56
A. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kandeman Batang
1. Profil SMP Negeri 1 Kandeman Batang
SMP Negeri 1 Kandeman Batang merupakan salah satu sekolah tingkat menengah pertama yang berada di Desa Kandeman Kabupaten Batang. Pada awal berdirinya, yaitu pada tahun 1984, yaitu dengan Surat Keputusan (SK) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0557/0/1984 tentang Pembukaan, Penunggalan, dan Penegerian Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama.
Pada awal berdirinya sekolah ini, hanya terdiri dari tiga kelas, dan jumlah peserta didiknya 98. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka bertambah pula peserta didik yang minat untuk sekolah di SMP ini. SMP Negeri 1 Kandeman Batang yang dulunya terdiri dari tiga kelas bertambah menjadi enam kelas. Luas tanah SMP ini mencapai 20.000 m2
dan luas bangunannya yaitu 5.067 m2 dengan status bangunan milik
pemerintah.
Sampai sekarang, yaitu tahun ajaran 2014/2015, jumlah peserta didiknya mencapai 998 peserta didik (untuk kelas I yaitu 326 peserta didik dengan jumlah rombongan belajar yaitu 9, untuk kelas II yaitu 369 peserta didik dengan jumlah rombongan belajar yaitu 10, dan untuk kelas
III jumlah peserta didiknya yaitu 303 dengan jumlah rombongan belajarnya yaitu 8), dan dengan jumlah guru yaitu sebanyak 42 orang. 2. Visi Misi
SMP Negeri 1 Kandeman Batang mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
“Tercapai Prestasi, Tertanam Budi Pekerti”. b. Misi
1) Menumbuhkan semangat belajar mengajar secara efektif.
2) Menggali potensi olah raga siswa untuk dikembangkan secara optimal.
3) Membekali ketrampilan siswa untuk hidup mandiri. 4) Meningkatkan pengamalan keagamaan.
5) Menumbuhkan budaya bersih. 3. Letak Sekolah
Letak SMP Negeri 1 Kandeman Batang sangat strategis sebagai tempat belajar, di samping karena letaknya di daerah pedesaan yang dikelilingi area perkebunan sehingga udaranya masih segar, juga karena terletak di jalan raya Kandeman sehingga mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Adapun batas-batas kompleksnya yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : SMK Negeri 1 Kandeman b. Sebelah selatan : Dusun Dukuh Sari
c. Sebelah Barat : Masjid Al Azhar Kandeman d. Sebelah Timur : Dusun Dukuh Sari
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi SMP Negeri 1 Kandeman Batang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Struktur Organisasi
SMP Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajaran 2014/2015
KEPALA SEKOLAH
Sukarya, S.Pd.
KOMITE SEKOLAH
5. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru
WK. KEPALA SEKOLAH
Khikmah AR., S.Pd.
KEPALA TATA USAHA
Sutarno
STAF TATA USAHA
Eko Teguh S. Eni Lastriyani Sri Maemunah Tarti
BP / BK
Kasobar, S.Pd., dan Dra. Fasikha
UR KURIKULUM Sutritono, S.Ag. UR HUMAS Encang, PH., S,Pd. UR KESISWAAAN Tri Sambodo, S.Pd. UR SARPRAS Ninik Maehaeti, S.Pd. UR K7L Dra. Ermina, P.I.
PERPUSTAKAAN Sukhanifah, S.Pd. LABORAT Agus Suyono, S.Pd. AGAMA ISLAM Sutriyono Suhari IPS Eni Muniggar Tri Sambodo Joko Purwanto B. Indonesia A. Marzuki Ninik Maeheti Sukhanifah Matematika Anung S. Budi Astiti Tri Hartati PENJASKES Sukarya Mujiono Adi S. SENI BUDAYA Aksi Mandala Titi Sulastri Endang PH. B. IGGRIS Mas’ud Caswati Dyah T. IPA Agung Suyono Nurul K. Kusniasih
Dalam proses pendidikan di sekolah, guru dengan status apapun memegang peranan kunci. Di sekolah, hanya guru yang mampu memberdayakan segala sumber daya yang ada di sekolah guna mendatangkan manfaat bagi tumbuhkembang peserta didik untuk menyongsong masa depan mereka.
Peranan guru dalam suatu proses pengajaran bagaikan motor penggerak yang membimbing dan mengarahkan suatu kegiatan belajar mengajar untuk tercapainya tujuan yang telah ditentukan, sehingga seorang guru diharapkan mampu menciptakan suasana edukatif dan komunikatif dalam menciptakan proses pengajaran tersebut.
