• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat

Dyah Worowirastri Ekowati

Universitas Muhammadiyah Malang

dyah_umm@yahoo.com

Abstrac

The problem of determining the beginning of the fall Qomariyah such as determining the date for the month of Shawwal, Ramadhan or other Qomariyah months, becomes a problematic interest in societal life, closely connected in the religious life of Moslems.

The determination may be done one by using Hisab Rukyat Ephemeris method. This method is a method that performs calculations using the data of the sun and moon data presented every hour (this data can be ascertained from books published each year by Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI (Directorate of Development of Islamic Religious Court Agency Ministry of Religious Affairs).

The purpose of writing this paper is to find out how to determine the start hisab of month Qomariyah based on Hisab Rukyat Ephemeris method. From the results of such determination, then it can be reviewed based on the astronomically formula presented mathematically. Based on the study results, we can know the basis of differences in early provisions Qomariyah reckoning that have often occurred.

Key words: Mathematically study, the fall Qomariyah, Ephemeris Hisab Rukyat.

1.PENDAHULUAN

Permasalahan penentuan awal bulan qomariyah seperti penentuan jatuhnya tanggal untuk bulan syawal, ramadhan atau bulan-bulan qomariyah yang lain, menjadi sebuah problematika menarik dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini erat kaitannya dalam kehidupan beragama umat islam. Secara langsung ataupun tidak, permasalahan tersebut dapat berpengaruh pada persatuan dan kesatuan umat agama islam.

Salah satu cara untuk menentukan jatuhnya tanggal awal bulan qomariyah dengan menggunakan Hisab. Penentuan jatuhnya tanggal dengan menggunakan hisab dilakukan dengan jalan menggunakan perhitungan secara astronomi, sehingga secara eksak dapat ditentukan letak bulan, dengan demikian diketahui pula awal bulan qomariyah tersebut. Dalam pelaksanaannya, hisab memiliki beberapa metode untuk menentukan awal bulan Qomariyah, antara lain adalah

(2)

metode Ephemeris Hisab Rukyat, metode Jean Meeus, metode mawaqit. Dari beberapa metode yang ada masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang dapat saling melengkapi untuk mengembangkan ilmu hisab ini. Mengingat beberapa metode perhitungan yang digunakan pada perhitungan penentuan awal bulan qomariyah maka penulis bermaksud menelaah secara matematis Metode Ephemeris Hisab Rukyat untuk menentukan Hisab Awal Bulan Qomariyah.

Beberapa manfaat hasil telaah matematis dapat memberikan manfaat antara lain :

a. dapat dijadikan referensi dalam mempelajari Agama Islam, khususnya dalam menentukan Hisab.

b. dapat memberikan pemahaman tentang cara menentukan hisab berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat.

c. dapat meminimalisir perbedaan-perbedaan ketentuan hisab.

d. dapat mengaplikasikan ilmu trigonometri pada bidang agama terutama dalam menentukan Hisab.

(3)

2. TINJAUAN LITERATUR DAN METODE 2.1. Fungsi-fungsi trigonometri

Pada trigonometri, perbandingan antara sebarang dua garis dari suatu segitiga siku-siku ditetapkan sebagai fungsi sudut-sudut di dalam segitiga itu. Umumnya yang sering digunakan yaitu sinus, kosinus, dan tangen yang penerapannya bisa untuk mencari panjang sisi yang tidak diketahui ataupun sudut-sudut yang tidak diketahui.

