33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1. Settirng penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri 02 Gendongan Saltiga yang beralamat di Jl. Margorejo no. 581, Kecamatan Tingkir, Salatiga.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2016/2017 di kelas 5 SD Negeri 02 Gendongan Jl. Margorejo No. 581 Kecamatan Tingkir, Salatiga. Penelitian akan dilakukan ± 5 bulan mulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan Mei 2017. Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut:
a. Tahap persiapan penelitian
Tahap persiapan penelitian dilakukan antara bulan Januari 2017 sampai Maret 2017. Tahap persiapan penelitian mencakup penyususnan judul, penyusunan proposal, penyusunan RPP, penyusunan instrumen penelitian, permohonan surat izin untuk observasi.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan antara bulan April 2017 sampai Mei 2017. Tahap pelaksanaan penelitian mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakuan di sekolah untuk pengambilan data, pengolahan data serta penyusunan laporan dan jurnal untuk persiapan publikasi
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Siklus I dan Siklus II Siklus Pertemuan
Ke-
Hari/Tanggal Kegiatan
1 1 Senin/ 3 April 2017
Guru melaksanakan tindakan (Guru menjelaskan pengertian bercerita dan kiat-kiat dalam bercerita, melakukan membaca komik bersama siswa, siswa praktek bercerita di depan kelas melalui model talking stick) 1 2 Selasa/4 April 2017
Melanjutkan pelaksanaan tindakan (Guru tanya jawab dengan siswa tentang materi yang diberikan
34 sebelumnya, Guru melaksanakan model talking stick berbantuan media komik)
1 3 Jum’at/ 7 April 2017 Guru melakukan penilaian pada pelaksanaan siklus I
2 1 Senin/ 10 April 2017
Guru melaksanakan tindakan siklus II. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahuk keterampilan bercerita setelah diberi tindakan pada siklus I (Guru menjelaskan kembali pengertian bercerita dan kiat-kiat dalam bercerita, melakukan membaca komik bersama siswa, siswa praktek bercerita di depan kelas melalui model talking stick)
2 2 Selasa/11 April 2017
Melanjutkan pelaksanaan tindakan (Guru tanya jawab dengan siswa tentang materi yang diberikan sebelumnya, Guru melaksanakan model talking stick berbantuan media komik)
2 3 Kamis/13 April 2017 Guru melakukan penilaian pada pelaksanaan siklus II
3.1.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Gendongan 02 Salatiga, yang berjumlah 38 siswa. Terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa di SD ini berasal dari latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Terdapat siswa yang memiliki karakter suka berbicara dengan teman saat guru menerangkan, siswa kurang bersemangat saat pembelajaran dan suka bermain.
3.2. Variabel yang Diselidiki 3.2.1. Variabel Bebas (X)
Menurut Slameto (2015) variabel bebas yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel ini erat kaitannya terhadap kegiatan guru saat belajar mengajar, kondisi siswa saat di dalam kelas metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan sebagainya. Unsur tersebut yang nantinya akan mempengaruhi keberhasilan dalam penelitian.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick berbantuan dengan media komik yang diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri Gendongan 02 Salatiga
35
3.2.2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini ialah keterampilan bercerita anak. Keterampilan bercerita ini dapat dketahui dengan meningkatnya keterampilan bercerita peserta didik, yang terlihat dari aspek pelafalan, intonasi, ekspresi, urutan cerita dan kelancaran.
3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Slameto (2015) mengatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang menerapkan strategi pemecahan masalah pembelajaran yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah dengan melibatkan guru, siswa dan media.
Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah upaya penelitian praktis dan nyata guna memperbaiki masalah dalam proses belajar mengajar yang melibatkan warga dan fasilitas kelas.
3.3.2. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian yang dimaksud ialah penelitian dengan siklus sistem spiral yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi (observasing), dan refleksi (reflecting). Berikut ini adalah gambar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart.
36
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
Secara lengkap langkah-langkah dalam setiap siklus diuraikan sebagai berikut. a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas untuk berkoordinasi dan berdiskusi merancang tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini dalam upaya meningkatkan keterampilan bercerita. Adapun rencan yang akan dilakukan sebagai berikut.
Peneliti dan guru kelas merencanakan skenario pembelajaran keterampilan bercerita.
Peneliti menentukan langkah-langkah pembelajaran keterampilan bercerita yang akan di bantu oleh guru kelas.
