DATA DAN INFORMASI
Baseline Survey dan Mapping Sosial Ekonomi Untuk Mendukung
Pembangunan Sentra Kelautan Perikanan Terpadu
DATA DAN INFORMASI
PROFIL SOSIAL EKONOMI PERIKANAN WPP 572 DI KABUPATEN BENGKULU UTARA DAN KOTA SABANG
PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Tujuan ... 3
METODOLOGI ... 4
Lokasi Penelitian dan Justifikasi Pemilihan Lokasi ... 4
Jenis Data : Primer/ Sekunder ... 4
Teknik Pengumpulan Data ... 5
Metode Analisis Data ... 6
Kerangka Pemikiran ... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10
Sintesa Prioritas Isu Perikanan di Kabupaten Bengkulu Utara ... 10
Sintesa Prioritas Isu Perikanan di Kota Sabang ... 21
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
Gambaran Umum Kabupaten Bengkulu Utara ... 29
Gambaran Umum Kota Sabang ... 32
Profil Sosial Ekonomi Perikanan di WPP 572 ... 37
Profil Perikanan Tangkap... 37
Profil Perikanan Budidaya ... 56
Profil Pengolahan Hasil Perikanan ... 63
Profil Wisata Bahari ... 73
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 83
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 5
Tabel 2. USG Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 10
Tabel 3. USG Perikanan Budidaya di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 10
Tabel 4. USG Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 11
Tabel 5. USG Pariwisata Bahari di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 11
Tabel 6. Hasil Analisis Faktor Internal Strategis dalam Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016... 13
Tabel 7. Hasil Analisis Faktor Eksternal Strategis Dalam Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016 ... 14
Tabel 8. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016 ... 17
Tabel 9. QSPM Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 . 19 Tabel 10. USG Perikanan Tangkap di Kota Sabang, 2016 ... 21
Tabel 11. USG Perikanan Budidaya di Kota Sabang Tahun 2016 ... 21
Tabel 12. USG Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Sabang, 2016 ... 22
Tabel 13. USG Wisata Bahari di Kota Sabang, 2016 ... 22
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor Internal Strategis dalam Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang ... 24
Tabel 15. Hasil Analisis Faktor Eksternal Strategis dalam Pengembangan usaha Pengolahan Perikanan di Kota Sabang ... 25
Tabel 16. Perumusan Strategi Pengembangan usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang ... 27
Tabel 17. Hasil Quantitatif Strategic Plan Matrix Terhadap Pengembangan Usaha Pengolahan Perikanan DI Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam ... 28
Tabel 18. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Di Kab. Bengkulu Utara ... 29
Tabel 19. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan Jenis Kelamin di Kab. Bengkulu Utara, 2015... 30
Tabel 20. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Bengkulu Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015 ... 30
Tabel 21. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kota Sabang, 2015 ... 32
Tabel 22. Jumlah Penduduk, distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sabang, 2015 ... 32
Tabel 23. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu di Kota Sabang, 2015 ... 33
Tabel 24 Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan Jenis Kelamin di Kota Sabang, 2015 ... 33
Tabel 25. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2011-2015 ... 34
Tabel 26. Kondisi PPI dan TPI di Kabupaten Bengkulu Utara, 2011 ... 42
Tabel 27. Rantai Manfaat Sarana Prasarana Perikanan di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 43
Tabel 28. Kondisi Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Perikanan di Bengkulu Utara, 2016 ... 43
Tabel 29. Kondisi Sarana dan Prasarana Perikanan di Kota Sabang Tahun 2016 ... 44
iv
Tabel 31. Biaya Operasional Nelayan di Desa Kanna Dengan Ukuran Gillnet 3 Inch ... 49
Tabel 32. Rata-Rata Hasil Tangkapan Pada Saat Puncak, Paceklik Dan Trip Terakhir, 2016 ... 50
Tabel 33. Biaya operasional nelayan di Desa Meok dengan ukuran gillnet 3 inch (ikan) dan 5.5 inch (udang)... 50
Tabel 34. Rata-Rata Hasil Penjualan Ikan Asin Dan Penjualan Udang Lobster Di Desa Meok, Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016 ... 51
Tabel 35. Biaya Operasional nelayan di Desa Banjarsari Kabupaten Bengkulu Utara, 2016... 51
Tabel 36. Rata-rata hasil penjualan penangkapan ikan oleh nelayan di Desa Banjarsari (transaksi dari nelayan ke pengumpul dan pengumpul ke pasar) Kabupaten BengkulU Utara, 2016 ... 52
Tabel 37. Biaya Operasional Nelayan Di Desa Kahyapu Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 52
Tabel 38. Rata-rata hasil penjualan penangkapan ikan oleh nelayan di Desa Kahyapu ... 53
Tabel 39. Biaya Investasi penangkapan Ikan di Kota Sabang Tahun 2016 ... 54
Tabel 40. Biaya Tidak Tetap per Trip Nelayan Penangkap Ikan Mata Merah dan Teri Nasi dengan Perahu 2 GT di Kota Sabang Tahun 2016 ... 54
Tabel 41. Penerimaan hasil tangkapan ikan oleh nelayan dengan armada 2 GT di Kota Sabang pada Tahun 2016 ... 55
Tabel 42. Biaya Investasi Usaha Penangkapan Ikan dengan Alat Tangkap Pancing Tonda di Kota Sabang Tahun 2016 ... 55
Tabel 43. Biaya Tidak Tetap Usaha Penangkapan Ikan dengan Alat Tangkap Pancing Tonda di Kota Sabang Tahun 2016 ... 55
Tabel 44. Penerimaan Usaha Penangkapan Ikan dengan Alat Tangkap Pancing Tonda di Kota Sabang Tahun 2016 ... 56
Tabel 45. Produksi dan Luasan Lahan Perikanan Budidaya di Kabupaten Bengkulu, 2013 ... 56
Tabel 46. Jumlah produksi perikanan budidaya di Kota Sabang tahun 2015 ... 57
Tabel 47. Pemanfaatan lahan budidaya di Kota Sabang Tahun 2015 ... 58
Tabel 48. Hasil identifikasi lokasi KJA di Kota Sabang Tahun 2015 ... 58
Tabel 49. Banyaknya Rumah Tangga Petani Ikan dan Nelayan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara 2013 ... 59
Tabel 50. Jumlah kelompok dan anggota kelompok pembudidaya di Kota Sabang pada tahun 2015 60 Tabel 51. Biaya Operasional Budidaya Ikan Nila Dan Mas Di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 .. 61
Tabel 52. Analisis Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dalam KJA di Kota Sabang Tahun 2016 ... 62
Tabel 53. Produksi Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2006-2010 ... 63
Tabel 54. Lokasi Usaha Pengolahan dan jenis Olahan di Kota Sabang ... 63
Tabel 55. Keragaan Jenis, Jumlah Sarana Pengolahan, Produksi per tahun, Nilai Produksi dan jumlah Nilai Produksi di Kota Sabang Tahun 2015 ... 64
Tabel 56. Sarana dan Prasarana P2HP Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 65
Tabel 57. Kondisi Sarana dan Prasarana Pengolahan di Kota Sabang Tahun 2016 ... 66
Tabel 58. Data Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan di Bengkulu Utara, 2015 ... 66
Tabel 59. Kelompok Pemasaran Hasil Perikanan di Bengkulu Utara, 2015 ... 67
Tabel 60. Biaya operasional pengolahan ikan asap di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 68
Tabel 61. Data Penjualan Ikan Lele Asap di Kabupaten Bengkulu Utara ... 68
Tabel 62. Usaha Olahan Ikan Asin Persiklus Produksi di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, 2016 ... 69
Tabel 63. Kelembagaan Usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang ... 71
Tabel 64. Analisis Usaha Pengolahan Hasil Perikanan “Anugrah Food” di Kota Sabang ... 72
v Tabel 66. Obyek Wisata Di Kabupaten Bengkulu Utara ... 75 Tabel 67. Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur yang Tersedia Menurut Kecamatan di Kabupaten
Bengkulu Utara 2013 ... 77 Tabel 68. Sarana Penunjang Telekomunikasi di Kecamatan Enggano Kab. Bengkulu Utara, 2015 78 Tabel 69. Lokasi wisata bahari di Kota Sabang ... 78
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 9
Gambar 2. Peta Strategi Pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara ... 15
Gambar 3. Peta Strategi Pengembangan usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang ... 26
Tabel 4. Kelembagaan Adat di Pulau Enggano ... 31
Gambar 5. Karakteristik nelayan di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara ... 32
Gambar 6. Potensi Konflik Nelayan di Kabupaten Bengkulu Utara ... 32
Gambar 7. Gambaran Umum Kota Sabang ... 36
Gambar 8. Grafik Jumlah Perahu/Kapal di WPP 572 ... 37
Gambar 9. Grafik Produksi, Jumlah Nelayan dan Armada di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015 ... 38
Gambar 10. Matriks nelayan di Kabupaten Bengkulu Utara ... 39
Gambar 11. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap di WPP 572 Tahun 2015 ... 39
Gambar 12. Jumlah Produksi Ikan Pelagis Besar di Kota Sabang Tahun 2015 ... 40
Gambar 13. Grafik alat tangkap di Kota Sabang berdasarkan jenis alat tangkap ... 41
Gambar 14. Kalender Musim Nelayan Sabang ... 41
Gambar 15. Grafik Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap di WPP 572 Tahun 2015 ... 47
Gambar 16. Grafik Produksi perikanan tangkap di WPP 572 Tahun 2015 ... 47
Gambar 17. Sistem bagi hasil pada Nelayan di Kabupaten Bengkulu Utara dan jumlah ABK disesuaikan (ada berjumlah 2 atau lebih) ... 53
Gambar 18. Sistem bagi hasil pada Nelayan di Desa Kahyapudan jumlah ABK disesuaikan (ada berjumlah 2 atau lebih) ... 54
Gambar 19. Karakteristik kelembagan budidaya di Kabupaten Bengkulu Utara ... 57
Gambar 20. Jalur Pemasaran Hasil Budidaya di Desa Padang Jaya, Kecamatan Padang Jaya ... 62
Gambar 21. Lokasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Sabang ... 64
Gambar 22. Alur Pemasaran Ikan Lele Asap di Kabupate Bengkulu Utara ... 69
Gambar 23. Alur Proses Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Enggano ... 70
Gambar 24. Alur Pemasaran Olahan Ikan Asin di Kabupaten Bengkulu Utara ... 70
Gambar 25. Alur Proses Pengolahan Ikan “Anugrah Food” ... 71
Gambar 26. Saluran Pemasaran Produk Olahan Ikan “Anugrah Food” Kota Sabang ... 73
Gambar 27. Jumlah Hotel, kamar dan tempat tidur di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kota Sabang Tahun 2015 ... 73
Gambar 28. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bengkulu Utara, 2014-2015 ... 74
1
PENDAHULUAN
Negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri dari pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil. Jumlah pulau yang terdaftar dan memiliki koordinat berjumlah 13.466 pulau (bakosurtanal.go.id). Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Indonesia memiliki 92 pulau terluar/terdepan yang umumnya lokasinya sangat terpencil dan 31 pulau di antaranya telah berpenduduk sehingga perlu diberdayakan ekonomi masyarakatnya. Potensi pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di Indonesia dapat didayagunakan menjadi salah satu penggerak pertumbuhan sekaligus sebagai pilar ekonomi nasional. Banyak potensi maritim yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat.
Saat ini, setidaknya terdapat beberapa payung hukum terkait dengan keberadaan pulau-pulau terluar di Indonesia. Perpres No 78 Tahun 2005 terkait dengan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Adapun Perpres tersebut bertujuan untuk: 1) Menjaga keutuhan wilayah NKRI, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan; 2) Memanfaatkan sumberdaya alam dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan; 3) Memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Selain itu pondasi hukum pengelolaan pulau kecil dan terluar/terdepan (PPKT) diperkuat oleh UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil jo UU No 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan UU No 27 Tahun 2007, dan Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan PPKT.
Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian khusus kepada pulau-pulau kecil dan terluar, terutama pembangunan infastruktur. Infrastruktur merupakan hal penting guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang masih rendah sekaligus guna meningkatkan pendapatan. Salah satu aspek penting dalam pembangunan infrastruktur adalah adanya identifikasi kebutuhan yang prioritas untuk dipenuhi. Kebutuhan ini, biasanya spesifik sesuai dengan potensi sebuah lokasi. Indentifikasi potensi dan kebutuhan yang baik, akan memudahkan pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan suatu kawasan disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan sekaligus akan meminimalisir kegagalan pembangunan infrastruktur (fasilitas, sarana, dan prasarana untuk menunjang bisnis kelautan dan perikanan).
2 Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengarahkan pembangunan kelautan dan perikanan lima tahun kedepan memenuhi tiga pilar yang saling terintegrasi, yakni kedaulatan (sovereignty), keberlanjutan (sustainability), dan kemakmuran (prosperity). Pada tiga pilar tersebut, pulau-pulau terluar yang ada di Indonesia dianggap sebagai dasar penting dalam pengembangan perekonomian secara nasional. Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Diharapkan dengan adanya pengelolaan pulau kecil terluar (PKT) secara optimal, diharapkan akan memperkuat basis ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan secara berdaulat, berkelanjutan dan lebih sejahtera. Pembangunan pulau terluar dimaksudkan untuk memperpendek kesenjangan infrastruktur dibandingkan wilayah yang padat penghuninya.
Dalam hal ini diperlukan suatu landasan yang kuat dan terpadu sebagai pedoman atau panduan bagi pemangku kepentingan dalam mengembangkan pulau-pulau kecil. Landasan tersebut haruslah merupakan berdasarkan data dan informasi dari setiap lokasi. Informasi yang dikumpulkan mencakup aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan sehingga pengelolaan dan pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan karakter masing-masing pulau. Informasi hasil identifikasi merupakan hal penting dan dapat digunakan sebagai dasar direktorat teknis terkait dalam memprioritaskan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia telah menetapkan pembagian WPP menjadi 11 WPP yaitu WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman, WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda, WPP-RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, WPP-RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan, WPP-RI 712 meliputi perairan Laut Jawa, WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali, WPP-RI 714 Meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda, WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau, WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera, WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik, WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur.
3 Pada beberapa lokasi WPP terdapat beberapa pulau (terluar) yang perlu dilakukan identifikasi aspek sosial ekonomi (potensi dan permasalahannya). Kota Sabang dan Kabupaten Bengkulu Utara termasuk kedalam WPP 572 dan termasuk kedalam wilayah terluar. Permasalahan pengelolaan perikanan dan kelautan di wilayah pulau terluar hampir sama yaitu masih rendahnya pemanfaatan potensi perikanan sehingga diperlukan adanya penanganan yang serius untuk mengembangkan potensi perikanan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan penentuan langkah-langkah strategi yang akan dilakukan dalam rangka mengembangkan perikanan di wilayah tersebut. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam mengambil langkah-langkah strategis upaya pengembangan usaha perikanan di Kota Sabang dan Kabupaten Bengkulu Utara
Tujuan
1) Mengidentifkasi Potensi dan Permasalahan Pemanfaatan Sumberdaya KP
2) Melakukan Analisis peluang dan tantangan pengembangan kelautan dan perikanan di Lokasi Penelitian
4
METODOLOGI
Lokasi Penelitian dan Justifikasi Pemilihan Lokasi
Kegiatan Penelitian dilakukan pada tahun 2016. Lokasi penelitian yaitu rencana lokasi kegiatan PSKPT (pembangunan sentra kelautan terpadu) pada tahun 2017 berdasarkan informasi yang didapat dari Direktorat Pengelolaan Ruang Laut. Pada WPP 572 menjadi bakal calon lokasi adalah adalah Kota Sabang dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Pada tahap awal kegiatan pengumpulan data di daerah, dilakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan Perikanan setempat untuk menentukan lokus kegiatan pengumpulan data. Salah satu kriteria penentuan lokus kegiatan adalah lokasi tersebut merupakan sentra perikanan dengan tipologi perikanan tangkap, budidaya, pengolahan, garam dan wisata bahari. Penentuan suatu wilayah merupakan sentra atau tidak, didasarkan pada informasi dari dinas dan data statistik perikanan di lokasi.
Jenis Data : Primer/ Sekunder
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan observasi di tingkat pelaku usaha KP, sedangkan data sekunder dikumpulkan, berupa bahan-bahan tertulis yang berupa laporan tahunan, hasil penelitian terdahulu (sebelumnya), buku serta publikasi media cetak maupun elektronik, seperti dari monografi desa, kecamatan dalam angka, kabupaten dalam angka.
Menurut Nasution (2006), Sumber data sekunder adalah sumber bahan bacaan. Bahan sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka. Data sekunder berupa bahan-bahan tertulis yang berupa laporan tahunan, hasil penelitian terdahulu (sebelumnya), buku serta publikasi media cetak maupun elektronik. Data ini dipakai sebagai pelengkap temuan atau sebagai starting point untuk memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang diteliti.
5
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi lapang. Untuk mengkonfirmasi informasi yang didapat, dilakukan triangulasi. Menurut Sitorus (1998), triangulasi dapat diartikan sebagai "kombinasi sumber data" yang memadukan sedikitnya tiga metode, seperti observasi, wawancara dan analisis dokumen. Kelebihan dari metode ini adalah saling menutupi kelemahan antara satu metode dengan metode lainnya, sehingga hasil yang diharapkan dari realitas sosial masyarakat menjadi lebih valid.
Menurut Nasution (2006), observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial. Dengan observasi sebagai alat pengumpul data, diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasinya. Sedangkan wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2006). Menurut Mulyana (2004), wawancara mendalam disebut juga wawancara tidak terstruktur, yang susunan pertanyaannya tidak ditetapkan sebelumnya. Wawancara ini mirip dengan percakapan informal. Teknik wawancara dengan mengunakan pedoman wawancara (interview guide).
Pemilihan Informan/responden dilakukan secara proporsive dengan mempertimbangkan beberapa kriteria, diantaranya sudah mendiami lokasi lebih dari 2 tahun, mewakili unsur keterwakilan, dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun jumlah informan yang diambil dari setiap lokasi sebanyak 60 orang yang terdiri dari unsur SKPD, tokoh adat dan masyarakat, bakul/tengkulak, nelayan, pembudidaya, pegaram, pengolah dan UPT dilokasi (TPI, PPI, PPN).
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan Informasi yang dikumpulkan Teknik Pengumpulan data Informan/ responden Analisis Data Mengidentifkasi Potensi dan Permasalahan Pemanfaatan Sumberdaya KP
Potensi sumberdaya, jenis hasil tangkapan, kalender musim, alat tangkap perikanan, tingkat
pendidikan, umur, proporsi jenis kelamin pada kegiatan usaha, infrastruktur di lokasi, sarana dan
- Studi literatur - Observasi lapang - Wawancara - FGD - Pemerintah daerah (DKP, Bapppeda, BPS, Dispar, PLN) - Tokoh Masyarakat - Tokoh Adat - Bakul/ tengkulak - Deskriptif kualitatif - Statistik sederhana - Analisis rantai manfaat
6
Tujuan Informasi yang dikumpulkan Teknik Pengumpulan data Informan/ responden Analisis Data prasarana perikanan, karakteristik rumah tangga perikanan, kalender musim, pola usaha, tingkat
penerapan teknologi dan produktivitas usaha KP - Nelayan - Pembudidaya - Pengolah - Garam - TPI, PPI, PPN, Syahbandar Melakukan Analisis peluang dan tantangan pengembangan pulau terdepan Potensi pengembangan usaha, Tantangan pengembangan usaha FGD - Pemerintah daerah - SKPD terkait - Tokoh Masyarakat - Tokoh Adat - Bakul/ tengkulak - Nelayan - Pembudidaya - Pelaku usaha perikanan Analisis USG, SWOT, Qpsm
Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami (Nazir 1988).
Analisa data dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari data sekunder, wawancara, dan observasi lapang. Khusus untuk data kuantitatif, data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk tabulasi statistik sederhana. Untuk mengidentifikai peluang pengembangan pulau terdepan adalah dengan menggunakan analsisis USG (Urgency, Seriousness dan Growth) , SWOT ( Strength-Weakneses Opportunity and Threat), QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
USG dilakukan pada semua tipologi (tangkap, budidaya, pengolahan, garam, wisata bahari) yang ada di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengukuran USG pada tiap tipologi dilakukan pengukuran tipologi manakah yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Berdasarkan pengukuran tersebut maka dipilih tipologi untuk dilakukan SWOT-QSPM untuk menentukan strategi pengembangan yang dipilih.
Metode USG dicetuskan oleh Kepner dan Tragoe pada tahun (1981). Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan. Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah
7 tersebut. Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap dampak yang ditimbulkan. Dampak ini dikaitkan dengan potensi kerugian seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumberdaya dan sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut maka semakin serius masalah tersebut. Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya semakin prioritas untuk diatasi.
Untuk mempermudah analisis dan mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah prioritas, maka perlu ditetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG dan dilakukan pengukuran dengan skor dengan skala likert (1 – 5). Semakin tinggi tingkar urgensi, serius dan atau penumbuhan masalah tersebut maka semakin tinggi skor yang didapatkan.
Analisis SWOT merupakan alat bantu analisis untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan yang akan dipilih terkait dengan peluang pengembangan pulau terdepan. Analisis ini berbasis pada cara berpikir logis dalam memaksimalkan kekutan (Strength) dan peluang (Opportunities) serta meminimalisir kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats), (Rangkuti 2002). Proses implementasi SWOT di awali dengan: (a) tahapan identifikasi data dan informasi sebagai bahan evaluasi faktor internal dan eksternal; (b) tahapan analisis melalui pemetaan faktor-faktor teridentifikasi dalam bentuk matrik SWOT, dan; (c) tahapan pengambilan keputusan berdasarkan pada tahapan (a) dan (b). Secara garis besar SWOT mengilustrasikan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga dapat dirumuskan strategi dan kebijakan antisipasinya.
8
Kerangka Matriks SWOT Perumusan Strategi Peluang Pengembangan
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi SO Strategi WO Strategi ini dirumuskan dengan
tujuan memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi ini dirumuskan dengan tujuan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
Strategi ST Strategi WT Strategi ini dirumuskan dengan
tujuan menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman
Strategi ini dirumuskan dengan tujuan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti 2002
QSPM merupakan alat analisis yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan pada faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya (David, 2011). QSPM menggunakan analisis input dari Matriks EFE, Matriks IFE dan matriks SWOT untuk secara objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif.
Kerangka Pemikiran
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki banyak potensi perikanan dan kelautan yang belum sepenuhnya dikembangkan secara optimal. Potensi Kelautan perikanan tersebut bisa bersumber dari kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan, garam dan wisata bahari. Potensi-potensi tersebut bisa menjadi sumber ekonomi yang besar dan membutuhkan penanganan yang berbeda dan spesifik disesuaikan dengan profil yang ada dilokasi. Pembangunan yang tepat berdasarkan potensi yang dimiliki dapat berguna bagi masyarakat setempat dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan.
9
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengidentifikasi potensi permasalahan, peluang dan tantangan pengembangan suatu lokasi didasari dengan aspek sosial, ekonomi kelembagaan. Data dan informasi yang diperoleh pada tahap identifikasi dapat diolah menggunakan analis kelembagaan usaha, kelembagaan input dan produksi, dan analisis rantai manfaat. Sedangkan untuk melakukan analisis prioritas pengembangan dapat menggunakan USG, SWOT dan QSPM. Berdasarkan output kedua tahapan ini dapat dibuat data dan informasi profil dan prioritas pengembangan sentra bisnis kelautan perikanan. Profil potensi ini diperlukan dan dapat digunakan sebagai landasan kebijakan yang akan dilakukan dalam pengembangan kedepan (Gambar 1).
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesa Prioritas Isu Perikanan di Kabupaten Bengkulu Utara
Dalam rangka penyususnan urutan prioritas isu di Bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara, dilakukan metode analisis yang dikenal dengan metode USG atau Urgency, Seriousness, Growth (USG). Metode USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Untuk menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu digunakan penentuan skala nilai 1-5 . Selanjutnya isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.
Tabel 2. USG Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016
No Isu Penting U S G Total Rangking
1 Keterbatasan Pasokan Es 4,25 4,30 4,30 12,85 3 2 Keterbaasan armada kecil < 10 GT 4,08 3,95 4,03 12,05
3 Keterbatasan alat tangkap 4,20 4,13 4,13 12,45
4 SPDN 4,30 4,13 4,15 12,58 4
5 Dermaga 3,73 3,73 3,78 11,23
6 Breakwater 4,20 4,05 4,18 12,43
7 Ketersediaan pasokan listrik 4,40 4,30 4,35 13,05 1 8 Keterbatasan pelatihan 3,83 3,93 3,95 11,70
9 Akses permodalan ke nelayan 4,40 4,28 4,25 12,93 2 12,36
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar isu utama yang dianggap sangat penting pada usaha perikanan tangkap yaitu ketersediaan pasokan listrik, sebagai isu sangat penting dengan skor 13,05, akses permodalan ke nelayan dengan skor sebesar 12,93 dan urutan ketiga adalah keterbatasan pasokan es dengan nilai skor 12,85.
Tabel 3. USG Perikanan Budidaya di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016
No Isu Penting U S G Total Rangking
1 Pakan dan
distribusinya 4,63 4,60 4,65 13,88 1
2 induk 4,28 4,30 4,25 12,83 2
3 teknologi dan bahan
baku pakan mandiri 4,10 4,10 4,15 12,35 3
4 benih/benih 3,98 4,10 4,05 12,13
5 Ketersediaan pasokan
air untuk budidaya 3,83 3,95 4,10 11,88
11
No Isu Penting U S G Total Rangking
7 Pengendalian hama penyakit 3,83 3,95 3,90 11,68 8 Pemasran hasil budidaya 4,15 4,23 4,13 12,50 4 9 Pelatihan terkait dengan budidaya 3,73 3,85 3,85 11,43 12,32 Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar isu penting pada perikanan budidaya yaitu pakan dan distribusinya, yang memduduki urutan pertama sebagai isu sangat penting dengan skor 13,88, induk dengan skor sebesar 12,83 dan urutan ketiga adalah teknologi dan bahan baku pakan mandiri dengan nilai skor 12,35.
Tabel 4. USG Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016
No Isu Penting U S G Total Rangking
1 Sarana pendingin 3,68 3,78 3,68 11,13 2 Teknologi pengolahan dan diversifikasi produk 4,05 4,03 4,08 12,15 1 3 Teknologi pengemasan 3,73 3,85 3,85 11,43 4 4 Informasi Pasar 4,00 4,08 4,08 12,15 2 5 Akses permodalan 3,88 4,08 4,03 11,98 3 6 Pelatihan SDM untuk
petugas dan pengolah 3,85 3,93 3,93 11,70 10,08 Sumber: Data Primer Dioleh (2016)
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ke tujuh isu penting yang pada pengolahan produk perikanan tersebut diperoleh 3 (tiga) besar isu utama yaitu teknologi pengolahan dan diversifikasi produk yang memduduki urutan pertama sebagai isu sangat penting dengan skor 12,15, selanjutnya informasi pasar memiliki nilai skor yang sama menduduki urutan kedua sebesar 12,15, dan menduduki peringkat ketiga adalah akses permodalan dengan skor sebesar 11,98.
Tabel 5. USG Pariwisata Bahari di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016
No Isu Penting U S G Total Rangking
1 Transportasi 4,58 4,63 4,60 13,80 1
2 Komunikasi 4,40 4,48 4,45 13,33 3
3 Penginapan/homestay 4,33 4,30 4,30 12,93 4
12
No Isu Penting U S G Total Rangking
pelatihan
5 Sapras wisata bahari 4,45 4,45 4,48 13,38 2 6 Promosi wisata bahari 4,23 4,33 4,25 12,80 7 Kelembagaan
pengelola wisata bahari 3,95 4,13 4,13 12,20 8 Kelestarian lingkungan 4,18 4,20 4,20 12,58
9 Kearifan lokal 4,13 4,18 4,15 12,45
10 Sinkronisasi program
lintas sektor 3,45 3,80 3,38 10,63
12,66 Sumber: Data Primer Dioleh (2016)
Pada wisata bahari menunjukkan bahwa dari ke sepuluh isu penting yang pada wisata bahari tersebut diperoleh 3 (tiga) besar isu utama yaitu transportasi yang memduduki urutan pertama sebagai isu sangat penting dengan skor 13,80, sapras wisata bahari dengan skor sebesar 13,38 dan urutan ketiga adalah komunikasi dengan nilai skor 13,33.
Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara Analisis Faktor Internal Strategis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap
Faktor internal pengembangan usaha perikanan dalam analisis SWOT terdiri dari faktor kekuatan (strenghts factors) dan faktor kelemahan (weakness factors) yang dalam penelitian (kajian) masing-masing adalah:
1) Faktor kekuatan (strenghts factors) dalam penelitian ini merupakan suatu keunggulan yang dimiliki oleh perikanan tangkap dari hulu sampai hilir di Bengkulu Utara yang diidentifikasi sebagai berikut:.
a. Potensi Sumber daya Perairan Indonesia b. Wilayah penangkapan ikan
c. Akses distribusi ikan d. Jumlah Kapal tangkap
e. Pulau Enggano dan pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (PSKPT) 2) Faktor kelemahan (weakness factors) dalam penelitian ini merupakan suatu keterbatasan
atau kekurangan yang dianggap serius menghalangi kinerja pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara yang diidentifikasi meliputi:
13 a) Alat tangkap tidak ramah lingkungan
b) Jumlah Armada skala kecil c) Ukuran Armada skala kecil d) Break water
e) Dermaga pelabuhan f) Pengawasan
Berdasarkan identifikasi faktor internal strategis, yang selanjutnya dilakukan penilaian bobot, rating dan skor terhadap setiap faktor yang teridentifikasi pada komponen kekuatan (S) dan komponen kelamahan (W) masing-masing sebesar 3,0827197 dan 0,51798317 atau untuk keseluruhan (agregat) dari faktor internal strategis adalah sebesar 3,600703. Secara rinci penghitungan tersebut tertara pada tabel dibawah ini
Tabel 6. Hasil Analisis Faktor Internal Strategis dalam Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016
FAKTOR INTERNAL BOBOT RATE SKOR
KEKUATAN (Strenght-S)
Potensi Sumber daya Perairan 0,200556477 4,36842105 0,87611514 Wilayah penangkapan ikan 0,177810334 4,15789474 0,73931665 Akses distribusi ikan 0,113384148 3,73684211 0,42369866 Jumlah Kapal tangkap 0,126838173 3,94736842 0,500677 Pulau Enggano dan pembangunan
sentra kelautan dan perikanan terpadu (PSKPT)
0,124281118 4,36842105 0,54291225
0,742870251 3,0827197
FAKTOR INTERNAL BOBOT RATE SKOR
KELEMAHAN (Weakness –W)
Alat tangkap tidak ramah lingkungan 0,067042996 1,63157895 0,10938594 Jumlah Armada skala kecil 0,072546845 2,31578947 0,16800322 Ukuran Armada skala kecil 0,066639959 2,05263158 0,13678729
Break water 0,032674482 2,21052632 0,0722278
Dermaga pelabuhan 0,012630616 1,68421053 0,02127262
Pengawasan 0,005594849 1,84210526 0,0103063
0,257129749 0,51798317
14
Analisis Faktor Eksternal Strategis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara
Faktor eksternal strategis dalam analisis SWOT terdiri dari faktor peluang (opportunities factors) dan faktor ancaman (threats factors) yang dalam pengembangan usaha perikanan di Bengkulu Utara masing-masing adalah:.
1) Faktor peluang (opportunities factors) dalam penelitian ini merupakan suatu kesempatan atau peluang sumber daya yang dimiliki oleh perikanan tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara yang diidentifikasi sebagai berikut:
a) Pembangunan Pabrik Es
b) Keberadaan SPDN di pelabuhan c) Pembangunan dermaga
d) kelembagaan permodalan
2) Faktor ancaman (threats factors) dalam penelitian (kajian) ini merupakan suatu kondisi yang bersumber dari luar dan berpotensi memperlemah kinerja pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara yang diidentifikasi sebagai berikut:
a) Konflik dengan nelayan luar b) Regulasi terkait dengan perijinan c) sinkronisasi program lintas sektor
Sebagaimana yang dilakukan dalam menghitung bobot, rating dan skor faktor internal strategis, maka berdasarkan identifikasi faktor eksternal strtaegis, dapat diketrahui bahwa skor komposit untuk komponen peluang (O) adalah sebesar 3,43395324. dan untuk komponen ancaman (T) adalah sebesar 0,49481341, atau untuk keseluruhan (agregat) dari faktor eksternal strategis adalah sebesar 3,928767. Secara rinci penghitungan tersebut tertara pada Tabel di bawah ini .
Tabel 7. Hasil Analisis Faktor Eksternal Strategis Dalam Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016
FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATE SKOR
Peluang (Opportunity-O)
15
FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATE SKOR
Peluang (Opportunity-O)
Keberadaan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan)/SPBU Nelayan di pelabuhan
0,274866143 4,36842105 1,20073105
Pembangunan dermaga 0,193457701 4,26315789 0,82474072 Kelembagaan permodalan 0,113401059 4,42105263 0,50135205
0,784495009 3,43395324
FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATE SKOR
ANCAMAN (Treath-O)
Konflik dengan nelayan luar 0,106963913 2,52631579 0,27022462 Regulasi terkait dengan perijinan 0,10026818 2,10526316 0,21109091 Sinkronisasi program lintas sektor 0,008272898 1,63157895 0,01349789
0,215504991 0,49481341
Sumber: Diolah dari data primer, 2016
Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara
Berdasarkan hasi analisis faktor internal strategis (IFAS) dan faktor eksternal strategis (EFAS) serta perumusan alternatif strategi, ditentukan strategi yang dipilih adalah strategi SO, hal ini karena skor yang diperoleh didominasi oleh komponen faktor kekuatan (S) dan peluang (O). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara adalah Strategi SO. Peta penentuan strategi ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2. Peta Strategi Pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara
16 Sumber: Hasil perhitungan data dan informasi dalam Tabel IFAS dan EFAS
Dengan demikian berdasarkan perumusan strategi dan perhitungan IFAS dan EFAS, strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara merupakan strategi yang didominasi faktor kekuatan (S) dan faktor peluang (O), adalah sebegai berikut:
1) Membangun fasilitas infrastruktur 2) Membangun transportasi dan distribusi 3) modernisasi armada dan alat tangkap 4) menyiapkan SDM perikanan tangkap
17
Tabel 8. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara, 2016
Sumber: Sintesa berdasarkan data dan informasi dalam Tabel IFAS dan Tabel EFAS Kekuatan:
1 Potensi Sumber daya Perairan Indonesia
2 Wilayah penangkapan ikan 3 Akses distribusi ikan 4 Jumlah Kapal angkut
Kelembahan
1. Alat tangkap tidak ramah lingkungan 2. Jumlah Armada skala kecil
3. Ukuran Armada skala kecil 4. unreported hasil tangkapan
Peluang :
1. Pembangunan Pabrik Es
2. Keberadaan SPDN di pelabuhan 3. Pembangunan dermaga di Pulau 4. Akses kelembagaan permodalan
Strategi SO:
(1) Membangun fasilitas infrastruktur (2) Membangun transportasi dan distribusi (3) modernisasi armada dan alat tangkap (4) menyiapkan SDM perikanan tangkap
WP
Ancaman
1. Konflik dengan nelayan luar 2. Regulasi terkait dengan perijinan
ST WT
internal
eksternal
18
Penentuan Perioritas Langkah-Langkah Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Bengkulu Utara: Pendekatan QSPM
Untuk menentukan urutan perioritas langkah-langkah strategi dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara yang didominasi oleh komponen faktor kekuatan (S) dan peluang (O) dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan model pendekatan QSPM (Quantitatif Strtategic Plan Matrix). Tabel di bawah ini menyajikan hasil Analisis pendekatan QSPM untuk menentukan urutan perioritas langkah-langkah strategi pengembangan usaha perikanan tangkap di Bengkulu Utara. Berdasarkan hasil analisis pada tabel tersebut ditemukan urutan perioritas langkah-langkag strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Membangun fasilitas infrastruktur dengan total score attractiveness sebesar 14,1786912 2) Modernisasi armada dan alat tangkap dengan total score attractiveness sebesar
14,05271122
3) Membangun transportasi dan distribusi dengan total score attractiveness sebesar 13,45307458
19
Tabel 9. QSPM Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkulu Utara, 2016
Membangun fasilitas infrastruktur
Membangun transportasi dan distribusi
modernisasi armada dan alat tangkap
menyiapkan SDM perikanan tangkap Attract ive score Total attractive score Attract ive score Total attractive score Attract ive score Total attractive score Attract ive score Total attractive score
FAKTOR INTERNAL BOBOT
KEKUATAN (Strenght-S)
Potensi Sumber daya Perairan 0,200556 8,5 1,704730058 7,5 1,504173581 8 1,604451819 7 1,403895342 Wilayah penangkapan ikan 0,17781 5 0,889051672 7 1,244672341 8,5 1,511387842 6,5 1,155767174 Akses distribusi ikan 0,113384 7 0,793689033 8,5 0,963765255 4,5 0,510228664 4,5 0,510228664 Jumlah Kapal tangkap 0,126838 7,5 0,951286299 7,5 0,951286299 7 0,887867213 8 1,014705386 Pulau Enggano dan pembangunan
sentra kelautan dan perikanan terpadu (PSKPT)
0,124281 9 1,118530064 8,5 1,056389505 8 0,994248946 7 0,869967828
5,457287127 5,720286981 5,508184485 4,954564394
FAKTOR INTERNAL
KELEMAHAN (Weakness –W)
Alat tangkap tidak ramah lingkungan
0,067043 4 0,268171985 3,5 0,234650487 6 0,402257978 8,25 0,553104719 Jumlah Armada skala kecil 0,072547 7 0,507827918 4 0,290187382 7 0,507827918 6 0,435281073 Ukuran Armada skala kecil 0,06664 5 0,333199797 3,5 0,233239858 7,5 0,499799696 6,5 0,433159736 Break water 0,032674 7 0,228721375 3,5 0,114360688 4 0,130697929 3 0,098023447 Dermaga pelabuhan 0,012631 8 0,101044931 8 0,101044931 5,5 0,06946839 4,5 0,056837774 Pengawasan 0,005595 5 0,027974246 7,5 0,04196137 7,5 0,04196137 5,5 0,030771671 1 1,466940253 1,015444715 1,65201328 1,60717842 FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunity-O)
20 Pembangunan Pabrik Es 0,20277 8,5 1,723545898 7 1,419390739 7,5 1,520775792 4 0,811080423 Keberadaan SPDN (Solar Packed
Dealer Nelayan)/SPBU Nelayan di pelabuhan 0,274866 8 2,198929146 8 2,198929146 7,5 2,061496074 4 1,099464573 Pembangunan dermaga 0,193458 8 1,547661606 8,5 1,644390457 7 1,354203906 3,5 0,677101953 Kelembagaan permodalan 0,113401 6 0,680406354 5 0,567005295 5,5 0,623705825 6 0,680406354 6,150543004 5,829715637 5,560181597 3,268053303 FAKTOR EKSTERNAL ANCAMAN (Treath-O)
Konflik dengan nelayan luar 0,106964 4 0,427855651 3,5 0,374373695 5 0,534819564 3,5 0,374373695 Regulasi terkait dengan perijinan 0,100268 6 0,601609083 4,5 0,451206812 7,5 0,752011353 4,5 0,451206812 Sinkronisasi program lintas sektor 0,008273 9 0,074456082 7,5 0,062046735 5,5 0,045500939 7,5 0,062046735
1 1,103920816 0,887627242 1,332331857 0,887627242
Total Score 14,1786912 13,45307458 14,05271122 10,71742336
21
Sintesa Prioritas Isu Perikanan di Kota Sabang
Proses analisis prospek pengembangan program Pembangunan Setra Kelautan dan Perikanan di Kota Sabang diawali dengan melakukan Analisis USG (Urgency,Seriousness dan Growth) untuk menentukan urutan prioritas berdasarkan isu yang harus diselesaikan, Hasil dari USG tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 10. USG Perikanan Tangkap di Kota Sabang, 2016
NO VARIABEL U S G TOTAL RANGK
BIDANG PERIKANAN TANGKAP
1 Pembangunan pabrik es 8,57 8,86 7,86 25,29 2 2 Pengadaan armada skala kecil 7,57 7,43 7,43 22,43
3 alat tangkap 8,00 8,00 7,71 23,71
4 SPDN 8,14 8,29 8,00 24,43
5 Dermaga 7,86 7,71 7,71 23,29
6 Sarana bantu penangkapan 8,29 8,57 8,71 25,57 1 7 Alat bantu keselamatan 8,60 8,40 8,20 25,20 3
24,27
Sumber : data primer diolah, 2016
Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar isu utama yang dianggap sangat penting pada usaha perikanan tangkap yaitu sarana bantu penangkapan sebagai isu sangat penting dengan skor 25,57; pembangunan pabrik es dengan skor sebesar 25,29 dan urutan ketiga adalah alat bantu keselamatan dengan nilai skor 25,20.
Tabel 11. USG Perikanan Budidaya di Kota Sabang Tahun 2016
NO VARIABEL U S G TOTAL RANGK
BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA
1 Pakan 8,71 8,43 8,00 25,14 1 2 Induk 7,43 6,86 6,71 21,00 3 Teknologi pakan 8,14 8,14 8,00 24,29 2 4 Benih 8,29 8,00 7,86 24,14 3 5 air bersih 7,86 8,14 8,00 24,00 23,71
22 Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar isu utama yang dianggap sangat penting pada usaha budidaya perikanan yaitu ketersediaan pakan sebagai isu sangat penting dengan skor 25,14; teknologi pembuatan pakan dengan skor sebesar 24,29 dan urutan ketiga adalah benih dengan nilai skor 24,14.
Tabel 12. USG Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Sabang, 2016
NO VARIABEL U S G TOTAL RANGK
BIDANG PENGOLAHAN 1 cold storage 8,86 8,86 7,86 25,57 2 2 Teknologi Pengolahan 8,71 8,43 7,57 24,71 3 Teknologi Pengemasan 8,86 8,71 7,71 25,29 1 4 Informasi Pasar 8,57 8,43 7,71 24,71 25,07
Hasil analisis menunjukkan bahwa 2 (dua) besar isu utama yang dianggap sangat penting pada usaha perikanan pengolahan hassil perikanan yaitu teknologi pengemasan sebagai isu sangat penting dengan skor 25,29; pembangunan cold storage dengan skor sebesar 25,57 .
Tabel 13. USG Wisata Bahari di Kota Sabang, 2016
NO VARIABEL U S G TOTAL RANGK
WISATA BAHARI
1 Transportasi 8,14 8,00 7,57 23,71 1
2 Komunikasi 7,43 7,00 6,71 21,14
3 Penginapan 7,43 7,29 7,29 22,00 3
4 tour guide 7,57 7,57 7,57 22,71 2
Sumber: Data Primer diolah. 2016
Hasil analisis menunjukkan bahwa 2 (dua) besar isu utama yang dianggap sangat penting pada usaha perikanan pengolahan hasil perikanan yaitu transportasi sebagai isu sangat penting dengan skor 23,71; tour guide dengan skor sebesar 22,71, dan penginapan dengan skor 22,00.
Berdasarkan hasil analisa USG terlihat bahwa skor dari Bidang pengolahan paling tinggi yaitu 25.07, disusul oleh perikanan tangkap 24,27; kemudian budidaya 23,71 dan wisata Bahari 22,39. Hal ini menunjukkan bahwa isu prioritas yang perlu diselesaikan adalah
23 bidang pengolahan ikan. Hal ini sesuai dengan informasi dari Dinas Kelutan dan Perikanan dan Bappeda Kota Sabang bahwa bidang pengolahan ikan merupakan program prioritas karena pengembangan bidak pengolahan dapat membantu menyelesaikan persoalan perikanan di Kota Sabang dan dapat menunjang sektor wisata bahari. Salah satu persoalan perikanan yang ada di Kota Sabang adalah melimpahnya sumberdaya ikan, sehingga pada musim-musim tertentu banyak yang terbuang karena produksi melimpah sementara distribusi terhambat karena transportasi yang tidak memadai sebagai akibat dari akses trans[portasi ke Sabang belum berjalan optimal. Oleh karenanya perlu dikembangkan industri pengolahan ikan di Kota Sabang.
Berdasarkan hasil USG tersebut, maka analisis lanjutannya adalah analisis SWOT (strenght, Weekness, Opportunity, Threats). Strenghts factors atau faktor kekuatan dan weakness factor atau factor kelemahan merupakan faktor internal, sedagkan Ooptunity factor atau faktor peluang dan threats factor atau faktor ancaman merupakan faktor internal dalam pengembangan sektor pengolahan ikan di Kota Sabang. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing factor.
Analisis Faktor Internal Strategis Pengembangan Usaha Perikanan di Kota Sabang 1) Faktor kekuatan (strengts factor) merupakan suatu keunggulan yang dimiliki oleh bidang
pengolahan ikan di Kota Sabang, yang diidentifikasi sebagai berikut: a) Ketersediaan air
b) Kondisi tempat usaha c) Kualitas bahan baku
2) Faktor kelemahan (weakness factors) i merupakan suatu keterbatasan atau kekurangan yang dianggap serius menghalangi kinerja pengembangan usaha pengolahan ikan di Kota Sabang yang diidentifikasi meliputi:
a) Kapasitas pelaku usaha pengolahan b) Teknologi pengolahan
c) Pelatihan pengolahan
d) Keberadaan Penyulah pengolahan e) Kemasan
24 Berdasarkan identifikasi faktor internal strtaegis, yang selanjuutnya dilakukan penilaian bobot, rating dan skor terhadap setiap faktor yang teridentifikasi pada komponen kekuatan (S) dan komponen kelamahan (W)masing-masing sebesar 7,53 dan 3,24 atau untuk keseluruhan (agregat) dari faktor internal strategis adalah sebesar 10,77. Secara rinci penghitungan tersebut tertara pada tabel dibawah ini.
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor Internal Strategis dalam Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang
FAKTOR INTERNAL BOBOT RATE SKOR Total
KEKUATAN (Strenght-S)
1. Ketersediaan Air 0,13 4,06 0,50 2,02
2. Kondisi Tempat Usaha 0,16 3,94 0,60 2,37
3. Kualitas Bahan Baku 0,21 3,94 0,80 3,14
0,37 7,53
KELEMAHAN (Weakness –W)
1. Kapasitas pelaku usaha 0,16 2,63 0,42 1,11
2. Teknologi pengolahan 0,14 2,63 0,37 0,98
3. Pelatihan pengolahan 0,11 2,21 0,23 0,51
4. Penyuluh pengolahan 0,06 2,21 0,15 0,32
5. Kemasan 0,03 3,26 0,10 0,32
0,50 3,24
Sumber: Data Primer Diolah, 2016.
Analisis Faktor Eksternal Strategis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Sabang
Faktor eksternal strategis dalam analisis SWOT terdiri dari faktor peluang (opportunities factors) dan faktor ancaman (threats factors) yang dalam pengembangan usaha pengolahan perikanan di Kota Sabang masing-masing adalah:.
1) Faktor peluang (opportunities factors) merupakan suatu kesempatan atau peluang sumber daya yang dimiliki oleh pengolahan perikanan di Kota Subang yang diidentifikasi sebagai berikut:
a) Peluang pasar
b) Diversifikasi produk olahan c) preferensi masyarakat
25 2) Faktor ancaman (threats factor) merupakan suatu kondisi yang bersumber dari luar dan berpotensi memperlemah kinerja pengembangan usaha pengolahan perikanan di Kota Sabang yang diidentifikasi sebagai berikut:
a) Sinkronisasi program lintas sektor b) Akses permodalan
c) Aksesibilitas harga bahan baku
Sebagaimana yang dilakukan dalam menghitung bobot, rating dan skor faktor internal strategis, maka berdasarkan identifikasi faktor eksternal strtaegis, dapat diketrahui bahwa skor komposit untuk komponen peluang (O) adalah sebesar 9,4 dan untuk komponen ancaman (T) adalah sebesar 1,54 atau untuk keseluruhan (agregat) dari faktor eksternal strategis adalah sebesar 10,59. Secara rinci penghitungan tersebut tertara pada Tabel di bawah ini.
Tabel 15. Hasil Analisis Faktor Eksternal Strategis dalam Pengembangan usaha Pengolahan Perikanan di Kota Sabang
FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATE SKOR
Peluang (Opportunity-O)
1. peluang pasar 0,3798 3,73 1,37 5,15
2. diversifikasi produk olahan 0,2524 3,42 0,87 2,99
3. preferensi masyarakat 0,091 3,78 0,33 1,25
0,7232 9,41
FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATE SKOR
ANCAMAN (Treath-O)
1. Sinkronisasi Program Lintas Sektor 0,17 2,11 0,35 0,73
2. Akses permodalan 0,07 3,00 0,21 0,64
3. Stabilitas harga bahan baku 0,04 2,05 0,08 0,17
0,28 1,54
26
Perumusan Alternatif Strategi Pengembangan usaha Pengolahan Perikanan di Kota Sabang
Berdasarkan hasi analisis SWOT, faktor internal strategis (IFAS) dan faktor eksternal strategis (EFAS) serta perumusan alternatif strategi, ditentukan strategi yang dipilih adalah strategi SO, hal ini karena skor yang diperoleh didominasi oleh komponen faktor kekuatan (S) dan peluang (O). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi pengembangan pengolahan ikan di Sabang adalah strategi SO. Peta penentuan strategi ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 3. Peta Strategi Pengembangan usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang
Sumber: Hasil perhitungan data dan informasi dalam Tabel IFAS dan EFAS .
Berdasarkan analisis di atas maka, strategi pengembangan usaha pengolahan ikan di Kota Sabang berdasarkan faktor kekuatan dan peluang. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan sentra pengolahan ikan dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kualitas air sebagi faktor utama dalam proses pengolahan ikan
2) Pemanfaatan kawasan destinasi wisata sebagai peluang pasar dengan meningkatkan kualitas produk olahan melalui peningkatan kulaitas bahan baku
3) Memperbaiki akses pengolahan terhadap bahan baku melalui pembangunan sentra pendaratan ikan
27 Perumusan strategi tersebut dapat di lihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 16. Perumusan Strategi Pengembangan usaha Pengolahan Ikan di Kota Sabang
Sumber: Sintesa berdasarkan data dan informasi dalam Tabel IFAS dan Tabel EFAS
Setelah diketahui langkah-langkah strategis yang harus dilakukan pada pengembangan usahas pengolahan ikan di kota Sabang, maka harus diurutkan strategi tersebut berdasarkan urutas prioritas yang harus dilakukan terlebih dahulu. Analisis yang dipakai adalah QSPM (Quantitatif Strategic Plan Matrix. Berikut ini merupakan hasil dari analisis tersebut.
Kekuatan:
5 Ketersediaan air 6 Kondisi tempat usaha 7 Kualitas bahan baku
Kelemahan
5. Kapasitas pelaku usaha pengolahan 6. Teknologi pengolahan 7. Pelatihan pengolahan 8. Penyuluh pengolah 9. kemasan Peluang : 5. Peluang pasar 6. Diversifikasi produk olahan 7. Preferansi masyarakat Strategi SO:
1. Pembangunan sentra pengolahan ikan dengan mempertimbangkan
ketersediaan dan kualitas air sebagi faktor utama dalam proses pengolahan ikan
2. Pemanfaatan kawasan destinasi wisata sebagai peluang pasar dengan
meningkatkan kualitas produk olahan melalui peningkatan kulaitas bahan baku
3. Memperbaiki akses pengolahan terhadap bahan baku melalui
pembangunan sentra pendaratan ikan
WP
Ancaman
3. Sinkronisasi Program Lintas Sektor
4. Akses Permodalan 5. Stabilitas harga bahan
baku
ST
28
Tabel 17. Hasil Quantitatif Strategic Plan Matrix Terhadap Pengembangan Usaha Pengolahan Perikanan DI Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam
IFAS
Strategi A Strategi B Strategi C
Variabel Bobot Atrract ive score total attractiv e score Atrract ive score total attractive score Atrract ive score total attractive score Kekuatan Air 0,13 4,75 0,62 2,50 0,33 1,50 0,20 Ketrsediaan lahan produksi 0,16 4,50 0,71 2,75 0,44 3,75 0,59 kualitas bahan baku 0,21 4,50 0,95 3,50 0,74 4,25 0,89
2,28 1,50 1,68 Kelemahan kapasitas pelaku usaha pengolahan 0,16 2,50 0,39 3,00 0,47 3,25 0,51 Teknologi 0,14 4,25 0,59 2,75 0,38 2,25 0,31 pelatihan pengolahan 0,11 2,75 0,30 3,00 0,32 1,75 0,19 penyuluh pengolahan 0,06 2,25 0,15 3,00 0,19 2,25 0,15 Kemasan 0,03 1,00 0,03 4,50 0,15 1,25 0,04 1,06 1,04 0,69 Peluang
peluang pasar diversifikasi produk 0,38 2,00 0,76 4,00 1,51 2,25 0,85
olahan 0,25 3,25 0,82 3,75 0,94 1,75 0,44 preferensi masyarakat 0,09 1,75 0,15 3,25 0,29 1,25 0,11 1,73 2,76 1,41 Ancaman sinkronisasi program lintas sektor 0,17 4,75 0,78 3,75 0,62 4,25 0,70 akses permodalan 0,07 4,00 0,29 2,50 0,18 4,50 0,32 stabilitas harga bahan baku 0,04 1,00 0,04 3,25 0,13 3,50 0,14 1,11 0,93 1,16 Jumah 6,19 6,23 4,94 Urutan 2 1 3
Sumber: Data Primer diolah, 2016
Keterangan:
Strategi A: pembangunan sentra pengolahan ikan dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kualitas air sebagai untur utama dalam proses pengolahan agar memenuhi kebutuhan pasar
Strategi B : Pemanfaatan kawasan destinasi wisata sebagai peluang pasar dengan meningkatkan kualitas produk olahan melalui peningkatan kualitas bahan baku
Strategi C : memperbaiki akses pengolah terhadap bahan baku melaluipembangunan sentra pendaratan ikan
29 1) Berdasarkan hasil analisis di atas, maka urutan strategi berdasarkan prioritas yang harus
dilaksanakan untuk pengembangan pengolahan perikanan adalah sebagai berikut:
2) Pemanfaatan kawasan destinasi wisata sebagai peluang pasar dengan meningkatkan kualitas produk olahan melalui peningkatan kualitas bahan baku
3) Pembangunan sentra pengolahan ikan dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kualitas air sebagai untur utama dalam proses pengolahan agar memenuhi kebutuhan pasar
4) Memperbaiki akses pengolah terhadap bahan baku melaluipembangunan sentra pendaratan ikan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Kabupaten Bengkulu Utara
Tabel 18. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Di Kab. Bengkulu Utara
Angkatan Kerja Jenis kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bekerja 88.827 49.060 137.887
Pegangguran Terbuka 2.680 3.140 5.820
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah 8.865 13.163 22.028
Mengurus Rumah Tangga 830 32.040 32.870
Lainnya 4.640 2.758 7.398 Total 105.842 100.161 206.003 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 86.46 52.12 69.56 Tingkat Pengangguran 2,93 6,02 4,05
Sumber : BPS Kab. Bengkulu Utara, 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah orang yang bekerja lebih besar jika dibandingkan dengan pengangguran terbuka dan didominasi oleh laki-laki.
