• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang akan dilakukan tentu tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan obyek yang akan diteliti. Berikut uraian dari beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaan dengan penelitian sekarang.

1. Muhamad Safiq et al. (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Safiq et al. (2014) terkait dengan Teori Prospek dan Konservatisma Laporan Keuangan yang bertujuan untuk menguji pengaruh pembingkaian kontrak insentif (framing effect) dan tuntutan hukum (certainty effect) dalam keputusan pelaporan keuangan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pembingkaian kontrak insentif (pembingkaian kontrak insentif positif/gain dan pembingkaian kontrak insentif negatif/loss) dan tuntutan hukum (tuntutan hukum tinggi dan tuntutan hukum rendah) sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah keputusan manajemen (direktur keuangan) mengenai judgement dalam memilih kebijakan akuntansi. Partisipan yang digunakan peneliti sebanyak 60 orang akan tetapi setelah melalui seleksi maka hanya 54 orang yang datanya dapat digunakan dalam penelitian eksperimen. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa program Magister Akuntansi dan Magister Manajemen

(2)

Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksperimen dengan desain eksperimen 2x2 yaitu pembingkaian kontrak insentif (pembingkaian kontrak insentif positif/gain dan pembingkaian kontrak insentif negatif/loss) dan tuntutan hukum (tuntutan hukum tinggi dan tuntutan hukum rendah). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh pembingkaian kontrak insentif terhadap kebijakan pelaporan perusahaan hal tersebut membuktikan bahwa teori prospek dapat digunakan untuk menjelaskan keputusan akuntansi melalui framing effect; (2) terdapat pengaruh tuntutan hukum terhadap kebijakan akuntansi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan hal tersebut cenderung membuat manajamen (direktur keuangan) menyajikan laporan keuangan yang lebih konservatif dan (3) manajemen (direktur keuangan) semakin konservatif jika berada pada posisi gain dan tuntutan hukum tidak terdukung.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel

framing effect dalam penelitian.

b. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan teori prospek dalam penelitian.

c. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

(3)

d. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel certainty effect sebagai variabel independen dan pada variabel dependen menggunakan keputusan manajemen (direktur keuangan). Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan variabel adalah pola penyajian informasi dan urutan informasi sebagai variabel independen dan variabel dependen menggunakan keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu pembingkaian kontrak insentif (pembingkaian kontrak insentif positif/gain dan pembingkaian kontrak insentif negatif/loss) dan tuntutan hukum (tuntutan hukum tinggi dan tuntutan hukum rendah). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect (framing sesuai informasi dan

framing dibalik).

c. Pada teori yang digunakan penelitian terdahulu hanya menggunakan satu teori yaitu teori prospek. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan tiga teori yaitu teori prospek, teori fuzzy trace dan teori mental probabilistik.

(4)

d. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa program Magister Akuntansi dan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM). Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen STIE Perbanas Surabaya.

e. Penelitian terdahulu hanya menggunakan uji statistik ANOVA. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

2. Erlinda Kusuma Wardani dan Sukirno (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Erlinda Kusuma Wardani dan Sukirno (2014) terkait dengan Pengaruh Framing Effect Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi dengan Locus of Control sebagai Variabel Pemoderasi yang bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh framing effect terhadap pengambilan keputusan investasi; (2) mengetahui pengaruh framing effect terhadap pengambilan keputusan investasi dengan locus of control sebagai variabel pemoderasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel framing effect (positive

framing dan negative framing) sebagai variabel independen sedangkan variabel

dependennya adalah pengambilan keputusan investasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel pemoderasi yaitu locus of control. Partisipan yang digunakan peneliti sebanyak 45 mahasiswa Jurusan Prodi Akuntansi 2010 dan Prodi Akuntansi 2011 pada Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksperimen dengan desain eksperimen 2x2 yaitu

framing effect (positive framing dan negative framing) dan locus of control

(5)

Wardani dan Sukirno (2014) menggunakan 16 item pertanyaan pada tahap

treatment untuk menentukan tingkat locus of control partisipan. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Univariate ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengambil keputusan yang berada pada kondisi positive

framing akan melakukan investasi karena tidak terpengaruh oleh risiko yang akan

ditanggung; (2) pengambil keputusan pada kondisi negative framing akan melakukan investasi; (3) adanya indikasi bahwa tidak terdapat pengaruh locus of

control pada pengambilan keputusan investasi yang dikarenakan pengambilan

keputusan dengan internal maupun external locus of control mengambil keputusan yang sama yaitu melakukan investasi.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menguji pengaruh framing

effect dalam pengambilan keputusan investasi.

b. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

c. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

(6)

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel pemoderasi yaitu locus of

control. Sedangkan pada penelitian sekarang tidak menggunakan variabel

pemoderasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu framing

effect (positive framing dan negative framing) dan locus of control

(internal dan external). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing

effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik).

c. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa Prodi Akuntansi 2010 dan Prodi Akuntansi 2011 pada Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

d. Penelitian terdahulu hanya menggunakan uji statistik Univariate ANOVA. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

3. Luciana Spica Almilia dan Supriyadi (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Supriyadi (2013) terkait dengan Examining Belief Adjustment Model on Invesment Decision

Making yang bertujuan untuk menguji pengaruh efek urutan/urutan informasi dan

pola penyajian informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah (1) pola penyajian informasi (step by step (SbS)

(7)

dan end of sequence (EoS)) dan (2) urutan informasi (+ + - - atau - - + +) sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah revisi keputusan oleh investor yang berhubungan evaluasi saham perusahaan. Partisipan yang digunakan oleh peneliti sebanyak 173 partisipan akan tetapi hanya 93 partisipan yang menjawab. Partisipan tersebut adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi pada Universitas di Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan desain eksperimen 2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence) dan urutan informasi (good news diikuti dengan bad news dan sebaliknya bad news diikuti dengan good news). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Supriyadi (2013) menggunakan 16 item informasi yang terdiri dari 8 item informasi positif dan 8 item informasi negatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji statistik dengan menggunakan ANOVA dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan judgement antara investor yang menerima urutan informasi good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good news (- - + +) untuk pola penyajian informasi step by step. (2) tidak terdapat perbedaan atau tidak ada efek urutan antara investor investor yang menerima urutan informasi good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good news (- - + +) untuk pola penyajian informasi end of sequence.