Perhatikan gambar di bawah ini, r adalah sisi miring dan segitiga APP1 atau yang disebut dengan hipotenusa, y adalah panjang sisi dihadapan , sedangkan x adalah panjang sisi yang berbatasan dengan : P r y P1 x A Gambar 2

Segitiga APP1 adalah siku-siku pada titik P1, AP1 adalah x, PP1adalah y dan AP

adalah r, maka dapat diketahui batasan-batasannya, adalah sebagai berikut: a) Sinus Sinus (sin ) = hipotenusa panjang dihadapan sisi panjang = r y b) Kosinus Kosinus (cos ) = hipotenusa panjang dengan berbatasan yang sisi panjang = r x c) Tangen Tangen (tan ) = dengan berbatasan yang sisi panjang dihadapan sisi panjang = x y d) Kotangen Kotangen (Cotg ) = dihadapan sisi panjang dengan berbatasan yang sisi panjang = y x e) Secan Secan (sec ) = dengan berbatasan yang sisi panjang hipotenusa panjang = x r

(4)

f) Kosecan Kosecan (Cosec ) = dihadapan sisi panjang hipotenusa panjang = y r

2.2 Gerak Peredaran Bumi

Menurut teori heliosentris bahwa matahari sebagai pusat perdaran benda-benda langit dalam tata surya ini, sehingga bumi selain berputar pada sumbunya (rotasi bumi), ia bersama-sama bulan mengililingi matahari (revolusi matahari). (khazin, 2004:130)

a. Rotasi bumi

Perputaran bumi pada porosnya dari arah barat ke timur yang berkecepatan rata-rata 108.000 km perjam disebut dengan rotasi bumi. Satu kali putaran penuh selama sekitar 24 jam, sehingga gerak ini dinamakan “Gerak harian“. Akibat dari adanya rotasi bumi, antara lain perbedaan waktu dan pergantian siang – malam di muka bumi.

Perbedaan waktu tersebut adalah sebesar 1 jam untuk setiap perbedaan 150 bujur, atau 4 menit setiap 10 bujur. Perhitungan ini diperoleh dari waktu yang diperlukan untuk 1 kali putaran penuh (3600) selama 24 jam.

Dari dapat disimpulkan :

3600 = 24 jam 150 = 1 jam

10 = 4 menit waktu 15 menit busur = 1 menit waktu 1 menit busur = 4 detikwaktu

(10 bujur pada khatulistiwa sekitar 110 km, semakin jauh dari khatulistiwa, semakin pendek).(Shadiq, 1994:37)

b. Revolusi bumi

Adalah peredaran bumi mengelilingi matahari dari arah barat ke timur dengan kecepatatan sekitar 30 km/detik. Satu kali putaran penuh (3600) memerlukan waktu 365,2425 hari, sehingga gerak bumi ini disebut „Gerak tahunan“. Jangka waktu revolusi bumi dijadikan dasar dalam perhitungan tahun Syamsiyah. Satu tahun Syamsiyah dihitung berumur 365 hari pada tahun biasa (Basithah atau Common Year) daan 366 hari pada tahun panjang (Kabisah atau Leaf Year).

(5)

2.3 Gerak Peredaran Bulan

Bulan sebagai satelit tunggal bumi memiliki diameter 3.480 km. Bulan beredar mengelilingi bumi pada jarak rata-rata 384.421 km. Sebagaimana bumi, bulan pun mempunyai dua gerak yang penting, yaitu rotasi bulan dan revolusi bulan.

2.3.1.Revolusi Bulan

Revolusi bulan adalah peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur. Satu kali penuh revolusi bulan memerlukan waktu rat-rat 27 hari 7 jam 43 menit 12 detik. Periode waktu ini disebut satu bulan sideris atau Syahr Nujumi, yaitu ukuran konjungsi bulan dengan bintang tertentu.

Revolusi bulan ini dijadikan dasar perhitungan bulan qomariyah, tetapi waktu yang dipergunakannya bukan waktu syderis, melainkan waktu yang Sinodis atau syahr Iqtironi, yaitu geraakan bulan dari saat konjungsi dengan matahari sampai saat konjungsi lagi dengan matahari, yang lama rata-ratanya adalah 29 haari 12 jam 44 menit 2,8 detik.

2.4 Gerak Peredaran Matahari

Perjalanan harian matahari yang terbit dari timur dan terbenam di barat itu bukanlah gerak matahari yang sebenarnya, melainkan hal demikian itu disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya (rotasi) selama sehari semalam, sehingga perjalanan matahari yang seperti itu disebut perjalanan semu matahari.