Adapun mengenai keadaan guru SMP Negeri 1 Kandeman Batang tahun ajaran 2014/2015, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Data tentang Guru SMP Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajaran 2014/2015
No. Nama L /
P
Tempat dan
Tanggal Lahir Guru Bidang Jabatan/ Studi
Pendidikan Terakhir
1. Sukarya, S.Pd. L Batang, 15/05/1963 Penjas Orkes IKIP S.1 Penjas 2. Wasito, S.Pd. L Pati, 06/06/1963 K. Kerajinan UNNES S.1 PKn 3. Agus Suyono, S.Pd. L Sragen, 05/07/1961 IPA/Bio UNNES S.1 Biologi 4. Tri Sulastri, S.Pd. P Banjarnegara, 04/05/1965 S. Musik UNNES S.1 Seni Musik 5. Suhari, S.Ag. L Klaten, 17/01/1960 PAI IAIN S.1 PAI
6. Sutriyono, S.Ag. L Batang, 12/04/1971 PAI IAIN S.1 PAI 8. E.Muninggar, S.Pd. P Tegal, 28/03/1963 IPS IKIP Veteran S.1 IPS 9. Ermina P.I. P Magelang, 19/07/1965 Bhs. Indonesia IKIP S.1 Bhs. Indonesia 10. Budi Astiti, S.Pd. P Bantul, 28/08/1963 Matematika UNNES S.1 Matematika 11. Endang Prapti, S.Pd. P Kulonprogo, 22/06/1966 Seni Lukis UNNES S.1 Seni Lukis 12. Mujiono, S.Pd. P Batang, 24/06/1962 Penjas Orkes UPS Tegal S.1 Penjas 13. Aksi Mandala, S.Pd. L Semarang, 16/01/1963 Seni Tari UNNES S.1 Seni Tari 14. Suprapto, S.Pd. L Batang, 02/02/1967 Matematika UMS S.1 Matematika 15. Drs. A. Marzuqi, M.Pd. L Pekalongan, 18/09/1957 Bhs. Indonesia IKIP S.1 Bhs. Indonesia 16. Wiyono L Sukoharjo, 06/02/1963 Bhs. Jawa IKIP PGSMP Bhs. Jawa 17. Dra. Fasikha P Tegal, 25/01/1963 BP/BK IKIP S.1 BP/BK 18. Ninik Maeheti, S.Pd. P Kendal, 03/03/1970 Bhs. Indonesia IKIP S.1 Bhs. Indonesia 19. Mas’ud, S.Pd. L Rembang, 10/05/1966 Bhs. Inggris IKIP S.1 Bhs. Inggris
20. Dra. Indah S. P Batang, 27/10/1963 PPKn IKIP S.1 PKn 21. Joko Purwanto, S.Pd. L Wonogiri, 02/01/1967 IPS IKIP Veteran S.1 IPS 22. Nurul Komariah, S.Pd. P Klaten, 12/04/1971 IPA/Fisika UT S.1 Fisika 23. Sri Hartati, S.Pd. P Kendal, 02/07/191968 IPA/Bio UNNES S.1 Biologi 24. Ardhiana D.P., S.Kom P Pekalongan, 21/09/1979 TIK U. Pancasakti Tegal 25. Wahyu S., S,Pd P Batang, 09/08/1987 Bahasa Jawa IKIP PGRI Semarang 26. Wulan Dwi A., S.Pd. P Semarang, 13/12/1978 IPS IKIP S.1 IPS Ekonomi 27. M. Imanudin, S.Pd. L Pekalongan, 16/11/1980 Matematika U. Ahmad Dahlan 28. Kusniasih, S.Pd. P Batang, 30/09/1979 IPA/Bio IKIP S.1 Biologi 29. Kasobar, S.Pd. L Batang, 27/09/1965 BP/BK IKIP Semarang S.1 BK 30. Sutarno L Boyolali, 09/02/1965 Kepala TU SMEA Tata Buku 31. Eko Teguh Setianto L Batang, 04/03/1963 Pelaksana SMA IPA
32. Ramelan L Boyolali, 01/01/1961 Pembina SMP
33. Eni Lastriani, A.Md. P Batang, 11/12/1974 Pelaksana IKIP D.3 Ekonomi
b. Keadaan Siswa
Siswa atau peserta didik merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka sedang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dengan kata lain, peserta didik atau peserta didik dapat dicirikan sebagai orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa.
