• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANYAKANTANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon) DENGAN TEKNIK CANGKOK DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA TEJOMANTRI WONOREJO POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANYAKANTANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon) DENGAN TEKNIK CANGKOK DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA TEJOMANTRI WONOREJO POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBANYAKANTANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon)

DENGAN TEKNIK CANGKOK DI KEBUN BENIH

HORTIKULTURA TEJOMANTRI WONOREJO POLOKARTO

SUKOHARJO

SKRIPSI

Oleh :

CAECILIA ALFANIA CHRISTIANI

H.3308056

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

PERBANYAKANTANAMAN MELINJO (Gnetum gnemon)

DENGAN TEKNIK CANGKOK DI KEBUN BENIH

(2)

commit to user

HORTIKULTURA TEJOMANTRI WONOREJO POLOKARTO

SUKOHARJO

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Diploma III Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh :

CAECILIA ALFANIA CHRISTIANI

H.3308056

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini tanaman buah dapat diperoleh dengan mudah di pasar tradisional maupun di pasar swalayan. Komoditas hortikultura ini banyak dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat kesadaran manusia akan pentingnya kandungan gizi yang terdapat pada produk hortikultura seperti vitamin, mineral, serta protein yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan manusia.

Salah satu tanaman yang termasuk dalam produk hortikultura adalah melinjo (Gnetum gnemon). Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki dua rumah, ada individu jantan dan individu betina. Tanaman melinjo banyak dijumpai di setiap halaman rumah. Daun muda melinjo yang biasa disebut so (bahasa jawa) digunakan sebagai bahan sayur misalnya sayur asem. Biji melinjo dapat digunakan sebagai bahan baku emping, dan batang kayunya dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan / papan

Banyaknya manfaat yang diperoleh dari tanaman melinjo maka tidak sedikit orang yang menanam tanaman ini dipekarangan rumah mereka. Selain itu, cara memperbanyak tanaman ini pun juga sangat mudah. Dalam memperoleh bibit tanaman melinjo dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu :

- Secara generatif (penyemaian biji)

- Secara vegetatif (cangkok, okulasi, sambung)

Kedua macam cara tersebut dapat digunakan untuk memperoleh bibit dengan kualitas baik. Salah satu cara memperbanyak tanaman melinjo khususnya di Tejomantri adalah dengan teknik cangkok.

Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan menguliti cabang yang ada, lalu dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika sudah muncul akar yang kokoh, maka cabang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat lain.

(4)

commit to user

Teknik ini lebih dominan dilakukan karena selain sifat yang diturunkan sama dengan induknya, waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh bibitnya pun relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan sambung dan okulasi.

Keberhasilan memperoleh bibit cangkokan sangat tergantung pada media cangkok. Media cangkok yang murah dan mudah adalah tanah (Kalie, 1994). Dalam perbanyakan tanaman melinjo dengan teknik cangkok ini, tanah yang digunakan sebagai media cangkokan adalah jenis tanah regosol. Tanah ini merupakan tanah yang cukup subur, karena berasal dari endapan abu vulkanik gunung berapi yang dikeluarkan dari dalam perut bumi berupa material. Material–material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Sehingga jika tanah ini digunakan sebagai media, maka kemungkinan besar akan menghasilkan tanaman baru yang baik.

Tugas akhir ini dilaksanakan di KBH Tejomantri Sukoharjo. Pemilihan tempat magang di Tejomantri dilatarbelakangi oleh Tejomantri sebagai pemasok bibit tanaman buah salah satunya adalah bibit tanaman melinjo dengan kualitas yang bagus. Pemasaran bibit hingga saat ini mencangkup masyarakat di Sukoharjo sendiri dan ada juga yang dari luar wilayah Sukoharjo.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.

b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis.

c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan agribisnis.

(5)

commit to user

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian khususnya pada tanaman melinjo yang dilakukan di KBH Tejomantri Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

b. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan agribisnis, khususnya agribisnis tanaman melinjo.

c. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dengan aplikasinya di tempat magang.

(6)

commit to user

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Klasifikasi Melinjo

Melinjo merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam suku / famili

Gnetaceae dan merupakan berbiji terbuka (Gymnospermae). Tanaman

melinjo dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisi : Gymnospermae (berbiji terbuka) Kelas : Gnetopsida

Ordo : Gnetales Famili : Gnetaceae Genus : Gnetum

Spesies : Gnetum gnemon L. (Anonim, 2011a).