(8)

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menguji pengaruh pola penyajian informasi dan urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi.

b. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

c. Penelitian terdahulu dan sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen..

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel framing effect dalam penelitiannya. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel

framing effect dalam penelitian.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence) dan urutan informasi (good news diikuti dengan bad news dan sebaliknya bad news diikuti dengan good news). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing

(9)

c. Pada teori yang digunakan penelitian terdahulu menggunakan model belief

adjustment. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori

prospek, teori fuzzy trace dan teori mental probabilistik.

d. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa jurusan Akuntansi pada Universitas di Surabaya. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

e. Penelitian terdahulu menggunakan uji statistik ANOVA dan uji

independent sample t-test. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan

uji normalitas dan uji hipotesis.

4. Luciana Spica Almilia et al. (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia et al. (2013) terkait dengan Belief Adjusment Model in Invesment Decision Making yang bertujuan untuk (1) menguji pengaruh urutan penyajian informasi dalam pengambilan keputusan investasi; (2) menguji pengaruh pola penyajian informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Variabel yang digunakan oleh peneliti adalah (1) pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)); (2) urutan informasi (+ + - - atau - - + +) dan (3) jenis informasi (informasi akuntansi, informasi non-akuntansi dan gabungan antara informasi akuntansi dengan non-akuntansi) sebagai variabel independen sedangkan untuk variabel dependennya adalah pengambilan keputusan investasi. Partisipan yang digunakan oleh peneliti sebanyak 43 partisipan mahasiswa akuntansi dan

(10)

manajemen dengan kriteria telah menempuh mata kuliah Analisa Laporan Keuangan dan Manajemen Investasi dan Pasar Modal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan desain eksperimen 2x2x3 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (good news diikuti dengan bad news dan sebaliknya bad news diikuti dengan good news) dan jenis informasi (informasi akuntansi, informasi non-akuntansi dan gabungan antara informasi non-akuntansi dengan non-non-akuntansi). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat uji statistik independent sampel t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terbukti bahwa terdapat efek urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi untuk informasi yang disajikan sekuensial/step by step; (2) tidak terjadi efek urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi untuk informasi yang disajikan secara simultan/end of sequence. Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Luciana Spica dan Supriyadi (2013) namun hanya terdapat penambahan klasifikasi jenis informasi yang terdiri dari informasi akuntansi, informasi non-akuntansi dan gabungan antara informasi akuntansi dengan non-akuntansi.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menguji pengaruh pola penyajian informasi dan urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi.

(11)

b. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

c. Penelitian terdahulu dan sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel jenis informasi (informasi akuntansi, informasi non-akuntansi dan gabungan antara informasi akuntansi dengan non-akuntansi) sebagai variabel independen. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel framing effect sebagai variabel independen.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2x3 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (good news diikuti dengan bad news dan sebaliknya bad news diikuti dengan good news) dan jenis informasi (informasi akuntansi, informasi akuntansi dan gabungan antara informasi akuntansi dengan non-akuntansi). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of

sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect

(framing sesuai informasi dan framing dibalik).

c. Pada teori yang digunakan penelitian terdahulu menggunakan model belief

adjustment. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori

(12)

e. Penelitian terdahulu hanya menggunakan uji statistik independent sample

t-test. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji

hipotesis.

5. Dipankar Ghosh dan Anne Wu (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Dipankar Ghosh dan Anne Wu (2012) terkait dengan The Effect of Positive and Negative Financial and Nonfinancial

Performance Measure on Analysts’ Recommendations yang bertujuan untuk

menguji tingkat keuntungan atau tidak menguntungkan hasil dari ukuran financial dan non financial pada rekomendasi analisa keuangan untuk melepaskan atau investasi di dalam perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah (1) performance measure (financial and non-financial) dan (2) their

favorableness (favorable and unfavorable) sebagai variabel independen

sedangkan untuk variabel dependennya adalah recommendation ratings. Partisipan yang digunakan oleh peneliti sebanyak 104 orang analis keuangan dengan skala rating satu sampai dengan sebelas yang dimulai dari sell, hold dan

buy. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimental dengan

desain eksperimen 2x2 yaitu performance measure (financial and non-financial) dan their favorableness (favorable and unfavorable). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, uji hipotesis, ANOVA dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terbukti bahwa ketika pengukuran financial itu unfavorable maka ukuran non-financial tidak digunakan oleh analis keuangan; (2) akan tetapi apabila pengukuran financial itu favorable

(13)

maka ukuran non-financial yang favorable lebih besar dibandingkan dengan ukuran non-financial yang unfavorable.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

b. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan informasi non akuntansi.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel performance measure (financial and non-financial) dan their favorableness (favorable and

unfavorable) sebagai variabel independen dan untuk variabel dependennya

adalah recommendation ratings. Sedangkan penelitian sekarang

menggunakan variabel pola penyajian informasi, urutan informasi dan

framing effect sebagai variabel independen dan untuk variabel dependen

menggunakan keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu performance

measure (financial and non-financial) dan their favorableness (favorable and unfavorable). Sedangkan pada penelitian sekarang desain

(14)

dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing

effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik).

c. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis deskriptif, uji hipotesis, ANOVA dan t-test. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

d. Sampel yang digunakan oleh penelitian terdahulu adalah seorang analis keuangan. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

6. Muhammad Nur Yahya dan Jen Surya (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nur Yahya dan Jen Surya (2012) terkait dengan Pengaruh Framing Effect sebagai Determination Escalation

of Commitment dalam Keputusan Investasi: Dampak dari Working Experiences

yang bertujuan untuk mengklarifikasi teori prospek sebagai determinan eskalasi komitmen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel jenis bingkai keputusan (bingkai keputusan positif dan bingkai keputusan negatif) dan pengalaman kerja (berpengalaman dan tidak berpengalaman) sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah kecenderungan eskalasi yang diukur dengan keputusan melanjutkan proyek. Partisipan yang digunakan peneliti sebanyak 46 manajer berpengalaman dari Aceh dan 47 mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi. Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksperimen dengan desain eksperimen 2x2 yaitu variabel jenis bingkai keputusan (bingkai keputusan positif dan bingkai keputusan negatif) dan pengalaman kerja (berpengalaman dan