Untuk itu, peserta didik merupakan faktor terpenting dalam pelaksanaan pendidikan, karena tanpa adanya peserta didik tidak mungkin ada proses belajar mengajar.
Adapun data tentang keadaan siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Data Tentang Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajaran 2014/2015
Kelas I Kelas II Kelas III (I, II, dan III)Jumlah
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
326 9 369 10 303 8 998 27
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yang diperlukan, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Oleh karena itu, guna menunjang proses belajar mengajar serta penyelenggaraan administrasi dan organisasi di SMP Negeri 1 Kandeman Batang diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana ini dapat memperlancar penyelenggaraan organisasi di sekolah. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yang diperlukan, maka proses pembelajaran akan menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Adapun data mengenai sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Kandeman Batang yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Data tentang Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Kandeman Batang
Tahun Ajaran 2014/2015
No. Jenis Jumlah Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ruang kelas
Ruang kepala sekolah Ruang UKS
Ruang guru Ruang kesenian Ruang perpustakaan Ruang Lab. IPA Ruang ketrampilan 27 1 1 1 1 1 1 1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Ruang Lab. komputer Ruang Lab. bahasa Ruang Media Kamar mandi guru
Kamar mandi peserta didik Lapangan upacara Kantin 1 1 1 2 6 1 4 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
B. Upaya Guru PAI SMP Negeri 1 Kandeman Batang dalam Membina Moral Siswa
Guru PAI adalah suatu usaha dari orang dewasa dalam memberikan bimbingan dan asuhan kepada anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam secara keseluruhan, dapat menghayati makna dan maksud tujuannya, dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.
Tugas utama yang perlu dilakukan guru PAI adalah tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Tuhannya, menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-Nya yang hanif.
Untuk mengetahui upaya guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang dalam membina moral siswa, peneliti mengadakan wawancara langsung kepada guru PAI, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, serta siswa.
Suhari, selaku guru PAI, menjelaskan bahwa “Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh guru PAI dalam membina moral siswa salah satunya
yaitu dengan melalui proses pendidikan”. Hal ini karena pada dasarnya, sebagaimana Suhari juga menjelaskan bahwa “Pendidikan moral di sekolah mempunyai arti memberikan pengetahuan kepada siswa dan mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah-nya melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal, karena pendidikan yang ditujukan adalah pembentukan akhlak”.
Kemudian Sutriyono, yang juga selaku guru PAI, menjelaskan mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan oleh guru PAI dalam membina moral siswa melalui proses pendidikan yaitu antara lain “Penanaman nilai-nilai keimanan, dan penanaman nilai-nilai-nilai-nilai ibadah”.
Untuk itu, pendidikan ini menjadi sangat penting untuk anak-anak sejak dini sebagai bekal mereka dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Hal ini karena misi Nabi Muhammad Saw. sendiri diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, sehingga pendidikan ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam.
Sukarya, selaku Kepala Sekolah, juga menjelaskan mengenai pentingnya penanaman nilai-nilai moral kepada siswa, yaitu “Bahwa penanaman nilai-nilai moral menjadi sangat penting karena dalam ajaran Islam seorang pendidik harus mengikuti sebagaimana yang diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw”.
Hal ini berarti bahwa nilai-nilai yang ditanamkan pada peserta didik seperti perilaku jujur, amanah, tanggung jawab, dan sebagainya. Untuk itu, nilai-nilai tersebut wajib diajarkan kepada anak-anak didik kami agar kelak mereka bisa meneladani sebagaimana Nabi Muhammad Saw.
Mengenai penanaman nilai-nilai keimanan ini, tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai yang terdapat dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qadha dan qadar. Hal ini sebagaimana menurut Khikmah A.R., bahwa “Keenam dasar tersebut merupakan dasar spektural yang ditetapkan oleh agama untuk membentuk dan membina kepribadian Muslim yang berakhlak mulia”.
Sedangkan dalam kaitannya dengan penanaman nilai-nilai ibadah, Suhari menjelaskan bahwa “Hubungan antara iman dan ibadah adalah ibarat buah dengan dahannya. Amalan ibadah yang baik pastilah berasal dari pohon keimanan yang baik pula. Penanaman nilai-nilai ibadah kepada Allah itu meliputi empat hal yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu.
Sutriyono, menjelaskan bahwa “Dengan adanya proses pendidikan secara langsung oleh sekolah, maka semua anak didik sudah diawasi dalam setiap tingkah lakunya”.
Kemudian selain melalui proses pendidikan dalam upaya membina moral siswa, sebagaimana yang dijelaskan Sutriyono pula, bahwa “Guru PAI juga melakukan upaya melalui proses bimbingan dan penyuluhan.”
