• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KUALITATIF MENGENAI KRITERIA MENYITIR DOKUMEN: Kasus pada Beberapa Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KUALITATIF MENGENAI KRITERIA MENYITIR DOKUMEN: Kasus pada Beberapa Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KUALITATIF MENGENAI KRITERIA MENYITIR DOKUMEN:

Kasus pada Beberapa Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Juznia Andriani

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jln. Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122

ABSTRAK

Artikel ini menjelaskan beberapa kriteria yang digunakan dalam menyitir dokumen oleh mahasiswa Program Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor. Wawancara dilakukan de-ngan menggunakan data dokumen yang disitir oleh respon-den. Hasilnya memperlihatkan bahwa responden mengguna-kan topik sebagai kriteria utama untuk menyitir dokumen. Dokumen yang disitir memiliki nilai epistemik, fungsional, sosial, dan kondisional. Faktor intrinsik seperti kebaruan, ke-mutakhiran, keklasikan, dan disiplin ilmu merupakan kriteria yang muncul bersamaan dengan kesesuaian topik. Kriteria lain yang juga dipertimbangkan adalah pengarang, judul maja-lah, dan rekomendasi kolega. Faktor eksternal yang mem-pengaruhi responden untuk menyitir dokumen adalah kemu-dahan mengakses dokumen, bahasa, dan waktu.

ABSTRACT

Qualitative Study on the Criteria to Cite Documents: A case study of some postgraduate students from Bogor Agricultural University

This article pointed out some criteria applied in citing docu-ment by the postgraduate students from Bogor Agricultural University. The interview was carried out using the data obtained from all citing documents used by respondents. It showed that the respondents apply topicalities as the main criterion to cite documents. These documents had epistemic, functional, social, and conditional values. The internal factors such as novelty, recency, classic, and subject area were some criteria that would arise together with research topic suitability. The other criteria that influence the respondents to cite documents were author, journal title, and college recommenda-tion. The external factors affecting them to cite documents were accessibility of the documents, language, and time.

Keywords: Citation, criterion, external factors, internal factors

PENDAHULUAN

Suatu dokumen akan disitir oleh pengarang bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah

yang dilakukannya. Menurut Green (1995), relevance ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Pada berbagai tulisan mengenai relevance, topicality (topik) merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian dokumen. Froelich dalam Green (1995) menyebutkan bahwa inti dari relevance adalah topicality.

Kegunaan informasi bagi pengguna tidak hanya menyangkut topik yang berhubungan, tetapi juga kualitas, novelty (kebaruan), kepentingan, dan kredibili-tas. Konsep ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Paisley dalam White (2001), yang menyebutkan perceived relevance dan utility sebagai variabel ter-penting bagi pengarang dalam menilai suatu dokumen untuk disitir. Dokumen akan diberi nilai bila dokumen tersebut mempunyai kegunaan (utility). Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:

1. Epistemic values: kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi keinginan atas pengetahuan atau infor-masi yang tidak/belum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen. Doku-men yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir.

2. Functional values: kegunaan suatu dokumen karena memberi kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.

3. Conditional values: kegunaan dokumen akan mun-cul bila beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut.

4. Social values: kegunaan suatu dokumen dalam hu-bungannya dengan kelompok atau individu. Doku-men akan diberi nilai sosial tinggi bila dokuDoku-men

(2)

tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu yang berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur yang terkenal di bi-dangnya. Adakalanya dokumen disitir karena doku-men tersebut berasal dari individu atau organisasi yang mempunyai pengaruh khusus terhadap peneliti atau penelitiannya, seperti pembimbing, dosen, kolega atau afiliasi organisasi.

Park (1993) telah melakukan penelitian mengenai proses pengambilan keputusan untuk menilai dokumen yang akan dipakai sebagai bahan rujukan. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa dari sisi pengguna, relevansi secara intrinsik berhubungan dengan proses mental sikap atau perilaku selektif dalam menilai suatu kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi suatu dokumen. Relevansi merupakan sesuatu yang difahami oleh peng-guna pada saat mereka memilih dokumen. Pendekatan ini sejalan dengan relevansi psikologis yang didasarkan pada kondisi kognitif individu dan konteksnya dalam proses pembuatan keputusan.

Alasan penulis untuk menyitir suatu dokumen ber-variasi. Huber dalam Wang dan Soergel (1998) menye-butkan bahwa dalam mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen, penulis tidak hanya mengan-dalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain. Pengam-bilan keputusan dilakukan dengan menerapkan bebe-rapa kriteria. Menurut Wang dan Soergel (1998), kriteria merupakan suatu “filter” yang diaplikasikan penulis dalam membuat suatu keputusan. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen adalah:

1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan de-ngan penelitian yang dilakukan penulis. Topik perma-salahan harus diketahui oleh penulis yang akan me-nilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik men-cakup who (siapa yang menulis), when (kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu men-jadi berarti), dan how (bagaimana hubungan topik itu dengan topik lain). Persepsi penulis dalam menilai suatu dokumen bisa berbeda-beda meskipun doku-men tersebut doku-mengangkat topik yang sama. Hal ini terjadi karena informasi yang terdapat dalam dokumen kurang jelas, terlalu spesifik atau terlalu umum. Pe-nulis yang menilai relevan menganggap dokumen tersebut sesuai atau berhubungan dengan topik, pe-nyajian informasinya lengkap, atau ada bagian dari isi yang bisa diambil sebagai sitiran.