(15)

tidak berpengalaman). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa framing effect berpengaruh sebagai determinan eskalasi komitmen, akan tetapi tergantung dari latar belakang tingkat pengalaman kerja. Frame seperti yang ada pada teori prospek yaitu berpengaruh kepada subjek yang tidak berpengalaman, akan tetapi tidak berpengaruh kepada subjek yang berpengalaman.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menguji pengaruh framing

effect dalam pengambilan keputusan investasi.

b. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

c. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan teori prospek dalam penelitian.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan pengalaman kerja (berpengalaman dan tidak berpengalaman) sebagai variabel independen dan untuk variabel dependennya adalah kecenderungan eskalasi yang diukur dengan keputusan melanjutkan proyek. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel pola penyajian informasi, urutan informasi dan

(16)

framing effect sebagai variabel independen dan untuk variabel dependen

menggunakan pengambilan keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu variabel jenis bingkai keputusan (bingkai keputusan positif dan bingkai keputusan negatif) dan pengalaman kerja (berpengalaman dan tidak berpengalaman). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik).

c. Sampel yang digunakan oleh penelitian terdahulu adalah manajer berpengalaman dan mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

d. Penelitian terdahulu hanya menggunakan uji statistik ANOVA. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

7. Robert Pinsker (2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Robert Pinsker (2011) terkait dengan

Primacy or Recency? A Study of Order Effects when Nonprofessional Investors are Provided a Long Series of Disclosures yang memiliki tujuan umum dan

khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah (1) jika bobot informasi terletak di akhir (recency) maka dipaksa untuk berpindah bobot informasinya di awal (primacy) dan (2) jika terdapat perbedaan atau potensi untuk memperburuk order

(17)

effect ketika dibandingkan dalam pola penyajian. Sedangkan untuk tujuan

khususnya terletak pada hipotesis yaitu (1) untuk menguji informasi panjang baik pada kondisi simultan maupun kondisi sekuensial tidak terjadi efek yang berkepanjangan; dan (2) untuk menguji apabila diberikan informasi 40 informasi baik positif maupun negatif, investor non-profesional cenderung lebih besar signifikan pada informasi sekuensial daripada simultan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan

end of sequence (EoS)) dan (2) urutan informasi (+ + - - atau - - + +) sebagai

variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah stock price

judgement. Partisipan yang digunakan oleh peneliti sebanyak 127 partisipan

mahasiswa undergraduate business dari jurusan Akuntansi pada Universitas Florida Selatan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan desain eksperimen 2x2 yaitu adalah (1) pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)) dan (2) urutan informasi (+ + - - atau - - + +). Penelitian eksperimen yang digunakan Robert Pinsker (2011) menggunakan informasi panjang (>17) yaitu sebanyak 40 item informasi yang terdiri atas 20 item informasi positif dan 20 item informasi negatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test, ANOVA dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat bukti bahwa effect recency memberikan isyarat informasi panjang dalam konteks investasi (2) kondisi sekuensial dapat memperburuk efek recency effect yang relatif terhadap kondisi simultan. Sehingga tidak ada bukti paksaan menuju primacy atau tidak menyebabkan efek yang berkepanjangan.

(18)

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel pola penyajian informasi dan urutan informasi sebagai variabel independen. b. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian

sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

c. Penelitian terdahulu dan sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel stock price judgement sebagai variabel dependen. Sedangakan penelitian sekarang variabel dependennya adalah keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)) dan urutan informasi (+ + - - atau - - + +). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik). c. Pada teori yang digunakan penelitian terdahulu menggunakan model belief

adjustment. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori

(19)

d. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa

undergraduate business dari jurusan Akuntansi pada Universitas Florida

Selatan. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

e. Penelitian terdahulu menggunakan seri informasi panjang. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan seri informasi pendek.

f. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis t-test, ANOVA dan uji hipotesis. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

8. Robert Pinsker (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Robert Pinsker (2007) terkait dengan

Long Series of Information and Nonprofessional Investors Belief Revision yang

bertujuan untuk menyajikan belief revision yang menguji informasi akhir (recency

effect) pada pola penyajian step by step. Variabel yang digunakan oleh peneliti

adalah (1) pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)) dan (2) urutan informasi (+ + - - atau - - + +) sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah stock price revision. Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 129 partisipan mahasiswa

undergraduate business dari Jurusan Akuntansi Universitas Florida Selatan.

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen 2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)) dan urutan informasi (+ + - - atau - - + +). Penelitian eksperimen yang dilakukan

(20)

Robert Pinsker (2007) menggunakan informasi panjang (>17) yaitu sebanyak 20 item informasi yang terdiri atas 10 item informasi positif dan 10 item informasi negatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test, ANOVA dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) revisi harga saham secara signifikan lebih besar dalam kondisi sekuensial daripada kondisi simultan; (2) revisi harga saham lebih besar dalam kondisi sekuensial akan berlanjut akan tetapi membalikkan tanda setelah perubahan dalam urutan informasi penyajian.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel pola penyajian informasi dan urutan informasi sebagai variabel independen. b. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian

sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

c. Penelitian terdahulu dan sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel stock price revision sebagai variabel dependen. Sedangakan penelitian sekarang variabel dependennya adalah keputusan investasi.

(21)

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step (SbS) dan end of sequence (EoS)) dan urutan informasi (+ + - - atau - - + +). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik). c. Pada teori yang digunakan penelitian terdahulu menggunakan belief

revision theory. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan teori

prospek, teori fuzzy trace dan teori mental probabilistik.

d. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa

undergraduate business dari Jurusan Akuntansi Universitas Florida

Selatan. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

e. Penelitian terdahulu menggunakan seri informasi panjang. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan seri informasi pendek.

f. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis t-test, ANOVA dan uji hipotesis. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

9. Dipankar Ghosh dan Margaret N. Boldt (2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Dipankar Ghosh dan Margaret N. Boldt (2006) terkait dengan The Effect of Framing and Compensation Structure on