Proses bimbingan dan penyuluhan ini, sebagaimana menurut Sukarya, yaitu “Merupakan proses yang dilakukan untuk membangun kesejahteraan individu dan kelompok dalam arti yang luas berdasarkan al-Quran yang di dalamnya mengandung ajaran dan bimbingan ke arah perbaikan.”
Dengan demikian, upaya yang harus dilakukan guru PAI dalam rangka membina moral siswa melalui proses bimbingan dan penyuluhan ini,
sebagaimana menurut Suhari, yaitu antara lain: “Menanamkan perasaan cinta kepada Allah di hati anak didik, mendidik anak didik untuk taat menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, membina akhlak yang mulia dan menunaikan kewajiban agama, mengajarkan anak didik untuk mengetahui hukum-hukum agama serta mengamalkannya, dan memberikan teladan serta contoh yang baik, pengajaran serta nasehat.”
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan siswa-siswi menjadi sadar akan perbuatannya sehingga dapat memilih mana yang baik bagi dirinya dan mana yang kurang baik bagi dirinya.
Berbagai upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina moral siswa tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai cara, antara lain sebagaimana penuturan Sutriyono yaitu “Metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode ceramah, serta metode hukuman”.
1. Metode keteladanan
Dalam proses pendidikan, setiap guru atau pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya dalam semua kebaikan, bukan sebaliknya. Hal ini dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh segala sesuatu yang baik-baik, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Teladan yang baik dari semua guru, terutama guru PAI sendiri, kepada siswa akan berpengaruh besar kepada perkembangan siswa di masa mendatang. Untuk itu, lingkungan sekolah harus sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi siswa. Dengan keteladanan akan
memudahkan siswa untuk menirunya. Sebab keteladanan lebih cepat mempengaruhi tingkah laku seluruh siswa.
Dalam hal ini, Abdurrahman menjelaskan bahwa “Keteladanan guru berupa memperlihatkan atau menampakkan amal kebaikan kepada semua siswa agar mencontoh dan menirukannya”.
Hal ini berarti bahwa dalam memberikan keteladanan kepada siswanya, guru melakukan perilaku kebaikan dihadapan siswanya langsung agar supaya mereka menirukannya, seperti mengerjakan shalat dhuhur berjamaah. Dengan cara ini pula, dapat merubah kejelekan moral yang ditampilkan siswa.
2. Metode pembiasaan
Menurut Suhari, “Apabila anak didik dalam lahan yang baik (lingkungan sekolah yang baik) memperoleh bimbingan, arahan, dan adanya saling menyayangi antar personel sekolah, niscaya lambat laun siswa akan terpengaruh informasi yang ia lihat dan ia dengar dari semua perilaku orang-orang (para guru) disekitarnya.” Dan pengawasan dari guru, terutama guru PAI, sangat diperlukan sebagai kontrol atas kekeliruan dari perilaku siswa yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
3. Metode pemberian nasehat
Metode pemberian nasehat, sebagaimana menurut Suhari, yaitu “Menasehati setiap siswa yang berbuat salah atau merugikan orang lain”. Hal ini berarti bahwa dalam upaya membina moral siswa oleh guru PAI, selain dengan menggunakan metode teladan, juga melalui pemberian
nasehat. Misalnya, guru berkata kepada siswa bahwa perbuatan yang dilakukannya tidak baik, maka harus dijauhi dan tidak boleh dilakukannya lagi. Hal ini sebagaimana menurut Arina Sulfia, bahwa “Setiap terdapat siswa yang ketahuan berbuat kurang baik, maka guru langsung menasehatinya”.
Pemberi nasehat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak didik, dan pemberi nasehat dalam lingkungan sekolah tentunya adalah para guru, terutama guru PAI. Para siswa akan mendengarkan nasehat tersebut, apabila pemberi nasehat juga bisa memberi keteladanan yang baik. Sebab nasehat saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan keteladanan yang baik. 4. Metode hukuman
Metode hukuman, sebagaimana menurut Sutriyono, yaitu “Metode pemberian imbalan terhadap perbuatan yang tidak baik dari anak didik”. Hukuman merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang apabila ada perilaku anak didik yang tidak sesuai dengan moral ajaran Islam. Sebab hukuman merupakan tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan di tempat yang benar.