Perhitungan peredaran matahari yaitu saat kulminasi atas atau tengah hari sedangkan perhitungan jam dihitung dari tengah malam atau saat matahari berkulminasi bawah, maka jam waktu matahari ditambah dengan 12 jam, yaitu waktu sejak matahari berkulminasi bawah atau saat tengah malam sampai saat kulminasi atasnya atau tengah hari =

15 1800

. waktu matahari yang dihitung demikian adalah waktu matahari rata-rata.

Jadi, jam (waktu matahari rata-rata) =

15 matahari waktu sudut + 12 jam 2.5 Konversi Tanggal

Konversi tanggal atau perbandingan tarikh atau dikenal pula dengan Tahwilus Sanah adalah cara untuk mengetahui persamaan tanggal dari suatu penanggalan dengan penanggalan

(6)

lainnya. Ketentuan bahwa penanggalan Masehi lebih dulu 227.016 hari daripada penanggalan Hijriyah.

a) Masehi ke Hijriyah

1. Tentukan tanggal Masehi yang dikehendaki.

2. Hitung jumlah hari dari tanggal 1 januari 1 Masehi sampai tanggal yang dikehendaki. 3. Jumlah hari dikurangi koreksi Gregorius (10 + ...)

4. Sisanya dikurangi lagi 227.016 hari

5. Hitung berapa daur, yakni hasil pengurangan tersebut : 10.631 6. Hitung berapa lebih hari (A) dari sejumlah daur yang ada.

7. Hitung berapa tahun dalam kelebihan hari tersebut dan masih lebih berapa hari (B) lagi. 8. Hitung berapa bulan dalam kelebihan hari (B) dan masih ada kelebihan berapa hari lagi.

b) Hijriyah ke Masehi

1. Tentukan tanggal Hijriyah yang dikehendaki.

2. Hitung jumlah hari dari tanggal 1 Muharram 1 Hijriyah sampai tanggal yang dikehendaki . 3. Jumlah hari ditambah 227.016 hari

4. Ditambah lagi koreksi Gregorius (10 + …)

5. Hitung berapa daur, yakni hasil pengurangan tersebut : 10.631 6. Hitung berapa lebih hari (A) dari sejumlah daur yang ada.

7. Hitung berapa tahun dalam kelebihan hari tersebut dan masih lebih berapa hari (B) lagi. 8. Hitung berapa bulan dalam kelebihan hari (B) dan masih sisa berapa hari lagi.

2.5 Satuan Ukur

Dalam praktek perhitungan Ilmu Falak, sering dilakukan konversi dari satuan ukur sudut (derajat) menjadi satuan ukur waktu (jam) atau sebaliknya. Konversi ini dilakukan dengan berpedoman pada tempuhan peredaran semu matahari, yang sekali putaraan (3600) memerlukan waktu 24 jam.

1. Konversi Derajat menjadi Jam

Mengkonversi dari derajat menjadi jam, bila menggunakan kalkulator cukuplah mudah, yaitu data derajat dibagi 15.

Contoh : 150 30’ 45“ : 15 = 01j 02m 03.00d atau 01:02:03.00

2. Konversi Jam menjadi derajat

Mengkonversi dari jam menjadi derajat, bila menggunakan kalkulator cukuplah mudah, yaitu data derajat dikalikan 15.

(7)

2.6 Metode Analisis

Metode yang akan digunakan dalam pembahasan ini adalah menggunakan studi kepustakaan, antara lain :

a. Bahan atau sumber kajian.