B. Sejarah Melinjo

Berdasarkan sejarahnya, melinjo (Gnetum gnemon) berasal dari Semenanjung Malaysia. Distribusinya sekarang ini membentang dari daerah Assam sampai Kepulauan Fiji. Namun ada orang yang kurang setuju dengan pendapat tersebut; mereka beranggapan bahwa melinjo berasal dari Indonesia. Tanaman ini oleh pendatang dibawa dari Amboina ke Penang pada tahun 1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia. Di Indonesia, melinjo merupakan tanaman yang tumbuh tersebar dimana-mana, banyak ditemukan di tanah-tanah pekarangan rumah penduduk pedesaan dan halaman-halaman rumah penduduk di kota. Ada yang sengaja ditanam, banyak yang tumbuh tanpa perawatan sebagai tanaman sela diantara tanaman-tanaman jenis lainnya. Nama tanaman ini diberbagai daerah di Indonesia ternyata bermacam-macam, yakni belinjo, melinjo, bagor, so, trangkil, dan tangkil sako, menunjukkan penyebarannya yang cukup luas. Meskipun tanaman

(7)

commit to user

melinjo sudah lama dikenal orang dan dimanfaatkan, tetapi baru akhir-akhir ini dibudidayakan secara khusus dan monokultur di perkebunan-perkebunan seperti yang terdapat di Piddie (Aceh), Raja Batu Kadaton (Lampung), dan di Limpung Jawa Tengah (Sudarti, 1990).

Ada yang mengatakan juga bahwa melinjo merupakan tanaman asli Indonesia. Dan daerah penghasil terbesar di Indonesia, adalah daerah Aceh dan kepulauan Sumatera lainnya. Sedangkan di Jawa Barat, penghasil buah melinjo terbanyak hanya Kabupaten Kuningan dan Banten. Sebab masyarakat petani disana, cenderung lebih senang menanam tanaman melinjo pada lahan tidur maupun di pekarangan rumahnya. Maka tak heran, bila dari daerah ini puluhan ton buah melinjo dikirim ke berbagai tempat baik ke Bandung, Jakarta, Bogor dan kota besar lainnya. Bahkan kini melinjo telah diekspor ke berbagai negara Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat. Negara paling banyak meminta buah melinjo, baik dalam kondisi segar maupun olahan adalah Belanda, Amerika Serikat, Arab Saudi, Kuwait, dan Singapura (Mitra Bisnis, 2000).

C. Syarat Tumbuh a. Iklim

Melinjo dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah meskipun kurang subur. Selain itu pada daerah dengan curah hujan 2500-3000 mm per tahun cukup baik untuk pertumbuhan melinjo, meskipun sebenarnya melinjo menyukai musim kemarau yang jelas.

b. Ketinggian tempat

Melinjo dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut namun produksi maksimal dicapai pada ketinggian tidak lebih dari 400 m diatas permukaan laut.

(8)

commit to user c. Tanah

Melinjo tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus berkaitan dengan tanah sehingga banyak direkomendasikan untuk program penghijauan.

(Purnomosidhi, et al., 2007).

Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir, dan berkapur. Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi (PH tanah terlalu asam).

Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah pegunungan, tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban tinggi, yaitu yang mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya, daun tanaman melinjo yang tumbuh di daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Anonim, 2011b).

D. Jenis Tanaman

Menurut Brink (1965) di Jawa hanya terdapat satu jenis melinjo, yaitu

Gnetum gnemon L. Vardo mesticum. Namun berdasarkan pengamatan di

lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk pohon dan variasi bentuk dan ukuran buah atau bijinya, di Jawa terdapat beberapa varietas melinjo.

Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo;

2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku;

(9)

commit to user

3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di Pulau Nusakambangan.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh, bibit bermutu serta faktor lingkungan yang ada di tempat tersebut. Melinjo bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya

yaitu varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Mulyanto, 1995).

E. Perbanyakan Melinjo Secara Vegetatif

Perbanyakan secara vegetatif pada tanaman melinjo antara lain dengan cara cangkok, sambung penyusuan dan tempel/okulasi. Keuntungan cara perbanyakan vegetatif pada tanaman melinjo ini adalah cepatnya tanaman berbuah (pada cangkok), sedangkan pada tanaman hasil okulasi maupun sambung penyusuan baru dapat berbuah setelah tanaman berumur antara 1,5 – 2 tahun.

