• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Remaja Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Deskriptif : PSK Perempuan Lokalisasi Losmen Bougenville Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Remaja Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Deskriptif : PSK Perempuan Lokalisasi Losmen Bougenville Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seks

Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M.

“Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of transitive). Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya

disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan

kelanjutan keturunan manusia.

Pengertian seks yang lebih luas lagi adalah yang dikemukakan oleh

(Wirawan, 2006:10) yang mendefinisikan seks dalam dua segi, yaitu :

1. Seks dalam arti sempit

Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin dan yang termasuk adalah

kelamin :

a. Alat kelamin itu sendiri

b. Anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang

membedakan antara laki-laki dan wanita, misalnya : perbedaan suara,

pertumbuhan kumis, payudara dan lain-lain.

c. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi

(2)

d. Hubungan kelamin (senggama dan percumbuan).

e. Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran.

2. Seks dalam arti luas

Dalam arti yang luas seks berarti segala hal yang terjadi sebagai akibat

dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain :

a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar dan genit.

b. Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lain-lain.

c. Perbedaan peran dan pekerjaan.

d. Hubungan antara pria dan wanita : tata krama, pergaulan, percintaan,

pacaran, perkawinan dan lain-lain.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat,

baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Ada beberapa tipe

hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat yaitu :

a. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain

(homoseksual);

b. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan

wanita lain (lesbian);

c. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita.

Menurut Reuben (Wirawan, 2006:13) seks mempunyai fungsi :

a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh

kerena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang

suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka;

b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta

(3)

c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan

yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu

pihak.

Menurut Surtiretna (2001:2), pengertian seks bisa ditinjau dari 5 aspek

antara lain :

a. Seks ditinjau dari segi biologis

Bagaimana remaja tersebut memahami tentang seks itu sendiri yang mana

karakteristik kelamin primer yang menunjuk pada organ tubuh yang langsung

berhubungan dengan alat persetubuhan dan proses repruduksi. Perbedaan organ

repruduksi juga termasuk dalam segi biologis yang sejak kecil sudah tertanam

dalam diri anak.

b. Seks ditinjau dari segi Psikologis

Kematangan sangat nampak dalam bidang perilaku seksual. Hal ini

disebabkan karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan yang

merupakan ciri dari akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap

menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka merupakan

penyesuaian yang radikal. Remaja yang tidak berkencan karena mereka kurang

menarik bagi lawan jenis atau karena mereka masih meneruskan perasaan tidak

senang pada lawan jenis, dianggap tidak matang oleh teman-teman sebaya,

keadaan ini menyebabkan terputusnya hubungan sosial remaja dengan

teman-teman yang sikap dan perilaku terhadap lawan jenis sudah menjadi lebih matang.

Menolak peran seks yang diakui dan terus-menerus memikirkan masalah seks,

kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum remaja dapat mencari

(4)

yang diakui, terlebih bagi gadis-gadis, dianggap sebagai salah satu

ketidakmatangan yang paling berbahaya dibidang ini karena dapat merupakan

sumber kesulitan dalam perkawinan.

c. Seks ditinjau dari segi Agama

Dalam agama Islam, pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama

dan bahkan harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dengan

mengajarkan pendidikan seks yang demikian, diharapkan dapat terbentuk individu

remaja yang menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab, baik pria maupun

wanita sehingga mereka mampu berperilaku sesuai dengan jenisnya dan

bertanggungjawab atas kesesuaian dirinya serta dapat menyesuaiakan diri dengan

lingkungan sekitarnya, strata sosial ekonomi akan berpengaruh pada tingkat

pendidikan dan hubungan sosial seseorang dengan orang lain, sehingga

fungsi-fungsi pengenalan ingatan, khayalan dan daya fikir individu yang semua itu akan

mempengaruhi terhadap informasi, kemajuan teknologi sangat besar perananya,

sehingga jelas bahwa orang yang hidup dikota akan berbeda kebutuhannya dengan

orang yang hidup didesa. Dengan kata lain bahwa lingkungan mempengaruhi

kebutuhan manusia baik materi maupun non materi. Perbuatan seseorang adalah

cerminan dari pemenuhan kebutahan orang tersebut. Dengan demikian iman yang

ada pada hati nurani dan perasaan takut pada tuhan mempunyai peranan yang

penting terhadap kebutuhan manusia dan itu semua sudah dibatasi dalam hukum

agama.

d. Seks ditinjau dari Sosial

Bernstein (dalam Hurlock, 1993:129) menjelaskan bahwa seksisme

(5)

gadis-gadis kecil diarahkan bermain dengan boneka dan diluar kegiatan rekreasi antara

anak laki-laki dan perem puan sangat dibedakan misalnya, anak laki-laki diberi

bola dan alat pemukulnya, sedangkan anak perempuan bermain lompat tali,

perantara penting yang mampu memberikan pendidikan pendidikan atau peran

seks diri anak adalah media massa, buku cerita, pertunjukkan TV yang dilihat dan

semua yang mengerahkan pada penggolongan peran seks. Pendidikan seks saat ini

harus mengantisipasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara pada satu atau

dua dekade mendatang agar subjek atau peserta didik dapat mengambil peran

yang tepat dalam kehidupan. Pendidikan sebagai investasi kemanusian jangka

panjang (long range human investment) harus memberi kemungkinan suksesnya kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Berbagai kemajuan teknologi,

penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik, termasuk didalamnya

terdapat informasi tentang seks, menantang para pendidik dimanapun ia berada

untuk berpartisipasi secara aktif dan benar menyiapkan anak bangsa membangun

masa depan yang baik, mapun menyangkal berbagai informasi yang justru mampu

merusak masa depan.

e. Seks ditinjau dari segi Hukum

Kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik dalam

hubungan antara berbagai anggota masyarakat, sedangkan kesusilaan mengenai

juga adat kebiasaan yang baik itu, tetapi yang khusus ini sedikit banyak mengenai

kelamin (seks) seorang manusia yang sudah tercantum dalam KUHP. Menurut

Oemar Seno Adji dalam karangannya pada majalah “Hukum dalam Masyarakat”

Tahun 1965 Nomor 3,4,5,6 dan tahun 1966 Nomor 1,2,3 menggunakan istilah

(6)

segala sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan

yang mempunyai peranan masing-masing dalam kehidupannya.