Pada pembahasan, penulis mendapatkan informasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan kajian literatur, yaitu dengan memanfaatkan beberapa literatur pada ilmu falak dan ilmu matematika yang berhubungan dengan data-data yang diperlukan. Dan juga mendapatkan data-data ephemeris hisab rukyat dari Departemen Agama atau Fakultas-Fakultas Agama Islam.

b. Telaah matematis

Dalam pembahasan ini penulis mempelajari materi atau bahan yang telah terkumpul, yaitu tentang rumusan astronomis penentuan hisab pada metode ephemeris hisab rukyat kemudian menuangkannya kembali dalam bentuk karya tulis.

c. Analisa data

Rumusan astronomis yang telah diperoleh dianalisis berdasarkan rumus-rumus matematisnya untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya sehingga dapat juga diketahui perbandingan hasilnya.

Penganalisisan hasil pembahasan dalam bidang matematika dilakukan dengan cara mengkomunikasikan atau mendiskusikan hasil pembahasan dengan para ahli di bidang matematika melalui diskusi langsung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan telaah matematis penulis mempelajari materi atau bahan yang telah terkumpul, yaitu tentang rumusan astronomis penentuan hisab pada metode ephemeris hisab rukyat kemudian melakukan perhitungan dengan mengambil salah satu contoh yaitu menentukan jatuhnya tanggal 1 syawal 1427 H. Selanjutnya penulis menuangkannya kembali dalam bentuk karya tulis.

Setelah mempelajari rumusan astronomis beserta contoh perhitungan penentuan jatuhnya tanggal 1 Syawal 1427 H, maka dilakukan analisa data. Rumusan astronomis yang telah diperoleh dianalisis berdasarkan rumus-rumus matematisnya untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya sehingga dapat juga diketahui perbandingan hasilnya. Penganalisisan hasil

(8)

pembahasan dalam bidang matematika dilakukan dengan cara mengkomunikasikan atau mendiskusikan hasil pembahasan dengan para ahli di bidang matematika melalui diskusi langsung.

Berikut contoh perhitungan penentuan jatuhnya tanggal 1 Syawal 1427 H dengan menggunakan Metode Ephemeris Hisab Rukyat :

Perhitungan untuk menentukan Awal Bulan Syawal 1427 H

1.Menentukan bulan dan tahun

Dihitung waktu ijtima’ dan posisi hilal menjelang bulan Syawal 1427 H 2. Menentukan lokasi

Perhitungan untuk lokasi pantai Parangtritis, Yogyakarta dengan posisi

Lintang Tempat ( )=-0,80 01’ 49.20” Bujur Tempat ( )=1100 17’ 30.60” Tinggi tempat= 5 meter diatas air laut 3.Konversi tanggal

Tanggal 29 Ramadhan 1427 H (2909 -1427 H)

Waktu yang dilalui = 1426 tahun, lebih 8 bulan, lebih 29 hari atau (1426 : 30) = 47 Daur, lebih 16 tahun, lebih 8 bulan, lebih 29 hari 47 Daur = 47 x 10.631 hari= 499.657 hari 16 tahun = = 5.670 hari 9 bulan = = 236 hari 1 hari = = 29 hari + Jumlah = 505.592 hari Selisih Masehi-Hijriyah = 227.016 hari Koreksi Gregorius = 10 + 3= 13 hari + 732.621 hari 505.592 : 7 = 72.227, lebih 3 hari = Minggu (mulai Jum’at)

505.594 : 5 = 101.118, lebih 2 hari = Pahing (Mulai Legi)

732.621 : 1461 = 500 siklus, lebih 2.121 hari

500 siklus = 500 x 4 tahun = 2000 tahun 2.121 hari = 2.121 : 365 = 5 tahun, lebih 296 hari

296 hari = 9 bulan, lebih 22 hari Waktu yang dilewati sampai tanggal tersebut menurut penanggalan Masehi adalah 2005 tahun (2000 + 5), lebih 9 bulan, lebih 22 hari