Beberapa kelemahan / kerugian yang mungkin timbul dari tanaman hasil perbanyakan vegetatif khususnya dari cangkok, antara lain :

- Perakaran tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin besar / kuat;

- Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang;

- Tanaman hasil cangkok seringkali menghasilan bunga betina yang gagal menjadi buah.

Kerugian-kerugian seperti tersebut di atas belum pernah ditemui pada tanaman yang dikembangkan secara sambung penyusuan dan secara okulasi (Mulyanto, 1995).

(10)

commit to user

F. Teknik Perbanyakan Tanaman Melinjo secara Cangkok

Dalam dunia pertanian mencangkok (air layerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memperbanyakan tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini merupakan suatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas keratan / luka yang kering atau mati (Wudianto, 1998).

Menurut Wudianto (1998) perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga. Walaupun banyak keunggulannya, namun teknik perbanyakan dengan mencangkok ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Kelebihan dan kelemahan dalam mencangkok ini adalah sebagai berikut :

Keunggulan Kelemahan

- Sifat tanaman baru persis seperti induknya.

- Tanaman dari bibit cangkok bisa menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat ( ± 4 tahun). - Waktu yang dibutuhkan untuk

perbanyakan relatif singkat, 1-3 bulan.

- Cepat menghasilkan keturunan baru.

- Tidak dapat dilakukan secara besar-besaran.

- Bibit cangkok sulit bertahan hidup di daerah yang air tanahnya rendah karena perakarannya pendek. - Tanaman mudah roboh bila angin

kencang karena tidak berakar tunggang.

- Tajuk pohon induknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.

- Pada musim kemarau panjang, tanaman tidak tahan kering.

(11)

commit to user

Tahap – tahapan dalam penyiapan bibit cangkok adalah sebagai berikut :

1. Persiapan alat dan bahan

a. Pisau yang tajam dan bersih untuk mengupas kulit cabang. b. Plastik putih/sabut kelapa untuk pembungkus kulit pohon. c. Tali rafia/tali bambu untuk pengikat.

d. Tanah yang subur atau mos sabut kelapa yang sudah dihancurkan untuk media tumbuh akar.

2. Langkah – langkah perbanyakan dengan cara cangkok adalah sebagai berikut:

a. Memilih pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki. b. Memilih cabang pada pohon induk yang memenuhi persyaratan pada

bagian a.

c. Mengupas kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm. d. Membersihkan kambium yang terdapat pada cabang yang telah

dikupas, kemudian mengeringkannya selama 1 hari, sedangkan jika tanaman tersebut bergetah maka dikeringkan selama 3-4 hari.

e. Kemudian membuat media berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 2.

f. Setelah itu, menempelkan media tersebut pada cabang yang telah dikupas dan membungkusnya dengan sabut kelapa atau plastik. g. Mengikat kedua ujung bungkusan dengan tali.

h. Menyiram cangkokan secara teratur. i. Menunggu sampai akar berkembang.

j. Kemudian memotong cangkokan dibawah bungkusan bila akar sudah banyak.

k. Memindahkan cangkokan ke polibag atau dapat menanam secara langsung, apabila cangkokan ditanaman di polibag terlebih dahulu, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan bibit hasil cangkokan

(12)

commit to user (Purnomosidhi, et al., 2007).

(13)

commit to user

I. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek kerja magang dilaksanakan di Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Tejomantri, Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Adapun pelaksanakan praktek kerja magang adalah pada tanggal 7 Februari – 7 Maret 2011.

B. Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan beberapa metode sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi kegiatan magang

Pemilihan lokasi magang disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu bidang kajian perbanyakan tanaman melinjo dengan teknik cangkok. Lokasi yang dipilih adalah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dengan salah satu kegiatannya adalah cangkok tanaman melinjo.

