• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

4. Kemampuan Analogi Matematis

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) kemampuan analogi adalah kemampuan dalam membandingkan dua hal berdasarkan kesamaan memahami konsep, prinsip, sifat atau prosedur yang disertai dengan penarikan kesimpulan. Menurut Ahmadi (2009) bahwa kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi yaitu mencari hubungan dari peristiwa-peristiwa atas dasar adanya persamaan atau kemiripan. Kesimpulan analogi yaitu membandingkan situasi satu dengan sebelumnya, meletakkan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu dan didasarkan atas persamaan suatu keadaan.

Mundiri (2010) membagi analogi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :

a. Analogi induktif merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal artinya suatu hal yang ada pada fenomena pertama ada juga pada fenomena kedua.

b. Analogi deklaratif yaitu analogi yang menjelaskan sesuatu yang belum dikenal, menjelaskan masalah yang hendak diterangkan dan menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi siswa.

(2)

Analogi memiliki fungsi yaitu sebagai salah satu cara untuk berargumen dan sebagai penjelas suatu hal yang belum jelas. Mundiri (2010) juga menyatakan bahwa untuk mengetahui seberapa besar kemampuan analogi yang dimiliki seseorang maka hal yang perlu dinilai adalah :

a. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan

b. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang dijadikan sebagai dasar analoginya.

c. Sifat dari analogi yang dibuat.

d. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda dari hal-hal yang dianalogikan.

e. Relevan atau tidaknya permasalahan yang dianalogikan.

Selain itu analogi akan jauh lebih kuat apabila mendasarkan pada persamaan yang relevan, pada hal-hal yang memiliki hubungan sebab-akibat. Analogi dikatakan pincang apabila terjadi kekeliruan dalam membuat persamaan yang tidak tepat, menyatakan dua hal yang berbeda dan tidak memperhitungkan manfaatnya. Berdasarkan uraian di atas maka indikator kemampuan analogi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Menentukan apa yang diketahui pada masalah pertama dan masalah kedua.

b. Mengetahui apa yang ditanyakan pada masalah pertama dan masalah kedua.

(3)

c. Menyimpulkan hubungan prinsip/konsep yang samapada masalah pertama dan masalah kedua.

d. Menentukan jawaban untuk masalah kedua dengan menggunakan prinsip/konsep yang sama seperti masalah pertama.

5. Model Pembelajaran Advance Organizer (AO)

Menurut Dahar (2011) Advance Organizer mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari dan membantu siswa untuk mengingat informasi yang berhubungan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Selain itu Advance Organizer juga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Advance Organizer lebih berguna untuk mengajarkan isi pelajaran yang telah mempunyai struktur teratur yang dimiliki oleh siswa.

Sejalan dengan yang disampaikan Ausubel salah satu cara belajar yang dapat diterapkan supaya pembelajaran menjadi bermakna yaitu mengkaitkan informasi yang dipelajari dengan struktur kognitif yang sudah ada. Keuntungan dari belajar bermakna yaitu lebih lama diingat, memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi “lupa”. Prasyarat belajar bermakna yaitu materi bermakna. Dalam pembelajaran bermakna anak mempunyai tujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, mempunyai kesiapan dan niat. Kebermaknaan materi yaitu logis, gagasan-gagasan relevan terdapat dalam struktur kognitif. Materi logis adalah materi yang serupa dengan apa yang telah diketahui dan dapat dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubahnya (Dahar:2011). Untuk mempermudah

(4)

pemahaman siswa konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.

Menurut Partin (2009) tiga menit pertama dari kelas adalah waktu yang terpenting. Dengan membuat awal yang efektif maka akan memperoleh pembelajaran yang bernilai, membuat perhatian siswa terfokus, membangkitkan rasa ingin tahu, minat siswa, memotivasi siswa agar ikut terlibat dalam pembelajaran, membuat kesiapan psikologis dan merangsang emosi siswa dalam pembelajaran. Supaya siswa dapat terlibat dalam pembelajaran maka perlu melibatkan pikiran siswa, menangkap perhatian, mendapatkan perhatian setiap siswa, mempertahankan kontak mata dengan siswa selama mengawali kalimat pembuka, kalimat pembuka dikaitkan dengan pelajaran utama yang relevan dengan pelajaran, membuat analogi antara apa yang pernah dipelajari siswa sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari. Menurut Joyce model pembelajaran Advance Organizer memiliki tiga tahapan kegiatan yaitu (Ni,dkk:2016):

a. Tahap I : Presentasi Advance Organizer berupa: 1) Memaparkan tujuan-tujuan pembelajaran.