Jadi, tanggal 29 Ramadhan 1427 H = 22 oktober 2006 M (Minggu Pahing) 4.Menyiapkan data astronomis pada

tanggal 22 oktober 2006 (terlampir) 5.FIB (Fraction Illumination Bulan)

terkecil yang terjadi pada tanggal 22 oktober 2006 adalah 0.00063, yaitu pada jam 05 (GMT) 6. ELM jam 05 = 2080 39’ 31” ELM jam 06 =2080 42’ 00” Selisih (B1) = 000 02’ 29” 7. ALB jam 05= 2080 32’ 12” ALB jam 06 =2090 02’ 13” Selisih (B2) = 000 30’ 00,99” 8. ELM jam 05 =2080 39’ 31” ALB jam 05 =2080 32’ 12” MB = 000 07’ 18,99” 9.B2 = 000 30’ 00,99” B1 = 000 02’ 29,00” SB = 000 27’ 31,99”

(9)

-10. Titik Ijtima’ =MB : SB = 000 07’ 18,99” : 000 27’ 31,99”

= 00j 15m 56,64d 11. Waktu FIB terkecil= 05j 00m

00,00d Titik Ijtima’= 00j 15m 56,64d + Ijtima’ = 05j 15m 56,64d GMT Koreksi WIB= 07j 00m 00,00d + Ijtima’ = 12j 15m 56,64d WIB 12.Perkiraan matahari terbenam untuk pantai Parangtritis, Yogyakarta pada tanggal 22 oktober 2006

=-0,80 01’ 49.2” =1100 17’ 30.6” =-110 04’ 12,82” e =00j 15m 28,03d Dip =0.0293 x 5 = 000 03’ 55,86” h =-(00 16’ + 34’ 30” + Dip) = -000 54’ 25,86” cos t =-tan tan + sin h : cos : cos =-tan –0,80 01’ 49,2” x tan -110 09’ 31” + sin –00054’ 25,86” : cos –0,8001’49.2 : cos -110 09’ 31” = -0,0207057287 t =91011’ 11,07” 12 – e =11j 44m 31,97d t : 15 =06j 04m 44,73d 12 – e + t : 15 = 17j 49m 16,70d : 15 =07i 21m 10,03d matahari terbenam =10j 28m 06,67d GMT (Perkiraan)

13.Data dari Ephemeris pada jam 10j 28m 06,67d (GMT) i)Deklinasi Matahari ( o) o jam 10 = -110 04’ 13,00” -110 04’ 13.00” o jam 11 =-110 05’ 06,00” 000 00’ 53,00” 000 28’ 06,67” 000 00’ 24,83” 000 00’ 24,83” o jam 10 : 28: 06,67 = -110 04’ 37,83”

ii) Semi Diameter Matahari (SDo) SDo jam 10 = 00016 ’ 04,23” 00016 ’ 04,23” SDo jam 11 =00 016’ 04,25” -000 00’ 02,00” 000 28’ 06,67” -000 00’ 0,93” -000 00’ 00,93” SDo jam 10 : 28: 06,67= 00016’ 05,16”

iii) Equation of Time (e) e jam 10 = 00015’ 32,00” 00015’ 32,00” e jam 11 = 00015’ 32,00” 00000’ 00,00” 000 28’ 06,67” 000 00’ 00,00” 000 00’ 00,00” e jam 10 : 28: 06,67 = 00015’ 32,00” 14. ho = -(SDo + 00o34’30’’ + Dip)

=-(00o16’ 05,16” + 00o34’30” + 000 03’ 55,86”) + -x x x x -x x

(10)

Ho = -00o 54’ 31,02”

15. cos to = -tan tan o + sin ho : cos : cos o

= -tan –0,8o 01’ 49,2” x tan –11o 04’37,83” + sin –00o 53’ 31,02” : cos –0,8o 01’ 49.2” : cos –11o04’37,83”

= -0,020734104 To = 91o 11’ 17,02” 16. Ghurub = 12 – e + (eo : 15) – ( : 15) 12 – e = 11j 44m 28.00d to : 15 = 06j 04m 45,13d 12 – e + to : 15 = 17j 49m 13,13d : 15 = 07j 21m 10,03d Ghurub =10j 28m 03,10d GMT (sebenarnya) Koleksi WIB = 07j 00m 00.00d =17j 28m 03,10d WIB 17)ARo jam 10 =206o 49’ 23.00”