2. Pelaksanaan magang

Mahasiswa melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan paktik magang. Kegiatan tersebut yaitu cangkok tanaman melinjo dan kegiatan lain untuk memperluas pengetahuan dan ketrampilan.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir adalah sebagai berikut :

a. Obsevasi

Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung kepada obyek yang diteliti, baik teknik budidaya maupun keadaan instansi tempat magang.

b. Wawancara

Proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab secara langsung dengan responden. Dalam hal ini, penulis

(14)

commit to user

memawancarai pimpinan, pembimbing di tempat magang, staf atau karyawan, maupun masyarakat di sekitar instansi tempat magang. c. Pelaksanaan kegiatan magang

Serangkaian kegiatan mahasiswa selama magang dilakukan secara langsung dalam praktek di lapangan. Dengan demikian penulis mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan di instansi tersebut.

d. Studi pustaka

Penulis mencari referensi untuk melengkapi data-data agar memperoleh hubungan antara teori dan aplikasinya di lapangan tempat penulis magang. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, internet dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

(15)

commit to user

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

1. Sejarah Singkat Berdirinya KBH Tejomantri

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri pada awalnya berasal dari tanah kas Desa Wonorejo. Tanah tersebut tidak dipelihara dengan baik maka tanah tersebut kritis dan tandus sehingga tanaman yang ada di atasnya kurang baik hasilnya dan tidak menguntungkan.

Tanah kemudian dipinjam oleh Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta pada 1953 sampai dengan tahun 1958 untuk diupayakan rehabilitasi (tanpa ada sewa menyewa). Tahun 1958, tanah beserta isinya dikembalikan ke Desa Wonorejo, namun karena Desa Wonorejo tidak mampu memelihara dan mengelola kebun tersebut dengan baik, akhirnya tanah tersebut dijual kepada Kebun Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Tanaman yang dipelihara diantaranya cengkih, randu, kelapa, jeruk dan lain-lain. Mulai tahun 1971, status tanah berubah menjadi Kebun Benih Hortikultura. Nama Tejomantri merupakan nama Pimpinan Kebun / Mantri Tani yaitu Bapak Sunarto yang sama dengan tokoh pewayangan Togog alias Tejomantri.

- Tokoh wayang Togog alias Tejomantri merupakan pamong bangsa Kurawa yang berkarakter fisik serba jelek seperti kondisi kebun benih saat itu. Berkat ketekunan dan keuletan bapak Sunarto, sebagai pamong yang dibantu oleh staf kebun, sedikit demi sedikit kondisi kebun benih dibenahi dan dibangun sehingga menjadi baik. - “Nama Tejomantri saya ilhami oleh munculnya Tejo atau pelangi

di angkasa, selain warnanya yang indah berwarna-warni juga bisa terlihat dari segala penjuru, seperti obsesi beliau pada waktu itu dengan menyediakan banyak tanaman yang bermutu tinggi, yang dapat menarik para pembeli dari segala penjuru dengan harapan nama Tejomantri dapat Kondang Kaloka sampai di seluruh dunia”, demikian kata beliau mengakhiri ceritanya.

(16)

commit to user

Pengolahan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kewedanan Bekonang, Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1958 sampai tahun 1985 dilakukan oleh Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Namun sejak tahun 1986 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri diserahkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukoharjo. Kemudian sejak April 1986 pengelola kebun Benih Hortikultura Tejomantri dipindahkan kepada UPTD Wilayah Surakarta di bawah Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah yang berkembang menjadi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta di Tegalgondo.

1. Keadaan KBH Tejomantri a. Kondisi Geografis

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo berada pada jarak 2 km dari jalan raya Bekonang. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk daerah dataran dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah timur : Dukuh Kersan, Desa Jatisobo.

2) Sebelah selatan : Tanaman persawahan Desa Wonorejo. 3) Sebelah barat : Tanaman persawahan Desa Wonorejo. 4) Sebelah utara : Dukuh Winong, Desa Kragilan,

Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. b. Kondisi Topografi

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri mempunyai keadaan tanah yang mendatar sedikit bergelombang dan berwarna coklat dengan struktur tanah yang subur dan gembur. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri terletak di dataran rendah dengan sifat tanah sebagai berikut :

1) Jenis tanah : Regosol

2) Struktur tanah : Lembung berpasir 3) Tekstur tanah : Coklat

(17)

commit to user 4) Reaksi tanah : Agak asam

5) Ph : 6–7

6) Aerasi : Sedang 7) Kesuburan : Sedang c. Keadaan Tanah

Tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri merupakan jenis tanah regosol dengan pH 6.5 – 7.5 dan mempunyai struktur tanah lepas-lepas. Tanah regosol bertekstur pasir, seperti tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri, memiliki perkapabilitas lebih cepat dan porositas lebih besar dibandingkan dengan jenis tanah yang lainnya. Tanah regosol di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri berwarna kelabu coklat atau coklat kuning sampai keputihan. Tanah berstruktur lapis atau butir tunggal dengan tekstur pasir sampai lempung berdebu, kepadatan lepas atau teguh dan keras.

d. Kondisi Iklim

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Dinas Perairan Kecamatan Polokarto selama 10 tahun terakhir maka tipe iklim Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk tipe iklim C atau agak basah.

e. Luas Areal

Luas Kebun Benih Hortikultura Tejomantri seluruhnya adalah 14,756 m2.