Peneliti merancang instrumen yang di gunakan sebagai pedoman observasi dalam pembelajaran keterampilan bercerita
Menyiapkan bahan ajar menggunakan metode talking stick menggunakan media komik.
Plan
Act & Observe
Reflect
Revised Plan
Act & Observe
37 b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari rencana yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya. Tindakan dituntun oleh perencanaan namun tindakan tidak secara mutlak sehingga rencana tindakan harus bersifat fleksibel yang siap diubah sesuai keadaan yang ada. Jadi, tindakan bersifat dinamis dan tidak tetap, yang memerlukan keputusan cepat terhadap hal yang pelu dilakukan. Adapun tindakan yang dilakukan pada setiap siklus yaitu, Guru mengkondisikan siswa
Siswa memperhatikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang berkaitan keterampilan bercerita
Guru melakukan apersepsi yang akan membawa kesiapan siswa dalam situasi pembelajaran
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teknik bercerita
Siswa diarahkan untuk memperhatikan penjelasan guru mengenai maksud pembelajaran yang dilakukan dengan model talking stick berbantuan media komik
Siswa diberi kesempatan untuk membaca komik yang sudah disiapkan oleh guru
Setelah waktu selesai membaca komik, siswa diberikan sebuah tongkat, tongkat akan berjalan yang diarahkan dari satu anak ke anak yang lain dengan diringi sebuah lagu
Siswa yang mendapat tongkat ketika lagu selesai dipersilahkan untuk menceritakan kembali cerita komik yang telah sebelumnya
Siswa lain memperhatikan teman yang sedang tampil bercerita
Setelah selesai bercerita, tongkat akan berjalan kembali sampai waktu pembelajaran
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dan guru melakukan pengamatan.
38 c. Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung di mana peneliti mengamati segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan siswa. Peneliti akan dibantu oleh guru saat melakukan observasi. Instrumen yang digunakan dalam tindakan ini adalah lembar observasi.
d. Refleksi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengulas dan mengkaji secara keseluruhan tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Peneliti akan menganalisis data hasil pengamatan untuk mengetahui tentang kemampuan siswa setelah diberikan tindakan dalam praktik keterampilan bercerita menggunakan model talking stick berbantuan media komik. Apabila pada tindakan pertama hasil yang diperoleh di bawah hasil yang diharapkan, maka akan dilakukan tindakan selanjutnya yaitu siklus II yang prosedurnya sama dengan siklus I.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari beberapa sumber. Sumber-sumber tersebut yaitu angket, wawancara, pengamatan dan penilaian keterampilan bercerita.
3.4.1. Angket
Menurut Atmaja (2016) angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan dinilai (responden). Pertanyaan yang terdapat dalam angket ini berisi masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk mengetahui ranah afektif siswa dalam melakukan pembelajaran bercerita. Ranah afektif yang dimaksudkan adalah sikap, penerimaan, tanggapan, perhatian, keyakinan siswa, serta partisipasi siswa dalam pembelajaran bercerita menggunakan model talking stick berbantuan media komik. Angket ini terdiri dari dua jenis, yaitu angket pratindakan yang akan diberikan kepada siswa sebelum diberikan tindakan serta
39 angket pascatindakan yang akan diberikan kepada siswa setelah diberikan tindakan.
3.4.2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi yang berguna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran dan respon yang timbul dari perlakuan tindakan yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, wawancara terhadap siswa hanya beberapa siswa yang mengalami peningkatan. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan guru saat pratindakan maupun pasca tindakan.
3.4.3. Pengamatan
Pengamatan adalah kegiatan yang digunakan sebagai alat pengambilan data untuk mengetahui proses pembelajaran keterampilan bercerita yang berlangsung di SD Negeri Gendongan 02 Salatiga beserta perkembangannya. Teknik ini dilaksanakan dengan cara peneliti mencatat hal-hal yang terjadi saat tindakan dan mendiskripsikan penampilan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini menggunakan instrumen lembar pengamatan. Dari hasil tersebut, maka peneliti akan memperoleh data yang berupa gambaran proses praktik model pembelajaran talking stick berbantuan media komik.
