• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini :

1. Latar belakang judul 2. Latar belakang dan tema

I.1.1. Latar belakang judul ( Islamic school ) & tema Arsitektur Hijau.

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” ( سورة التوبة , At-Taubah, Chapter #9, Verse #122)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang makin kompleks maka manusia dan perilakunya ( human behaviour) semakin diperhitungkan juga dalam proses perancangan built environment yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan perilaku dalam arsitektur.

Pengadaan fasilitas pendidikan bagi masyarakat untuk menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan,berpendidikan serta berpotensi dalam keahlian serta berkompeten, pada saat ini sangat diperlukan. Sejalan dengan hal tersebut masyarakat terdidik harus ditunjang oleh nilai-nilai keagamaan dan moral. Agama selain sebagai pedoman hidup manusia, juga harus dijadikan sebagai landasan dasar pendidikan dan ilmu pengetahuan. Pendidikan serta ilmu pengetahuan yang mengikut sertakan nilai-nilai keagamaan didalamnya harus mulai ditanamkan kepada anak-anak didik usia dini hingga remaja. Kecenderungan masuknya dampak dari perilaku lingkungan yang kurang baik sangatlah rentan bagi anak-anak didik pada usia pertumbuhan.

(2)

tren gaya hidup, dan lain-lain, mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi perkembangan psikis serta mental anak-anak didik pada usia pertumbuhan. Fasilitas pendidikan pada saat ini selain memerlukan pendidikan dalam ilmu pengetahuan umum eksakta maupun non-eksakta, dianjurkan juga untuk membentuk sebuah fasilitas pendidikan umum yang menjadikan landasan khusus dari nilai-nilai keagamaan kedalam kegiatan belajar mengajar.

Dari data statistik yang ada, jumlah kepadatan penduduk di Kota Depok sebanyak 7500 jiwa per meter persegi. Sedangkan untuk jumlah penduduk yang dalam kategori usia pertumbuhan 0 – 19 tahun di Kota Depok mencapai angka hampir lebih dari 500.000 jiwa. Dari data tersebut , penyediaan fasilitas pendidikan bagi para anak didik di usia pertumbuhan yang didalamnya mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan keagamaan dipandang sangat perlu.

Fasilitas pendidikan umum & agama tersebut diharapkan dapat menampung berbagai aktifitas keagamaan yang serupa, sehingga nilai pendidikan yang mengikut sertakan nilai-nilai moral serta keagamaan tersebut dapat diwujudkan kedalam kegiatan keagamaan seperti ibadah, ritual serta organisasi keagamaan serupa.

Selain itu fasilitas keagamaan tersebut juga dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat diluar lingkungannya, sehingga masyarakat diluar fasilitas pendidikan tersebut selain dapat menggunakan berbagai fasilitas keagamaan serupa, juga dapat berperan serta dalam pengamatan, penilaian dan pengawasan proses belajar mengajar di tempat tersebut.

Penggunaan / penunjukan management swasta yang bergerak dibidang pendidikan dan keagamaan seperti yayasan dapat untuk mengelola fasilitas pendidikan tersebut. Pengelola swasta biasanya sangat berkompeten dan akan membawa dampak positif diantaranya penanggulangan masalah kebersihan, keamanan, kelayakan, tanggung jawab, serta masalah keuangan akan ditangani dengan baik dan professional.

Gubernur DKI Fauzi Bowo menyebut gedung sekolah tersebut akan menjadi contoh bagi gedung-gedung lain di Jakarta untuk melakukan penghematan energi listrik maupun hemat air. "Satu atau dua gedung sekolah di tiap wilayah akan dibuat green building. Ini penting untuk memberikan pemahaman kepada anak sekolah mengenai pentingnya penghematan energi ini," kata gubernur dalam seminar Efisiensi Energi di Jakarta.

Pentingnya memberikan pemahaman kepada anak sekolah disebut Gubernur karena penghematan energi membutuhkan sosialisasi yang harus dilakukan sedini mungkin. Selain

(3)

gedung sekolah, gedung pemerintahan DKI yakni gedung Blok G di lingkungan Balaikota adalah gedung pertama yang akan menerapkan sistem green building tersebut.

Pemprov DKI sendiri sedang menyusun regulasi untuk mewajibkan seluruh gedung di Jakarta mengikuti kaidah-kaidah penghematan energi untuk mengurangi gas emisi yang merusak atmosfer. Bentuk peraturan itu sendiri Gubernur belum dapat memastikan apakah berupa Perda atau Pergub, namun saat ini Pemprov sudah mulai melakukan konsultasi dengan para ahli mengenai definisi gedung berwawasan lingkungan tersebut.

Meskipun demikian, Gubernur memberikan contoh green building itu antara lain dengan menentukan standar mengenai konsumsi energi dan air sesuai dengan peruntukan gedung. "(Aturannya disusun) Sampai ke standar kepada seluruh peralatan yang dipakai, misal alat pendingin ruangan. Besar kompresor dibandingkan luas ruangan yang dipakai. Dinas P2B (Pengawasan dan Penertiban Bangunan) sedang menuju kesana (penentuan standar),".