2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditujukan. Penulis biasanya

memilih dokumen dengan melihat isinya, misalnya memuat suatu teori, data empiris, metodologi atau ha-nya bersifat ulasan, serta sasaran pengguna doku-men seperti lingkungan akademis, institusi peneliti-an, atau praktisi.

3. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan. White (2001) telah meneliti pola sitiran Borgman dan Bates, dua peneliti dalam disiplin ilmu yang sama, yaitu mengenai “user-centered design of on-line search system” atau “cognitive aspect of retrieval at the user-computer-literature interface”. Adanya kesamaan dalam disiplin ilmu penelitian menyebabkan sama pula rujukan yang mereka sitir. Disiplin ilmu lain seperti ekonomi, teknik, lingkungan, politik, dan keuangan kadang-kadang juga disitir karena ilmu tersebut bersifat antardisiplin yang bisa diaplikasikan di bidang lain. Contoh kasus lain ada-lah Wilson, seorang dosen ilmu informasi yang karya-nya bakarya-nyak menyitir figur dalam disiplin ilmu lain seperti Kenneth Arrow seorang ahli ekonomi, Robert Merton ahli sosiologi, dan pakar lainnya di bidang militer, bahasa, dan psikologi.

4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial di bidangnya, ka-rena memuat teknik, metode, atau teori yang dipakai sepanjang waktu. Penelitian mengenai artikel yang bersifat klasik telah dilakukan oleh Ruff (1979) de-ngan mengambil contoh Profesor Kovacs, seorang ahli spektroskopi molekuler yang karyanya disitir rata rata 25 sitiran per tahun.

5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman penga-rang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi pro-ses seleksi dokumen. Barry (1998) melaporkan bahwa pengarang akan membuat penilaian yang sama ter-hadap jurnal yang pernah dibaca sebelumnya. Jenis/ tipe dokumen, seperti bentuk jurnal, buku, disertasi, tesis atau laporan kerja juga menjadi salah satu aspek penilaian.

6. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir. Apabila pengarang mempublikasikan bebe-rapa artikel yang berhubungan, artikel tersebut akan dipilih salah satu untuk disitir. Kadang-kadang do-kumen disitir karena penulis dodo-kumen tersebut mem-punyai pengaruh khusus dengan penelitian yang dilakukan, misalnya sebagai pembimbing, atasan, kolega atau karena institusinya. White (2001)

(3)

menye-butkan adanya jaringan sosial (social network), atau hubungan individu di antara sesama pengarang dalam suatu bidang ilmu. Selain adanya hubungan khusus, keanggotaan pengarang dalam suatu komunitas pro-fesi dan hubungan kekerabatan dapat mempengaruhi penilaian terhadap dokumen. Hubungan sosial yang erat di tempat kerja juga menjadi bahan penilaian, se-perti guru dan murid, sesama anggota suatu kelom-pok, atau sesama dosen. Contoh kasus ini ialah Bates dan Borgman, keduanya dari UCLA, yang saling menyitir tulisan dalam publikasinya (White 2001). 7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat

informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.

8. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula men-jamin mutu terbitan. Demikian juga kontinuitas ter-bitan dapat menjadi pertimbangan dalam menilai terbitan yang akan disitir.

9. Recency/kemutakhiran, membandingkan newness suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan. Adakalanya dokumen yang terbit 15 tahun lalu masih dinilai baru, namun ada juga dokumen yang diter-bitkan 2 tahun lalu sudah dianggap terlalu tua. Hal ini tergantung pada topik yang diteliti dan faktor lainnya yang berpengaruh. Hasil penelitian Soehardjan dan Sundari (1995) terhadap Indonesian Journal of Crop Science mendapatkan rentang waktu sitiran 1-15 tahun. Literatur yang berusia lebih dari 15 tahun mungkin masih digunakan karena informasi tersebut sangat penting atau masih relevan dengan kebutuhan saat ini.

Selain kriteria yang telah disebutkan di atas, ter-dapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga dipertimbangkan, yaitu:

1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu (1993) menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan de-ngan ketersediaan dokumen tersebut di perpusta-kaan institusi penulis. Artinya, jumlah rujukan yang disitir tergantung pada kelengkapan atau jumlah koleksi perpustakaan institusi penulis. Hal ini ber-beda dengan penulis di negara Barat yang lebih ba-nyak menggunakan koleksi pribadi dalam rujukannya dibanding di Cina. Menurut Soper dalam Smith (1981), sebagian besar dokumen yang disitir meru-pakan koleksi pribadi, sebagian kecil dari perpusta-kaan instansi tempat peneliti/penulis bekerja, dan bagian terkecil dari perpustakaan di kota atau negara

lain. Dengan demikian, suatu dokumen dikutip bukan karena dokumen tersebut yang terbaik, melainkan karena dokumen tersebut mudah diperoleh.