2.1.1 Seksualitas

Banyak defenisi tentang seksualitas, diantaranya adalah defenisi yang

dihasilkan dari konferensi APNET ( Asia Pasific Network for Social Health) di

Cebu, Filipina, 1996 yang mengatakan, Seksualitas adalah ekspresi seksual

seseorang yang secara sosial dianggap dapat diterima serta mengandung

aspek-aspek kehidupan sebagai manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek hidup

yang lain (Kartono Mohammad, 1998:72).

Menurut Yulfita Rahardjo (Agus Dwiyanto dan Muhdjir Darwin,

1996:22). Seksualitas adalah suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai,

orientasi, perilaku yang berkaitan dengan seks. Misalnya, perempuan dianggap

melanggar norma kalau dia melahirkan tanpa suami. Sedangkan menurut Depkes

RI, seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada diantara

laki-laki dan perempuan, dimana kedua mahluk ini merupakan suatu sistem yang

memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung menyambung sehingga

eksistensi manusia itu tidak pernah punah (Rosidawaty, 2013:12).

Di dalam pengertian tersebut diatas terdapat 2 aspek (segi) dari seksualitas

1) Seksual dalam arti sempit

Dalam artinya yang sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam

pengertian kelamin adalah :

- Alat kelamin itu sendiri

- Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang

(7)

- Anggota-anggota tubuh dari ciri-ciri badaniah lainnya yang

membedakan laki-laki dan wanita (misalnya perbedaan suara,

pertumbuhan kumis dan payudara, dan sebagainya).

- Hubungan kelamin (senggama/percumbuan).

- Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran (termasuk pencegahan

kehamilan atau yang lebih dikenal dengan istilah KB).

1) Seks dalam arti luas

Yaitu segala hal terjadi sebagai akibat adanya pebedaan jenis kelamin,

antara lain :

- Perbedaan tingkah laku ; lembut, kasar, genit, dan lain-lain.

- Perbedaan atribut ; pakaian, nama dan lai-lain.

- Perbedaan peran dan pekerjaan.

- Hubungan antara pria dan wanita ; tata krama, pergaulan,

percintaan, pacaran, perkawinan dan lain-lain.

2.2 Pekerja Seks Komersial

2.2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial

Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk

melakukan hubungan seksual untuk uang. Koentjoro (2004:214) mengemukakan

bahwa PSK merupakan seorang perempuan yang menjual dirinya untuk

kepentingan seks kepada beberapa pria. Sedangkan, menurut Overall PSK tidak

terbatas pada perempuan saja, tetapi seseorang yang menukar jasa seksual dengan

uang, narkoba, atau komoditas lain yang diinginkan. PSK adalah wanita yang

(8)

kepada diri sendiri ataupun orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun

kepada dirinya sendiri.

Dalam bukunya, Patologi Sosial, Kartono (2010:216) menuliskan bahwa

PSK merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan,

kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu

seks dengan imbalan pembayaran. Kartono juga menyebutkan bahwa pekerja seks

komersial ialah perbuatan perempuan ataupun laki-laki yang menyerahkan

badannya untuk berbuat cabul secara seksual yang mendapatkan upah.

Di Indonesia pelacur (PSK) sebagai pelaku pelacuran sering disebut

sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal

itu sangat buruk, hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli

bila tertangkap aparat penegak ketertiban, mereka juga digusur karena dianggap

melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena

melanggar hukum.

2.2.2 Sejarah Pekerja Seks komersial

Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur

kehidupan manusia itu sendiri. Pelacuran selalu ada sejak zaman purba sampai

sekarang. Pada masa lalu pelacuran selalu dihubungkan dengan penyembahan

dewa-dewa dan upacar-upacara keagamaan tertentu. Ada praktek-praktek

keagamaan yang menjurus pada perbuatan dosa dan tingkah laku cabul yang tidak

ada bedanya dengan kegiatan pelacuran. Pada zaman kerajaan Mesir Kuno,

Phunjsia, Assiria, Chalddea, Ganaan dan di Persia, penghormatan terhadap

(9)

orgie-orgie. Orgie (orgia) adalah pesta kurban untuk para dewa, khususnya pada

dewa Bachus yang terdiri atas upacara kebaktian penuh rahasia dan bersifat sangat

misterius disertai pesta-pesta makan dengan rakus dan mabuk secara berlebihan.

Orang-orang tersebut juga menggunakan obat-obat pembangkit dan perangsang

nafsu seks untuk melampiaskan hasrat berhubungan seksual secara terbuka.

Sehubungan dengan itu, kuil-kuil pada umumnya dijadikan pusat perbuatan cabul.

Menurut Hull (1997:145) menyatakan bahwa adanya perkembangan

pelacuran di Indonesia dari masa ke masa yang dimulai dari masa

kerajaan-kerajaan di Jawa, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah

kemerdekaan. Pada masa kerajaan di Jawa, perdagangan wanita yang kemudian

akan dimasukan dalam dunia pelacuran terkait dengan sebuah sistem

pemerintahan yang feodal. Bentuk pelacuran ini disebabkan oleh konsep

kekuasaan raja yang bersifat agung, mulia dan tak terbatas, sehingga mendapatkan

banyak selir. Muncul pula anggapan bahwa, semakin banyak selir yang dimiliki

raja maka semakin kuat pula posisi raja di mata masyarakat. Sistem feodal tidak

sepenuhnya menunjukkan keberadaan komersialisasi industri seks seperti

masyarakat modern ini, meskipun apa yang dilakukan pada masa itu dapat

membentuk landasan bagi perkembangan industri seks yang sekarang.

Setelah masa kerajaan, pelacuran muncul kembali dengan wajah yang

berbeda dalam masa penjajahan Belanda. Pada periode penjajahan Belanda,

bentuk pelacuran lebih terorganisir dan berkembang pesat. Didasarkan pada

pemenuhan kebutuhan pemuasaan seks masyarakat Eropa yang ada di Indonesia,

(10)

tradisional. Contohnya dalam pertumbuhan industri seks di pulau Jawa dan

Sumatera, berkembang seiring pendirian perkebunan-perkebunan. Para pekerja

perkebunan dengan mayoritas laki-laki akan menciptakan permintaan aktivitas

prostitusi.

