KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
sebuah paradigma baru dalam merencanakan dan mengimplementasikannya
KBK atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang diperkenalkan p a d a t a h u n 2 0 0 4 m e r u p a k a n pengganti paradigma pendidikan dalam hal pengembangan kurikulum yang berbasis isi atau konten. Salah satu sasaran perubahan ini adalah untuk menjembatani agar lulusan pendidikan tinggi dapat langsung diserap pasar kerja (industri) karena telah dianggap kompeten untuk bekerja.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Masih tingginya angka pengangguran lulusan perguruan tinggi mengisyaratkan ada yang salah dalam hal pemahaman dan penerapannya.
Presentasi ini dikembangkan secara khusus untuk mencoba melihat paradigma pendidikan bertujuan kompetensi ini dari sisi yang berbeda, yaitu dari kacamata kebutuhan atau “demand” dari dunia kerja – sebagai pelengkap sekaligus pembanding dari berbagai pemahaman dan penjabaran mengenai kompetensi yang selama ini secara intensif disosialisasikan dan juga dikembangkan dari perspektif penyedia atau “supply”.
Selamat menikmati …..
Institut Perbanas
W
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI 2004
Manajemen Perbankan
SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia disusun oleh industri dan kementrian teknis melalui serangkaian p r o s e s p e n d e f i n i s i a n k e b u t u h a n h i n g g a penyelenggaraan konvensi yang dihadiri oleh seluruh a s o s i a s i p e m a n g k u kepentingan dan pihak-pihak terkait dan dijadikan sebagai a c u a n o l e h L e m b a g a Sertifikasi Profesi.
Pada dasarnya, terdapat b a n y a k s e k a l i s t a n d a r kompetensi kerja yang telah dikembangkan oleh industri, b a i k d a l a m l i n g k u n g a n nasional, regional, maupun internasional yang dapat diadopsi oleh siapapun yang membutuhkannya.
I n t i n y a a d a l a h b a h w a kompetensi harus dapat didefinisikan secara jelas agar dapat disusun strategi p e n c a p a i a n n y a s e s u a i
dengan keinginan.
Teknologi Informasi
Contohnya adalah standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang IT Auditor (dikeluarkan oleh I S A C A d a n I T G I ) , a t a u I T P r o j e c t M a n a g e r (diperkenalkan oleh PMI dan GWU), atau IT Architect (dikembangkan oleh IASA dan TOGAF), atau Software Engineer (dibuat oleh SEI dan CMU), dan lain sebagainya.
Update
HARUS ADA STAND
AR YANG DIACU
Manajemen Perbankan
SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia disusun oleh industri dan kementrian teknis melalui serangkaian p r o s e s p e n d e f i n i s i a n k e b u t u h a n h i n g g a penyelenggaraan konvensi yang dihadiri oleh seluruh a s o s i a s i p e m a n g k u kepentingan dan pihak-pihak terkait dan dijadikan sebagai a c u a n o l e h L e m b a g a Sertifikasi Profesi.
Pada dasarnya, terdapat b a n y a k s e k a l i s t a n d a r kompetensi kerja yang telah dikembangkan oleh industri, b a i k d a l a m l i n g k u n g a n nasional, regional, maupun internasional yang dapat diadopsi oleh siapapun yang membutuhkannya.
I n t i n y a a d a l a h b a h w a kompetensi harus dapat didefinisikan secara jelas agar dapat disusun strategi p e n c a p a i a n n y a s e s u a i
dengan keinginan.
Teknologi Informasi
Contohnya adalah standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang IT Auditor (dikeluarkan oleh I S A C A d a n I T G I ) , a t a u I T P r o j e c t M a n a g e r (diperkenalkan oleh PMI dan GWU), atau IT Architect (dikembangkan oleh IASA dan TOGAF), atau Software Engineer (dibuat oleh SEI dan CMU), dan lain sebagainya.
Prinsip 1
HARUS MEMAHAMI ANATOMI KOMPETENSI
Kompetensi Kerja
Elemen Kompetensi
Bagian terkecil atau atom dari kompetensi disebut atau diistilahkan sebagai “elemen kompetensi”, yaitu sebuah pernyataan kapabilitas yang menggunakan kata kerja performatif agar dapat dengan mudah diukur tingkat pencapaiannya.
Indikator Unjuk Kerja
Adalah suatu ukuran yang dipergunakan untuk memastikan ketercapaian kompetensi seorang individu. Indikator ini harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga selain mudah dilakukan pengukurannya, juga menggambarkan tingkat kehandalan pencapaian kompetensi seseorang (akurasi dan presisi). Jika kurang akurasi maka dibutuhkan latihan; sementara jika kurang presisi dibutuhkan ‘jam terbang’ yang lebih.
Prinsip 2
Dalam Taksonomi Bloom telah diperkenalkan daftar kata kerja performatif yang dapat dipergunakan untuk mendefinisikan elemen kompetensi yang ingin dicapai dan dapat dipergunakan oleh siapa saja yang membutuhkannya.