3.4.4. Penilaian Keterampilan Bercerita
Penilaian keterampilan bercerita yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penilaian secara praktik, yaitu melalui tugas bercerita di depan kelas. Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bercerita siswa setelah diberikan tindakan. Adapun aspek yang dinilai dalam keterampilan bercerita meliputi (1) pelafalan, (2) pilihan kata, (3) kelancaran, (4) gaya (ekspresi) dan (5) penghayatan cerita.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi angket, lembar pengamatan (observasi), dan lembar penilaian
40 keterampilan bercerita. Selain itu, peneliti juga menggunakan rekaman kegiatan pembelajaran berupa foto-foto pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai bukti yang akurat.
3.5.1. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu angket pratindakan yang akan diberikan kepada siswa sebelum diberikan tindakan guna mengetahui keterampilan bercerita mereka, serta angket pascatindakan yang diberikan kepada siswa setelah diberikan tindakan guna melihat peningkatan setelah pemberian tindakan menggunakan model talking stick berbantuan media komik. Angket yang peneliti gunakan adalah hasil adopsi dan modifikasi dari instrumen angket Anafi (2012). Angket yang digunakan peneliti berguna untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran keterampilan bercerita siswa kelas 5 SD Negeri Gendongan 2 Salatiga. Adapun angket yang akan disajikan kepada siswa yatiu:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Pratindakan
No Aspek No.
Pernyataan
1 Pengertian awal siswa tentang pembelajaran bercerita 1, 2 2 Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran bercerita 3, 4 3 Proses dalam pembelajaran keterampilan bercerita 5, 6, 6, 7, 8
4 Kemauan siswa untuk maju 9, 10
Tabel 3.3 Angket Pratindakan
No. Beri tanda centang (√) pada setiap jawaban (Ya atau Tidak) yang kalian pilih!
Pilihan Jawaban Ya Tidak
1 Apakah kalian sering melakukan kegiatan bercerita?
2 Ketika kegiatan pembelajaran tentang bercerita, apakah guru kalian sering memberi tugas kepada kalian untuk bercerita di depan kelas? 3 Apakah kalian merasa senang jika mendapat tugas dari guru untuk
bercerita di depan kelas?
4 Apakah kalian merasa kesulitan saat mendapat giliran bercerita di depan kelas?
5 Ketika pembelajaran bercerita, apakah kalian aktif berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung?
6 Ketika pembelajaran bercerita di depan kelas, apakah kalian antusias dan tertarik selama proses pembelejaran berlangsung?
7 Apaka kalian berani bercerita di depan kelas pada saat pembelajaran bercerita di depan kelas berlangsung?
41 merasa malu, grogi dan tidak mempunyai ide cerita?
9 Menurut kalian, apakah perlu adanya suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar pembelajaran lebih menarik dan tidak mombasankan saat pembelajaran kegiatan bercerita?
10 Menurut kalian, apakah perlu adanya media yang digunakan agar membantu kelancaran kegiatan bercerita?
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Angket Pascatindakan
No Aspek No.
Pernyataan
1 Keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan
metode talking stick berbantuan media komik 1, 2, 3, 4, 5 2 Interaksi siswa dalam proses pembelajaran keterampilan bercerita 6
3 Penilaian siswa terhadap media komik 7
4 Penilaian siswa dalam proses pembelajaran metode talking stick
(tongkat berjalan) 8, 9, 10
Tabel 3.5 Angket Pascatindakan
No Beri tanda centang (√) pada setiap jawaban (Ya atau Tidak) yang kalian pilih!
Pilihan Jawaban Ya Tidak
1 Apakah kalian merasa senang mengikuti pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan metode talking stick (tongkat berjalan) berbantuan media komik?
2 Menurut kalian, apakah pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan metode talking stick (tongkat berjalan) berbantuan media komik dapat mempermudah kalian dalam kegiatan bercerita? 3 Ketika pembelajaran keterampilan bercerita, apakah kalian berminat
dan antusias selama proses pembelajaran berlangsung?
4 Pada saat kalian bercerita di depan kelas, apakah kalian masih merasa malu, grogi dan tidak mempunyai ide cerita?
5 Ketika mendapat tugas untuk bercerita melalui metode tailking stick (tongkat berjalan) berbantuan media komik, apakah kalian merasa kesulitan?