206o 49’ 23,00”

ARo jam 11 =206o 51’ 46.00” -00o 02’ 23.00”

00o 28’ 06,67” -00o 01’ 06,99” -00o 01’ 06,99”

ARo jam 10 : 28: 06,67 = 206o 50’ 29,99”

18)ARc jam 10=207o48’ 18,00” 207o 48’ 18,00” ARc jam 11= 208o16’ 35,00” -00o 28’ 17,00” 00o 28’ 06,67” -00o13’ 15,07” ARc jam 10 : 28: 06,67= 207o61’30,40”=208o01’33,07” 19) c jam 10 = -14o 42’ 03,00” c jam 11 =-14o 54’ 41,00” 00o12’ 38,00” 00o 28’ 06,67” 00o 05’ 55,13” 00o 05’ 55,13” o jam 10 : 28: 06,67 = -14o 47’ 58,13” 20) SDc jam 10 = 00o14’ 49,88” SDc jam 11 = 00o14’ 50.06” -00o 00’ 00.18” 00o 28’ 06,67” -00o 00’ 00,08” SDc jam 10 : 28: 06,67= 00o14’ 49,96” 21)HPc jam 10 = 00o 54’ 26,00” HPc jam 11= 00o 54’ 26,00” 00o 00’ 00,00” 00o28’ 06,67” 00o00’ 00.00” 00o00’ 00.00” HPc jam 10 : 28: 06,67= 00o 54’ 26,00” 22) tc = ARo - ARc + to = 206o 50’ 29,99” - 208o 01’33,07” + 91o11’ 17,02” tc = 90o 00’ 13,94”23)sin hc = sin sin c + cos cos c cos tc

= sin –0,8o 01’ 49,2” x sin -14o 47’ 58,13” + cos –0,8o 01’49,2” x cos -14o 47’ 58,13” x cos 90o 00’ 13,94” = 0,005896901 Hc = 00o 20’ 16,33” -+ + -+ + -x x -x x -x x -x x -x x

(11)

24) Pc = cos hc HPc

= cos 00o 20’ 16,33” x 00o 54’ 26,00” Pc = 00o 54’ 25,94” 25) ho = hc – Pc + SDc hc = 00o 20’ 16,33” Pc = 00o 54’ 25,94” -00o 34’ 09,61” SDc = 00o 14’ 49,96” ho = -00o 19’ 19,65”

26) Refr = 0,0167 : tan (ho + 7,31 : (ho + 4,4)) = 0,0167 : tan (-00o 19’ 19,65”+ 7,31 : (-00o 19’ 19,65”+ 4,4)) = 0,0167 : 0,029917004 Refr = 00o 33’ 29,55” 27) Hc’ = ho + Refr + Dip ho = -00o 19’ 19,65” Refr = 00o 33’ 29,55” Dip = 000 03’ 55,86” Hc’ = 00o 18’ 05,76”

28) sin NFc = (sin sin c) : (cos cos c)

sin –0,8o 01’ 49,2” x sin -14o47’ 58,13” : cos –0,8o 01’ 49,2” x cos -14o47’ 58,13” = 0,006168436

NFc = 00o21’ 12.33” 29) PNF = cos NFc HPc

= cos 00o 21’ 12,33”x 00o 54’ 26,00” PNF = 00o 54’ 25,93”

30) SBSH = 90 + NFc

= 90 + 00o 21’ 12,33” SBSH = 90o 21’ 12,33”

31) SBSc= 900 + NFc – PNF + (SDc + 0.575 + Dip) = 90o + 00o 21’ 12,33” - 00o 54’ 25,93”+ (00o 14’ 49,96” + 0,575 + 000 03’ 55,86”) SBSc=90o 18’ 14,46” 32) Lmc= (SBSc - tc) : 15 = (90o 18’ 14,46”- 90o 00’ 13,94”) : 15 Lmc = 00j 01m 12,03d 33) Terbc= Ghurub + Lmc =17j 28m 03,10d + 00j 01m 12,03d Terbc= 17j 29m 15,13d

