Perbedaan penentuan awal bulan Qomariyah khususnya bulan Syawala merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan cara pandang Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Qomariyah, khususnya bulan Syawal.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam ajaran Islam sendiri telah memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengetahui adanya perhitungan waktu dan penetapannya. Selain Al-Qur'an, ada juga hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan cara menghitung waktu dan menentukannya di awal dan akhir puasa Ramadhan, yang berbunyi:
ع او
نا
ثلا
هاُ
بلا
و ىر
- Permasalahan
- Rumusan Masalah
- Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
- Awal Bulan Qomariyah 1. Pengertian
- Dasar Hukum
Bagaimana perspektif Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan, khususnya Syawal, sehingga menghasilkan ijtihad yang berbeda? Penetapan awal bulan (bulan baru) ditandai dengan munculnya (visibilitas) bulan sabit pertama (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtima).
للها
لو
لا
نلا
للها ى
ىرا
سا
هلا
للا
خا
للها ى
ما
واْ
وا
او
دلَّ
را
Maksudnya: Dari Ibn Umar r.a yang berkata: Apabila aku melihat anak bulan, aku memberitahu Rasulullah bahawa aku juga pernah melihat anak bulan.
ر ْه َّ ِِشلا َ لاه
ف ِثلا ى
لاِ
رِل اُ رؤْ
ف َقا
ثاِ
Teknik dan Cara Menentukan Awal Bulan Qomariyah
Penganut akaun ini memulakan hari dari matahari terbenam, dan akaun ini tidak mengambil kira sama ada bulan pada waktu matahari terbenam berada di atas ufuk atau di bawah ufuk. 20. Menurut cretaria ini, jika ijtima' berlaku sebelum subuh bagi sesebuah negara, maka fajar adalah permulaan bulan baru dan apabila berlaku ijtima'.
Awal Bulan dalam Prespektif Nahdlatul Ulama 1. Pengertian
Hal ini dengan argumentasi bahwa hithab hadis perhitungan rukyah ditujukan untuk seluruh umat Islam di dunia, tidak dibedakan oleh perbedaan geografis dan batas wilayah. Masing-masing ormas tersebut memiliki landasan hukumnya sendiri-sendiri, sebagaimana yang telah dipelajari oleh setiap ormas Islam. Dengan pergantian tanggal pada bulan-bulan Qomariyah, maka dirasakan adanya perubahan fenomena alam, yaitu bulan ke-1 dapat terlihat hilal pertama (first invisible sabit).
Pada tanggal-tanggal berikutnya hingga tanggal 15, cahaya bulan semakin membesar hingga berbentuk lingkaran penuh (badar = .purnama). Begitu seterusnya dari tanggal 16 sampai tanggal 29 atau 30, cahaya bulan akan berkurang dan akhirnya cahaya bulan akan hilang sama sekali (muhak atau bulan mati).
ف َقاْ
ث َلا
حلا
طا
دا
دو
دلا
Maka jika kami tidak melihatnya sedang ada dua orang saksi yang soleh yang bersaksi, maka kami beribadat (dengan cepat) kerana persaksiannya (H.R. Abu Dawud dan Ad-Daruquthni, katanya isnad itu muttasil dan sahih)32. 2) Pendapat ulama.
علا
ملا
صلا
باِ
لاَ
نلأ
شلا
مأ ى
ث َباِ
غلا
ةآٍ
ها
إاِ
ابَ
ام
Berdasarkan landasan hukum di atas, baik dari Al-Qur'an, hadits Nabi maupun pendapat ulama Nahdlatul Ulama, dikemukakan bahwa untuk menentukan awal bulan Qomariyah harus melalui rukyatul hilal. sebagaimana yang diajarkan Nabi SAW dan para sahabatnya. Nahdlatul Ulama menolak penentuan awal bulan dengan hisab karena Nabi SAW dan para sahabat tidak berpedoman pada hisab saat menentukan awal bulan Qomariyah. Rukyat adalah kegiatan melihat hilal bil fi'li, yaitu melihat hilal dengan mata, baik tanpa alat maupun dengan alat.
باَ
عا
يؤ
رلا
ب ِلاْ
ثوْ
با
حا
إ ِلاَّ
قلا
ملا ى
يا
هلا ا
يلا
تلا
سا ِعِ
Teknik dan cara menentukan awal bulan Qomariyah
Bagi kelompok masyarakat yang tidak dapat melakukan ritual bersama Kementerian Agama, wajib memberitahukan kepada Kementerian Agama agar pelaksanaan ritual dapat dipantau oleh Kementerian Agama. Jika ada yang berhasil melihat hilal, maka sebelum melaporkannya ke Kementerian Agama pusat, penyidik yang bersangkutan harus disumpah oleh hakim agama yang telah disiapkan untuk itu. Kalaupun penampakan gagal melihat hilal, laporan tetap ditunggu karena laporan penampakan akan digunakan sebagai salah satu bahan rapat Itsbat untuk menentukan awal bulan.
Masalah penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah termasuk masalah dzanny fiqh atau fiqh ijtihadi infiradi, yang dapat dilakukan oleh setiap individu muslim. Karena itu, persoalan penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah (di Indonesia) dinilai perlu untuk diintervensi u1i1 amr (pemerintah). perselisihan) dapat terwujud. 49. Rapat Itsbat adalah rapat musyawarah terbuka yang diadakan untuk mencapai kesepakatan tentang penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Intinya Nahdlatul Ulama bekerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam menentukan awal bulan Qomariyah dengan menggunakan Hisab Tahkiki dan Rukyah yang akurat, yang harus ditetapkan dalam rapat isbat.
Awal Bulan Qomariyah Prespektif Muhammadiyah 1. Pengertian
Dengan demikian secara implisit ayat di atas merupakan dalil tentang kebolehan berhitung digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Lenyapnya malam digantikan dengan datangnya siang dengan cahaya terang, tujuannya agar manusia dapat mencari rahmat Allah, dapat mengetahui bilangan tahun (ada tahun panjang dan tahun pendek yang ketentuannya perhitungan ilmu perhitungan) dan sekaligus mengetahui ilmu perhitungan. Semuanya telah dirinci oleh Allah, termasuk data aritmatika yang memperhitungkan pergerakan matahari, bulan, bintang, dan rotasi bumi.
Dengan munculnya matahari dan bulan, manusia mengetahui jumlah tahun sekaligus mengetahui ilmu perhitungan. Maka sangat jelas bagaimana Allah telah memberikan pembenaran tentang kedudukan ilmu aritmatika/astronomi dalam kehidupan manusia. Ayat di atas mengingatkan kita bahwa ilmu aritmatika/astronomi yang didasarkan pada perhitungan benda langit dan bumi serta pergantian siang dan malam tidak dapat dipahami oleh semua orang.
Jika ilmu Akuntansi/Astronomi tidak diketahui, maka ketika melaksanakan ibadah yang hanya berpedoman rukah, orang akan mengalami banyak kesulitan, antara lain.
ولا
Dalam hal ini berlaku hukum fiqh yang menyatakan hukumnya sah jika tidak ada dalil yang melarangnya. Berdasarkan kaedah undang-undang lain, penggunaan perakaunan adalah wajib, terutamanya jika penyimpanan tidak lagi boleh dilakukan. Ini berdasarkan kaedah “Sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib (ا مَ.
جا
لاَّ
ول
- Jenis dan Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Prespektif Nahdlatul Ulama
Jenis penelitian penentuan awal bulan Qomariyah dari perspektif Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Metro adalah penelitian lapangan (Field Research) yang bertujuan untuk mengkaji secara intensif latar belakang dengan situasi terkini dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu unit sosial. untuk belajar. 69 Agar penelitian ini mendapatkan data yang akurat. Kajian ini bermaksud menyajikan data dari hasil penelitian di lapangan yaitu terkait dengan penetapan awal bulan Qomariyah dari perspektif Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di kota Metro khususnya mengenai awal mula. Nahdlatul Ulama diwakili oleh Ust Abdurrahman (Ketua Lajnah Bahsul Masail Kota Metro) dan KH Dimyati (Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Kota Metro) sedangkan Muhammadiyah diwakili oleh Ust Ali Murtadlo (Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Kota Metro) dan Ust. Ahmad Sujino (ketua Ma' punya Ali Muhammadiyah Kota Metro).
Studi kepustakaan adalah mengkaji kitab-kitab, kepustakaan dan keputusan-keputusan kongres Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dari segi penentuan hukum dan tata cara dalam menentukan awal bulan Qomarije khususnya bulan Syawal terdapat perbedaan antara Nahdlatul Ulama dan Muhamedije, sebagaimana yang telah penulis telaah dalam penelitian tentang pengurusan Lajnah Bahsul Masa. . 'il Nahdlatul Ulama Kota Metro dan kepengurusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Kota Metro, bedanya. Nehdletul Ulama menggunakan rukjetul hilal dalam menentukan awal bulan Qomarije, jika hilal tidak bisa rukja, maka menggunakan cara istikmal, yaitu menyelesaikan bilangan bulan sebelumnya dalam 30 hari.”76.
Namun, Nahdlatul Ulama tidak memungkiri hisab, hisab masih hanya digunakan sebagai alat bantu untuk menyukseskan rukyah.
ها ُ
Tata cara Rukyatul hilal bil fi'il sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW sebelumnya menggambarkan bahwa umatnya diperintahkan untuk mengikuti caranya dalam menentukan awal Syawal. Menurut K.H. Dimyati Jika hilal (dirukyah) terlihat saat matahari terbenam, malam itu dan keesokan harinya adalah hilal pertama, tetapi jika hilal tidak terlihat (tidak bisa rukyah), maka malam itu dan keesokan harinya adalah tanggal 30. bulan baru, dengan kata lain bulan ini disucikan (Istikmal) selama 30 hari. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah atau wilayah, artinya jika satu wilayah di Indonesia saja yang mengalami hilal, maka penetapan awal Syawala berdasarkan adanya saksi rukiah di wilayah tersebut akan berlaku untuk seluruh wilayah di seluruh Indonesia79.
Pelaksanaan hasil ruqah syahadat di suatu daerah atau daerah adalah, apabila syahadat ruqah tersebut dapat diterima dan dinyatakan benar oleh pengurus Nahdlatul Ulama, maka akhir Ramadhan dapat diumumkan ke seluruh daerah.
م َظ ْعَلأا
Prespektif Muhammadiyah
Berdasarkan keputusan Tarxih XXVI tahun 2003, hisab mempunyai kedudukan yang sama dengan ruqiyya, oleh itu penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Qomarije adalah sah dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah saw. Pengiraan yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah pengiraan sebenar, iaitu pengiraan pada awal bulan berdasarkan pergerakan bulan dan matahari yang sebenarnya, sehingga hasilnya cukup tepat. Keadaan Ummi itu bermakna mereka masih belum menguasai membaca, menulis dan mengira (astronomi), maka tidak mungkin untuk menentukan awal bulan dengan mengira seperti yang ditunjukkan oleh al-Quran.
Dengan ilmu aritmatika, manusia sudah bisa menghitung kapan akan terjadi gerhana matahari, kapan komet akan datang ke langit bumi yang hanya datang beberapa tahun sekali, apalagi menghitung awal bulan yang terjadi setiap bulan. , tentu saja, aritmatika dapat menghitungnya. Sedangkan cara atau cara dilakukan atas dasar ijtima dan Hisabit Vujhudul Hilal, yaitu menurut kriteria ini, bulan Qomariyah baru dimulai jika pada tanggal 29 bulan Qomariyah yang menuju matahari terbenam, tiga syarat kumulatif terpenuhi, masing-masing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah memahami bahwa kedudukan perhitungan sama dengan rukah dalam menentukan awal bulan Qomariyyah.
Setelah memperhatikan uraian pada halaman di atas, penulis disini akan menantang analisis perbedaan yang terjadi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Qomariyah, khususnya bulan Syawal.
هيلاا ءايبنلاا هروس
وص
ملِ
سنوي
ةيلأا
Saran
Kepada pemerintah untuk dapat secara objektif menanggapi masalah ini, tidak hanya menerima satu organisasi masyarakat sipil, tetapi dapat menerima semua organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Agar masyarakat merespon positif masalah ini yaitu sebagai motivasi dalam menuntut ilmu khususnya astronomi. Jangan sampai masyarakat bereaksi negatif terhadap masalah ini sehingga terjadi perpecahan di tubuh umat Islam.
Asmuni Abdurrahman, Papers of the National Conference Tarjih XXV Tarjih Council and Islamic Thought Development Muhammadiyah Central Leadership, Jakarta, 2000. Hermawan Warkito, Introduction to Research Methodology, Jakarta, Gramedia, 1992, Al-Imam Abu Daud Sulaiman Bin Al-Asy'ats , Sunan Abu Daud, Darul Fikr Beirut, om Ketrin Agustina, Hisab og Rukyah, http://wilkipedia.org.com, (12. september 2011) Lajnah Falakiyah Executive Board of Nahdlatul Ulama, Guidelines for Rukyah and Hisab. Majlis Tarjih og Tajdid Muhammadiyah Central Leadership 1430 H / 2009 M, Muhammadiyah Hisab Guidelines, Tarjih og Tajdid Council of PP Muhammadiyah Yoyakarta 2009.
Ruskanda Farid, 100 Masalah Aritmatika dan Rukyah, Gema Manusia, Jakarta, 1996 Sahal Mahfudh, Ahkamul Fuqaha Solusi Masalah Real dalam Hukum Islam.