2) Menyajikan Advance Organizer yaitu gagasan dalam dirinya sendiri dan materi pelajaran harus dieksplorasi secara terampil.(Suprojono:2016).

3) Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang konklusif 4) Mendorong kesadaran dan pengetahuan siswa

(5)

b. Tahap II : Presentasi Tugas Pembelajaran, berupa: 1) Menyajikan materi

2) Menjaga perhatian siswa

3) Menjelaskan aturan materi pelajaran c. Tahap III : Pengolahan Kognitif

1) Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif 2) Menganjurkan pembelajaran aktif

3) Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran

6. Model Pembelajaran Probing Prompting

Secara istilah probing artinya penyelidikan dan pemeriksaan, sedangkan prompting artinya mendorong atau menuntun (Huda:2014). Menurut Shoimin (2015) model pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan dari guru yang bertujuan untuk memunculkan proses berpikir dalam mengkaitkan pengetahuan-pengetahuan atau pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang akan dipelajari untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Huda (2014) bahwa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing Prompting siswa mengkontruksi konsep, prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru tanpa memberitahukan pengetahuan barunya terlebih dahulu.

Proses pembelajaran didalam model pembelajaran Probing Prompting menuntut siswa untuk aktif dan selalu siap apabila tiba-tiba ditunjuk untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sehingga siswa akan

(6)

turut aktif dalam pembelajaran karena setiap saat dapat dilibatkan dalam proses tanya jawab. Perhatian siswa juga lebih dapat terjaga karena siswa selalu sibuk mempersiapkan jawaban apabila tiba-tiba ditunjuk oleh gurunya. Selain itu, hal tersebut dapat menumbuhkan proses berpikir siswa dalam hal mengkaitkan pengalaman dan pengetahuan siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Huda:2014). Dan ketika terjadi peristiwa dimana siswa diam tidak menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh gurunya, maka guru akan memancing siswa dengan melontarkan pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai pertanyaan pancingan.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sebaiknya disampaikan dengan nada bicara yang lembut serta diselingi senyum dan tawa supaya kondisi kelas tidak tegang. Selain itu jangan lupa juga untuk selalu menghargai setiap jawaban siswa baik yang salah maupun yang benar.

Adapun langkah-langkahnya menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) serta Shoimin (2015) yaitu :

a. Menghadapkan siswa pada situasi yang baru : menampilkan gambar, rumus atau situasi lainnya yang memuat permasalahan.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban : melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

c. Mengajukan persoalan kepada siswa sesuai indikator.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban : melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

(7)

f. Jika jawaban tepat, guru meminta siswa lain untuk menanggapi jawaban temannya untuk meyakinkan teman lainnya. Jika jawaban kurang tepat guru mengajukan pertanyaan lagi sebagai petunjuk menuju jawaban yang tepat.

g. Guru mengajukan pertanyaan yang berbeda kepada siswa lain untuk memperkuat bahwa indikator yang ingin dicapai telah dipahami oleh seluruh siswa.

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahayu (2010) tentang pengembangan model pembelajaran Advance Organizer berupa silabus, RPP, deskripsi pembelajaran dan bahan ajar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Kimia. Sejalan dengan hasil penelitian Novel (2012) menyatakan bahwa minat belajar matematika siswa meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Ryanto (2014) bahwa kemampuan penalaran matematis siswa menggunakan pembelajaran Advance Organizer lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran langsung. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Tasiwan (2014) bahwa model pembelajaran Advance Organizer juga berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan analisis-sintesis siswa dalam aspek menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan, merekontruksi, menentukan dan menganalisa konsep dalam pembelajaran Fisika.