(18)

commit to user 2. Struktur Organisasi

Mulai tahun 1996 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri sepenuhnya dikelola oleh Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta dan Tegalgondo. Struktur organisasi kepegawaian dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri

B. Uraian Kegiatan Magang Perusahaan

Alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam perbanyakan melinjo dengan teknik cangkok yang dilakukan di Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Tejomantri ini adalah sebagai berikut :

1. Pisau okulasi untuk mengelupas kulit batang dan mengerok cambium. 2. Plastik putih bening untuk menutup keratan yang telah diberi media

berupa tanah gembur dan pupuk.

3. Rafia untuk mengikat media yang telah ditutup menggunakan plastik. 4. Media cangkok yang terbuat dari tanah gembur dan pupuk kandang

dengan perbandingan 1:1 serta diberi air sedikit untuk memberi kelembaban pada media tersebut.

PIMPINAN KBH

TEJOMANTRI

BAGIAN

ADMINISTRASI

SEKSI PEG.

TEKNOLOGI

SEKSI

PEMASARAN

SEKSI

PRODUKSI

(19)

commit to user

Adapun varietas yang dibudidayakan di Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Tejomantri ini adalah menggunakan jenis melinjo bercangkang keras dengan varietas gentong. Beberapa kegiatan yang dilakukan di Tejomantri yang berkaitan dengan pelaksanaan cangkok tanaman melinjo adalah :

1. Menyiapkan alat dan bahan tanam yang akan digunakan dalam mencangkok seperti :

a. Pisau okulasi b. Plastik bening c. Rafia

d. Media tanam berupa tanah gembur dan pupuk dengan perbandingan 1:1 serta ditambahkan air secukupnya.

2. Pelaksanaan cangkok

a. Mengelupas kulit cabang setinggi ± 15 cm lalu mengerok kambiumnya hingga cabang tersebut bersih dari kambium. Proses pembersihan kambium dapat dilihat pada gambar 3 di lampiran. Dan

dapat dilihat pula batang yang masih berkambium (lampiran gambar 1) dengan yang sudah bersih dari kambium

(lampiran gambar 2).

b. Menyelimuti cabang bersih tersebut menggunakan media, dapat dilihat pada lampiran gambar 4. Media tersebut terdiri dari tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 dan diberi sedikit air.

c. Kemudian membungkus media yang menyelimuti cabang tersebut dengan plastik bening dan mengikatnya menggunakan rafia dengan

kencang pada bagian atas, tengah dan bawah (lampiran gambar 5 dan ambar 6).

(20)

commit to user 3. Pemeliharaan

a. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membuang benalu-benalu menempel pada cabang tanaman melinjo tersebut, mengurangi daun serta ranting-ranting yang tumbuh pada cabang atas.

b. Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam cangkok kali ini menggunakan pupuk kandang saja dan diberikan pada saat penyelimutan cabang. c. Pengairan

Pengairan yang dilakukan hanya bergantung pada air hujan karena pada praktek dilapang kebetulan pada musim penghujan dan tanaman ini tidak terlalu banyak membutuhkan air. Disebelah tanaman-tanaman melinjo ini telah dibuat saluran drainase untuk menghindarkan tanah dari penggenangan air.

C. Pembahasan

Perbanyakan tanaman melinjo (Gnetum gnemon) ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, generatif maupun vegetatif. Biasanya lebih banyak yang menggunakan perbanyakan vegetatif karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Oleh sebab itu Kebun Benih Hortikultura Tejomantri ini lebih mengutamakan perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan teknik cangkok. Dengan teknik ini, bibit yang dihasilkan akan lebih sama dengan induknya. Selain itu juga waktu yang dibutuhkan pun relatif lebih singkat dibandingkan dengan teknik lainnya.