(22)

dan negatif dari tujuan framing pada bagian profit penjualan yang tersedia dari transfer negosiasi untuk kedua perbedaan struktur kompensasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel framing effect (positif dan negatif) dan struktur kompensasi (kompensasi laba divisi tinggi dan kompensasi laba divisi rendah) sebagai variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah profit/flexibility ratio. Partisipan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebanyak 48 manajer pada perusahaan Fortune 500 dan telah memiliki pengalaman rata-rata 14,5 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan desain eksperimen 2x2 yaitu framing effect (positif dan negatif) dan struktur kompensasi (kompensasi laba divisi tinggi dan kompensasi laba divisi rendah). Teknik analisis data yang digunakan adalah

two-way ANOVA, least squares means, eta squared dan partial eta squared.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bagian profit untuk penjualan akan lebih tinggi ketika tujuan profit di ekspresikan dalam bentuk kehilangan

profit (framing negatif) dibandingkan jika tujuan profit diekspresikan dalam

bentuk menghasilkan profit (framing positif); (2) Bagian profit untuk penjualan akan lebih tinggi ketika kompensasi bonus yang didasarkan pada laba divisional dalam prosentase yang lebih tinggi (struktur kompensasi laba divisi yang tinggi) dibandingkan jika kompensasi bonus didasarkan pada laba divisional dalam prosentase yang rendah (struktur kompensasi laba divisi yang rendah); (3) Penjual akan mengalami kurangnya flexible melalui konsesi (perjanjian) pada harga ketika tujuan profit diekspresikan dalam bentuk kehilangan laba (framing negatif) dibandingkan ketika tujuan profit diekspresikan dalam bentuk menghasilkan laba

(23)

(framing positif) dan (4) Penjual akan mengalami kurangnya flexible melalui konsesi (perjanjian) pada harga ketika kompensasi bonus didasarkan pada profit divisional yang lebih besar prosentasenya (struktur kompensasi laba divisi yang tinggi) dibandingkan jika kompensasi bonus didasarkan pada profit divisional yang prosentasenya lebih kecil (struktur kompensasi laba divisi yang rendah). Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan adalah adanya pengaruh framing effects terkait dengan transfer pricing.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel

framing effect sebagai variabel independen.

b. Penelitian terdahulu dan sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel struktur kompensasi sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah profit/flexibility

ratio. Sedangakan penelitian sekarang variabel independennya adalah pola

penyajian informasi dan urutan informasi dan variabel dependennya keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x2 yaitu framing

(24)

divisi tinggi dan kompensasi laba divisi rendah). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing effect (framing sesuai informasi dan

framing dibalik).

c. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah manajer pada perusahaan Fortune 500 dan telah memiliki pengalaman rata-rata 14,5 tahun. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

d. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis two-way ANOVA, least

squares means, eta squared dan partial eta squared. Sedangkan pada

penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

10. C. Janie Chang et al. (2002)

Penelitian yang dilakukan oleh C. Janie Chang et al. (2002) terkait dengan An Empirical Examination of Competing Theories to Explain the Framing

Effect in Accounting-Related Decisions yang bertujuan untuk menjelaskan framing effect dalam pengambilan keputusan manajerial dan untuk menguji teori

penjelas yaitu prospect theory dan dua teori lainnya yakni fuzzy-trace theory dan

probabilistic mental model pada framing effect. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel (1) problem domain (gain dan loss); (2) problem

frame (positif, negatif, dan gabungan dari keduanya) sebagai variabel independen

(25)

sebanyak dua kali dimana partisipannya terdiri dari: pada ekperimen I sebanyak 86 mahasiswa undergraduate business dan pada eksperimen ke II sebanyak 185 mahasiswa undergraduate business. Mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa dari dua universitas yang berbeda pada pesisir pantai barat dan telah menempuh mata kuliah Akuntansi Manajemen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen 2x3 yaitu problem domain (gain dan loss) dan problem frame (positif, negatif, dan gabungan dari keduanya). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fuzzy-trace theory adalah yang terbaik dalam menggambarkan fenomena framing effect pada perilaku pelaku pengambil keputusan dalam konteks akuntansi meskipun prospect theory telah diaplikasikan serta paling sering untuk digunakan.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menjelaskan terkait dengan

framing effect.

b. Teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan tiga teori yaitu teori prospek, teori fuzzy trace dan teori mental probabilistik.

c. Partisipan yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang merupakan investor non profesional/mahasiswa.

(26)

d. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang tergolong dalam jenis penelitian eksperimen.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel subjects choice sebagai variabel dependen. Sedangkan penelitian sekarang variabel dependennya adalah keputusan investasi.

b. Pada desain eksperimen penelitian terdahulu adalah 2x3 yaitu problem

domain (gain dan loss) dan problem frame (positif, negatif, dan gabungan

dari keduanya). Sedangkan pada penelitian sekarang desain eksperimennya adalah 2x2x2 yaitu pola penyajian informasi (step by step dan end of sequence), urutan informasi (+ + - - dan - - + +) dan framing

effect (framing sesuai informasi dan framing dibalik).

c. Sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah mahasiswa

undergraduate business dari dua universitas yang berbeda pada pesisir

pantai barat. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa S1 Akuntansi dan S1 Manajemen di STIE Perbanas Surabaya.

d. Penelitian terdahulu hanya menggunakan uji statistik ANOVA. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.

(27)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Prospek

Menurut teori prospek, terdapat dua tahap dalam proses membuat keputusan: Tahap I merupakan tahap editing yang merupakan analisis awal dari prospek yang ditawarkan. Kemudian tahap II yaitu mengevaluasi prospek dan memilih yang memiliki nilai tertinggi (Kahneman dan Tversky, 1979). Chang et

al. (2002) menyatakan bahwa untuk tahap I dari teori prospek tersebut merupakan

tahap proses editing psikologi. Dengan kata lain, teori prospek menggambarkan alasan seseorang dalam membuat keputusan dilihat dari sisi psikologisnya. Teori prospek membantah teori sebelumnya yaitu expected utility theory yang menjelaskan pengambilan keputusan seseorang yang bersifat rasional. Fenomena

framing terjadi ketika suatu permasalahan yang sama akan tetapi dapat

menimbulkan pengambilan keputusan yang berbeda, hal tersebut tergantung bagaimana bingkai informasi diberikan kepada para pengambil keputusan. Kahneman dan Tversky (1979) juga menjelaskan bahwa pemberian informasi dengan bingkai positif akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan keputusan yang kurang berisiko (risk averse) begitupun sebaliknya jika pemberian informasi dengan bingkai negatif akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan informasi yang lebih berisiko (risk seeking). Chang et al. (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa ketika informasi disajikan dalam bentuk

gain/positif frame, para pengambil keputusan akan memilih pada pilihan yang

pasti (tidak ada risiko) dan ketika informasi disajikan dalam bentuk loss/negative