2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Salah satunya adalah penguasaan bahasa. Jika pengguna tidak menguasai bahasa yang dipakai dalam dokumen, ada kemungkinan dokumen tersebut tidak disitir. Artikel yang berbahasa Inggris atau berbahasa ibu dari pengguna banyak digunakan sebagai sitiran. Liu (1993) menyebutkan bahwa artikel yang berbahasa Inggris banyak disitir oleh ahli fisika Cina, selain bahasa Perancis, Jerman, dan Rusia. Pembaca yang menguasai lebih banyak bahasa akan menyitir artikel lain yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris dan bahasa ibu. Selain faktor bahasa, alat yang dipakai untuk membaca dokumen juga ikut berpengaruh, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm. Bila pembaca tidak menguasai alat mikrofilm maka kemungkinan dokumen tersebut akan diabaikan.

3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman ter-lampau tebal sehingga tidak sempat terbaca (White dan Wang 1997).

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas, penulis selanjutnya membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen. Dalam mem-buat penilaian, penulis mengacu pada decision rule (Svenson 1979 dalam Wang dan Soergel 1998), suatu strategi dalam pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule dapat di-terangkan sebagai berikut:

1. Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai bahan rujukan. 2. Multiple-criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan

untuk menerima atau menolak suatu dokumen. 3. Dominance rule. Satu dokumen memiliki kesamaan

dengan dokumen lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan.

4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan. 5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai

de-ngan topik yang diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain.

(4)

6. Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempu-nyai hubungan dengan dokumen lain, misalnya artikel asli dengan dokumen yang memuat kritik ter-hadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang dimuat pada suatu jurnal.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih karena secara konseptual memperhatikan pemahaman perilaku manusia (individu) dari perspektif individu itu sendiri. Data yang terkumpul berupa hasil wawancara dengan responden dan observasi terhadap dokumen yang dipakai. Data dokumen untuk wawancara berasal dari semua dokumen yang dipakai responden. Metodologi penelitian secara rinci dapat dilihat pada Andriani (2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kriteria yang dipakai responden dalam memilih dokumen meliputi topik, nama jurnal, pengarang, penerbit, disiplin ilmu, keklasikan/kepeloporan, kebaruan, kemutakhiran, rekomendasi dari kolega, dan kriteria di luar dokumen seperti kemudahan diperoleh, bahasa, dan waktu yang tesedia.

Topik

Hampir semua responden menyebutkan bahwa kesesuaian topik dokumen dengan penelitian yang sedang dilakukan merupakan kriteria dasar dalam memilih suatu dokumen. Namun, tidak semua dokumen yang disitir mempunyai kesamaan topik dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa dokumen tetap disitir meskipun topiknya berlainan, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai metode atau analisis statistik.

Dalam kesesuaian topik ini responden mempunyai beragam cara penilaian. Dokumen dapat disitir karena membahas secara mendalam mengenai topik yang perlukan ataupun yang bersifat umum. Hal ini bisa di-lihat dari jawaban responden terhadap penilaian topik suatu dokumen.

X saya pilih karena langkah-langkah penelitian dia sama dengan yang saya lakukan dan topiknya

sama. Dokumen tersebut ialah mengenai efek genetik dan lingkungan pada produksi susu (Small Rum. Res. 1992). Dia memakai domba Sardi dan D’ man berikut persilangannya dalam penelitiannya (Responden 3). Buku ini (Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Mardi Kanto, 7; 1993) saya ambil karena bersifat ge-neral dan lengkap, jadi merupakan payung dari ilmu penyuluhan. Penelitian saya mengenai pengaruh pe-nyuluhan terhadap kemandirian petani. Meskipun topik saya mengenai kemandirian, tetapi saya perlu juga memasukkan unsur penyuluhan di dalamnya (Responden 2).

Kesesuaian topik merupakan kriteria yang dipakai oleh responden dalam menyitir dokumen. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Froelich dalam Green (1995), bahwa inti dari relevansi suatu dokumen ialah ke-cocokan topik. Lokasi di mana penelitian itu dilakukan juga menentukan dipilihnya suatu dokumen sebagai rujukan.

Saya mengambil dokumen ini (The Relational Peasant 1978) karena sesuai dengan penelitian saya, topiknva sama dan penelitian ini dilakukan di Vietnam, sehingga saya pikir itu hampir sama, karena sama-sama negara berkembang (Responden 2).

Dokumen ini (Jurnal Warta PPKS 1996) mengan-dung informasi mengenai kelapa sawit di Indonesia, jadi secara geografis cocok dengan gambaran di Indo-nesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan topik penelitian yang saya lakukan (Responden 1).

Saya mengambil dokumen ini (Dissemination and Evaluation of Genetically Improved Tilapia sp. in Asia in Cina 1997) karena topiknva sama, yaitu mengenai tilapia. Lokasi penelitian ikan ini di Asia, jadi dari segi lokasi lebih mendekati dengan Indonesia (Res-ponden 4).

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa lokasi dan geografis merupakan salah satu kriteria dalam menyitir suatu dokumen. Hal ini sesuai dengan pendapat French (1990), bahwa karakteristik dokumen dalam bidang pertanian sangat tergantung pada lokasi. Perbedaan geografis seperti iklim dan tanah (kandungan unsur hara) menjadi pertimbangan. Jawaban responden memperlihatkan bahwa dokumen yang disitir mengan-dung nilai fungsional, karena memberikan kontribusi kepada permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penelitiannya, yaitu adanya kesesuaian topik.