Adapun jenis melinjo yang diperbanyak di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri adalah jenis melinjo bercangkang keras dengan varietas gentong karena memiliki kelebihan yaitu buah yang dihasilkan berukuran besar-besar dengan bentuk agak bulat tetapi buahnya pada setiap pohon tidak begitu lebat. Varietas ini lebih banyak dicari masyarakat dan paling banyak dibutuhkan

(21)

commit to user

Dari hasil kerja praktek lapang di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dibahas terhadap hasil kegiatan praktek lapang tersebut antara lain:

1. Pelaksanaan Cangkok Melinjo

Perbanyakan melinjo secara vegetatif yang dilakukan di Tejomantri adalah dengan cara cangkok karena tanaman tersebut akan dapat cepat berbuah dan cepat menghasilkan keturunan. Cabang melinjo yang akan dicangkok berumur ± 1 tahun dan berdiameter 3 cm dengan keadaan cabang yang berdiri tegak lurus.

Mencangkok cabang melinjo merupakan cara yang mudah untuk dilakukan yaitu dengan menyayat kulit cabang terpilih sepanjang ± 15 cm dan membersihkannya dari kambium yang menempel pada cabang dengan cara mengerok atau menggosok-gosok dengan pisau yang digunakan untuk mengelupas tadi. Ini dilakukan agar tidak tumbuh kulit baru pada cabang tersebut. Kemudian menutup bekas sayatan tersebut dengan media berupa campuran antara tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 dan diberi air secukupnya yang berguna untuk menjaga kelembaban media cangkok tersebut. Media menutupi sebagian banyak bekas sayatan, yang dimulai dari kulit bagian atas bekas sayatan tersebut ± 3 cm dan berakhir pada ± 3 cm sebelum batas bekas sayatan paling bawah. Kemudian media tersebut dibungkus menggunakan plastik dan diikat dengan kencang bagian atas, tengah, dan bawah. Dalam pelaksanaan cangkok tanaman melinjo di Tejomantri ini, plastik pembungkus media tidak dilubangi agar kelembaban media tetap terjaga. Selain itu juga untuk mengantisipasi masuknya hama dan penyakit tanaman yang dapat mengganggu aktifitas pertumbuhan tanaman melinjo setelah dicangkok.

Salah satu faktor keberhasilan dalam mencangkok adalah kelembaban media cangkok tersebut. Kelembaban media cangkok biasa dihubungkan dengan banyak sedikitnya pemberian air. Sedangkan tanaman melinjo ini tidak tahan dengan pemberian air terlalu banyak

(22)

commit to user

yang nantinya akan mengakibatkan penggenangan pada daerah sekitar akar. Maka untuk menanggulanginya, disiapkan kolam drainase untuk menampung air tersebut.

Pelaksanaan cangkok melinjo ini tidak dilakukan setiap hari karena mengingat banyaknya kegiatan yang harus dilakukan. Sehingga

jumlah cangkokan yang dihasilkan setiap 1 harinya adalah ± 5 – 8 cangkokan, dan dalam waktu 1 bulan dapat menghasilkan

sekitar ± 16 – 18 cangkokan. Setiap satu batang indukan, terdapat 4 – 6 cabang yang dicangkok

2. Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam sebuah budidaya merupakan suatu cara bagaimana merawat tanaman agar tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam proses budidaya tanaman, tahap pemeliharaan ini sangat diperlukan sekali. Sehingga para pembudidaya mengutamakan tahapan ini untuk mendapatkan hasil tanaman yang baru dengan baik. Pemeliharaan tanaman melinjo yang diperbanyak dengan teknik cangkok di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri ini meliputi penyiangan, pemupukan, dan penyiraman.

a. Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing (gulma) perlu dilakukan, mengingat gulma tersebut dapat menghalangi pertumbuhan tanaman pokok dan merebut zat-zat makanan yang diperlukan tanaman pokok. Selain itu, gulma tersebut justru dapat menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit yang nantinya dapat menyerang tanaman pokok (Sutarminingsih, 2010).