(8)

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyitno,dkk(2014) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Lingkaran”, model pembelajaran Probing Prompting lebih efektif daripada yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartono,dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing Prompting dengan Penilaian Produk” menghasilkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Probing Prompting lebih baik daripada peserta didik yang menerima pelajaran dengan pembelajaran ekspositori. Sugiarto,dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Model TPS Dengan Probing Prompting Berbantuan CD Pembelajaran Pada Dimensi Tiga yang menyatakan bahwa model TPS dengan teknik bertanya Probing Prompting berbantuan CD pembelajaran pada materi jarak pada dimensi tiga” berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Sependapat dengan hal tersebut Susilo,dkk (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Lingkaran” juga menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan pembelajaran Probing Prompting lebih tinggi daripada yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Sejauh yang telah ditelusuri oleh peneliti masih belum ada penelitian yang membandingkan model pembelajaran Advance Organizer dan model

(9)

pembelajaran Probing Prompting dalam pembelajaran matematika. Persamaan penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penggunaan model pembelajaran Advance Organizer dan model pembelajaran Probing Prompting. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan menggunakan satu variabel terikat yaitu kemampuan analogi matematis siswa dan peneliti ingin mengetahui perbedaan Kemampuan Analogi Matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan yang menggunakan model pembelajaran Probing Prompting.

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran Advance Organizer terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu presentasi Advance Organizer guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan, kemudian menyajikan Advance Organizer, mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang konklusif, mendorong kesadaran dan pengetahuan siswa. Tahap selanjutnya yaitu presentasi tugas pembelajaran guru menyajikan materi dengan urutan materi yang logis, menjaga perhatian siswa supaya tetap fokus pada pembelajaran dan menjelaskan aturan materi pelajaran. Pada tahap pengolahan kognitif guru menggunakan prinsip-prinsip penggabungan, meningkatkan kegiatan belajar dan melakukan pendekatan untuk memperjelas materi pelajaran. Pada ketiga tahap tersebut, siswa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, mengaitkannya dengan materi yang sedang dipelajari dan membuat siswa terbiasa dalam menyimpulkan hubungan dari hal-hal yang saling berkaitan, sehingga diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan analogi matematis dalam diri siswa.

(10)

Hal tersebut berbeda dengan model pembelajaran Probing Prompting yang berisi pertanyaan-pertanyaan guru untuk memunculkan proses berpikir dalam mengkaitkan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Model pembelajaran Probing Prompting memiliki tujuh tahapan yaitu menghadapkan siswa pada situasi yang baru, memberikan kesempatan siswa untuk merumuskan jawaban, mengajukan persoalan kepada siswa sesuai indikator, memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, menunjukkan siswa untuk menjawab pertanyaan, menanggapi jawaban siswa dan mengajukan pertanyaan pada siswa yang berbeda untuk memperkuat pemahaman siswa. Siswa terbiasa menjawab pertanyaan dengan menggunakan pengetahuan yang relevan dengan materi diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan analogi matematis dalam diri siswa.

Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa kemampuan analogi matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Advance Organizer akan berbeda dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran Probing Prompting.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan permasalahan yang telah dirumuskan, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kemampuan analogi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbeda dengan kemampuan analogi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, untuk mendapatkan program pembebasan bersyarat si narapidana memberikan seorang penjamin palsu untuk melengkapi salah satu persyaratan mengikuti

Hasil uji statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikan 5%, menunjukkan bahwa pemberian latihan soal terstruktur berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PENGARUH

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Suprijono (2009: 111) mengungkapkan bahwa hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Pembelajaran aktif

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di

Jadi kata santri adalah orang yang sedang belajar pada seseorang (guru). Maka istilah santri sama dengan istilah murid. Kajian teoretis di atas mengandung permasalahan

Yang terpenting, meskipun dibingkai sebagai bentuk promosi pemanfaatan kembali abu batu bara, tidak satupun [ketentuan] di dalam peraturan yang benar-benar membuat