6 Pada saat teman kalian bercerita di depan kelas, apakah kalian mendengarkan dan menyimak cerita dari teman kalian?
7 Menurut kalian, apakah media komik dapat membantu anda dalam memahami isi bacaan?
8 Apakah dengan menggunakan metode talking stick (tongkat berjalan) dapat membantu kalian dalam pembelajaran keterampilan bercerita? 9 Apakah dengan menerapkan metode talking stick (tongkat berjalan)
dapat meningkatkan keterampilan kalian dalam bercerita? 10 Menurut kalian, apakah kegiatan keterampilan bercerita
menggunakan metode talking stik (tongkat berjalan) berbantuan media komik perlu diterapkan di sekolah?
42
3.5.2. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati proses pembelajaran keterampilan bercerita Bahasa Indonesia di kelas V berlangsung. Lembar pengamatan disusun berdasarkan pedoman langkah-langkah model pembelajaran talking stick berbantuan media komik yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun rincian lembar pengamatan (observasi) yang digunakan dalam penelitian dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Lembar Pengamatan Guru Tahap Model
Talking Stick Indikator Ya Tidak
Tahap 1 Menyiapkan Perlengkapan Talking Stick
Guru Menyiapkan tongkat untuk pembelajaran talking stick
Tahap 2 Pembagian Kelompok
Guru membagi siswa menjadi kelompok
Tahap 3 Penyampaian Pokok Materi
Guru Menyampaikan pokok materi yang akan diajarkan
Tahap 4
Membaca Materi
Guru memberi kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran
Tahap 5
Diskusi Kelompok
Guru memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok tentang materi yang akan dibahas
Tahap 6
Menutup Bacaan Materi
Guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan
Tahap 7 Mempraktekan Kegiatan Tongkat Berjalan
Guru mengambil tongkat dan
memberikannya kepada salah satu siswa dan tongkat akan berjalan
Tahap 8 Pemberian Pertanyaan
Guru memberi pertanyaan dan
kesempatan siswa yang memegang tongkat untuk bercerita
Tahap 9 Pemberian Kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan setelah melakukan pembelajaran selesai Tahap 10
Evaluasi
Guru melakukan evaluasi keterampilan bercerita setelah selesai pembelajaran Tahap 11
Menutup Pembelajaran
Guru melakukan refleksi bersama siswa tentang pembelajaran yang sudah berlangsung
43
Tabel 3.7
Lembar Pengamatan Siswa Tahap Model
Talking Stick Indikator Ya Tidak
Tahap 1 Menyiapkan Perlengkapan Talking Stick
Siswa mengamati guru dalam dalam penyiapan perlengkapan
Tahap 2 Pembagian Kelompok
Siswa menempatkan diri di kelompoknya masing-masing
Tahap 3 Penyampaian Pokok Materi
Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan pokok materi Tahap 4
Membaca Materi
Siswa membaca materi bersama kelompoknya
Tahap 5
Diskusi Kelompok
Siswa melakukan kegiatan diskusi bersama kelompoknya
Tahap 6
Menutup Bacaan Materi
Siswa menutup bacaan dan memperhatikan kembali penjelasan guru
Tahap 7 Mempraktekan Kegiatan Tongkat Berjalan
Siswa mempraktekan kegiatan tongkat berjalan dengan panduan dari guru
Tahap 8 Pemberian Pertanyaan
Siswa yang memegang tingkat terakhir di beri pertanyaan dan dipersilahkan bercerita di depan kelas
Tahap 9 Pemberian Kesimpulan
Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang sudah di lakukan Tahap 10
Evaluasi
Siswa melakukan evaluasi dengan dibantu oleh guru
Tahap 11 Menutup Pembelajaran
Siswa melakukan refleksi bersama degan guru tentang pembelajaran yang telah berlangsung
3.5.3. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita
Lembar penilaian keterampilan bercerita digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan keterampilan bercerita Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Negeri Gendongan 2 Salatiga. Alat ukur yang digunakan adalah pengamatan kegiatan bercerita anak. Peneliti mengadopsi dan memodifikasi instrumen penilaian keterampilan bercerita milik Anafi (2012). Instrumen yang digunakan peneliti dalam penilaian keterampilan bercerita, meliputi, (1) pelafalan, (2) pilihan kata, (3) kelancaran, (4) gaya (ekspresi), (5) penghayatan cerita.
44 Adapun rincian tiap aspek dan pedoman penilaian keterampilan bercerita sebagai berikut:
Tabel 3.8
Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita No Aspek yang
dinilai Keterangan Skor
1 Pelafalan
Sangat baik, pelafalan fonem sangat jelas,
suara dan intonasi sangat jelas 4
Baik, pelafalan fonem jelas, suara dan intonasi
jelas 3
Cukup, pelafalan fonem cukup jelas,
terpengaruh dialek, suara dan intonasi jelas 2
Kurang, pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, suara dan intonasi kurang jelas
1
2 Pilihan Kata
Sangat baik, penggunaan kata-kata, istilah, sesuai dengan tema dan karakter tokoh dalam cerita, terdapat variasi dalam pemilihan kata
4
Baik, penggunaan kata-kata, istilah, sesuai dengan tema dan karakter tokkuh dalma cerita, kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata
3
Cukup, penggunaan kata-kata, istilah, sesuai dengan tema dan karakter tokoh dalam cerita, tidak ada variasi dalam pemilihan kata
2
Kurang, penggunaan kata-kata, istilah, kurang sesuai dengan tema dan karakter tokoh dalam cerita, tidak ada variasi dalam pemilihan kata
1
3 Kelancaran
Sangat baik, bercerita sangat lancar, tidak ada
hambatan 4
Baik, bercerita lancar dan sesekali berhenti
(mengucapkan bunyi e) 3
Cukup, bercerita cukup lancar dan jarang
tersendat 2
Kurang, bercerita kurang lancar dan sering
tersendat 1
4 Gaya (ekspresi)
Sangat baik, sikap yang eksprektif, gestur
tepat, tingkah laku wajar, tenang dan tidak grogi 4
Baik, sikap yang eksprektif, gestur tepat, tingkah laku wajar sesekali tidak wajar, cukup tenang dan tidak grogi
3
Cukup, sikap yang cukup eksprektif, gestur cukup, tingkah laku waar beberapa kali tidak
wajar, cukup tenang dan sedikt grogi 2
Kurang, sikap yang kurang eksprektif, gestur kurang tepat, gerak-gerik atau tingkah laku wajar beberapa kali tidak wajar, kurang tenang dan grogi
1
5 Penghayatan cerita
Sangat baik, mampu menguasai cerita dengan sangat baik (isi cerita sesuai, mudah dipahami, alur terkonsep dengan jelas)
4
45 cerita sesuai, mudah dipahami alur terkonsep
dengan jelas)
Cukup, mampu menguasai cerita dengan cukup baik (isi cerita sesuai, mudah dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas)
2
Kurang, mampu menguasai cerita dengan kurang baik (isi cerita kurang sesuai, mudah dipahami, alur terkonsep)
1
3.6. Validitas Data
Validasi digunakan untuk mengkur derajat keterpercayaan sebuah penelitian. Sebelum instrumen penelitian digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen. Peneliti menggunakan prosedur dan pelaksanaan validasi dari Hopkins yaitu expert opinion (Wiriaatmadja, 2005). Dalam hal ini dosen pembimbing bertindak sebagai pemeriksa instrumen penelitian yang dikembangkan oleh peneliti. Validasi dilakukan dengan cara memeriksa semua tahapan instrumen penelitian dan memberikan arahan atau judments terhadap instrumen yang dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian yang dilakukan.
3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisi deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari angket, lembar observasi dan penilaian keterampilan bercerita akan dianalisis menggunakan teknik deskriptif, tabulasi dan menghitung rata-rata. Dalam analisis ini hasil kemampuan siswa diberi skor dan dimasukan dalam tabel, kemudian dicari skor rata-rata dan digunakan sebagai objek penelitian. Adapun rumus perhitungan sebagai berikut:
Sesuai dengan karakteristik dalam penelitian tindakan kelas, keberhasilan dalam penelitian ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik.
46
3.8. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu keberhasilan dalam proses dan keberhasilan dalam produk. Keberhasilan dalam proses ditandai dengan peningkatan aktivitas dalam pembelajaran yang dilakukan dan keaftifan siswa dalam pembelajaran. Tampubolon (2014) mengemukakan penentuan keberhasilan secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan. Penentuan keberhasilan tindakan dalam penelitian ini berdasarkan kemampuan siswa dalam keterampilan bercerita, melihat kesulitan dalam materi bercerita dan nilai siswa pada aspek lain dalam berbahasa Indonesia oleh sebab itu guru dan peneliti sepakat menghentikan tindakan jika 80% atau 30 siswa sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.