Dalam pembudidayaan tanaman melinjo dengan teknik cangkok di Tejomantri ini, penyiangan dilakukan dengan mengurangi ranting-ranting yang tidak diinginkan pada cabang tanaman yang dicangkok karena dengan adanya ranting-ranting yang tidak diinginkan tersebut dapat menghambat peningkatan

(23)

commit to user

produksi cangkokan. Dan dengan dihilangkannya ranting-ranting dari cabang yang dicangkok tersebut maka energi yang selama ini terserap untuk pertumbuhan ranting pengganggu tersebut dapat disalurkan untuk pertumbuhan akar cangkokan. Selain itu, ada beberapa perlakuan penyiangan yang dilakukan lagi pada cabang cangkokan tersebut yaitu menghilangkan / membuang benalu dan daun – daun yang masih tumbuh pada cabang bagian atas.

b. Pemupukan

Pemupukan menjadi salah satu bagian penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman. Dengan pemupukan

yang tepat, tanaman akan tumbuh dengan baik (Musaddad, 2007). Pemupukan pada tanaman yang telah

menghasilkan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan pertumbuhan tanaman pokok (Setyamidjaja, 1993).

Pada perbanyakan melinjo dengan teknik cangkok di Tejomantri ini, pemupukan lebih dititik beratkan pada pemeliharaan cabang cangkokan yang telah dikerok yang nantinya digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman baru. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang saja. Pada pemeliharaan tanaman kali ini tidak ada pengaplikasian dengan pupuk lain. Pupuk diberikan pada saat persiapan untuk pencangkokan.

c. Penyiraman

Setiap hari tanaman membutuhkan air untuk mengganti cairan yang hilang karena penguapan. Tanaman yang baru dicangkok sangat rentan terhadap kekurangan air sehingga tidak banyak tanaman buah yang diperbanyak menggunakan cara cangkok. Karena dengan cara cangkok, tanaman buah tidak dapat bertahan lama atau bias dikatakan gagal. Hal ini disebabkan karena tidak terjaganya kelembaban pada cangkokan. Maka sebaiknya

(24)

commit to user

penyiraman dilakukan setiap hari, terutama pada tanaman muda dan tanaman yang ditanam pada musim kemarau (Wiryanta, 2009).

Cangkokan tanaman melinjo memang membutuhkan kelembaban yang tinggi agar hasil yang diberikan memuaskan. Akan tetapi dalam praktek kerja lapangan ini, penyiraman tidak diberikan secara kontinyu karena perlakuan cangkok tanaman melinjo kebetulan pada musim penghujan. Selain itu jika porsi air yang diberikan terlalu banyak maka dapat mengganggu pernafasan akar. Sehingga untuk menanggulangi resiko kegagalan tersebut, dibuatlah saluran drainase didekat tanaman melinjo tersebut agar tidak terjadi penggenangan, khususnya pada daerah sekitar akar. Dan tanaman melinjo yang dikembangkan dengan teknik cangkok dapat tumbuh dengan baik.

D. Analisis Usaha Tani

Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui layak dan tidaknya usaha tersebut dilakukan oleh perusahaan. Berikut adalah analisis usaha tani untuk perbanyakan tanaman melinjo dengan teknik cangkok di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri, Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Tabel 1. Biaya Tetap Produksi Cangkok Tanaman Melinjo No Keterangan Kebutuhan Umur

(bulan) Harga (Rp) Total Kebutuhan (Rp) Total Biaya (3 bulan) (Rp) 1. Sewa Lahan 0 0 0 0 0 2. Penyusutan Peralatan Pisau Okulasi 3 48 60.000 180.000 11.250 Gunting 2 48 8.000 16.000 1.000 Gergaji 2 36 80.000 140.000 11.700 Ember 2 24 15.000 30.000 3.750

(25)

commit to user Keterangan :

· Rumus untuk menghitung total biaya. Total biaya = ĠaȖoϜ n7.pȖpÎo

ȱsp) 7na as x 3 bulan

· Umur ekonomis adalah perkiraan umur barang mengalami kerusakan. · Umur ekonomis dalam satuan bulan