34) tan Ao = -sin : tan to + cos tan o : sin to

= -sin –0,8o 01’ 49,2”: tan 91o 11’ 17,02” + cos –0,8o 01’49,2”x tan -11o 04’ 37,83”: sin 91o 11’ 17,02”

= -0,196251337 Ao = -11o 06’11,74”

35. tan Ac= -sin : tan tc + cos tan c : sin tc

= -sin –0,80 01’ 49,2”: tan 90o

00’13,94”+ cos –0,80 01’ 49.2” x tan -14o 47’ 58,13” : sin 90o 00’13,94”

= - 0,264131295 Ac = -140 47’ 44,55” (hilal di selatan matahari) 36. Ph c= A c – A0 = -140 47’ 44,55” – -11o 06’ 11,74” PHc = -030 41’ 32,80”

37. tan AT c = -sin : tan SBS c + cos tan c : sin SBS c

= -sin –0,80 01’ 49,2” : tan 90o 18’ 14,46”+ cos –0,80 01’ 49,2” x tan -14o 47’ 58,13”: sin 90o 18’ 14,46” AT c = -140 47’ 21,08” 38. FI c jam 10 = 0,00108 FI c jam 11 = 0,00127 - -0,00019 000 28’ 06,67” x -0,000089018 -0,000089018 - FI c jam 10 : 28: 06,67=0,001169018bag 39. NH = ( [PH2 + H c’2]) : 15 = ( [-030 41’ 32,80”2 + 00o18’05,76”2] ) : 15= ( [13,63414598 + 0,09096256] ) : 15= ( 130 58’ 01,10”) : 15 = 030 44’ 14,06” : 15 H = 0.246982757 Jari 40. tan MRG = [PH : hc’] = [-030 41’ 32,80”: 00o18’ 05,76”] MRG = -850 19’ 49,54” (hilal terlentang) -- + + + +

(12)

P P B

B S S

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ijtima’ menjelang bulan Syawal 1427 H. terjadi pada hari Minggu Pahing tanggal 22 oktober 2006 M. jam 05:15:56,64 GMT atau jam 12:15:56,64 WIB

Untuk lokasi Parangtritis, Yogyakarta: Matahari terbenam = 17j 28m 06,67d WIB

Arah matahari = -11o 06’ 11,74” (selatan titik barat)

Tinggi hilal = 00o 18’ 05,76” (diatas ufuk mar’i)

Arah hilal = 140 47’ 44,55” (selatan titik barat)

Posisi hilal = 030 41’ 32,80” (selatan matahari)

Keadaan hilal = Terlentang

Lama hilal = 00j 01m 12,03d Terbenam hilal = 17j 29m 15,13d WIB Arah terb. Hilal = 140 47’ 21,08” (Selatan titik barat)

Illuminasi hilal = 0.001169018 (bagian)

Nurul hilal = 0.246982757 (jari) Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat, pada tanggal 22 oktober 2006 tinggi hilalnya = 000 18’ 05,76” artinya secara matematis hilal sudah wujud karena tinggi hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam > 00. Apabila hilal sudah wujud pada tanggal 22 oktober 2006 maka 1 syawal 1427 H jatuh pada tanggal 23 oktober 2006.

Gambar Hasil Perhitungan Penentuan Awal Bulan Qomariyah pada Metode Ephemeris Hisab Rukyat

(13)

Hasil Telaah Matematis Penentuan Awal Bulan Qomariyah pada Metode Ephemeris Hisab Rukyat dan Jean Meeus

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan jatuhnya tanggal 1 syawal 1427 H dengan menggunakan metode ephemeris hisab rukyat, diketahui bahwa pada tanggal 22 oktober 2006 tinggi hilal = 000 18’ 05,76” artinya secara matematis hilal sudah wujud karena tinggi hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam > 00. Apabila hilal sudah wujud pada tanggal 22 oktober 2006 maka 1 syawal 1427 H jatuh pada hari Senin, tanggal 23 oktober 2006.