Komersialisasi seks di Indonesia terus berkembang, selama pendudukan

Jepang (antara tahun 1941-1945), semua perempuan yang dijadikan budak sebagai

wanita penghibur dikumpulkan dan dijadikan satu dalam rumah-rumah bordir.

Bukan hanya wanita yang tadinya memang sebagai wanita penghibur saja yang

masuk ke rumah bordir, di masa pemerintahan Jepang banyak pula wanita yang

tertipu ataupun terpaksa melakukan hal tersebut.

Kemudian pelacuran lebih bervariatif pada tahun 1980-an dengan diawali

munculnya fenomena baru yaitu hadirnya perek , yang biasa diartikan sebagai perempuan eksperimental. Biasanya seorang perek adalah seseorang wanita muda, dengan memiliki jiwa petualang dan mempunyai sikap melawan.

2.2.3 Tipe Pekerja Seks Komersial di Indonesia

PSK di Indonesia paling mudah terlihat di kompleks rumah bordil resmi

(lokalisasi). Kendati demikian, manifestasi kerja seks komersial ini tidak hanya

dapat ditemui di tempat ini, karena industri seks juga beroperasi di sejumlah

lokasi dan konstelasi yang jumlahnya terus bertambah, yaitu rumah bordil, hotel,

bar, rumah makan, gerai kudapan, bar karaoke, escort services, dan panti pijat. Lebih lanjut, aktivitas sektor seks termasuk semua jasa seksual yang ditawarkan

secara komersial, bahkan ketika hal itu terjadi di lokasi yang tidak dirancang

(11)

Karena itu berbagai pekerja seks tak langsung atau bahkan paruh waktu juga harus

dimasukkan.

Di bawah ini adalah uraian sekilas mengenai tipe kerja seks yang lebih

langsung.

a. Kompleks rumah bordil resmi (lokalisasi) : Tempat ini merupakan

manifestasi yang paling formal dan sah menurut hukum di dalam sektor

seks, yang terdiri dari sekumpulan tempat yang dikelola oleh pemilik atau

manajer dan diawasi oleh pemerintah. Lokalisasi ini berbeda dengan

rumah bordil yang cenderung bertempat di luar lokalisasi dan tidak diatur

oleh pemerintah.

b. Kompleks hiburan : Ini adalah lokasi di mana layanan seks sering kali

tersedia selain bentuk-bentuk hiburan lain. Dalam beberapa kasus, PSK

beroperasi secara independen sementara dalam situasi lain layanan seksual

tersedia melalui pihak manajemen tempat tersebut.

c. Wanita jalanan : Mereka ini adalah PSK yang menjajakan layanan seks di

jalan atau di tempat terbuka, misalnya taman, stasiun kereta api, dsb.

d. Penjual teh botol dan minuman ringan : Para gadis yang bekerja di kios

makanan kecil sering kali juga masuk ke dalam sektor seks, meski dengan

cara yang tidak terlalu terang-terangan. Penghasilan dari kios minuman ini

biasanya tidak cukup untuk membuat mereka dapat bertahan hidup,

sehingga banyak yang memberikan layanan seks untuk memperoleh

penghasilan tambahan. Layanan ini mulai dari memperbolehkan pelanggan

meraba-raba dan mencium mereka sampai hubungan seksual yang

(12)

dengan agen karena utang yang dibuat oleh orang tuanya dan mereka tidak

akan mampu melunasi utang tanpa juga melakukan kerja seks.

e. Pelayan di tempat perhentian truk dan warung : Ada beberapa lokasi

seperti kios yang menjajakan minuman keras atau warung di pinggir jalan,

yang melayani sopir truk antarkota di mana mungkin tersedia perempuan

dan gadis muda yang dapat dipandangi, diraba-raba dan diajak melakukan

hubungan seks. Layanan in ditawarkan sebagai sampingan dari lain

pekerjaan mereka sebagai pelayan (Hull,1997:41; Sulistyaningsih,

2002:64).

f. Perempuan yang bekerja di perusahaan (yaitu staf bidang hubungan

masyarakat atau Humas) : Diduga bahwa dalam konteks transaksi bisnis

tertentu di Indonesia, staf perempuan mungkin diminta (atau ‘didorong’)

untuk memberika layanan seks sebagai bagian dari, atau untuk

memuluskan jalan bagi penandatanganan kontrak dalam perusahaan

komersial yang legal (Hull,1997:35). Contohnya, menurut sebuah sumber,

seorang agen property atau real estate mungkin akan berusaha melicinkan

penjualan atau penyewaan sebuah properti dengan menawarkan layanan

seks karena sang agen perempuan ini akan memperoleh komisi dari

transaksi penjualan/penyewaan ini. Sumber lain juga mengungkapkan

bahwa staf pemasaran dalam sektor jasa menggunakan teknik serupa

dalam rangka menutup suatu transkasi bisnis.

g. ‘Sekretaris plus’: Ini adalah ‘layanan’ untuk eksekutif asing yang bekerja

di Jakarta. Jasa yang diberikan seorang sekretaris profesional adalah

(13)

klien. Bayaran untuk pengaturan semacam ini adalah 3 juta rupiah per hari

untuk minimum satu minggu dengan 60% bayaran masuk ke kantong

karyawan bersangkutan. Syaratnya, perempuan tersebut harus fasih

berbahasa Inggris, bergelar sarjana dan mempunyai penampilan fisik yang

menarik (Sulistyaningsih, 2002:39).

h. Istri kontrakan: Perempuan setempat tidak jarang hidup dengan, dan

menikmati dukungan finansial lelaki asing yang dikontrak untuk bekerja

dalam jangka pendek di Indonesia. Biasanya kontrak tersebut berlaku

hingga tiga tahun lamanya.

i. Panti pijat: Layanan pijat dapat juga menyediakan berbagai layanan seks.

Praktik ini merupakan sesuatu yang lazim dan ditemukan di begitu banyak

tempat di seluruh Indonesia, termasuk hotel dan spa kelas atas.

j. Model dan aktris film: Beberapa model dan aktris menambah penghasilan

mereka dengan jalan juga bekerja sebagai gadis panggilan. Acap bertiup

rumor bahwa di kalangan model dan aktris top Indonesia hal ini sudah

biasa dilakukan, meski sulit dikatakan sampai sejauh mana kebenarannya.

k. Resepsionis hotel: NGO Hotline Surabaya memberitahu tentang beberapa

hotel di mana perempuan yang bekerja di meja penerimaan tamu (front desk reception) dapat memberikan layanan seks jika ada tamu yang meminta.

l. Anak jalanan, pedagang keliling dan pedagang kaki lima: Menurut sebuah

survei mengenai perilaku yang berisiko PMS/HIV yang dilaksanakan di

Kuta, Bali, ada sejumlah anak lelaki dan perempuan (umur 12-17 tahun)

(14)

berbagai macam klien, termasuk wisatawan dalam negeri dan asing yang

mengunjungi pulau itu. Selain itu, sebagian anak jalanan lebih muda yang

bekerja sebagai pengemis, penjual gelang dan pencopet ditekan untuk

berhubungan seks dengan lelaki asing.

2.2.4 Aktor-Aktor Lain dalam Industri Seks

Industri seks dijalankan oleh sederetan aktor berbeda dengan perannya

masing-masing. Mereka antara lain adalah :

1. Germo (pemilik rumah bordil; atau ‘tante’) – Memberikan fasilitas bagi pekerja seks untuk menjalankan usahanya. Sebagai imbalan atas fasilitas

tersebut, germo menerima sebagian dari penghasilan pekerja seks.

2. Mucikari – Memberikan pekerja seks perlindungan dan kontak dengan pelanggan dengan imbalan sebagian dari gaji mereka.

3. Calo atau taikong – Merekrut perempuan dan gadis dari daerah asal kemudian mengirim mereka untuk dipekerjakan di dalam industri seks. Di

daerah pedesaan, biasanya calo adalah penduduk setempat yang dikenal

serta dipercaya di daerah tersebut. Calo akan memperoleh imbalan atas

jasanya ini dari pemilik rumah bordil atau mucikari atau dapat juga

menerima sebagian penghasilan pekerja seks bersangkutan selama ia

menggeluti profesinya itu.

4. Sopir taksi – Berperan memasarkan layanan seks dengan memberikan

informasi kepada pelanggan tentang lokasi, ‘aturan main’, jenis layanan

yang tersedia dan tarif layanan seks. Mereka juga dapat bertindak sebagai

(15)

5. Penjaga keamanan – Berperan sebagai pelindung bagi pekerja seks dari

pelanggan mereka dan penduduk di kawasan lokalisasi. Jika pekerja seks

tidak bebas meninggalkan rumah bordil, mereka juga ditugasi untuk

memastikan bahwa pekerja seks itu tidak akan ‘melarikan diri’.

6. Aparat pemerintah setempat – Aparat setempat terlibat dalam industri

seks; mereka bertanggung jawab untuk mengatur sektor seks dan

menawarkan program rehabilitasi kepada PSK perempuan yang ingin

keluar dari kerja seks. Namun dalam praktiknya kinerja aparat setempat

tercatat ‘bervariasi’ dalam hal keterlibatan mereka di lokalisasi.

7. Polisi – Peran utama polisi adalah menegakkan semua UU yang berkaitan

dengan sektor seks. Meski kerja seks bukan sesuatu yang ilegal di

Indonesia, kegiatan yang biasa dilakukan polisi terhadap lokalisasi adalah

razia. Mereka juga diketahui suka melecehkan PSK dan memeras uang.

Sebagaimana aparat pemerintah setempat, dalam praktiknya polisi

mempunyai catatan kinerja yang ‘berwarna-warni’ di lokalisasi dan

pekerja seks melaporkan menderita kekerasan dan pelecehan oleh polisi.

2.2.5 Konsep Diri Pekerja Seks Komersial

Konsep diri dapat dimaknai sebagai cara memandang diri sendiri, karena

persepsi tidak selalu terhadap orang lain, tetapi juga terhadap diri sendiri.

Seseorang cenderung menilai dirinya berdasarkan bagaimana “menurut dirinya”

orang telah mempersepsi dan menilai diri mereka. Misalnya, ketika seorang

perempuan dipersepsikan orang lain sebagai perempuan yang baik di masyarakat,

(16)

seseorang dalam memandang diri sendiri akan mempengaruhi cara penilaian

orang tersebut terhadap orang lain, karena selamanya cara menilai seseorang akan

dilihat dari sudut pandangnya sendiri. Definisi Konsep Diri menurut Wiiliam D.

Brooks adalah those physical, sosial, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan terhadap diri sendiri yang bisa bersifat

psikologi, sosial dan fisik yang diakibatkankarena pengalaman dan hasil interaksi

dengan orang lain. Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain dan

kelompok rujukan. (Agustriani, Hendriati. 2006:138).

Secara sederhana Harry Sullivan menjelaskan bahwa seseorang dapat

mengenal dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Dalam kasus

perempuan yang menjadi seorang pekerja seks komersial, maka akan sangat

dimungkinkan untuk berubah menjadi perempuan bermartabat atau terbebas dari

pelacuran bila dalam dirinya mempunyai konsep diri yang positif dan mendapat

penilaian positif dari orang lain atau masyarakat. Secara praktis, konsep diri untuk

menjadi perempuan bermartabat ini akan terbentuk bila mendapat penilaian positif

dari masyarakat yang bisa menerima keadaan masa lalunya. Akan tetapi bila tetap

berada dalam lokasi pelacuran yang selalu mendapat penilaian negatif dari

masyarakat sekitar yang menganggap buruk pekerjaan menjadi pelacur ini, maka

akan sulit untuk mendapatkan penilaian positif tersebut. Konsekuensinya, mereka

akan selalu menilai dirinya rendah atau berkonsep diri negatif. Penilaian lain dari

masyarakat adalah menjadi perempuan baik bila berhenti dari dunia kepelacuran.