Responden merasa perlu untuk menyitir suatu dokumen tetapi harus bersama dengan dokumen lainnya

(5)

karena kedua dokumen tersebut membahas topik yang sama dan saling berkaitan.

Dokumen ini merupakan dokumen penelitian yang berkelanjutan. Yang pertama dia mengamati bagaimana yang dialami struktur akar kelapa sawit, dan dia membuat model dan fungsinya, jadi saya harus ambil keduanya karena saling mendukung. Akan lebih baik bila keduanya disitir. Kedua dokumen tersebut berasal dari Journal of Land Soil (1997). Dokumen pertama mengenai model dan simulasi pada sistem perakaran kelapa sawit dan yang kedua berisi menge-nai asumsi parameter akar dengan menggunakan RACINES POST PROCCESOR (Responden 1).

Wang dan Soergel (1998) menggolongkan dokumen tersebut mempunyai nilai kondisional, karena responden akan menyitir dokumen tersebut bila ada dokumen lain yang mendukungnya. Bisa juga dokumen mempunyai nilai kondisional karena responden merasa perlu me-masukkan dokumen yang masih terkait dengan pene-litian sekarang (merupakan penepene-litian lanjutan).

Dokumen ini merupakan disertasi dari teman saya yang mengerjakannya terlebih dahulu, yaitu mengenai keragaman produksi ternak domba prolifik (1996). Saya melanjutkan penelitiannya dengan menggunakan jenis domba yang sama untuk mengeta-hui ragam fenotipe dan genotipenya mengenai pro-duksi susunya. Oleh karena itu, dokumen ini saya sitir (Responden 2).

Nama Jurnal

Nama suatu jurnal akan sangat mempengaruhi responden untuk menyitirnya. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan responden terhadap kualitas jurnal tersebut. Pengetahuan responden terhadap suatu jurnal yang sudah diketahui reputasinya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penilaian yang diberikan.

Saya lebih mantap memakai jurnal yang ber-hubungan dengan masalah hortikultura dan ta-naman industri (J. Hortikultura, Buletin Penelitian Tanaman Industri, Buletin HPT) dan saya kenal dengan baik reputasinya untuk digunakan sebagai bahan sitiran dalam penelitian ini (Responden 5).

Dalam memilih jurnal, saya akan memilih judul jurnal terlebih dahulu, baru mencari yang sesuai topiknya. Mengenai judul jurnalnya saya cenderung

mengambil dari Small Ruminant Research, Animal Production, dan Animal Genetic. Saya mengetahui jurnalnya terlebih dahulu. Saya lari ke jurnal ternama dulu (Responden 3).

Saya kenal baik dengan kredibilitas beberapa jurnal, terutama di bidang perikanan yang sudah punya nama (J. Aquaculture, J. Fish Biol., dan J. American Fish. Soc.) (Responden 4).

Jurnal digunakan sebagai bahan sitiran utama karena memuat informasi yang baru mengenai suatu topik dan terfokus pada subjek yang sangat spesifik. Hal ini membuat responden dapat menemukan informasi lebih cepat daripada melalui terbitan monograf. Res-ponden memilih jurnal dengan cara menilai kualitas jurnal terlebih dahulu, kemudian menilai orientasi jurnal tersebut dan disiplin ilmu yang tercakup dalam jurnal. Hal ini dilakukan oleh responden yang telah ber-pengalaman menggunakan jurnal dan mempunyai pe-ngetahuan tentang reputasi suatu jurnal. Menurut Katz (1980), majalah merupakan sumber publikasi untuk teori baru, penemuan baru, dan materi yang sedang populer yang tidak terdapat dalam buku untuk beberapa bulan atau beberapa tahun terakhir. Barden dan Good (1989) mengungkapkan empat alasan peneliti menggunakan artikel majalah ilmiah, yaitu: (1) majalah ilmiah merupa-kan bimbingan bagi proyek penelitian yang sedang ber-langsung, (2) majalah ilmiah merupakan bahan studi kelayakan bagi proyek penelitian yang diusulkan, (3) majalah ilmiah berperan sebagai informasi bagi proyek lain dengan teknologi yang sama, dan (4) majalah ilmiah berperan sebagai informasi bagi proyek lain dengan tek-nologi yang berbeda. Selain informasinya terkini, jurnal atau majalah ilmiah terbitnya teratur sehingga mem-punyai nilai positif untuk disitir.

Kalau terbitannya kontinu, itu sudah menun-jukkan bahwa jurnal tersebut baik reputasinya, mi-salnya Journal of Small Ruminant Research, Animal Genetics, Animal Production dan Genetics (Respon-den 3).

Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemu-kakan oleh Sulistyo-Basuki (1984), bahwa majalah merupakan literatur yang disenangi ilmuwan karena frekuensi terbitnya relatif teratur dan cepat sehingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir. Jawaban res-ponden menunjukkan bahwa selain karena topik yang sama, nama dan informasi yang terdapat pada jurnal juga menjadi bahan pertimbangan.

(6)

Pengarang

Faktor pengarang mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam penyitiran dokumen. Hal ini dikemukakan oleh be-berapa responden.

Saya termasuk orang yang pilih-pilih. Oleh ka-rena itu, untuk pengarang saya pilih yang saya tahu dulu, seperti Bradford dan Gootwine di mana saya tahu betul tentang kegiatan penelitian yang dilaku-kan oleh orang ini. Untuk menyitir saya pilih-pilih orangnya, karena saya tahu analisis mereka tajam dan sampel yang dipakai benar jadi saya sitir (Res-ponden 3).

Dalam menyitir laporan penelitian saya justru me-lihat orangnya dahulu. Misalnya Bapak X menulis la-poran penelitian, maka saya akan melihatnya dahulu, khususnya laporan penelitian yang satu disiplin ilmu dengan saya (Responden 3).

Saya menyitir ini (Doyle 1988, mengenai kriteria morfometrik untuk diskriminasi seks pada ikan tilapia), karena dia seorang expert dan profesor, saya tahu betul track record dia di penelitian. Dia banyak menulis di jurnal (Responden 4).

Selain topik yang berhubungan, reputasi penga-rang ikut mempengaruh disitirnya suatu dokumen. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Responden 3.

Dia orang terkenal dari Israel yang meneliti dom-ba, karena reputasinya bagus dan topiknya sama dengan yang saya kerjakan. Saya mempunyai harapan terhadap dokumen ini (Anim. Sci. 1995), karena saya tahu orang ini ahli dalam bidang yang saya teliti dan dia menggunakan sampel yang benar.

Jawaban tersebut memperlihatkan bahwa respon-den memilih dokumen karena terdapat kesamaan pem-bahasan yang mendalam terhadap topik yang sama serta responden mengetahui reputasi pengarangnya. Faktor kedekatan responden dengan pengarang kadang-kadang juga ikut mempengaruhi responden dalam menyitir dokumen. Hal ini bisa terjadi karena adanya hubungan kerja dalam kegiatan penelitian, seperti an-tara mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan pembimbing-nya atau orang yang mempupembimbing-nyai pengaruh di kam-pusnya, seperti dikemukakan oleh beberapa responden berikut ini.

Sitiran ini (Aquaculture 1990 ada artikel tulisan Sumantadinata, K) berasal dari dosen pembimbing saya (Responden 4).

Saya mengambil dokumen ini (Sumardjo 1999. Di-sertasi. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Perkembangan Kemandirian Petani), karena dia (pengarangnya) dosen saya, selain itu karena to-piknya sama dengan yang saya kerjakan (Responden 2). Konsepnya yang saya ambil dari makalah pene-litian ini (Margono. S. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan), jadi ada pengaruhnya juga terhadap kegiatan pene-litian saya (Responden 2).

Hasil lain yang didapat dari wawancara ialah bah-wa responden mengambil suatu prosiding sebagai ba-han sitiran, karena ditulis oleh profesornya dan terdapat kerja sama dengan institusi di mana responden itu bekerja. Jadi faktor institusi (tempat responden bekerja) ikut berpengaruh juga dalam sitiran.

Prosiding ini saya ambil, pengarangnya profesor saya waktu mengambil kuliah program S2 (Bradford 1992) dan dia punya kolaborasi dengan institusi saya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian), sehingga saya mengambil dokumennya (Responden 3).

Pendapat responden tersebut menyiratkan bahwa dokumen yang dibuat oleh seseorang yang mempunyai pengaruh khusus dengan situasi atau kondisi penelitian vang dilakukan, menjadi kriteria tersendiri untuk disitir. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya hubungan dekat seperti pembimbing, dosen pembimbing, atasan, kolega atau institusinya. White (2001) menyebutkan bahwa adanya jaringan sosial antara penulis dan pe-ngarang dokumen yang relevan dengan bidangnya ikut berpengaruh dalam proses sitiran. Selain faktor kede-katan responden dengan pengarang, diskusi responden dengan pengarang juga menyebabkan responden me-ngetahui isi dokumen.

Jelas ini topiknya sama dan dia dosen pem-bimbing saya (Sumardjo 2000), dan terdapat be-berapa hal yang bisa saya ambil setelah kita ber-diskusi, terutama mengenai kemandirian pelani (Res-ponden 2).

Saya menyitir laporan penelitian, saya melaku-kan diskusi mendalam dan kebetulan dia dosen saya (Margono 2000). Jadi dia bilang coba lihat di lapor-an saya. Dlapor-an kerja di pembahaslapor-an ylapor-ang mendalam, lalu saya sitir dokumen tersebut (Responden 2).

(7)

Pendapat responden tersebut menunjukkan bahwa dokumen yang digunakan oleh reponden dikategorikan sebagai dokumen yang mempunyai nilai sosial dan juga nilai fungsional, karena berasosiasi dengan dosen pem-bimbing atau figur yang terkenal di bidangnya dan to-piknya sama dengan penelitian yang dilakukan. Pe-nyitiran dokumen tersebut juga disebabkan oleh adanya hubungan individu atau jaringan sosial responden.

Penerbit

Penerbit dapat menjadi pertimbangan bagi responden untuk menyitir dokumen terutama organisasi yang bergerak di bidang penelitian.

Dokumen ini (A Morphometric Criterions for Sex Discrimination in Tilapia 1988) dari organisasi X (ICLARM) yang banyak melakukan kerja sama pe-nelitian dengan institusi saya (Balai Pepe-nelitian Air Tawar). Saya mengetahui betul kualitas penelitian dan organisasi ini. Oleh karena itu untuk menyitirnya saya tidak ragu lagi (Responden 4).

Ada pula responden yang berpendapat bahwa penerbit tidak begitu berpengaruh baginya, yang pen-ting adalah isi dokumennya. Frekuensi terbit yang ter-atur sudah menunjukkan bahwa jurnal tersebut bagus. Saya tidak melihat kredibilitas penerbitnya, yang penting isinya bagus (Responden 5).

Penerbit buat saya tidak berpengaruh, karena kalau jurnalnya kontinu berarti reputasinya bagus (Responden 3).

Disiplin Ilmu

Ilmu pertanian bersifat interdisiplin, sehingga dalam membahas suatu topik permasalahan juga memerlukan ilmu lain yang terkait. Hal ini dapat dilihat dari pendapat responden di bawah ini.

Meskipun penelitian saya mengenai penyuluhan dan kemandirian petani, saya tetap memasukkan do-kumen dari ilmu lain untuk pembahasan dan analisis data, terutama buku statistik yang saya pakai untuk metodologi seperti Metode Penelitian Survei 1989 dan Metode Statistik dari Walpole (Responden 2).

Keklasikan/Kepeloporan

Dokumen yang memuat informasi yang bersifat klasik atau memuat topik yang substansial banyak disitir oleh res-ponden.

Buku ini (Oil Palm Research) mengenai pene-litian kelapa sawit dan di kalangan peneliti kelapa sawit. Buku ini banyak disitir, meskipun tahunnya lama 1976 (Responden 1).

Pendapat responden tersebut menunjukkan bahwa meskipun relatif tua, dokumen tersebut tetap disitir karena informasi yang terdapat di dalamnya masih re-levan dan merupakan hal yang klasik. Selain topik yang substansial, dokumen yang dibuat oleh orang yang ahli di bidangnya juga menjadi buku klasik dan banyak dikenal orang.

Orang dari genetik menganggap yang mengarang buku ini ialah mbahnya di genetik (Falconer 1980). Karena beliau sangat ahli, jadi karangannya bersifat klasik (Responden 3).

Kebaharuan

Responden memutuskan untuk menyitir suatu dokumen karena berisi informasi atau pengetahuan baru yang bermanfaat baginya.

Buku karangan X ini saya beli (Pembangunan Desa Mulai dari Belakang Chambers). Dalam bu-kunya terdapat konsep yang baru, penyuluhan yang semula top down kemudian diubah jadi bottom up. Meskipun tahunnya lama, tetapi bukunya bersifat substansial dan bagus sekali isinva, jadi isinya klasik (Responden 2).

Saya menemukan informasi atau hal yang baru dalam jurnal ini (J. Evolution). Saya tidak tahu hal ini sebelumnya. Jadi ini merupakan hal yang benar-benar baru bagi saya. Jadi saya merasa perlu untuk mema-sukkannya dalam tulisan saya (Responden 4).

Responden menyebutkan bahwa mereka memper-oleh pengetahuan yang baru dari dokumen yang disitir. Wang dan Soergel (1998) menyebutnya sebagai nilai epistemik, yang menjadi prasyarat bagi semua dokumen untuk disitir, karena dokumen tersebut memberikan

(8)

kepuasan terhadap kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang sebelumnya tidak diketahui.

Kemutakhiran

Waktu atau tahun penerbitan menjadi pertimbangan responden dalam menyitir. Hal ini ditunjukkan oleh hasil wawancara yang menyebutkan bahwa melihat tahun terbit itu penting dan harus diperhatikan.

Saya sitir karena tahun buku cukup baru (Principles Genome Analysis, 1995), memuat informasi mengenai DNA atau genom analisis, dan mencakup genetik secara keseluruhan (Responden 3).

Buku penyuluhan pertanian ini terbitan tahun 1999, yang memuat penelitian lebih baru dan lebih mencakup keseluruhan, jadi lebih lengkap serta ada tambahan dari edisi sebelumnya (Responden 2).

Bagi Responden 2, tahun terbit merupakan hal yang penting, karena dokumen yang terbitannya lebih muta-khir memuat informasi yang lebih baru. Responden 3 juga menyebutkan bahwa tahun terbit penting, terutama yang menyangkut informasi mengenai genetika khu-susnya DNA. Hal ini beralasan karena ilmu yang me-nyangkut DNA masih tergolong baru dan perkembang-annya relatif cepat. Responden 2 dan 3 telah menerap-kan topik dan kemutakhiran sebagai kriteria pemilihan bahan sitiran.

Hasil wawancara dengan beberapa responden me-nunjukkan bahwa kemajuan dalam ilmu pengetahuan akan mempengaruhi isi atau informasi yang terkandung dalam suatu dokumen. Perubahan terjadi pada tingkat validitasnya, sehingga terbitan baru lebih memungkin-kan memberimemungkin-kan tambahan pengetahuan baru. Line dan Sandinson (1974) mengemukakan bahwa penurunan kesahihan suatu dokumen dapat disebabkan oleh: (1) informasinya valid namun sudah terserap dalam doku-men berikutnya (baru) yang doku-menyitir, (2) informasinya valid namun berada dalam bidang yang kurang diminati, (3) informasi masih valid namun sudah digantikan karya berikutnya, dan (4) informasinya tidak lagi dianggap valid.

Terdapat responden yang menganggap bahwa ta-hun terbit tidak menjadi masalah, yang penting topiknya sama. Dokumen dengan tahun terbit yang lama tetap disitir, karena belum ditemukan dokumen yang baru.

Walaupun tahunnya lama, karena topiknya sama dengan yang diteliti maka akan saya ambil, kebetulan saya belum menemukan dokumen yang baru. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa buku maupun jurnal, misalnya Journal of Analytical Biochemistry tahun 1976 dan buku Solute Movement in the Soil Root System 1977 (Responden 1).

Text book tahun 1981 saya ambil karena masih relevan dan terbitan baru belum ada. Kebetulan pas dengan topik jadi tahun lama juga saya ambil (Res-ponden 1).

Sistem sosial di buku yang baru belum ada (Social System 1976 karangan Loomis), jadi yang lama masih baik (Responden 2).

Jawaban yang agak lain diberikan oleh Responden 3. Dokumen yang memuat informasi yang relevan dengan penelitiannya dan penelitian itu jarang dikerja-kan orang penting untuk disitir, meskipun tahunnya sudah terlalu lama.

Kita harus melihat, misalnya pustaka apa yang dianggap tua, mungkin 5 tahun terakhir dianggap tua. Namun saya tetap mengambil artikel tentang susu yang terbit tahun 1959 (Hemerazoa). Beliau mengerja-kan domba yang jarang dikerjamengerja-kan, sedangmengerja-kan saya ingin tahu potensi genotipenya, jadi saya pikir perlu juga diambil. Saya perlu menyitir untuk memban-dingkan ternak waktu itu dengan domba sekarang. Orang bilang itu kuno tapi bagi saya berguna sekali untuk jadi acuan (Responden 3).

Meskipun dokumen tersebut sudah lama, namun bila memuat metode yang relevan dengan penelitian-nya, dokumen tersebut akan disitir juga. Jawaban ter-sebut dikemukakan oleh Responden 4.

Tahunnya sudah 1981 tetapi metodenya masih bisa saya pakai (Stock Identification: Materials and Methods). Saya ambil sedikit-sedikit, tidak semua tetapi pakai modifikasi di sana-sini (Responden 4).

Rekomendasi dari Kolega

Kolega atau pengalaman orang lain yang pernah meng-gunakan dokumen tersebut ikut menjadi kriteria yang dipakai responden dalam menyitir dokumen. Hal ini di-kemukakan oleh Responden 4.

(9)

Beberapa kakak kelas banyak yang pakai dan ada pengaruh dari satu alumni. Saya mendapat reko-mendasi bahwa buku ini bagus (Maracanas Labo-ratory Guide 1991). Buku tersebut berisi tentang teknik elektroforesis dan aplikasinya pada manajemen perikanan.

Buku ini saya dapat dari kakak kelas saya (Matrieia 1990). Buku tersebut berisi tentang morfologi dan variasi pertumbuhan ikan di Indonesia. Buku ini bagus untuk penelitian saya dan teman saya yang memberi buku ini sudah melakukan penelitian ini, jadi dia merekomendasikannya. Dia mendapatkan buku ini dari dosennya, jadi saya pakai.

Kriteria di Luar Dokumen

Kemudahan dalam mendapatkan dokumen merupakan faktor yang ikut menentukan dokumen tersebut menjadi bahan sitiran. Responden menyitir dokumen karena dokumen itu mudah diperoleh atau diakses. Hal ini terungkap dari beberapa hasil wawancara berikut ini.

Karena Bu X saya kenal dan dia punya per-pustakaan pribadi yang lengkap koleksinya, maka dari situ saya mudah untuk mendapatkan dokumen yang saya butuhkan (Responden 2).

Pustaka untuk bahan sitiran saya dapatkan de-ngan mudah, tetapi beberapa harus dipesan terlebih dahulu di perpustakaan X. Kemudahan atau adanya literatur di perpustakaan membuat saya mengambil sebagai rujukan (Responden 2).

Kemudahan responden dalam mendapatkan doku-men doku-menyebabkan suatu dokudoku-men itu disitir. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Liu (1993), yang menye-butkan bahwa kebanyakan rujukan yang disitir berasal dari perpustakaan institusi tempat mereka bekerja. Perpustakaan yang digunakan oleh para responden ba-nyak melanggan majalah atau jurnal terbitan luar negeri sebagai sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan peneliti bidang pertanian.

Semua responden menjawab bahasa tidak menjadi masalah dalam penyitiran dokumen. Hal ini terlihat dari hasil wawancara berikut ini.

Saya tidak mempunyai masalah dengan dokumen yang berbahasa asing, Inggris, karena hampir semua jurnal yang berhubungan dengan masalah cendawan mikoriza merupakan terbitan luar negeri (Responden 1).

Artikel yang berbahasa Inggris bagi saya tidak menjadi masalah (Responden 3).

Waktu yang tersedia untuk mempelajari suatu dokumen tidak menjadi masalah bagi responden. Semua dokumen dapat mereka baca dan mengerti isinya. Hal ini karena pada saat penyusunan tesis atau disertasi, res-ponden mempunyai waktu yang cukup untuk menelaah pustaka, karena sudah tidak ada kegiatan perkuliahan. Dalam mencari bahan pustaka, saya mengalo-kasikan waktu khusus, misalnya seharian penuh di perpustakaan memilih dokumen yang sesuai dengan penelitian saya. Dokumen tersebut saya pelajari di rumah (Responden 1).

Saya mencari dokumen yang cocok dengan topik saya di perpustakaan. Yang saya lihat pertama jurnal-nya dulu, kemudian abstrakjurnal-nya, demikian juga untuk buku. Kalau abstrak sudah cocok, saya meluangkan waktu khusus untuk membaca dokumen lengkapnya. Bagi saya itu sudah menjadi kewajiban (Responden3).

KESIMPULAN

Responden menerapkan topik sebagai kriteria utama dalam memilih dokumen yang digunakan sebagai sitiran. Do-kumen yang dipilih berdasarkan kriteria topik mempunyai nilai epistemik, fungsional, sosial, dan kondisional. Fak-tor-faktor seperti kebaharuan, kemutakhiran, keklasikan, dan disiplin ilmu merupakan kriteria yang akan muncul bersama dengan kesesuaian topik penelitian.

Satu dokumen dapat memuat beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menyitir dokumen ter-sebut. Kriteria lain yang ikut berpengaruh ialah pe-ngarang, nama jurnal, penerbit, dan rekomendasi dari kolega. Kriteria di luar dokumen yang ikut berpengaruh adalah kemudahan untuk mendapatkan dokumen, ba-hasa, dan waktu. Faktor bahasa dan waktu tidak menjadi masalah bagi responden.

SARAN

Penelitian ini bersifat deskriptif, sehingga perlu dilakukan penelitian serupa, tetapi pendekatannya secara kuantitatif sehingga akan memperjelas penggunaan dokumen se-bagai bahan sitiran. Perlu dilakukan pengelompokan responden berdasarkan jenjang pendidikan dan jenis

(10)

karya ilmiah yang dihasilkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam pemilihan dokumen sebagai bahan sitiran.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, J. 2001. Studi kualitatif mengenai alasan menyitir dokumen: kasus pada lima mahasiswa program pascasarjana IPB. Jurnal Perpustakaan Pertanian 11 (2): 29-40.

Barden, P. and B. Good. 1989. Information Flows into Industrial Research : A survey of user’s attitudes and behaviour. Boston: British Library Board.

Barry, C. L. 1998. Document representations and clues to document relevance. J. Amer. Soc. Information Sci. 49 (14): 1293-1303.

French, B. 1990. User needs and library service in agricultural science. Lib. Trends 38 (3): 415-436.

Green, R. 1995. Topical relevance relationship. I. Why topic matching fails. J. Amer. Soc. Information Sci. 46 (9): 646-653.

Katz, W. 1980. Collection Development: The collection of materials for Libraries. New York: Hollt Rinehart and Winston.

Line, M.B. and A. Sandison. 1974. Obsolescence and change in the use of literatur with time. J. Documentation 30 (3): 283-350.

Liu, M. 1993. A study of citing motivation of Chinese scientists. J. Information Sci. 19: 13-23.

Park, T.K. 1993. The nature of relevance in information retrieval: An empirical study. Lib. Quaterly 63 (3): 318-351.

Ruff, I. 1979. Citation analysis of a scientific career: A case study. Soc. Studies Sci. (9): 81-90.

Smith, L. 1981. Citation analysis. Lib. Trends 30 (1): 83-106.

Soehardjan, M. dan T.S. Sundari. 1995. Data rujukan sebagai indikator dampak artikel, majalah dan penerbitan. Jurnal Perpustakaan Pertanian 4 (2): 39-42.

Sulistyo-Basuki. 1984. Komunikasi ilmiah: Dari surat pribadi sampai majalah. Majalah Ilmu Perpustakaan dan Informatika 4 (1-2): 11-19.

Wang, P. and D. Soergel. 1998. A cognitive model of document use during a research project. Study I. Document Selec-tion. J. Amer. Soc. Information Sci. 49 (2): 15-133. White, H.D. 2001. Authors as citers over time. J. Amer. Soc.

Information Sci. Technol. 52 (2) : 87-108.

White, M.D. and P. Wang. 1997. A qualitative study of citing behaviour: Contributions, criteria and metalevel documentation concerns. Lib. Quaterly 67 (2): 122-154.

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi sel adalah jumlah aljabar dari reaksi-reaksi yang terjadi pada elektrode-elektrode.. Setengah reaksi dari reaksi selnya sebagai berikut. Jika yang digunakan

Budaya amanat untuk hidup sederhana dan damai (selaras dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam) telah membentuk masyarakat yang mandiri (pangan)

Pada sampul luar ditulis nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta ditujukan kepada Tim Pengadaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Direksi, Komisaris,

Hasil uji struktur mikro dapat diketahui dengan melihat hasil foto metalografi pada pendinginan terbentuk ledeburit dan cementite. Pada pendinginan udara ledeburite ke

Keberadaan kawasan wisata Pantai Namalatu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada di sekitar kawasan wisata, sehingga menimbulkan dampak ekonomi

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah lama penyimpanan telur itik setelah perendaman dalam larutan teh hitam (Camellia sinensis) selama

Jenis Heat Exchanger (HE ) yang akan digunakan dalam desain ini adalah Double pipe Heat Exchanger atau Shell and Tube Heat Exchanger bergantung pada flow area

[r]