Dari beberapa metode tersebut, maka tujuan diterapkannya metode oleh guru PAI dalam upaya pembinaan moral siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang antara lain menjadikan upaya pembinaan moral tersebut lebih berdaya guna, menjadikan upaya tersebut berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui pembinaan moral, dan pada akhirnya dengan melalui upaya
tersebut akan menimbulkan perilaku moral yang baik dalam diri siswa secara mantap.
Kemudian berkaitan dengan pendekatan yang dilakukan dalam upaya yang lakukan oleh guru PAI dalam membina moral siswa sebagaimana menurut Sutriyono, yaitu “Dengan pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling”.
Bentuk-bentuk pelanggaran moral yang dilakukan siswa, sebagaimana menurut Sukarya, yaitu “Pelanggaran ringan dan pelanggaran berat”. Sedangkan sangsi bagi kedua pelanggaran tersebut, sebagaimana menurut Suhari, yaitu “Untuk pelanggaran ringan yaitu siswa dipanggil ke kantor untuk diberikan bimbingan dan penyuluhan, dan untuk pelanggaran berat yaitu sekolah memberikan surat teguran kepada orang tua/wali siswa dan tidak boleh masuk sekolah selama tiga hari”.
Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sangsi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa yang melanggar moral melalui bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Hal ini berarti bahwa penanganan siswa yang melanggar moral melalui bimbingan dan konseling ini sama sekali tidak menggunakan bentuk sangsi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya antara guru PAI, guru BP, dan siswa. Sehingga setahap demi setahap siswa dapat memahami dan menerima diri
dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa secara visual kedua pendekatan yang dilakukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1Kandeman dalam upaya membina siswa yang melanggar moral tersebut saling berkaitan. Meskipun keduanya pendekatan itu memiliki cara yang berbeda, tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang melanggar moral. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut dilakukan oleh guru PAI secara sinergis dan saling melengkapi.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang dalam membina moral siswa tersebut, jika guru PAI mau menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cinta yang tulus, keteladanan, serta penjelasan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak didik, maka anak didik akan memahami nilai-nilai moral yang ajarkan tersebut. Kemudian dengan adanya peran, bantuan, dan dukungan dari para guru lain dan para orang tua siswa (lingkungan keluarga) dalam moral siswa, maka siswa akan memiliki bekal moral yang kuat, karena siswa akan kebal menghadapi setiap godaan moral dari lingkungan di luar sekolah. Untuk itu, para guru harus memiliki kemauan dan kemampuan dalam membina moral siswa agar mampu mewujudkan cita-citanya memiliki anak didik yang kuat, serta berkepribadian baik dan shalih.
C. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru PAI SMP Negeri 1 Kandeman Batang dalam Membina Moral Siswa
Dalam pelaksanaan pembinaan moral siswa oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang, tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi penghambat atau adanya beberapa kendala yang dihadapinya. Kendala-kendala tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan
Menurut Sutriyono, “Seorang anak biasanya akan terpengaruh oleh lingkungan atau teman sebayanya dalam hal bertingkah laku”. Sehingga anak atau siswa yang teman sebayanya cenderung berperilaku buruk atau suka melanggar moral, maka ia juga akan cenderung untuk mengikutinya.
2. Faktor perkembangan teknologi, seperti TV, radio, video, dan internet Berkaitan dengan faktor ini, Fasikha menjelaskan bahwa “Perkembangan teknologi dapat menghambat pelaksanaan pembinaan moral di sekolah”. Sehingga faktor ini perlu diwaspadai karena mengandung unsur-unsur yang dapat merosotkan moral siswa, seperti dengan banyaknya warnet, siswa dengan mudah dapat menonton atau bahkan mendownload video porno.
Menurut Suhari, “Faktor ini meliputi kurangnya perhatian orang tua dan karena tingkat pendidikan orang tua”. Dari faktor itu pula “Sehingga tidak sedikit dari mereka pula yang menganggap bahwa pembinaan moral di rumah merupakan dasar yang kemudian dilanjutkan di sekolah”..
Jelasnya, kalau terjadi kecenderungan menipisnya ikatan emosional anak terhadap orang tua atau sebaliknya, maka ini merupakan tantangan berat guru PAI dalam rangka membina moral para siswanya. Kondisi seperti ini terjadi karena akibat pergeseran nilai-nilai kehidupan manusia yang mempengaruhi nilai kehidupan dalam keluarga. Untuk itu, pembinaan moral siswa di sekolah harus di dasari dulu dengan pembinaan moral dalam lingkungan keluarga. Untuk itu, dalam rangka membina moral ini dibutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru (terutama guru PAI) di sekolah, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.