Suatu hal yang sangat sulit dilakukan bila masih berada dalam kendali sistem

(17)

Faktor kedua adalah kelompok rujukan, yaitu adanya kelompok hidup atau

kelompok masyarakat sangat menentukan bagaimana seseorang tersebut

berperilaku. Hal ini juga dapat mengikat seperti ikatan emosional atau aturan

hidup yang berlaku (norma-norma berkelompok/bermasyarakat). Kelompok

rujukan ini berpengaruh terhadap pembentukan seseorang dan selalu menjadi

rujukan yang dapat mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan

ciri-ciri kelompoknya. Dalam kasus perempuan yang menjadi seorang PSK, maka

bila masih berada di lokasi pelacuran sangatlah mungkin berperilaku seperti

tuntutan kelompok pelacuran tersebut. Sebaliknya, konsep dirinya akan berubah

sesuai kebutuhan bila memilih kelompok baru yang berbeda. Hal inilah yang

sebenarnya bisa dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan

perempuan seiring bertambahnya jumlah PSK tersebut meskipun penilaian negatif

masyarakat terhadap pekerjaan itu juga semakin besar.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu masa ketika :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

(18)

Perjalanan hidup manusia oleh para ahli psikologi dibagi dalam beberapa

tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa

remaja dan masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting,

sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya

dengan kegagalan kemungkinan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan

kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan

penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka

menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan

manusia itu manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan

hidupnya.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah

terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya. Remaja juga terbagi dua kategori yaitu remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Remaja awal didefenisikan sebagai

remaja yang pada

masa ini mengalami semacam badai atau topan dalam kehidupan perasaan dan

emosinya. Keadaan ini juga bisa disebut strom and stress. Remaja pertengahan diatandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Remaja akhir

sendiri diartikan sebagai remaja yang pada masa ini terjadi proses penyempurnaan

pertumbuhan.

Pada masa remaja banyak terjadi perubahan yang besar baik secara fisik,

kognitif, emosi maupun sosial. Rangkaian perubahan fisik yang dialami remaja

(19)

pubertas atau pada masa awal remaja. Seperti pertumbuhan yang pesat pada

anggota tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa, dimana perubahan

yang terjadi pada masa remaja terjadi pada tinggi, berat badan serta organ seksual.

Pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang pertama, sedangkan pada

remaja pria ditandai dengan mimpi basah.

Orang barat menyebut masa remaja dengan istilah “Puber”, sedangkan

orang Amerika menyebut istilah masa remaja dengan”Adolesensi”. Masyarakat

Indonesia menyebut masa remaja dengan istilah “Akil baligh”. Masa remaja

dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagaian

ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun.

Adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun (Monks 2001:258).

Organ-organ seksual yang matang pada remaja akan mengakibatkan

munculnya dorongan-dorongan seksual. Dorongan seksual dimulai dari adanya

rasa ketertarikan, berkencan, bercumbu dan bersenggama. Remaja mulai tertarik

terhadap lawan jenis yang sifatnya kodrat dialami oleh remaja. Remaja pun mulai

ingin berkenalan, bergaul dengan teman-temannya dari jenis kelamin lain dan

mengenal pacaran. Dalam kondisi demikian, remaja merupakan sosok yang

mudah untuk terjerumus kedalam situasi yang kurang menguntungkan bagi remaja

sendiri. Salah satunya adalah ketika remaja terjebak dunia seks bebas.

Selain itu masa remaja itu masa remaja merupakan masa transisi (masa

peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak

mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai

anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis dan mentalnya

(20)

2.3.2 Ciri-Ciri Umum Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,

baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik,

dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa

yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja

berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.

Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari

orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang

dewasa.

Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan

dalam lingkungan seperti sikap orangtua atau anggota keluarga lain, guru, teman

sebaya maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi

terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan

tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya.

Adanya perubahan baik didalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan

remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutahan

psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas

lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya

dan lingkungan masyarakat lain.

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai

(21)

1. Masa Remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan

berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak

tergantung pada orangtua. Fokus dari tahapan ini adalah penerimaan

terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat

dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru.

Teman sebaya masih memiiki peran penting, namun individu sudah

mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan

dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan dari

lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang

dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tuuan

vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman

sebaya dan orang dewasa juga menjadi ciri dari tahap ini.(Monks,

(22)

2.3.3 Proses Perubahan Pada Masa remaja

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan

manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut

bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa

kanak-kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak

dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau

fisiologis juga bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar

terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum

yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri,

yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak

pada perilaku remaja. Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi

antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan seperti

berikut ini.

1. Perubahan fisik

Rangkaian yang paling jelas yang nampak dialami oleh masa remaja

adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa

pubertas atau awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada

wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock, 1993:206). Hormon baru

diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam

ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Gajala ini

memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk

menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Seiring dengan itu,

berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan

(23)

individu lalu memulai terlihat berbeda, dan sebagai konsekuensi dari

hormon yang baru, dia sendiri mulai merasa adanya perubahan.

2. Perubahan Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan

dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik

hormon tadi dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan

badaniah tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan

menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru.

Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan

hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk

secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa

membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosinya. Dikombinasikan

dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti

tekanan dari teman sebaya, media masa dan minat pada jenis seks lain,

remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua menuntut

kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Remaja menjadi Pekerja Seks Komersial

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan menjadi PSK adalah

sebagai berikut.

Faktor internal

1. Faktor Individu

(24)

dari tiga aspek yaitu kognisi (berpikir), afeksi (emosi dan perasaan) dan konasi

(kehendak, kemauan dan psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik,

manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya. Didalam masa

perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya

kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya.

Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang

lain.

Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara

mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang

yang mirip. Mereka memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu

bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen dan

perilakunya, namun tidak dalam segala hal. Dalam kaitannya dengan

penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang

dapat dengan mudah terjerumus, antara lain:

a. Gangguan kepribadiaan,terdiri dari :

1) Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir

yang salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri.

Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara

lain pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari

pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa

yang dianggap benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang

dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan

perilakunya yang menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga

(25)

pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berpikirnya yang keliru,

biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi ini akan

manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan

yang tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan

dirinya atas perilakunya yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang

dibuat-buat sekehendak hatinya. Prinsipnya asal ada alasan, maka

tindakannya dpapat dibenarkan.

2) Gangguan emosi, dengan adanya gangguan emosi, antara lain emosi

labil, mudah marah, mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin

menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan

dirinya akam terhambat. Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui

perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri maupun orang lain,

tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa

kesepian dan merasa terbuang. Tidak jarang orang yang mengalami

gangguan emosi menjadi taku kehilangan teman walau tahu temannya

memiliki niat jahat.

3) Gangguan kehendak dan perilaku kehendak dan perilaku seseorang selain

dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga dipengaruhi oleh pikiran dan

perasannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah mengalami

gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya juga

mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya, sikap dan

perilakunya akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan

kontrol, sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak sesuai dengan

(26)

b. Pengaruh Usia

Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin

mulai menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini

banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari

bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti

membesarnya payudara pada wanita dan tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh

perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan

kejiwaan anaka remaja itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami perasaan

ketidakpastian, disatu sisi merasa sudah bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi juga

belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang

masih sangat mudah dan kurang pengalaman. Pada masa ini remaja lebih senang

bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima

didalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Ingin ngetrend dan

mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka

coba-coba, kurang mengerti resiko disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran.

Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan

remaja ataupun penyalahgunaan narkoba.

c. Pandangan atau Keyakinan yang keliru

Ada banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan

menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan

pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau

merasa yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat

(27)

d. Religiusitas yang rendah

Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang

religiusitasnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian

mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual

yang rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya

untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang

baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa (Mudjijono,2005:77).

Faktor Eksternal 2. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian azas penghasilan, produksi,

distribusi, pemasukan dan pemakaian barang serta kekayaan, penghasilan,

menjalankan usaha menurut ajaran ekonomi. Salah satu penyebab faktor ekonomi

adalah:

a. Sulit Mencari Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari yang merupakan

sumber penghasilan. Ketiadaan kemampuan dasar untuk masuk dalam pasar kerja

yang memerlukan persyaratan, menjadikan wanita tidak dapat memasukinya. Atas

berbagai alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang dapat dimasuki

dan menjanjikan penghasilan yang besar tanpa syarat yang susah

(Mudjijono,2005:78).

Berdasarkan survei yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak

Indonesia (YKAI) tahun 2003-2004 menjadi pekerja seks komersial karena

iming-iming uang kerap menjadi pemikat yang akhirnya justru menjerumuskan mereka

(28)

karena desakan ekonomi, dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun

sulitnya mencari pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks merupakan pekerjaan

yang termudah. Penyebab lain diantaranya tidak memiliki modal untuk kegiatan

ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks merupakan pilihan.

Faktor pendorong lain untuk bekerja sebagai PSK antara lain terkena PHK

sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup menjadi PSK merupakan

pekerjaan yang paling mudah mendapatkan uang.

b. Gaya Hidup

Adalah cara seseorang dalam menjalani dan melakukan dengan berbagai

hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pergeseran norma selalu

terjadi dimana saja apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis. Norma

kehidupan, norma sosial, bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi

mencapai sesuatu tujuan (Gunarsa, 2003:20). Kecenderungan melacurkan diri

pada banyak wanita untuk menghindari kesulitan hidup, selain itu untuk

menambah kesenangan melalui jalan pintas. Menjadi pekerja seks dapat terjadi

karena dorongan hebat untuk memiliki sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat

menjanjikan untuk memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki.

Gaya hidup yang cenderung mewah juga dengan mudah ditemui pada diri

pekerja seks. Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal uang

tersebut diketahui diperoleh dari mencari nafkah sebagai PSK. Gaya hidup

menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan makin jauhnya agama dari

(29)

Pergeseran sudut pandang tentang nilai-nilai budaya yang seharusnya dianut telah

membuat gaya hidup mewah dipandang sebagai gaya hidup yang harus di miliki.

c. Keluarga yang tidak mampu

Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang

peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal

perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian

selanjutnya. Masalah yang sering terjadi dalam keluarga adalah masalah ekonomi.

Dimana ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan didalam keluarga,

sehingga kondisi ini memaksa para orang tua dari kelurga miskin memperkerjakan

anaknya sebagai pekerja seks. Pada dasarnya tidak ada orang tua yang mau

membebani anaknya untuk bekerja namun karena ketidakmampuan dan karena

faktor kemiskinan, sehingga tidak ada pilihan lain mempekerjakan anak menjadi

pekerja seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat

ditoleransi (Agus, 2002:57).

Pelacuran erat hubungannya dengan masalah sosial. Pasalnya kemiskinan

sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup

termasuk melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh

perempuan-perempuan kalangan menengah kebawah.

3. Faktor Kekerasan

Kekerasan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berakibat atau

mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan

terhadap seseorang termasuk ancaman dan tindakan tersebut, pemaksaan atau

(30)

maupun dalam kehidupan pribadi (Depkes RI, 2003). Dimana salah satu faktor

kekerasan adalah:

a. Perkosaan

Adalah suatu tindakan kriminal dimana si korban dipaksa untuk

melakukan aktifitas seksual khususnya penetrasi alat kelamin diluar kemauannya

sendiri. Perkosaan adalah adanya prilaku kekerasan yang berkaitan dengan

hubungan seksual yang dilakukan dengan jalan melanggar hukum. Banyaknya

kasus kekerasan terjadi terutama kekerasan seksual, justru dilakukan orang-orang

terdekat. Padahal mereka semestinya memberikan perlindungan dan kasih sayang

serta perhatian yang lebih dari pada orang lain seperti tetangga maupun teman.

Seorang wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi terjerumus sebagai

pekerja seks komersial. Dimana seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak

kandung, paman atau guru sering terjerumus menjadi pekerja seks (Agus,

2005:59). Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi merasa

berharga di mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat terjerumus

dalam dunia prostitusi. Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat

pelampiasan diri untuk membalas dendam pada laki-laki dan mencari

penghargaan. Biasanya seorang anak korban kekerasan menjadi anak yang

perlahan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Tetapi di sisi lain juga

menimbulkan kegairahan yang berlebihan. Misalnya anak yang pernah diperkosa

banyak yang menjadi PSK.

b. Dipaksa / Disuruh Suami

Dipaksa adalah perbuatan seperti tekanan, desakan yang mengharuskan

(31)

karunia Tuhan yang diperuntukkan bagi suaminya. Dalam kondisi yang wajar atau

kondisi yang normal pada umumnya tidak ada seorang suamipun yang tega

menjajakan istrinya untuk dikencani lelaki lain. Namun kehidupan manusia di

dunia ini sangat beragam lagi berbeda-beda jalan hidupnya, sehingga ditemui pula

kondisi ketidak wajaran atau situasi yang berlangsung secara tidak normal salah

satunya adalah suami yang tega menyuruh istrinya menjadi pelacur. Istri melacur

karena disuruh suaminya, apapun juga situasi dan kondisi yang menyebabkan

tindakan suami tersebut tidaklah dibenarkan, baik oleh moral ataupun oleh agama.

Namun istri terpaksa melakukannya karena dituntut harus memenuhi kebutuhan

hidup keluarga, mengingat suaminya adalah pengangguran.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam

interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut

meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan

lingkungan budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok,

komuniti dan masyarakat. Lingkungan dengan berbagai ciri khusunya memegang

peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak.

Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang

terbentuk dalam keluarga, sehingga penyimpangan prilaku yang tidak baik dapat

terhindari. Dimana salah satu faktor lingkungan adalah :

a. Seks Bebas

Pada dasarnya kebebasan berhubungan seks antara laki-laki dan wanita

sudah ada sejak dahulu, bahkan lingkungan tempat tinggal tidak ada aturan yang

(32)

(Mudjijono, 2005:89). Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam

pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat, sehingga diharapkan terpengaruh

oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Mode pergaulan diantara

laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas tidak bisa lagi membedakan antara

yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang. Di beberapa kalangan

remaja ada yang beranggapan kebebasan hubungan badan antara laki-laki dan

perempuan merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa wanita menjadi PSK tidak

semata karena tuntutan ekonomi tetapi juga akibat kekecewaan oleh laki-laki.

Dimana kesuciannya telah terenggut dan akhirnya merasa kepalang tanggung

sudah tidak suci lagi dan akhirnya memutuskan untuk menjadi PSK.

b. Turunan

Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun. Tidak

dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk

belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar berespons terhadap

masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan yang lebih besar kelak .

Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

yang mempengaruhi perkembangan orang yang ada didalamnya.

Adakalanya melalui tindakan-tindakan, perintah-perintah yang diberikan

secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua

atau saudara bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model agar ditiru.

Berdasarkan hal-hal diatas orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan

anak, jadi gambaran kepribadian dan prilaku banyak ditentukan oleh keadaan

yang ada dan terjadi sebelumnya (Gunarsa, 2003:21). Seorang anak yang setiap

(33)

bersalah itupula akhirnya ia mengikuti jejak ibunya. Ibu merupakan contoh bagi

anak.

c. Broken Home

Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga dapat

ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang.

Lingkungan keluarga dan orang tua sangat berperan besar dalam perkembangan

kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar

kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang.

Lingkungan rumah khususnya orang tua menjadi sangat penting sebagai tempat

tumbuh dan kembang lebih lanjut. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya

adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang di alami dalam keluarga.

Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antar orang tua,

saudara menjadi faktor yang penting munculnya prilaku yang tidak baik. Dari

paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya,

menjadi anak-anak broken home yang cenderung berprilaku negatif seperti menjadi pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan menjadi PSK. Anak

yang berasal dari keluarga broken home lebih memilih meninggalkan keluarga dan hidup sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sering

mengambil keputusan untuk berprofesi sebagai PSK, dan banyak juga dari mereka

yang nekat menjadi pekerja seks karena frustasi setelah harapannya untuk

mendapatkan kasih sayang dikeluarganya tidak terpenuhi.

Dari paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian

(34)

Anak yang berasal dari keluarga broken home lebih memilih meninggalkan keluarga dan hidup sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sering

mengambil keputusan untuk berprofesi sebagai PSK, dan banyak juga dari mereka

yang nekat menjadi pekerja seks karena frustasi setelah harapannya untuk

mendapatkan kasih sayang dikeluarganya tidak terpenuhi.

2.5 Pendampingan

Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakan oleh

pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas

dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai

bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternatif

pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan sumber daya manusia sangat

dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

kegiatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan. Suharto (2005:93)

menguraikan bahwa pendampingan merupakan satu strategi yang sangat

menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat, selanjutnya

dikatakannya pula pendampingan merupakan strategi yang lebih mengutamakan

making the best of the client’s resources”. Pendampingan bukan saja dilakukan oleh tenaga pendamping atau petugas lapangan kepada masyarakat tetapi juga

dibutuhkan keterlibatan masyarakat sebagai potensi utama untuk dikembangkan

dan mengembangkan diri. Karena masyarakat lebih mengetahui apa yang dimiliki

dan apa yang menjadi permasalahannya. Kaitannya dengan PSK, sebagai satu

komunitas lokalisasi dan memiliki berbagai macam karakteristik ketergantungan

(35)

dimiliki tertimbun oleh ketidakmampuan mengatasi masalahnya sendiri, akhirnya

banyak mengakibatkan ketidaktahuan terhadap resiko pekerjaan yang dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendampingan sebagai upaya strategis sangat menarik

untuk dikembangkan kepada wanita PSK di lokalisasi. Keterlibatan PSK sebagai

dampingan yang membutuhkan pengetahuan dan informasi tentang resiko dari

pekerjaannya, sangat dipengaruhi oleh tenaga pendamping (Outreach worker) di lapangan yang berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dimanisator.

Jika dikaitkan dengan proses pendampingan bagi wanita PSK, maka

pendampingan diartikan sebagai proses memberikan motivasi kesadaran diri dari

unsur luar pribadi wanita PSK sehingga melalui pendampingan ini dampingan

dapat mengembangkan potensi dalam dirinya menjadi manusia utuh,

menumbuhkan rasa kesetiakawanan pada sesama PSK dan akhirnya

memampukan diri untuk berperan dalam lingkungan masyarakat.

2.6 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat

atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu

kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah

sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam

gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan,

keselamatan, ketentrataman, kesenangan hidup, dan kemakmuran. Di dalam

kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah

keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial tertentu

(36)

terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang

bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup

dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang

memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan

meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. PBB

mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir

dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu

dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui

teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan

individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian

diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja

sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial,

keuangan, kesehatan, dan rekreasi semua individu dalam masyarakat.

Kesejahteraan sosial berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok

usia, tanpe memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam

masyarakat, seperti ekonomi pasar atau keluarga, pada suatu waktu gagal

memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan

(37)

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep

kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun

substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial

dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha

kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahtera.

Bunyi Pasal 34 UUD 1945 tentang Kesejahteraan Sosial adalah :

1. Fakir miskin dan anak yang terlantar dipelihara oleh negaranya.

2. Negara menggembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.

3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan

dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Pasal tersebut merupakan realisasi penjabaran sila kelima pancasila, yaitu

Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, pasal-pasal tersebut

merupakan manifestasi hak-hak warga negara Indonesia untuk mendapatkan

kesejahteraan sosial melalui campur tangan pemerintah. Hal ini menunjukkan

bahwa doktrin perekonomian dan kesejahteraan sosial di Indonesia tidak

(38)

kemampuan individu dalam berkompetisi. Pada aspek ini, pemikiran Smith tidak

dapat sepenuhnya diterima dalam implementasi ekonomi dan kesejahteraan sosial

di indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam sistem ekonomi dan

kesejahteraan berdasar pancasila terdapat tig ciri negatif yang harus dihindari

yaitu sistem persaingan bebas (free fight liberalism), sistem etasisme dan pemusatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan

masyarakat (Pujileksono, 2016).

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat

kehidupan (levels of living), pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment), kualitas hidup (quality of life), dan pembangunan manusia (human development).

Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

sosial adalah berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup

manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, dan kehidupan

spiritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.

2.7 Kerangka Pemikiran

Pada saat ini, berlangsungnya perubahan-perubahan yang serba cepat dan

perkembangan yang tidak sama dalam kebudayaan menyebabkan adaptasi atau

penyesuaian diri menjadi hal yang tidak mudah, sehingga berakibat pada

ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri. Ketidakmampuan

banyak individu untuk menyesuaikan diri ini mengakibatkan timbulnya

disharmoni dalam masyarakat dan dalam diri pribadi. Peristiwa-peristiwa tersebut

(39)

pola-pola umum yang berlaku. Salah satunya adalah pola pelacuran untuk

mempertahankan hidup ditengah hiruk pikuk alam pembangunan di Indonesia .

Prostitusi atau pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua

kehidupan manusia itu sendiri. Dan PSK adalah bagian dari dunia pelacuran

tersebut. PSK adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan

seksual untuk uang.

Pada saat sekarang ini PSK bukan hanya berasal dari kalangan orang

dewasa saja, melainkan PSK rata-rata berasal dari kalangan remaja putri atau juga

sering disebut Anak Baru Gede (ABG) yang menjadi daya tarik tersendiri dalam

dunia prostitusi. Organ-organ seksual yang matang pada remaja akan

mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Dorongan seksual

dimulai dari adanya rasa ketertarikan, berkencan, bercumbu dan bersenggama.

Remaja mulai tertarik terhadap lawan jenis yang sifatnya kodrat dialami oleh

remaja. Remaja pun mulai ingin berkenalan, bergaul dengan teman-temannya dari

jenis kelamin lain dan mengenal pacaran. Dalam kondisi demikian, remaja

merupakan sosok yang mudah untuk terjerumus kedalam situasi yang kurang

menguntungkan bagi remaja sendiri. Salah satunya adalah ketika remaja terjebak

dunia seks bebas.

Banyak faktor-faktor yang memengaruhi remaja menjadi pekerja seks

komersial. Secara umum, dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Adapun faktor internal ialah faktor dari dalam diri individu yang

memengaruhi seorang remaja menjadi PSK adalah adanya gangguan kepribadian,

pengaruh usia, dan religiusitas yang rendah. Sedangkan faktor eksternal terbagi

(40)

Bagan Alur Pikir

Pekerja Seks Komersial Komersial (PSK)

Remaja di Lokasi Losmen Bougenville

Medan

2. Faktor Kekerasan

a. Korban

perkosaan/peleceh

an seksual

b. Dipaksa / disuruh

(41)

2.8 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1993:33). Perumusan definisi

konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peneliti ingin

mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Peneliti berupaya

menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan

yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi definisi konsep adalah

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian

(Siagian, 2011:136-38).

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan,

maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Faktor yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah hal (keadaan,

peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.

Dalam hal ini adalah PSK.

2. Pengaruh yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah daya yang ada

atau timbul dari sesuatu (benda,orang) yang ikut membentk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dalam hal ini adalah PSK.

3. Seks yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah nafsu syahwat,

yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan

insting/naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki

maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan

(42)

4. PSK yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah peristiwa penjualan

diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian

kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan

pembayaran.

5. Pendampingan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah suatu

strategi yang umum digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit

dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia,

sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari

permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternatif

Referensi

Dokumen terkait

pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah ketujuh kali terakhir dengan Peraturan Presiden

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik

b) Kegiatan Inti; Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

Untuk menentukan luas daerah di bawah kurva normal standar, telah dibuat daftar distribusi normal standar, yaitu tabel luas kurva normal standar dengan nilai- nilai Z

[r]

Telah mengajukan pindah ke salah satu lembaga TK terpilih dengan alasan mengikuti orang tua yang akan pindah tempat tinggal.. Bersama ini kami sertakan Buku

[r]

Tenure, Auditdelay, Opinion shopping, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate and Property yang