Tabel 2. Biaya Variabel Produksi Cangkok Tanaman Melinjo

No Keterangan Kebutuhan Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1. Biaya operasional a. Biaya perawatan - Pupuk kandang 1 m3 250.000 250.000

b. Plastik okulasi ½ rol 50.000 25.000

c. Rafia 2 rol 27.000 54.000

2. Biaya tenaga

- Pencangkokan 1 HOK 30.000 30.000

- Penyiangan 3 HOK 30.000 90.000

- Transplantasi 1 HOK 30.000 30.000

Jumlah Biaya Variabel 479.000

Biaya Tetap = Rp 27.200,-

Biaya Variabel = Rp 479.000,- Harga bibit melinjo siap jual = Rp 8.000,-

Jumlah Produksi bibit melinjo dengan tingkat kegagalan 10 % 200 tanaman – (10% x 200) = 180 tanaman

a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 27.200 + Rp 479.000 = Rp 506.200,-

b) Penerimaan = Harga x Jumlah Produksi = Rp 8.000 x 180

= Rp 1.440.000,-

c) Keuntungan = Penerimaan – Biaya Total = Rp 1.440.000 – Rp 506.200 = Rp 933.800,-

(26)

commit to user Biaya variabel per unit = o oo) o.7Ϝ

@)a pn Ġo oso = Ě *OK. ,

Ö = Rp 2.661,00

d) BEP (unit) = o oĠ7Ȗo

o) o poϜ 7)p Ȗ o oo) o.7Ϝ 7)p Ȗ

= O. ,

. , . ,Ö

= 5 unit

Artinya Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika mampu menjual bibit cangkok melinjo sebanyak 5 tanaman selama satu masa produksi.

e) BEP (rupiah) = o oĠ7Ȗo Ö 5 5 t 5t5

= O. ,

Ö .. ,, = Rp 38.857,00

Artinya Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika

penjualan bibit cangkok melinjo selama satu masa produksi Rp 38.857,00.

f) R/C Ratio = psϜoÎ @7 7) soo ĠaȖoϜ o o

= Ě Ö.** . ,

Ě . ,

= 2,84 (R/C Ratio > 1 = untung)

Artinya dari setiap modal R 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp 2,84,00. Jadi semakin tinggi R/C Ratio maka semakin tinggi pula penerimaan yang siperoleh. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai revenue cost (R/C Ratio) lebih dari 1. g) B/C Ratio = 7p Ȗp o

ĠaȖoϜ o o

= Ě K . ,

(27)

commit to user = 1,84 (B/C Ratio >1 = untung)

Artinya dari setiap modal Rp 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh hasil Rp 1,84,00. Jadi semakin tinggi B/C Ratio maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai benefit cost (B/C Ratio) lebih dari 1

(28)

commit to user

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan dalam praktek kerja lapangan untuk perbanyakan tanaman melinjo dengan teknik cangkok adalah :

1. Perbanyakan tanaman melinjo gentong di Tejomantri dengan teknik cangkok akan dapat tumbuh akar 2 – 3 bulan setelah pencangkokan. 2. Cangkok dilakukan pada cabang yang memiliki diameter ± 3 cm. sebelum

cabang dicangkok, kulit cabang yang telah dikelupas dikerok terlebih dahulu sampai kambiumnya benar-benar hilang. Kemudian ditempeli media tanam berupa tanah gembur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.

3. Keberhasilannya hanya 90% dari 200 cangkokan.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diperoleh maka saran yang dapat disampaikan yaitu kebersihan dalam pelaksanaan cangkok melinjo hendaknya diperhatikan agar tingkat keberhasilan dalam perbanyakan ini besar.

Gambar

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri
Tabel 1. Biaya Tetap Produksi Cangkok Tanaman Melinjo  No  Keterangan  Kebutuhan  Umur
Tabel 2. Biaya Variabel Produksi Cangkok Tanaman Melinjo

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan asupan PUFA sebagai pengganti karbohidrat dalam diet menghasilkan penurunan kadar kolesterol LDL tetapi jika mengganti lemak jenuh dengan lemak tidak

informasi yang ditunjukkan dengan mengaitkan informasi yang diterima dari soal dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini ditunjukkan subjek dengan menyebutkan bahwa akan

Please note there is no common format written assessment for Mathematics (applicants will continue to sit STEP alongside A Levels) or Music, but Colleges will assess

Dalam penelitian ini mencakup pemaparan mengenai hal-hal berupa kebutuhan siswa dan guru terhadap bahan ajar menulis naskah drama melalui gambar seri pada siswa

Saran yang dapat diambil dari proses analisis sampai pada pembuatan tugas akhir ini adalah :.. Diharapkan menambah fungsi-fungsi yang mempermudah

request your assistance in filling out the attached academic-progress for each of our sponsored students which is under your supervision. Lestari (at

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan perusahaan jasa konstruksi dengan menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan guna mengetahui

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong