• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUK BIJI KOPI ARABIKA DENGAN BUBUK BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN KOPI INSTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERBANDINGAN BUBUK BIJI KOPI ARABIKA DENGAN BUBUK BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN KOPI INSTAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUK BIJI KOPI ARABIKA DENGAN BUBUK BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN KOPI

INSTAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana Teknik Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Rizki Septa Rismansyah 14.302.0082

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUK BIJI KOPI ARABIKA DENGAN BUBUK BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN KOPI

INSTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana Teknik Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Rizki Septa Rismansyah 14.302.0082

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUK BIJI KOPI ARABIKA DENGAN BUBUK BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN KOPI

INSTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana Teknik Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Rizki Septa Rismansyah 14.302.0082

Menyetujui, Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Bandung

(4)

i ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) dan Waktu penyangraian terhadap karakteristik minuman kopi instan, untuk menghasilkan minuman berbahan baku pangan lokal sehingga dapat meningkatkan nilai tambah terhadap biji nangka dan biji kopi lokal serta mendukung program diverifikasi produk olahan pangan.

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial 3x4 dalam rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor A (Perbandingan Bubuk Biji Kopi Arabika dengan Bubuk Biji Nangka) yang terdiri dari 3 taraf yaitu a1 (1:2), a2 (1:1), a3 (2:1) dan faktor B (Waktu Penyangraian) yang terdiri dari 4 taraf yaitu b1 (11 menit), b2 (14 menit), b3 (17 menit), dan b4 (20 menit). Respon yang dilakukan dalam penelitian ini adalah respon kimia yang meliputi kadar kalsium dengan metode permanganometri, intensitas warna metode kolorimetri, kadar karbohidrat total (pati) dengan metode Luff Schoorl, serta kadar kafein, dan respon organoleptik (uji hedonik) terhadap warna, rasa, dan aroma.

Perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka berpengaruh terhadap respon aroma, rasa, kadar kalsium dan intensitas warna (kolorimetri). Waktu penyangraian berpengaruh terhadap respon warna, rasa, kadar kalsium dan intenitas warna (kolorimetri). Interkasi antara perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) dan waktu penyangraian berpengaruh terhadap respon rasa, warna, kadar kalsium dan intensitas warna (kolorimetri).

Kata kunci : Biji Kopi Arabika, Biji Nangka, Waktu Penyangraian, Minuman Kopi Instan

(5)

ii ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of the comparison powder Arabica coffee beans with seed powder jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lamk) and the time roasting on the characteristics drink instant coffee, to produce a beverage made from local foods so as to increase the added value of the jackfruit seeds and coffee beans locally and to support the verifiable program of processed food products.

This study used factorial experimental design 3x4 in a randomized block design (RAK), which consists of 2 factors: factor A (Comparative of powder coffee beans arabica with powdered seeds jackfruit), which consists of 3 levels ie a1 (1: 2), a2 (1: 1), a3 (2: 1) and factor B (time roasting), which consists of 4 levels ie b1 (11 minutes), b2 (14 minutes), b3 (17 minutes), and b4 (20 minutes). Responses were performed in this study is a chemical response that includes calcium levels by methods permanganometry, color intensity colorimetric methods, levels of total carbohydrates (starch) with Luff Schoorl method, as well as the caffeine content, and the response organoleptic (test hedonic) of the color, flavor, and aroma.

Comparison powder arabica coffee beans with jackfruit seed powder affect the response of aroma, flavor, and color intensity calcium levels (colorimetric). Roasting time influence the response of color, taste, the levels of calcium and intenitas color (colorimetric). Interaction between powder ratio of arabica beans with jackfruit seed powder (Artocarpus heterophyllus Lamk.)and the roasting time effect on response flavor, color, calcium content and color intensity (colorimetric).

Keywords: Arabica Coffee Beans, Jackfruit Seeds, Roasting Time, Instant Coffee Drink

(6)

iii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran ... 4

1.6. Hipotesis Penelitian ... 8

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

(7)

1

I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat dan Kegunaan Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan, sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% untuk varietas kopi arabika dan 30% untuk varietas kopi robusta (Rahardjo, 2012).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, menyebutkan bahwa produksi kopi pada tahun 2010 sebesar 657.900 dan konsumsi kopi sebesar 190.000 ton, pada tahun 2011 produksi kopi sebesar 616.400 dan konsumsi kopi sebesar 210.000 ton, pada tahun 2012 produksi kopi sebesar 661. 800 dan konsumsi kopi sebesar 230.000 ton, pada tahun 2013 produksi kopi sebesar 645.300 dan konsumsi kopi sebesar 250.000 ton, pada tahun 2014 produksi kopi sebesar 654.000 dan kunsumsi kopi 260.000 ton.

Menurut Aak (1980) di dalam Hanifan (2017), terdapat beberapa jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni : Kopi Arabika, Kopi Robusta dan Kopi Liberika. Komposisi kimia kopi Arabika yaitu mineral 3,0% sampai 4,2%, kadar kafein 0,9% sampai 1,2%, kadar trigonelline 1,0% sampai 1,2%, kadar lemak 12,0% sampai 18,0%, kadar asam alifatis 1,5% sampai 2,0%, kadar asam amino sebesar 2,0%, kadar humic acid 16,0 % sampai 17,0 %, dan kadar total chlorogenit Acid sebesar

(8)

2

5,5% sampai 8,0%, sedangkan untuk jenis Robusta kadar mineral 4,0% sampai 4,5%, kadar kafein 1,6% sampai 2,4%, kadar trigonelline 0,6% sampai 0,75%, kadar lemak 9,0 % sampai 13,0 %, kadar asam alifatis 1,5 % sampai 1,2 %, kadar protein 13,0 % sampai 15,0 %, dan kadar total chlorogenic acid 7,0% sampai 10,0% (Clarke dan Macrae, 1987) di dalam Hanifan (2017).

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada

waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolis volatil lainnya.

Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu ligh roast suhu yang digunakan 193°C sampai 199°C, medium roast suhu yang digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213°C sampai

221°C. Ligh roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast menghilangkan

5-8% dan dark roast menghilangkan 8-14% kadar air (Varnam dan Sutherland, 1994) di dalam Gunawan (2011).

Berdasarkan pemanfaatan bahan baku lokal dalam rangka diversifikasi pangan dan kandungaan gizi yang terkandung pada kopi, maka pengolahan kopi menjadi berbagai variasi penyajian bentuk menarik ini bisa meningkatkan permintaan komoditi kopi dari para konsumen. Salah satunya adalah pengolahan biji kopi menjadi minuman kopi instan yang mempunyai nilai gizi dan aman untuk dikonsumsi.

Minuman kopi instan merupakan suatu produk yang disajikan dalam kemasan botol maupun kaleng. Minuman kopi instan merupakan salah satu cara termudah untuk menikmati kopi yang praktis dan higienis, yang terdiri dari

(9)

3

campuran kopi, krimer, gula, bubuk kakao, dan susu. Dalam penyajiannya kopi instan tidak meninggalkan ampas. Akan tetapi kopi instan tersebut perlu adanya pengembangan nutrisi dengan adanya penambahan bahan – bahan lain.

Salah satu bahan yang ditambahkan pada minuman kopi instan ini adalah bubuk biji nangka. Akan tetapi pemanfaatan biji nangka untuk di aplikasikan masih sangat rendah sehingga perlu dilakukan pemanfaatan lain guna menjadi produk yang dapat diterima masyarakat, yaitu salah satunya adalah sebagai bahan tambahan dalam pembuatan minuman kopi instan.

Biji nangka mengandung protein sebesar 4,2 %, lemak 0,1 %, serat kasar 2,74 %, abu 3,24 %, dan pati 56,21 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar karbohidrat 0,455 g/L berbentuk serbuk halus dan berwarna putih bertekstur halus dan aromanya agak menyengat. Biji nangka memiliki keunggulan yaitu dapat mengurangi resiko sembelit, mencegah pertumbuhan sel kanker, meregenerasi sel darah merah, meningkatkan kesehatan mata, melancarkan aliran darah, membuat otot lebih kuat, menguatkan tulang, terhindar dari radikal bebas, mencegah rambut mudah rapuh, dan meningkatkan vitalitas pria dan wanita (Iqbal Nusa dkk., 2014). 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka berpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan ?

2. Bagaimana waktu penyangraianberpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan ?

(10)

4

3. Bagaimana interaksi antara perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka dan waktu penyangraian berpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan biji dari buah nangka sebagai alternatif bahan baku pembuatan minuman kopi instan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka dan waktu penyangraian terhadap karakteristik minuman kopi instan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yang dicapai dari pembuatan minuman kopi instan dengan campuran bubuk biji nangka adalah meningkatkan nilai ekonomis dari buah nangka, sebagai diversifikasi produk pangan, untuk mengetahui kandungan zat yang ada di dalam biji nangka, dan mendapatkan kopi buatan dalam mengolah salah satu bagian dari buah nangka yang terbuang menjadi produk yang bisa dijual. 1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Akmal dan Imelda (2009), tanaman kopi dikenal dengan nama

Perpugenus Coffea termasuk kedalam famili Rubiaceae, berasal dari benua Afrika.

Saat ini terdapat sekitar 4.500 varietas kopi yang dapat dibagi kedalam empat kelompok besar yaitu Coffea Canephora, Coffea Arabica, Coffea Robusta, dan

Coffea Liberica.

Menurut Clarke dan Macrae (1987) di dalam Hanifan (2017), komposisi kimia kopi Arabika yaitu mineral 3,0 % sampai 4,2 %, kadar kafein 0,9 % sampai

(11)

5

1,2 %, kadar trigonelline 1,0 % sampai 1,2 %, kadar lemak 12,0 % sampai 18,0 %, kadar asam alifatis 1,5 % sampai 2,0 %, kadar asam amino sebesar 2,0 %, kadar

humic acid 16,0 % sampai 17,0 %, dan kadar total chlorogenic Acid sebesar 5,5 %

sampai 8,0 %. Sedangkan untuk jenis Robusta kadar mineral 4,0% sampai 4,5 %, kadar kafein 1,6 % sampai 2,4 %, kadar trigonelline 0,6 % sampai 0,75 %, kadar lemak 9,0 % sampai 13,0 %, kadar asam alifatis 1,5 % sampai 1,2 %, kadar protein 13,0 % sampai 15,0 %, dan kadar total chlorogenic acid 7,0% sampai 10,0 %.

Menurut Siswoputranto (1993) di dalam Hanifan (2017), pada dasarnya minuman kopi diperoleh melalui ekstrak zat-zat padat yang terbentuk dari sel-sel biji kopi sewaktu kopi disangrai. Ekstraksinya dengan menggunakan air panas. Cara ini memerlukan alat penyeduh air panas dan waktu yang lama, hal yang oleh sebagian orang dipandang tidak praktis.

Varnam dan Sutherland (1994) di dalam Hanifan (2017), roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolis volatil lainnya. Berdasarkan suhu

penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu ligh

roast suhu yang digunakan 193°C sampai 199°C, medium roast suhu yang

digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213°C sampai 221°C. Ligh

roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast menghilangkan 5-8% dan dark

roast menghilangkan 8-14% kadar air.

Menurut Nugroho dkk., (2009), penyangraian pada suhu berbeda dan waktu yang berbeda akan berpengaruh terhadap karakteristik dan kandungan senyawa

(12)

6

bebas bahan, seperti pada penelitian dimana penyangraian kopi dengan berbagai variasi suhu akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik pada biji kopi tersebut, yaitu penurunan kadar air yang lebih cepat, peningkatan kerapuhan dan mempercepat perubahan warna kegelapan. Penyangraian pada suhu 200°C selama 10 menit menghasilkan biji kopi yang tersangrai dengan baik. Tekstur biji kopi selama penyangraian cenderung lebih rapuh dilihat dari nilai tegangan patah.

Menurut penelitian Nugroho dkk., (2009), penyangraian dengan suhu 160°C

selama 12 menit tidak terjadi perubahan warna dan aroma, sehingga dinyatakan penyangraian belum tercapai sempurna.

Menurut Sembiring dkk., (2013), yang dilakukan dengan lama penyangraian 15 menit, dengan suhu 70°C, 80°C, 85°C, 90°C dan dengan menggunakan biji kopi kering jenis Arabika sebanyak 1 kg, hal ini sesuai dengan literatur Panggabean (2011), yang menyatakan suhu yang diperlukan dalam menyangrai kopi sekitar 60°C -250°C. Sementara itu, lama waktu menyangrai cukup

bervariasi tergantung dari sistem dan tipe mesin penyangraian dibutuhkan waktu sekitar 15-30 menit yang bertujuan untuk menjaga kualitas kopi dari segi warna kopi, dan yang paling penting dari segi rasa kopi yang diinginkan.

Menurut Yusdiali dkk., (2012), menunjukan pengaruh suhu dan lama waktu penyangraian terhadap penurunan kadar air biji kopi yang telah disangrai yakni pada suhu 160°C selama 20 menit kadar airnya yaitu 2,12%. Selama 40 menit yaitu 1,44%, selama 60 menit yaitu 0,93%. Sedangkan kadar air pada suhu 180°C selama 20 menit yaitu 1,88%, selama 40 menit yaitu 0,96%, selama 60 menit 0,83%, dan

(13)

7

kadar air pada suhu 200°C selama 20 menit 0,94%, selama 40 menit 0,78% selama 60 menit 0,57%.

Menurut Putri (2013), hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan suhu 160°C, 180°C dan 200°C dengan lama penyangraian 12 menit, 14 menit, dan 16 menit memperlihatkan nilai koefisien korelasi regrasi linear untuk masing-masing perlakuan.

Menurut Nusa dkk., (2014), potensi biji nangka yang besar belum dieksploitasi secara optimal. Masih rendahnya pemanfaatan biji nangka dalam bidang pangan hanya sebatas sekitar 10% disebabkan kurangnya minat masyarakat dalam pengolahan biji nangka. Pati biji nangka dapat dihidrolisis menjadi hidrolisa pati biji nangka dan diolah menjadi sirup glukosa. Biji nangka mempunyai beberapa keuntungan sebagai bahan baku dalam pembuatan susu bubuk biji nangka. Pengolahan biji nangka menjadi produk susu bubuk biji nangka antara lain kandungan patinya mencukupi sehingga dapat digunakan sebagai karbohidrat terlarut. Berdasarkan uji labolatorium, kandungan fosfor dan kalsium susu bubuk biji nangka lebih tinggi dari pada susu kedelai. Sementara lemaknya justru lebih rendah. Biji nangka ternyata punya banyak manfaat. Hal ini yang mendorong pengolahan biji nangka dalam berbagai bentuk olahan, misalnya : dibuat tepung yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan, sebagai bahan baku pembuatan youghurt, tempe dan menjadi sereal instant bergizi.

Menurut Rukmana (1997), buah nangka banyak mengandung gizi cukup tinggi dan berkhasiat sebagai obat anti kanker dan mencegah sembelit, tetapi bila

(14)

8

di konsumsi secara berlebihan buah ini dapat menimbulkan gas dalam perut. Penderita infeksi usus atau maag tidak dianjurkan untuk memakan buah nangka.

Menurut Enggar Syarifudin (2016), biji nangka merupakan sumber karbohidrat, protein, dan energi, biji nangka memiliki sumber karbohidrat yang tinggi, sehingga berpotensi dalam pembuatan tepung. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar karbohidrat 0,455 g/L berbentuk serbuk halus dan berwarna putih bertekstur halus dan aromanya agak menyengat.

Menurut Nusa dkk., (2014), hasil penelitian mengenai minuman instan bubuk biji nangka menunjukan bahwa kadar karbohidrat 57,256 % - 57,716 %, kadar abu 18,944 % - 19,299 %, TTS 4,500-7,6880 Brix, dan rendemen 87,451 % - 88,420%.

1.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diduga bahwa : 1. Perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka

berpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan.

2. Waktu penyangraian berpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan.

3. Interaksi antara perbandingan bubuk biji kopi Arabika dengan bubuk biji nangka dan waktu penyangraian berpengaruh terhadap karakteristik minuman kopi instan.

(15)

9

1.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2018 di Laboratorium Penelitian Teknologi Pangan Unpas di Jalan Setiabudhi No. 193 Bandung.

(16)

10

DAFTAR PUSTAKA

Aak. (1980). Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Akmal dan Imelda. (2009). Seri Rumah Ide Kayu Rumahan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2016). Kota Bandung.

Clarke, R.J dan Macrae, R. (1987). Coffe Technology (Volume 2). Applied Science, Elseiver London.

Gunawan, G. (2011). Pengaruh Perbandingan Biji Rosella dengan Jagung terhadap Karakteristik Kopi Bubuk Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Universsitas Pasundan, Bandung.

Hanifan, F. (2017). Perbandingan Biji Kopi dan Biji Pepaya Serta Waktu Roasting terhadap Karakteristik Kopi Mix. Tugas Akhir. Teknologi Pangan, Universitas Pasundan Bandung.

Nugroho, J., Julianty dan Sri. (2009). Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian terhadap Sifat Fisik-Mekanis Biji Kopi Robusta. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta.

Nusa, I., Misril, F dan Siti, F. (2014). Studi Pengolahan Biji Buah Nangka dalam Pembuatan Minuman Instan. Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah, Sumatera.

Putri, N. C. (2013). Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Terhadap Kadar Kafein dan Tingkat Keasaman Kopi Varietas Arabika (Coffea Arabika). Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung. Rahardjo, P. (2012). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan

Kopi Robusta. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R. (1997). Budidaya Nangka. karisma, Yohyakarta.

Sembiring, T. P., Munir, S dan Rohanah. (2013). Uji Suhu Penyangraian pada Alat Penyangraian Kopi Mekanis Tipe Rotary terhadap Mutu Kopi Jenis Arabika (Cofea Arabica). Skripsi. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU.

Siswoputranto, P. S. (1993). Kopi Internasional dan Indonesia. Penerbit Pansius. Syarifudin, E. (2016). Pengaruh Lama Perendaman Biji Nangka Dalam Natrium Metabisulfit dan Cara Pengeringan terhadap Kualitas Tepung Biji Nangka. Tugas Akhir, Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(17)

11

Varnam, H. A dan Sutherland, J. P. (1994) Beverages (Technology Chemistry and Microbiology). Chapman and Hall, London.

Yusdiali, W., Mursalim dan Tulliza. (2012). Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian terhadap Tingkat Kadar Air dan Keasaman Kopi Robusta (Coffea Robusta). Teknologi Pertanian. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makasar.

Referensi

Dokumen terkait

portofolio dan dalam berbagai bentuk seperti tulisan, foto dan gambar yang mendeskripsikan pengetahuan, jenis, bahan, dan penyajian/penge masan produk pengawetan bahan

Lingkungan internal yang merupakan kekuatan dalam penyusunan strategi pengembangan makanan tradisional Bali pada hotel di kawasan Sanur secara berurutan sebagai

Jika didalam sebuah hotel, sistem operasional perusahaannya berjalan dengan baik maka dapat dikatakan pengendalian internal yang ada di dalam hotel tersebut

Dalam prosesnya, karya sastra merupakan media bagi pendidikan karakter siswa yang dapat dimanfaatkan secara reseptif dan ekpresif.. Selanjutnya, unsur-unsur yang terkandung

Kuisioner ini merupakan bagian dari penelitian tesis mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Studi Manajemen Teknologi Informasi Institut

[r]

Dalam proses belajar mengajar pada proses penelitian di SMP N 2 Gunungwungkal peneliti menerapkan beberapa langkah-langkah yang dapat mengkondisikan anak untuk

Efisiensi belanja terus dilakukan untuk mendorong agar belanja negara lebih berkualitas antara lain melalui penghematan belanja barang dan belanja yang tidak prioritas, subsidi