Kluster dan Okupasi
HARUS MEMIMIKKAN DUNIA KERJA
Lingkungan Kerja
Suasana Kelas
Interaksi antara peserta didik dengan dosennya harus sedapat mungkin membawa suasana pada terciptanya sebuah lingkungan yang menyamai dunia kerja dimana di dalamnya terdapat interaksi intensif, diskursus berkualitas, komunikasi kontekstual, dan lain sebagainya.
Model Pembelajaran
Dalam konteks ini, metode mengajar belajar konvensional biasanya sudah ditinggalkan – diganti dengan menitikberatkan pada kesempatan siswa untuk mempelajari studi kasus, membangun kerjasama tim, mengikuti kompetisi/simulasi bisnis, memaparkan ide-ide inovatif, mengembangkan ilmu secara mandiri, melaksanakan pembelajaran jarak jauh (e-learning), dan lain sebagainya.
Prinsip 3
Ruang dan suasana kelas maupun laboratorium harus d i k e m b a n g k a n s e d e m i k i a n r u p a s e h i n g g a merepresentasikan lingkungan kerja, sehingga peserta didik dapat memperoleh gambaran apa yang terjadi di dunia nyata. Hal paling mudah dilaksanakan adalah dengan merubahan tatanan kelas, dari yang bersifat teatrikal konvensional menjadi berbagai bentuk seperti yang kerap ditemui di kantor-kantor komersial seperti lingkaran, U-shape, berhadap-hadapan, dan lain-lain.
Tenaga Pendidik
HAR
US MELATIH SISWA HINGGA KOMPETEN
Latihan… Latihan…
Prinsip
Setiap individu memiliki kemampuan belajar, memahami, mencerna, menyerap, dan mempraktekkan yang berbeda-beda – sehingga merupakan tantangan bagi dosen untuk membuat masing-masing dari mereka menjadi kompeten dengan tingkat kecepatan yang berbeda-beda.
Teknik Pembelajaran
Di sinilah seorang dosen benar-benar dituntut untuk menjadi seorang fasilitator sekaligus pelatih (coach) yang baik, karena harus membuat suatu suasana mengajar-belajar yang mengarah pada tercapainya kompetensi siswa. Dalam hal ini, seorang dosen dapat menghadirkan pihak-pihak lain yang dapat membantu tercapainya kompetensi siswa sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Prinsip 4
Untuk menjadikan seseorang menjadi individu yang komepten, yang bersangkutan harus secara aktif melakukan latihan berkali-kali sampai memenuhi indikator unjuk kerja yang ditetapkan – tanpa mengenal usia, waktu, dan biaya.
Di sinilah terdapat paradigma “mahasiswa tidak bisa menunggu” apa yang akan disampaikan dosen, melainkan yang bersangkutan harus secara aktif melakukannya agar bisa mencapai tahapan yang dikatakan sebagai “kompeten” dengan berbagai cara.
Spektrum Nilai
HAR
US MENGGUNAKAN PENDEKATAN TERPADU
Makna Kompetensi
Alur Pembelajaran
Bayangkan jika seorang instruktur harus mengajarkan siswa-siswanya agar pandai berenang atau pandai naik sepeda. Pencapaian kompetensi akan sangat lambat dan cenderung mustahil jika dilakukan secara bertahap melalui proses yang bersifat teoritis dahulu baru praktek (sekuensial). Proses baru akan berhasil apabila dilakukan metoda pelatihan yang terintegrasi dimana secara perlahan-lahan instruktur mengajak siswanya untuk langsung masuk ke kolam renang atau mengendarai sepeda untuk belajar melalui perpaduan antara pengetahuan, pengalaman (experience), keterampilan dan eksperimen. Contoh lain adalah jika ingin menanamkan kompetensi kepemimpinan dalam diri seorang peserta didik, maka yang bersangkutan harus pernah mendapatkan kesempatan memimpin sekelompok komunitas secara nyata.
Manajemen Mata Kuliah
Dalam konteks ketuntasan pencapaian kompetensi di perguruan tinggi, dapat dilakukan berbagai metode klusterisasi mata kuliah, dimana ada pencapaian kompetensi per-mata kuliah atau per-kelompok mata kuliah atau sub mata kuliah atau bahkan per-pertemuan tatap muka.Prinsip 5
Terjemahan bebas kompetensi adalah “kemampuan seorang individu dalam melakukan suatu tugas pekerjaan tertentu dengan baik”.
HARUS ADA MEKANISME UJI KOMPETENSI
Uji Kompetensi
Bentuk Evaluasi
Setiap peserta uji harus melakukan suatu “performance” atau memperlihatkan keterampilannya dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu di hadapan “asesor”.
Asesor yang dimaksud di sini seharusnya bukanlah dosen atau instruktur yang mengajari atau melatih peserta didik yang bersangkutan karena akan terjadi “conflict of interest” melainkan harus dari pihak independen yang menguasai atau tahu benar mengenai kompetensi yang diujikan.
Pada akhirnya, asesor akan memberikan hasil evaluasinya kepada dosen atau perguruan tinggi yang b e r s a n g k u t a n u n t u k d i t e t a p k a n a p a k a h y a n g bersangkutan telah dinilai memiliki kompetensi yang diujikan atau tidak.