Kriteria DEPAG RI mengatakan bahwa pergantian bulan qomariyah itu manakala pada saat terbenam matahari posisi hilal yang sudah sedemikian rupa yang menurut perjalanan hilal dapat tampak dilihat (imkanurrukyat) menurut kriteria Depag RI > 20 dari ufuk Mar’i (Khazin:2004) atau dapat dikatakan tinggi hilal > 20. Jadi, menurut perhitungan di atas dengan menggunakan metode ephemeris hisab rukyat tinggi hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenamnya < 20 maka jatuhnya tanggal 1 syawal 1427 H jatuh pada tanggal 24 oktober 2006.

Jatuhnya tanggal pada penentuan awal bulan qomariyah dapat dianalogkan dengan penentuan waktu untuk penanggalan Masehi. Telah kita ketahui bahwa perjalanan putaran waktu dimulai sejak matahari berkulminasi bawah atau sesaat setelah tengah malam (khazin:2004) tepatnya pukul 24:00 WIB. Sehingga dapat dikatakan bahwa pukul 24:00 sebagai patokan putaran waktu. Jadi, pukul berapapun sebelum pukul 24:00 merupakan tanggal 22 oktober 2006 maka pada pukul 24:00 lebih berapapun merupakan tanggal berikutnya yaitu tanggal 23 oktober 2006. Jika dianalog dengan penentuan hisab, apabila tinggi hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam > 00 maka keesokan harinya merupakan tanggal 1 bulan berikutnya dan apabila tinggi hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam < 00 maka keesokan harinya merupakan hari ke-30 bulan yang sedang berlangsung.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Almanak Hisab Rukyat. (1981). Jakarta. Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama

Ibrahim, KH. Salamun. (2000). Ilmu Falak (Cara mengetahui awal bulan, awal tahun, musim, kiblat, dan perbedaan waktu). Surabaya. Pustaka Progresif.

Khazin, Muhyidin. (2004). Ilmu falak Teori dan Praktek. Yogyakarta. Buana Pustaka.

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (1992). Semarang. PT. Tanjung mas Inti.

Manan, H.M. Hasyim, dkk.. (1995). Menuju Kesatuan Hari Raya. Surabaya. PT Bina Ilmu. Shadiq, KM, Sriyatin. (1994). Ilmu Falak I. Surabaya. Fakultas Syari’ah Universitas

Muhammadiyah Surabaya.

Setyowati, Fajar. (2005). Aplikasi Trigonometri pada Penentuan Waktu Sholat. Malang. Tugas Akhir.

Gambar

Gambar  Hasil  Perhitungan  Penentuan  Awal  Bulan  Qomariyah  pada  Metode  Ephemeris  Hisab Rukyat

Referensi

Dokumen terkait

Graf tidak berarah yang direpresentasikan dalam matriks bertetanggaan akan memiliki elemen a.i.j=a.j.i sebagai contoh pada gambar di atas simpul B dengan E

Di masa-masa mendatang, program pe- muliaan untuk menghasilkan varietas unggul kedelai perlu mempertimbangkan keragaman genetik plasma nutfah dari tetua yang akan digunakan

Banyak tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Batam dalam hal pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Batam, yaitu:

Bab VIII ketentuan Pidana pasal 44 di tetapkan bahwa: 1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan, fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam

STEL batas paparan jangka pendek: 2) batas paparan jangka pendek: nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi dan yang terkait dengan jangka 15-menit (kecuali

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep ( Concept Attainment ) Dalam Pembelajaran Virtual Terhadap Hasil Dan

Kebutuhan pelanggan akan layanan multimedia broadband dengan kecepatan akses yang lebih cepat terus meningkat, bukan tidak mungkin layanan 3G yang ada saat ini sudah tidak

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti himpun terkait kejujuran dan tanggung jawab yang dimiliki para pengusaha muda pemula selaku penerima dana bantuan program WMP