(28)

manajer menghadapi situasi yang tidak pasti dan dalam keterbatasan yang dimilikinya hal itu dapat menyebabkan manajer terjebak dalam framing trap. Sehingga para pengambil keputusan akan mengambil keputusan bergantung pada sisi psikologisnya atau sesuai dengan cara pandang masing-masing individu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mengambil keputusan sesuai dengan psikologisnya. Teori ini tentu terlihat lebih baik daripada expected

utility theory karena sebagai teori yang menekankan pada sisi psikologisnya tentu

teori ini mengetahui keterbatasan kemampuan seseorang dalam mencari dan menggali informasi guna sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.2.2 Teori Fuzzy Trace

Chang et al. (2002) menjelaskan terkait teori fuzzy trace yang diperkenalkan oleh Reyna dan Brainerd (1990) yang mengasumsikan bahwa individu lebih memilih alasan dengan menggunakan representasi informasi yang sederhana. Chang et al. (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

fuzzy-trace theory adalah yang terbaik dalam menggambarkan fenomena framing effect.

Reyna dan Brainerd (1998) menggunakan teori fuzzy trace untuk menjelaskan

framing effect. Chang et al. (2002) menyatakan bahwa teori fuzzy trace berbeda

dengan teori prospek, dimana dalam teori prospek mengasumsikan alasan seseorang berdasarkan sisi psikologisnya sedangkan dalam teori fuzzy trace mengasumsikan alasan seseorang berdasarkan represntasi informasi sederhana. Ketika informasi kuantitatif disajikan, seseorang/pengambil keputusan akan berpendapat dengan cara menyederhanakan informasi yang diperoleh atas suatu

(29)

pilihan berdasarkan lebih atau kurang atau yang lainnya untuk membedakan pilihan tersebut. Teori fuzzy trace berkaitan dengan erat dengan pendekatan/strategi heuristik yang menjelaskan bahwa para pengambil keputusan menggunakan proses penyederhanaan dalam mengambil keputusan. Dengan penyederhanaan heuristik, ketika seseorang dihadapkan pada situasi dengan pilihan yang berisiko atau memperoleh informasi yang kompleks, seseorang tersebut akan menggunakan cara untuk menyederhanakan kompleksitas informasi tersebut. Penyederhanaan informasi berarti mengeliminasi kompleksitas informasi/hanya menggunakan informasi yang dianggap penting. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan penyederhanaan heuristik akan mengakibatkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan karena mengurangi kompleksitas informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan.

2.2.3 Teori Mental Probabilistik

Chang et al. (2002) menjelaskan terkait teori mental probabilistik yang dikembangkan oleh Gigerenzer et al. (1991) yang menjelaskan dan memprediksi perilaku individu yang terlalu percaya diri dalam pengambilan keputusan. Kuhberger (1995) mengemukakan bahwa teori mental probabilistik dapat digunakan untuk menjelaskan framing effect. Gigerenzer et al. (1991) menjelaskan bahwa seseorang dihadapkan dalam dua pilihan alternatif. Pertama,

local mental model akan dibentuk oleh individu yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah berdasarkan memori jangka panjang dan operasi logika dasar. Pada umumnya local mental model dapat digunakan jika (1) angka yang

(30)

tepat dapat diambil dari memory jangka panjang untuk membandingkan alternatif, (2) fitur informasi yang berkaitan dengan alternatif tidak tumpang tindih dan (3) operasi logika dasar. Kedua, jika permasalahan tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan menggunakan local mental model maka akan menggunakan

probabilistic mental model. Menurut Teori probabilistic mental model, untuk

membuat keputusan, hal pertama yang dilakukan individu adalah membuat sebuah kelas referensi untuk masalah khusus. Gigerenzer et al. (1991) mengungkapkan bahwa probabilistic mental model berbeda dengan local mental model dalam beberapa aspek. Pertama, pada kelas referensi dari objek. Kedua, pada variabel ditambah dengan solusi strategi.

2.2.4 Pola Penyajian dan Urutan Informasi

Hogarth dan Einhorn (1992) mengembangkan belief adjustment model untuk memberikan penjelasan secara menyeluruh terkait cara informasi diinterpretasikan dan diproses. Hogarth dan Einhorn (1992) mengadaptasi konsep umum dari anchoring dan adjustment (seperti membentuk keyakinan awal yang kemudian membentuk keyakinan baru berdasarkan informasi baru yang diperoleh) dengan memasukkan heuristics ke dalam model. Model belief adjusment mempertimbangkan tiga karakteristik, yaitu: (1) arah (sesuai atau tidak dengan keyakinan sekarang), (2) kekuatan (lemah atau kuat) dan (3) tipe (positif, negatif atau campuran). Selain itu, Hogarth dan Einhorn (1992) juga mempertimbangkan dua karakteristik lain yaitu urutan informasi (positif diikuti negatif, negatif positif

(31)

atau campuran positif dan negatif) dan pola penyajian (pola penyajian secara berurutan dan secara simultan).

Model ini sangat memperhatikan pola penyajian informasi, seperti pola penyajian secara step by step (SbS) dan end of sequence (EoS). Pola penyajian

step by step (SbS) merupakan pola penyajian informasi ketika investor melakukan

transaksi perdagangan saham berdasarkan informasi yang sederhana (misalnya: laporan keungan interim triwulanan, informasi non akuntansi yang diperoleh dari media massa) dan dilakukan secara berurutan. Dengan kata lain, dalam penyajian

step by step individu akan memperbarui/merevisi keyakinan mereka setelah

diberikan tiap-tiap potongan bukti dalam penyampaian informasi yang terpisah. Sedangkan pola penyajian end of sequence (EoS) merupakan pola penyajian informasi ketika investor melakukan transaksi perdagangan saham berdasarkan informasi yang kompleks dan secara keseluruhan diperoleh pada saat itu juga (misalnya: laporan tahunan lengkap yang tidak hanya berisi laporan keuangan saja). Dengan kata lain, dalam penyajian end of sequence individu akan memperbarui/merevisi keyakinan mereka setelah semua informasi terkumpul.

Ketika informasi disajikan dalam bentuk step by step (SbS), seseorang umumnya menggunakan strategi pengolohan step by step (SbS). Penyesuaian keyakinan mereka semakin bertambah begitu diberikan tiap-tiap potongan bukti. Penyajian informasi dalam dalam bentuk end of sequence (EoS) umumnya menggunakan strategi pengolahan end of sequence (EoS), khususnya bila jumlah informasi sedikit dan tidak terlalu kompleks. Ketika individu menerima informasi secara step by step/berurutan, individu tersebut cenderung membentuk revisi

(32)

keyakinan baru setelah mendapatkan potongan-potongan bukti dari informasi yang terpisah. Dengan demikian individu akan membuat perbaikan/revisi keyakinan yang lebih besar dalam format step by step dibandingkan dengan format end of sequnce. Hal itu disebabkan karena penyajian potongan bukti yang lebih sering (SbS) memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan

anchor (penjangkaran/penetapan) dan adjusment (penyesuaian), dan

individu-individu sering melakukan penyesuaian yang berlebih/over adjust ke arah item-item informasi tersebut.

Dalam urutan informasi terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu primacy effect dan recency effect. Primacy effect adalah pemberian bobot nilai yang lebih tinggi pada informasi awal yang diperoleh sehingga pengambilan keputusan akhir individu tergantung pada informasi awal tersebut. Dengan kata lain, dalam primacy effect individu cenderung lebih memperhatikan ataupun mempertimbangkan informasi awal yang diperolehnya. Sedangkan recency effect adalah pemberian bobot nilai yang lebih tinggi pada informasi akhir yang diperoleh sehingga pengambilan keputusan akhir individu tergantung pada informasi akhir tersebut. Dengan kata lain, dalam recency effect individu cenderung lebih memperhatikan ataupun mempertimbangkan informasi akhir yang diperolehnya. Potensi recency effect akan lebih besar terjadi pada penyajian

step by step (SbS), karena dalam end of sequence (EoS) bukti informasi positif

dan negatif disaring terlebih dahulu sebelum diintegrasikan dengan keyakinan sebelumnya. Penelitian sebelumnya, Tri Ika dan Intiyas Utami (2015) membuktikan bahwa terjadi recency effect pada keputusan SPI ketika pola

(33)

penyajian sekuensial/step by step. Luciana Spica dan Supriyadi (2013) mebuktikan bahwa terdapat perbedaan judgement antara investor yang menerima urutan informasi good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good

news (- - + +) untuk pola penyajian informasi step by step serta tidak terdapat

perbedaan atau tidak ada efek urutan antara investor investor yang menerima urutan informasi good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good

news (- - + +) untuk pola penyajian informasi end of sequence. Selain itu, Damai

Nasution dan Supriyadi (2007) juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan keyakinan antara auditor yang menerima urutan informasi bad news diikuti good

news (- - + +) dengan auditor yang menerima urutan informasi good news diikuti

dengan bad news (+ + - -) pada pola penyajian informasi sekuensial/step by step.

2.2.5 Framing Effect

Salah satu faktor yang menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan adalah framing effect. Yusnaini (2005) menyatakan bahwa pembingkaian (framing) informasi menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan strategik. Selain itu, Erlinda Kusuma dan Sukirno (2014) juga membuktikan bahwa pengambil keputusan yang berada pada kondisi positive

framing akan melakukan investasi karena tidak terpengaruh oleh risiko yang akan

ditanggung. Framing merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan pengambil keputusan merespon yang berbeda pada permasalahan yang sama jika disajikan

(34)

dengan cara yang berbeda. Penggunaan bahasa seseorang merupakan aspek frame digunakan untuk mempengaruhi para decision maker. Kahneman dan Tversky (1979) menyatakan bahwa pemberian informasi dengan bingkai positif akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan keputusan yang kurang berisiko (risk averse) begitupun sebaliknya jika pemberian informasi dengan bingkai negatif akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan informasi yang lebih berisiko (risk seeking).

Tversky dan Kahneman (1981) menyajikan contoh fenomena framing

effect yang paling terkenal dalam masalah penyakit Asia sebagai berikut:

Permasalahan 1:

Bayangkan bahwa AS sedang mempersiapkan untuk wabah yang luar biasa dalam penyakit Asia, yang diharapkan untuk membunuh 600 orang. Terdapat dua alternatif untuk mencegah penyait ini telah diusulkan sebagai berikut:

1. Jika program A diadopsi, 200 orang akan terselamatkan.

2. Jika program B diadopsi, ada 1/3 kemungkinan bahwa 600 orang akan terselamatkan dan 2/3 kemungkinan tidak terselamatkan.

Manakah dari dua program ini yang akan anda dukung? Permasalahan 2:

Bayangkan bahwa AS sedang mempersiapkan untuk wabah yang luar biasa dalam penyakit Asia, yang diharapkan untuk membunuh 600 orang. Terdapat dua alternatif untuk mencegah penyait ini telah diusulkan sebagai berikut:

(35)

2. Jika program D diadopsi, ada 1/3 kemungkinan bahwa tidak akan meninggal dan 2/3 kemungkinan bahwa 600 orang akan meninggal.

Manakah dari dua program ini yang akan anda dukung? Solusi:

Untuk permasalahan 1 (menggunakan kata-kata positif “akan diselamatkan”), Tversky dan Kahneman (1981) melaporkan bahwa mayoritas (72 persen) lebih memilih menyelamatkan 200 orang. Artinya, dalam domain gains (akan diselamatkan), mereka lebih memilih risk averse untuk program A daripada program B yang menawarkan 1/3 kemungkinan dapat menyelamatkan 600 orang (28 persen). Menurut expected utility theory (Friedmas dan Savage, 1948), program C dan Program D pada permasalahan 2 (menggunakan kata-kata negatif “akan meninggal”). Akan tetapi sebagian besar mereka lebih memilih program D (78 persen) daripada program C (22 persen). Artinya pembingkaian masalah yang sama dengan cara yang berbeda dapat mengakibatkan keputusan yang berbeda.

2.2.6 Informasi Non Akuntansi

Informasi non akuntansi merupakan informasi non material dalam perusahaan. Berkaitan dengan perusahaan, pada umumnya informasi non akuntansi termuat dalam laporan tahunan perusahaan yang berisi seperti laporan para stockholder, good corporate governance dan corporate social responsibility. UU tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 74 mewajibkan perseroan pada bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam harus melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan/corporate social responsibility. Hal ini

(36)

berarti dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi lain selain informasi laporan keuangan. Disisi lain, dengan pengungkapan informasi non akuntansi tentu dapat menarik investor karena investor dapat mengetahui informasi lain ataupun tambahan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan investasinya. Dengan kata lain, dasar dari pengambilan keputusan investasi yang dilakukan oleh investor tidak hanya diperoleh dari analisa informasi akuntansi saja melainkan juga dapat diperoleh dari analisa informasi non akuntansi. Informasi non akuntansi penting bagi investor dalam keputusan investasinya karena kandungan informasi non akuntansi juga dapat menggambarkan kelangsungan usaha perusahaan di masa yang akan datang. Abdelkarim et al (2009) membuktikan bahwa laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, pernyataan dari shareholder, komentar manajemen dan catatan atas laporan keuangan merupakan informasi penting dalam laporan tahunan. Hal ini juga didukung oleh Sharma (2006) membuktikan bahwa persepsi investor terhadap efektivitas dewan direksi merupakan penentu utama dari keputusan investasi. Selain itu, Cox et al. (2004) juga membuktikan bahwa investor institusional lebih memperhatikan laporan corporate social responsibility perusahaan. Dengan demikian hal ini membuktikan bahwa informasi non akuntansi juga berperan penting dalam pengambilan keputusan investasi.

Dalam penelitian ini informasi non akuntansi yang digunakan adalah laporan yang berkaitan dengan good corporate governance dan corporate social

responsibility. Good corporate governance adalah sistem dan struktur untuk

(37)

(stakeholders value) serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat luas (Hessel Nogi, 2003). Demirag (2005) menjelaskan bahwa corporate social responsibility sebagai sikap perusahaan dan tannggungjawab kepada masyarakat sosial, etika dan permasalahan lingkungan dan termasuk pengembangan berkelanjutan.

2.2.7 Pengambilan Keputusan Investasi

Dalam konteks investasi, pengambilan keputusan investasi merupakan suatu hal yang harus dikuasai dan sudah tidak asing dilakukan oleh para decision

maker khususnya para investor. Akan tetapi, tak selamanya para decision maker

membuat keputusan tidak tepat. Hal tersebut dikarenakan kurang informasi yang diperoleh untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Erlinda Kusuma dan Sukirno (2014) mengemukakan bahwa keputusan yang tepat akan diperoleh ketika manajer memperoleh informasi yang lengkap sebagai bahan pertimbangan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi yang lengkap merupakan suatu hal yang harus diperoleh ketika melakukan pengambilan keputusan.

Investasi merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Luciana Spica (2010) mengemukakan bahwa dalam kondisi lingkungan yang tidak stabil investor tetap harus membuat keputusan. Dalam ketidakstabilan lingkungan tentu akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh individu hingga menyebabkan ketidaktepatan pengambilan keputusan. Pada dasarnya seseorang akan mengambil

(38)

keputusan berdasarkan pengetahuan yang ia miliki dan pengetahuan yang seharusnya diperlukan mungkin kurang menjadi bahan pertimbangan. Jika pengetahuan yang dimiliki selaras dengan kondisi yang diinginkan maka hal tersebut bukan merupakan keputusan yang bias akan tetapi sebaliknya jika pengetahuan yang dimiliki tidak selaras dengan kondisi yang diinginkan maka hal tersebut merupakan keputusan yang bias (Liza Alvia dan Dedhy Sulistiawan, 2009). Selain itu, terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi seperti penelitian tentang pola penyajian dan urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi (Luciana Spica et al., 2013; Luciana Spica dan Supriyadi, 2013) serta penelitian tentang efek pembingkaian (framing effect) dalam pengambilan keputusan investasi (Muhammad Nur dan Jen Surya, 2012).

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Pola Penyajian Informasi dan Urutan Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Fenomena pola penyajian informasi menggambarkan bagaimana individu merevisi keyakinan atas informasi yang diperolehnya. Ketika seorang individu memperoleh informasi secara step by step, maka individu tersebut akan melakukan revisi keyakinan setelah memperoleh potongan-potongan bukti dari informasi yang terpisah. Sedangkan ketika seorang individu memperoleh informasi secara end of sequence, maka individu tersebut akan melakukan revisi keyakinan setelah semua informasi terkumpul. Dalam urutan informasi terdapat

(39)

dua kemungkinan yang terjadi yaitu primacy effect dan recency effect. Dalam

primacy effect bukti informasi awal lebih dipertimbangkan daripada bukti

informasi awal. Sedangkan dalam recency effect bukti informasi terakhir lebih dipertimbangkan daripada bukti informasi awal. Dalam urutan informasi yang diperhatikan oleh individu dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan bukanlah substansi ataupun esensi informasi melainkan yang diperhatikan adalah urutan informasi yang diperoleh. Hal ini dibuktikan oleh penelitian terdahulu yaitu Pinsker (2007) membuktikan bahwa revisi harga saham lebih besar dalam kondisi sekuensial daripada dalam kondisi simultan. Hal ini juga didukung oleh Tri Ika dan Intiyas Utami (2015) membuktikan bahwa terjadi recency effect pada keputusan SPI ketika pola penyajian sekuensial/step by step.

Penelitian ini menguji pola penyajian informasi dan urutan informasi dengan menggunakan informasi non akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi. Pola penyajian informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

step by step (SbS) dan end of sequence (EoS). Urutan informasi yang digunakan

adalah good news diikuti bad news dan bad news diikuti good news.

2.3.2 Pengaruh Framing Effect Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Fenomena framing effect terjadi ketika individu membuat keputusan yang berbeda pada permasalahan yang sama yang disebabkan oleh cara penyajian yang berbeda. Pemberian informasi dengan bingkai positif akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan keputusan yang kurang berisiko (risk

(40)

averse) begitupun sebaliknya jika pemberian informasi dengan bingkai negatif

akan mempengaruhi pengambil keputusan atas pembuatan informasi yang lebih berisiko (risk seeking). Fenomena framing effect telah dibuktikan oleh Erlinda Kusuma dan Sukirno (2014) yang membuktikan bahwa pengambil keputusan yang berada pada kondisi positive framing akan melakukan investasi karena tidak terpengaruh oleh risiko yang akan ditanggung serta pengambil keputusan pada kondisi negative framing akan melakukan investasi. Hal ini juga didukung oleh Teodora Winda et al. (2015) yang membuktikan hasil seperti teori prospek yaitu ketika para pengambil keputusan diberikan informasi framing positif maka akan mengambil keputusan yang cenderung risk averse, sebaliknya jika para pengambil keputusan diberikan informasi framing negatif maka akan mengambil keputusan yang cenderung risk seeking. Penelitian ini menguji framing effect dengan menggunakan informasi non akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi.

Treatment yang digunakan atas variabel framing effect dalam penelitian ini

menggunakan dua macam yang terdiri dari (1) framing sesuai informasi dan (2)

framing dibalik.

2.3.3 Pengaruh Informasi Non Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Informasi non akuntansi pada umumnya tercantum dalam laporan tahunan perusahaan yang berupa laporan para stockholder, good corporate

governance dan corporate social responsibility. Informasi non akuntansi memiliki

(41)

keputusan investasi karena informasi non akuntansi dapat digunakan sebagai tambahan informasi selain informasi akuntansi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan informasi non akuntansi perusahaan juga dapat menggambarkan kelangsungan usaha perusahaan di masa yang akan datang dan hal itu tentunya akab lebih dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Pentingnya informasi non akuntansi dibuktikan oleh penelitian terdahulu yaitu Abdelkarim et al (2009) membuktikan bahwa laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, pernyataan dari shareholder, komentar manajemen dan catatan atas laporan keuangan merupakan informasi penting dalam laporan tahunan. Selain itu, Cox et al. (2004) juga membuktikan bahwa investor institusional lebih memperhatikan laporan corporate social responsibility perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, untuk membuktikan adanya pengaruh dari variabel-variabel penelitian, maka perlu membuat kerangkan pemikiran untuk membuktikan kebenarannya. Skema kerangka berpikir dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut:

(42)

Pola penyajian informasi: Step by Step Urutan informasi good news diikuti bad news Framing: sesuai dengan informasi

Seri informasi: pendek

Pengambilan Keputusan Skenario 1

Skenario 2

Pola penyajian informasi: Step by Step Urutan informasi bad news diikuti good news Framing: sesuai dengan informasi

Seri informasi: pendek

Skenario 3

Pola penyajian informasi: Step by Step Urutan informasi good news diikuti bad news Framing: dibalik

Seri informasi: pendek

Skenario 4

Pola penyajian informasi: Step by Step Urutan informasi bad news diikuti good news Framing: dibalik

Seri informasi: pendek

Skenario 8

Pola penyajian informasi: End of Sequence Urutan informasi bad news diikuti good news Framing: dibalik

Seri informasi: pendek Skenario 7

Pola penyajian informasi: End of Sequence Urutan informasi good news diikuti bad news Framing: dibalik

Seri informasi: pendek Skenario 6

Pola penyajian informasi: End od Sequence Urutan informasi bad news diikuti good news Framing: sesuai dengan informasi

Seri informasi: pendek

Pola penyajian informasi: End of Sequence Urutan informasi good news diikuti bad news Framing: sesuai dengan informasi

Seri informasi: pendek Pengambilan Keputusan Skenario 5 Pengambilan Keputusan Skenario 6 Pengambilan Keputusan Skenario 2 Pengambilan Keputusan Skenario 7 Pengambilan Keputusan Skenario 3 Pengambilan Keputusan Skenario 8 Pengambilan Keputusan Skenario 4 H1a Uji Beda H2d Uji Beda H1b Uji Beda H1c Uji Beda H1d Uji Beda H2c Uji Beda H2b Uji Beda H2a Uji Beda Sumber: diolah H3c Uji Beda H3b Uji Beda Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN H3d Uji Beda Keterangan:

H1a,b,c,d : Pengujian Urutan Informasi H2a,b,c,d : Pengujian Framing Effect

(43)

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengujian Urutan Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Dalam teori belief adjusment menjelaskan bahwa untuk informasi/bukti positif dan negatif, terdapat dua kemungkinan efek urutan yaitu

primacy effect dan recency effect. Dalam primacy effect informasi awal lebih

diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan dalam recency effect informasi akhir lebih diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Ketika pola penyajian step by step (pengambilan keputusan setelah memperoleh setiap bukti informasi) dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi maka cenderung akan terjadi efek urutan/recency effect atau dengan kata lain untuk recency effect diprediksi akan terjadi ketika pola penyajian step by step. Untuk pola penyajian end of sequence (pengambilan keputusan setelah semua informasi terkumpul) cenderung terjadi

primacy effect atau dengan kata lain primacy effect diprediksi akan terjadi ketika

pola penyajian end of sequence. Hal ini menunjukkan bahwa pola penyajian end

of sequence dapat mengurangi efek urutan karena informasi yang diperoleh secara

bertahap dapat dihilangkan yaitu dengan cara menggabungkan bukti informasi positif dan negatif. Luciana Spica dan Supriyadi (2013) membuktikan bahwa (1) terdapat perbedaan judgement antara investor yang menerima urutan informasi

good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang

menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good news (- - + +) untuk pola penyajian informasi step by step. (2) tidak terdapat perbedaan atau tidak ada

Referensi

Dokumen terkait

Time for action – registering an application with Facebook 72 Application ID + logged-in user = access token 74 Time for action – requesting an access token with the browser

Pada penelitian ini, akan dilakukan perancangan antena mikrostrip linear array dengan polarisasi linear patch rectangular dengan catuan proximity coupling yang

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisikokimia jelly drink mentimun yang ditambahkan penstabil gelatin, karaginan, serta kombinasinya

If you want to change from one layout to another, you don’t need to modify every page on your web site (which may consist of hundreds or even thousands of pages); you can simply

This is because as your vulnerability management program matures, the number of new vulnerabilities capable of impacting your organization should diminish because you have

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu nitridasi ion dengan teknik plasma lucutan pijar ( glow discharge ) terhadap kekerasan permukaan bahan

[r]