Manajemen Ujian
Agak sulit menjalankan uji kompetensi dimaksud secara masif, karena setiap peserta didik harus diuji secara individu oleh asesor. Oleh karena itulah perlu dilakukan manajemen ujian yang efektif namun efisien bagi seluruh pihak sehingga dapat tercapai terlaksananya proses evaluasi yang diinginkan.
Prinsip 6
Uji kompetensi adalah suatu proses evaluasi pencapaian kompetensi oleh seorang individu dengan melihat apakah yang bersangkutan telah mampu mencapai indikator unjuk kinerja yang telah ditetapkan per masing-masing elemen kompetensi yang diujikan.
HARUS AD
A PENGAKUAN KOMPETENSI
Sertifikat Kompetensi
Ijazah vs. Sertifikat
Karena ijazah pada hakekatnya merupakan tanda kelulusan, maka sifatnya adalah berlaku seumur hidup. Sementara untuk sertifikat bersifat sementara, karena kompetensi seseorang dapat pudar atau tidak relevan lagi akibat terjadinya perubahan atau dinamika kebutuhan industri – sehingga dokumen ini memiliki usia berlaku (misalnya 2, 3, atau 5 tahun). Untuk memperlihatkan bahwa yang bersangkutan tetap kompeten, maka dapat dilakukan proses re-sertifikasi, uji kompetensi, atau mengikuti program-program pemeliharaan kompetensi yang dirancang khusus oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Peran Pemerintah dan Industri
Standar Nasional Pendidikan disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menjamin setiap satuan pendidikan memiliki kriteria minimum pencapaian mutu dalam 8 (delapan) aspek, yaitu: kompetensi lulusan, isi/konten, tenaga kependidikan, proses, sarana prasarana, pengelolaan, dan penilaian. Sementara standar kompetensi kerja dikembangkan oleh industri yang bersangkutan dengan kementrian terkait, dan uji sertifikasinya dilakukan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui LSP-LSP yang dibentuknya.
Prinsip 7
Seperti yang tertulis dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, pengakuan telah tuntasnya seorang peserta didik belajar dapat dinyatakan melalui penerbitan dua jenis dokumen, yaitu: ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.
HARUS ADA SKEMA SERTIFIKASI
Skema Sertifikasi
Dinamika Kompetensi
Karena sifatnya yang dinamis, setiap perguruan tinggi yang ingin menerapkan KBK harus memiliki skema sertifikasi yang baku diterapkan di industri. Untuk Indonesia dapat mengacu pada skema sertifikasi yang telah dikembangkan oleh BNSP dimana perguruan tinggi berkesempatan menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi Tingkat Satu (LSP-1) sejauh memenuhi sejumlah persyaratan yang berlaku, yaitu memiliki 5S: Standar, Skema, Sarana Prasarana, Sumber Daya, dan Surveilans.
Tantangan dan Peluang
Dengan demikian paka lulusan perguruan tinggi tidak saja dibekali dengan ijazah, namun juga sejumlah sertifikat kompetensi sebagai bukti bahwa peserta didik telah menempuh program pembelajaran dimaksud dan telah kompeten di bidang yang digelutinya.
Disamping itu, alumni tersebut akan selalu kembali ke kampus apabila perguruan tinggi yang bersangkutan memiliki infrastruktur dan superstruktur untuk pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang bersifat dinamis tersebut, sehingga cita-cita “link and match” antara perguruan tinggi dengan dunia industri dapat tercapai.
Prinsip 8
NATIONAL$INDUSTRY$
GLOBALISATION$
AGENDA$ COMPETITION$PHENOMENA$ INTERNATIONAL$AGREEMENT$ WORKFORCE$MARKET$
NATIONAL$
REFORM$ EMPOWEREMENT$STRATEGY$ REGULATION$POLICY$AND$ ECONOMY,$SOCIAL,$and$POLITICS$
SKKNI$
External)Forces)
Internal)Forces)
LSP$LSP$ LSP$
TUK$ TUK$ TUK$ TUK$
TRAINING$
CENTER$ LEARNING$CENTER$ endorse'
license'and'monitor' accredit''
and'monitor'
cer.fy'and'administer'
support'and'prepare'
HARUS ADA PANDUAN MANAJEMEN MUTU
Model Kemendiknas
Prinsip 9
Model Kemenaker
BSNP
menetapkan
SK-KD
Kemendiknas
menetapkan
Anatomi
Format
BNSP
menetapkan
PANDUAN
5S
Kemenaker
menetapkan
Kompetensi
Kerja
1
PEDOMAN BNSP 103 Rev 1-2010
1 dari 22
PEDOMAN BNSP 217-2009
1 dari 8 Pedoman BNSP 301-Rev 1-2009
1 / 16
Badan Nasional Sertifikasi Profesi - BNSP
Draft Final
Pedoman Penyusunan Materi Uji Kompetensi 1 / 22
TERIMA KASIH
Institut Perbanas
W