Insentif akan diberikan kepada gedung yang memenuhi standar yang akan ditetapkan itu, antara lain keringatan pengurusan izin bangunan sementara pinalti (sanksi) juga disiapkan bagi gedung yang tidak memenuhi. "Banyak insentif yang dapat diberikan untuk pengembang. Tentunya insentif yang tidak kontradiktif dengan kaidah-kaidah lingkungan.

Jakarta termasuk dalam 40 kota yang bergabung dengan gerakan Clinton Climate Initiative (CCI) yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pentingnya bergabung dengan gerakan itu disebut Gubernur karena Indonesia merupakan negara ketiga terbesar didunia yang menyumbang emisi gas rumah kaca.(NN/AT/Berita8.com)

Faktor energi menambah suatu pijakan baru untuk memahami perencanaan arsitektur secara lebih baik. Tetapi sebenarnya, subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bukanlah suatu hal yang baru., karena tujuan dari suatu disain adalah untuk meningkatkan kwalitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan. Arsitektur Hemat Energi merupakan salah satu tipologi arsitektur yang berorientasi pada konservasi lingkungan global alami. Makalah ini membahas eksistensi arsitektur hemat energi ini dalam konteks wawasan arsitektur hijau (green architecture).

(4)

Latar Belakang Sekolah Islam

Tantangan berat menghadang umat Islam untuk mempersiapkan generasi penerus yang unggul dan berakhlakulkarimah. Pendidikannya mengacu pada empat pilar yang ditetapkan UNESCO, yaitu learning to know (belajar agar seseorang menjadi tahu), learning to do (belajar agar seseorang mampu berbuat dan memecahkan masalah), learning to be (belajar agar seseorang menjadi punya arti dalam hidupnya), dan learning to live together (belajar agar seseorang mampu hidup bergandengan dengan orang lain bahkan menjadi pemimpin di zamannya)

I.2. Maksud dan tujuan

Beberapa maksud dan tujuan yang ingin dicapai penulis dalam perencanaan sebuah sekolah islam antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan nilai pendidikan lewat sekolah yang mampu menghasilkan kualitas pendidikan dan moral yang baik dimasa depan.

2. Membantu pemerintah dalam menyukseskan kualitas dan mutu pendidikan Indonesia yang lebih baik

3. Menciptakan suatu bangunan yang ramah lingkungan

4. Bangunan arsitektur dapat dijadikan sebagai sarana untuk berekspresi dalam menggali ide-ide baru dalam dunia pendidikan.

5. Bangunan yang akan dibuat harus memberikan kesan yang berbeda agar siswa merasa nyaman dan semangat dalam belajar sehingga sekolah tersebut akan menjadi rumah ke dua bagi mereka didalam melaksanakan kegiatan belajar.

I.3. Lingkup pembahasan

Adapun ruang lingkup pembahasan permasalahan yang akan diangkat dalam perencanaan bangunan sekolah ini adalah bagaimana menciptakan sebuah bangunan sekolah islam yang dapat menarik perhatian dengan di fokuskan terhadap eksplorasi arsitektur hijau dengan pendekatan terhadap konsep pendidikan sekolah islam terpadu.

(5)

Serta lingkup permasalahannya dalam arsitektur berkaitan dengan fungsi dan tema dari aspek tapak dan lingkungan sekitar tapak yang dapat mengakomodasi terhadap bangunan tersebut.

I.4. Permasalahan

I.4.1. Aspek manusia / pengguna

Bagaimana merancang sebuah gedung sekolah dengan pendekatan emosional lebih dari satu kegiatan sesuai dengan tingkatan jenjang pendidikan dari SD,SMP

I.4.2. Aspek bangunan / fisik

Bagaimana merancang sebuah gedung sekolah dengan fasilitas penunjang sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Persyaratan kebutuhan ruang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi pada tiap-tiap tingkatan pendidikan.Bagaimana mentransformasikan tema terhadap bangunan yang akan dirancang..

I.4.3. Aspek tapak / lingkungan

Bagaimana menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan dapat beradaptasi terhadap lingkungan sekitar serta memberikan dampak yang baik dan penigkatan kualitas lingkungan sekitar dimana bangunana tersebut akan dibangun.

(6)

I.5. Method pembahasan

Metode yang digunakan untuk dasar proses perancangan adalah bersifat deskriptif, dimana penjabaran mengenai berbagai hal yang menyangkut masalah judul serta tema yang akan dibahas terpaut dengan tapaknya. Bersifat observatif, dimana dilakukan

pengamatan , pengumpulan data serta studi banding untuk dapat digunakan sebagai bahan dasar pada proses perancangan.

Permasalahan dan pemikiran dalam proses pengambilan keputusan konsep perancangan ini meliputi 2 ( dua ) tataran, diantaranya tataran komunitas dan tataran system. Pembatasan elemen arsitektural yang dievaluasi terfokus kepada elemen yang digunakan langsung oleh pengguna. Serta berfungsi sebagai wadah kegiatan pendidikan & keagamaan.

Dalam proses perancangan terdapat beberapa factor yang diperhatikan, yaitu factor psikologis. Factor ini mempengaruhi kondisi psikis pengguna, dalam hal ini adalah remaja. Factor sosiologis pun mempengaruhi keberadaan arsitektur terhadap lingkungan terbangun yang ada. Factor ini pun mempengaruhi bagaimana keberhasilan lingkungan terbangun yang tercipta digunakan oleh para penggunanya sesuai dengan tingkat sosialnya.

Berkenaan dengan itu, digunakan 2 ( dua ) elemen evaluasi untuk mendapatkan kesimpulan objektif . kedua elemen tersebut adalah teknis dan fungsional. Elemen pertama mencakup struktur, pengolahan tapak, dan lain sebagainya. Elemen ini dievaluasi bagaimana bangunan mampu mewadahi kegiatan penggunanya dengan aman serta nyaman. Sementara elemen kedua meliputi hubungan antara kondisi fisik bangunan dengan kegiatan penggunanya. Elemen ini merupakan kelanjutan dari elemen teknis. Dengan mengkaji elemen ini, dapat terlihat apakah perancangan sebuah bangunan mampu mewadahi kegiatan penggunanya.

(7)

I.6. Kerangka berfikir Penentua Pengamat

T

A

P

A

Identifikas Data   Policy  Pembatas Merenungkan  Mempertimbang Menetapkan  Referensi Menggali  Penentuan  Deskripsi Judul  T Pengulasan  Pendekatan  pemecahan  l h d Pemecahan  Pengerucutan   masalah Orientasi & Tujuan Keputusan &  ketetapan  produk/desain  Penerapan hasil  rumusan kedlm  produk/desain Proses Desain Produk/hasil  Pengujian hasil  produk/desain  Evaluasi &  pengamatan

GOAL 

F e e d b a c k

(8)

I.7. Sistematika Pembahasan

 Bab I. Pendahuluan

Bagian ini berisikan latar belakang persoalan, maksud dan tujuan arsitektur yang ingin dicapai, perumusan persoalan arsitektur yang hendak diatasi sesuai dengan tema yang diambil ditinjau dari aspek manusia, bangunan dan lingkungan. Terdapat kerangka berfikir / alur pendekatan pemecahan persoalan arsitektural sesuai dengan metode dan tema. Asumsi – asumsi yang mungkin dipakai untuk membatasi lingkup persoalan serta sistematika pembahansan laporan.

 Bab II. Tinjauan umum / deskripsi proyek

Bagian ini berisikan gambaran umum proyek diantaranya judul proyek, tema, lokasi, sifat/khusus proyek,sasaran, data bangunan & lahan serta fasilitas yang akan direncanakan. Didalamnya terdapat tinjauan teoritis tentang kasus proyek serta studi banding proyek serupa.

 Bab III. Tinjauan khusus / tema

Bagian ini berisikan pengertian serta pembahasan tema, tinjauan – tinjauan teoritis , penerapan teori – teori arsitektur yang relevan terhadap persoalan sesuai dengan tema yang diterjemahkan ke dalam bentuk arsitektur / grafis. Terdapat tinajauan empiris studi banding terhadap kasus serupa untuk mendapatkan acuan.

 Bab IV. Analisa perencanaan

Bagian ini berisikan analisa pemilihan tapak / lokasi, analisa konteks lingkungan tapak yang dipilih meliputi kondisi tapak, kondisi social ekonomi, infrastruktur, potensi tapak, peta dan foto tapak beserta lingkungan. Serta analisa program perencanaan & perancangan non fisik mencangkup analisa pendekatan pelaku dan aktifitas serta program ruang, analisa arsitektur bangunan, analisa struktur dan perlengkapan bangunan.

 Bab V. Konsep perencanaan dan perancangan

Bagian ini berisikan konsep dasar perancangan yang diperoleh dari penjabaran tema yang diambil. Konsep tapak dan lingkungan, konsep perencanaan / perancangan bangunan dan perlengkapan bangunan.

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas  pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

partisipasi (peran serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang

Kandungan protein pada pakan komersil (kontrol) belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi benih ikan nilem, sehingga menghasilkan nilai konversi pakan yang

Admin dapat melihat data peminjaman dan pemesanan buku atau koleksi perpustakaan, membalas pesan dari mahasiswa, serta dapat membuat berita yang akan dipublikasikan di

Untuk melakukan identifikasi lokasi Untuk melakukan identifikasi lokasi batubara digunakan teknologi batubara digunakan teknologi penginderaan jauh melalui

berfurngsi untuk mengukur nilai kerusakan dan nilai pelemahan pada sistem transmisi pemancar frekuensi (antenna, konektor, feeder).. Di dalam alat ini terdapat beberapa

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu: a) Sebelum pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok hampir separo

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kunci determinasi berpengaruh terhadap