30
Tabel 19. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan Jenis Kelamin di Kab. Bengkulu Utara, 2015
Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan
Pertanian, kehutaan, perburuan dan perikanan 65.418 30.73 96.155
Pertambangan dan penggalian 705 n/a 705
Industri pengolahan 3.845 1.549 5.394
Listrik, gas dan air n/a n/a n/a
Bangunan 4.525 n/a 4.525
Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 6.555 6.699 13.254 Angkutan, pergudangan dan komunikasi 424 n/a 424 Keuangan, asuransi dan usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa perusahaan
642 n/a 642
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 6.713 10.075 16.788
Jumlah 88.827 49.060 137.887
Sumber : BPS Kab. Bengkulu Utara, 2016
Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, kehutaan, perburuan dan perikanan tersebut mencapai 96.155 orang atau sekitar 70% dari total jumlah pekerja dari sektor lain.
Tabel 20. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Bengkulu Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2012-2015
Sumber : BPS Kab. Bengkulu Utara, 2016
- 500.000,0 1.000.000,0 1.500.000,0 2.000.000,0 2.500.000,0 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Industri Pengolahan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan…
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil… Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Lainnya
Lapangan Usaha
31
Identifikasi Karakteristik adat di ulau Enggano
• Nama Desa : Kahyapu, Apoho, Malakoni, Meo, Banjarsari • Pertemuan rutin, biasanya dilakukan sebulan sekali
• Ketua lembaga adat disebut sebagai Pak Buki • Suku Kaharuba memiliki kepala pintu Kanai
• Suku Kahwa susunan kepala pintu Kabau, Nyumahi, Nyu’u, Yamu’yah • Suku Kaarubi memiliki kepala pintu Ahipe, Abobo, Kanaine
• Suku Kauno, memiliki kepala pintu Pabo’o, Naeyah, Naiyo • Suku Kaitora memiliki kepal pintu Kopkop/Pakuah
• Suku Kama
• Lembaga adat yang ada di lokasi lebih berfokus menangani kegiatan terkait adat di darat
seperti memberikan nasihat kepada keluarga jika terjadi perselisihan baik keluarga atau batas tanah
• Belum ada aturan Adat langsung yang mengatur pengelolaan laut
• Nelayan dilibatkan (seksi ikan), yaitu bertugas untuk mengumpulkan ikan pada
acara-acara adat.
• Nelayan tidak mengenakan biaya untuk kegiatan menangkap ikan (tidak komersil) namun
hanya diganti dengan biaya perbekalan melaut sebesar Rp 100.000
• Untuk kegiatan acara adat, penggunaan penyu untuk dikonsumsi masih dibolehkan
Tabel 4. Kelembagaan Adat di Pulau Enggano
1.
Nelayan di Pulau Enggano
One day Fishing Membuat pondokan/menginap
Komoditas ikan karang
1 bulan = 3 trip (7 hari/trip) dan jeda istirahat per trip = 3 hari.
Biaya : 80 liter BBM (Rp 13.000), Es 4 balok (@ Rp 50.000), Beras 20 kg (@ Rp 11.000), rokok 5 (@ Rp 80.000). Kopi Rp 15.000, gula 4kg (@ Rp 16.000/kg). Total biaya operasional berkisar Rp
2.300.000 -2.400.000/ trip. Ikan Segar dan
Ikan Asin ABK: 2-4 orang
32
Gambar 5. Karakteristik nelayan di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara
Gambar 6. Potensi Konflik Nelayan di Kabupaten Bengkulu Utara
Gambaran Umum Kota Sabang
Tabel 21. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kota Sabang, 2015
Kecamatan Luas (km2) Persentase Desa
Sukajaya 60,82 0,50 10
Sukakarya 61,31 0,50 8
Sabang 122,13 100,00 18
Sumber : BPS Kota Sabang Tahun 2015
Luas wilayah Kota Sabang 122,13 Km2 yang terdiri dari 2 kecamatan. Kecamatan Sukajaya dengan luas 60,82 km2 terbagi dalam 10 gampong/desa, sedangkan kecamatan Sukakarya dengan luas 61,31 km terdiiri dari 8 desa.
Tabel 22. Jumlah Penduduk, distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sabang, 2015
Potensi Konflik Nelayan di Kabupaten Bengkulu Utara
Kapal Trawl (andon) yang beropreasi di tepi pantai
Kapal Jaring Hanyut (Andon)
Merusak jaring nelayan lokal sehingga mereka kehilangan aset investasi
berupa jaring, kerugian BBM, waktu dan tenaga
33 Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk per km Laki-laki Perempuan Sukajaya 8,517 8,314 16,831 50,67 277 Sukakarya 8,302 8,082 16,384 49,33 267 Sabang 16,819 16,396 33,215 100,00 272
Sumber: BPS Kota Sabang, 2015.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk di dua kecamatan tersebut tersebar secara merata. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sukajaya 277 orang per km2 , dan 267 orang per km2 di Kecamatan Sukakarya. Secara keseluruhan kepadatan penduduk di Kota Sabang sebesar 272 orang per km2.
Tabel 23. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu di Kota Sabang, 2015
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Angkatan Kerja
Bekerja Pengangguran
Terbuka Jumlah
Tidak/belum pernah sekolah 292 - 292
Tidak/belum tamat SD 447 28 475
Sekolah Dasar 2,372 105 2,477
Sekolah Menengah Pertama 1,971 115 2,086
Sekolah Menengah Atas 5,141 630 5,771
Sekolah Menengah Atas Kejuruan 1,082 107 1,189
Diploma I/II/III 1,175 233 1,408
Universitas 2,768 39 2,807
Jumlah 15,248 1,257 16,505
Sumber: BPS Kota Sabang, 2015.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kota Sabang yang berumur 15 tahun keatas yang menamatkan Sekolah Menengah Atas , diikuti lulusan Universitas (S1), sedangkan kelompok penduduk yang paling sedikit adalah kelompok penduduk yang tidak/belum pernah sekolah. Dilihat dari angkatan kerja, kelompok penduduk yang manamatkan Sekolah Menengah Atas Merupakan kelompok penduduk yang paling tinggi angka pengangguran terbuka, diikuti dengan kelompok penduduk yang menamatkan pendidikan Diploma.
Tabel 24 Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan Jenis Kelamin di Kota Sabang, 2015
34
Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan
Pertanian, kehutaan, perburuan dan perikanan 1,608 438 2,046 Pertambangan dan penggalian 1,143 123 1,266 Industri pengolahan 312 376 688 Listrik, gas dan air - - -
Bangunan 344 - 344
Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 713 891 1,604 Angkutan, pergudangan dan komunikasi 629 - 629 Keuangan, asuransi dan usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa perusahaan
- - - Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 161 272 433
Jumlah 4,910 2,100 7,010
Sumber: BPS Kota Sabang, 2015.
Dilihat dari lapangan pekerjaan utamanya, sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor yaang mendominasi jumlah tenaga kerja yaitu sebanyak 2.046 orang atau 30% dari jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja.
Tabel 25. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2011-2015
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,66 7,56 7,58 7,58 7,52 1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan
Jasa Pertanian 5,26 5,20 5,23 5,23 5,19
2.Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09
3. Perikanan 2,30 2,27 2,27 2,26 2,24
Pertambangan dan Penggalian 1,22 1,19 1,15 1,17 1,16
Industri Pengolahan 2,62 2,59 2,59 2,64 2,64
Pengadaan Listrik dan Gas 0,24 0,23 0,22 0,22 0,21 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0,14 0,14 0,15 0,15 0,16
Konstruksi 27,55 28,29 28,69 28,83 29,02
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 15,26 15,01 14,93 14,88 14,79 Transportasi dan Pergudangan 3,92 3,91 3,86 3,86 3,83 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,92 2,94 3,04 3,22 3,43 Informasi dan Komunikasi 2,04 2,03 2,01 2,02 2,08 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,42 2,54 2,55 2,55 2,54
Real Estas\t 4,13 4,05 4,03 3,98 3,92
Jasa Perusahaan 0,33 0,32 0,31 0,30 0,29
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan