih PT Mustika Parahyangan, radio PRFM sebagai objek penelitian, karena PT Mustika Parahyangan, radio PRFM sudah melakukan transformasi identitas

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.. Pendekatan kualitatif dan

Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG)

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan aplikasi dan sistem untuk mempercepat proses penyewaan alat pesta pada CV.Widodo Group berbasis web dan

Po- pulasi benih tengadak yang memiliki panjang tubuh 8 3,6 cm; terbanyak pada perlakuan A2B3 (lama pe- nyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux) yaitu 37,48% dan paling