• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT AYAT TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AYAT AYAT TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELIN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

AYAT-AYAT TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING

DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Konseling adalah arti dari ‚counseling‛ (bahasa Inggris). Kata ‚counseling‛ berasal dari kata kerja to counsel yang berarti menasehati, atau menganjurkan kepada seseorang secara face to face. Jadi konseling dapat diartikan pemberian anjuran kepada seseorang secara face to face1. Konsep konseling yang berakar pada vocational

guidance dan dipelopori oleh Frank Parson di Boston tahun 19082, telah berkembang

sebagai layanan utama bimbingan dalam pendidikan. Berbagai pendekatan, antara lain psychoanalysis, client-centered counseling, eclectic counseling-approuch, behavior modification, merupakan langkah-langkah pengembangan dalam membangun konsep konseling3.

Dalam bahasa Arab, kata konseling disebut dengan al-irsya>d. Al-Khuli mendefinisikannya sebagai berikut:

Dalam hal ini, al-irsya>d dimaksudkan sebagai bimbingan, pengarahan konselor kepada klien/ konseli untuk membantu menyelesaikan masalahnya.

‘Athiyah Mahmud Hana menjelaskan konseling sebagai berikut:

1 Tim Dosen PPB FIP UNY, Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah, FIP UNY, hlm. 7

2 Milton L. Blum and Banyamin Balinsky, Counseling and Psycology, (Tokyo: Prentice Hall, Inc., 1983), hlm. 17

3 Harold W. Bernard and Daniel W. Fullmer, Principles of Guidance, (New York: Harper & Row Publisher, 1987), hlm.345

▸ Baca selengkapnya: ayat 15 dan manfaatnya

(2)

2

Dalam pendapat tersebut di atas ‚Athiyah Mahmud Hana menerangkan bahwa konseling bermaksud memberikan pelayanan atau penerangan kepada seseorang dalam suatu proses pertemuan antara dua orang, salah satu di antaranya mengalami kegoncangan disebabkan oleh problem pribadi yang tidak dapat diselesaikannya sendiri.

Lebih lanjut Mortensen and Schmuller mengemukakan: ‚Counseling may therefore be defined as person to person process in which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problem6. Dalam hal ini,

Mortensen dan Schmuller melihat bahwa dalam konseling terjadi suatu proses antar pribadi, salah seorang diantaranya dibantu oleh yang lain untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan dalam upaya menemukan masalah kehidupannya, dan selanjutnya membantunya untuk membuat pilihan dan menetapkan keputusan secara tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

B. PEMBAHASAN

Allah ditempatkan pada posisi Konselor Yang Maha Agung, satu-satunya tempat manusia menyerahkan dan mendekatkan diri serta mengkonsultasikan permasalahannya, sebagai sumber memperoleh keberanian dan kekuatan bagi penyelesaian masalah, sumber pemberi pertolongan dan kesembuhan7. Oleh karena itu ada beberapa hal dalam kajian Konseling dalam membentuk kepribadian muslim, antara lain:

1. Konselor membentuk pribadi muslim pada aspek aqidah (tauhid) a. Surat Adz-Dzariyat Ayat 56







 

 

5„Athiya Mahmud Hana,

AsySyakhsiyyah wa as-Sihah an-Nafsiyyah, (Kairo: Maktabah an-Nahdhah al-Mishriyah, 1959), hlm. 145

6 Donald G, Mortensen and Alan M, Schmuller, Guidance in Today’s School, (New York: John Wiley & Sons, Inc., 1976), hlm. 395

7 Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami “Kyai & Pesantren

(3)

3

‚Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku‛8.

b. Penjelasan







 

 

Kata ن د عيل اإ yang berarti Kecuali supaya aku perintahkan mereka menyembah-Ku bukan karena aku butuh kepada mereka, padahal Aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal kepada-Ku. Karena sekiranya aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal keberadaan-Ku dan keesaan-Ku. Penafsiran seperti ini ditunjukkan oleh apa yang dinyatakan dalam sebuah hadits kudsi:

‚Aku adalah simpanan yang tersembunyi lalu Aku menghendaki supaya dikenal. Maka Aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karena Akulah mereka mengenal Aku‛.

Demikian kata Mujahid dan begitu diriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat ini adalah: kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka9. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan aktifitas mereka adalah beribadah kepada-Ku10.

Apabila dikatakan: bagaimana mungkin ada manusia yang berbuat kafir kepada Allah padahal mereka diciptakan untuk bersaksi atas ke Tuhanan-Nya dan tunduk kepada perintah dan kehendak-Nya.

Dijawab: Mereka memang harus tunduk kepada takdir yang ditetapkan atas mereka, karena takdir mereka pasti akan terjadi dan mereka tidak akan

8Qur‟

an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989) hlm. 415

9 Maraghi Al, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989), hlm 24

(4)

4

mungkin mampu untuk menghindar darinya. Mereka hanya berbuat kepada takdir-Nya itu tidak dapat dihindari.11

Oleh karena itu, makna utama untuk kata نودبْعيل pada firman di atas adalah agar mereka tunduk, patuh, dan melakukan peribadatan12. Pada ayat di atas menegaskan bahwa Allah menciptakan jin dan mausia adalah menyuruh mereka mengerjakan amar dan mencegah mereka dari mengerjakan mungkar13. Di sisi lain, Ar-rabi’ bin Anas mengatakan ‚Maksudnya tidak lain kecuali untuk beribadah,‛ As-Suddi mengemukakan di antara ibadah itu ada yang bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat, yakni ibadah mereka yang disertai dengan kesyirikan itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi mereka14.

Konselor membentuk pribadi muslim pada aspek aqidah (tauhid) di antaranya yaitu:

1) Iman kepada Allah SWT a. Surat al-Baqarah ayat 21







 

 





  

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa15

b. Penjelasan

Kata د علا dengan maksud Perasaan merendahkan diri yang disebabkan merasakan keagungan yang disembah dan kata رلا yang berarti Yang mengatur, mendidik dan memelihara.







11 Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hlm 195 12

Ibid, hlm. 295-296

13 Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Madjied An Nur, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 15 14 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka Imam As-Syafi‟i) Juz 27 hlm 56

(5)

5

Nabi saw. Memulai da’wahnya dengan anjuran penyembahan kepada Allah SWT16. Seruan ini ditujukan kepada kedua belah pihak, orang-orang kafir dan orang-orang munafik17. Da’wah Rasulullah saw. Pada

mulanya ditujukan kepada bangsa Arab dan Yahudi yang tinggal di Madinah dan daerah sekitarnya. Sebenarnya, mereka itu beriman kepada Allah, tetapi tidak menyembah-Nya. Terkadang, mereka mengikutsertakan selain Allah dalam hal penyembahan, atau memang menyembah selain Allah.



 





Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung dan memiliki sifat-sifat yang sebelumnya kamu ketahui telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian. Alloh pulalah yang memelihara kalian dan orang-orang yang sebelum kalian. Allah mengatur seluruh kepentinganmu, kemudian menganugerahkan sarana pengetahuan dan jalan menuju hidayah, karenanya, sembahlah Allah semata, jangan sekali-kali kalian menyekutukan-Nya dengan seseorang atau makhluk-makhluk-Nya.

 

Sembahlah Allah sebagaimana mestinya, karena menyembah Allah dengan cara yang semestinya itulah yang akan mengantarkan kalian kepada takwa, dan merupakan harapan menuju kesempurnaan18. Ibadah adalah suatu bentuk kepatuhan dan ketundukan yang berpuncak kepada sesuatu yang diyakini menguasai jiwa raga seseorang dengan penguasaan yang arti

16 Maraghi Al, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989), hlm 24 17 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka Imam As-Syafi‟i) Juz 1 hlm 80 18

(6)

6

dan hakikatnya tidak terjangkau. Karena itu, ketundukan dan kepatuhan kepada orang tua atau penguasa tidak wajar dinamai ibadah19.

2) Hidup selamat berpedoman al-Qur'an a. Surat Ali Imran ayat 164

















































“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka

sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah.

dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah

benar-benar dalam kesesatan yang nyata”20.

b. Penjelasan

Kata (نم)Allah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya ( م سفنا نم )

Dari kalangan bangsa mereka sendiri, yaitu bangsa Arab, agar mereka dapat

memahami bahasanya, ( م كزي ) Menyucikan mereka dari kotoran wasaniy

dan akidah yang rusak ( ل ق نم ) Sebelum diutusnya sang rasul ( ني م ل اض )

Kesesatan yang nyata yang tidak diragukan

Sesungguhnya rasul dilahirkan di negeri mereka dan tumbuh di kalangan mereka. Kemudian selama hidupnya mereka tidak pernah melihatnya berbuat hal-hal yang buruk. Ia jujur, dapat dipercaya, selalu mengajak ke jalan Allah dan berpaling dari keduniawian. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang sifatnya demikian masih juga yang menuduh melakukan penggelapan dan berkhianat?

19 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 1 Hlm. 119

(7)

7

Sifat-sifat Rasulullah saw. Yang mengharuskan ditaati

1. Sesungguhnya Nabi saw. Berasal dari mereka, agar mereka cepat menanggapi ajakannya

2. Nabi membacakan untuk mereka ayat-ayat Allah yang menunjukkan kekuasaan, keesaan dan pengetahuan-Nya, agar jiwa manusia terarah padanya untuk mengambil faedah dan teladan darinya.

3. Sesunguhnya nabi menyucikan dan membersihkan jiwa mereka dari aqidah palsu, bujukan-bujukan wasaniy dan kotorannya.

4. Nabi saw. Mengajari mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (hadis)21.

Ini adalah karunia yang paling besar, di mana Rasul yang diutus kepada mereka itu adalah dari jenis mereka sendiri, sehingga dengan demikian mereka akan dapat berkomunikasi dan menjadikannya tempat rujukan dalam memahami firman-firman-Nya22.

Di sisi lain pengutusan rasul dari jenis manusia menjadikan beliau mampu diteladani. Pada saat beliau berkata: ‚lakukan seperti yang aku lakukan‛, maka tidak seorangpun yang akan berkata: ‚kami tak mampu, anda berbeda dengan kami, anda dari jenis malaikat, atau jin, atau apapun, sedang kami adalah manusia, dari darah dan daging, akal, jiwa, dan nafsu‛23.

3) Hidup sesuai ukuran yang ditetapkan Allah SWT a. Surat. al-Qamar: 49,53













Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran24.

21 Maraghi, Al, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989), jilid 27 hlm 177 22

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka Imam As-Syafi‟i) Juz 2 hlm 181

23 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 2 Hlm. 254

(8)

8















Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis25 .

b. Penjelasan











Kata ( ر د ق ب ) Menurut ukuran yang telah termaktub dalam Lauhul Mahfuz ( ر ط ت س م ) Tercatat dalam catatan secara rinci, sesungguhnya segala yang terjadi di dalam kehidupan ini, adalah dengan ketentuan Allah dan pembentukannya, menurut ketentuan hikmah-Nya Yang Maha Bijaksana dan aturan-Nya yang menyeluruh dan sesuai dengan sunnah-sunnah yang dia letakkan pada makhluk-Nya













Dan segala sesuatu yang mereka lakukan, yakni kekafiran dan kemaksiatan-kemaksiatan, yang dengan itu mereka menghinakan jiwa mereka dan dosa-dosa, di samping kejahatan-kejahatan yang dengan itu mereka mengotori jiwa mereka. Semua itu tercatat pada para malaikat pencatat yang mulia. Yakni tertulis dan tercatat di dalam lembaran-lembaran mereka26. Tidak satupun yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah dihitung.27

4) Berakhlak mulia

a. Surat al-Qalam ayat 4











25 Qur‟an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989) hlm 423

26 Maraghi, Al, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989), jilid 4 hlm 217 27

(9)

9

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”28.

b. Penjelasan

Keluhuran budi pekerti Nabi, saw. Yang mencapai puncaknya itu bukan saja dilukiskan oleh ayat di atas dengan kata (كنإ)innaka/ sesungguhnya engkau tetapi juga dengan tanwin (bunyi dengung) pada kata (قلخ)khuluqin dan huruf (ـل) la>m yang digunakan untuk mengukuhkan kandungan pesan yang mengiasi kata (ىلع) ala> disamping kata ala> itu sendiri, sehingga berbunyi (ىلعل) la’ala>, dan yang terakhir pada ayat ini adalah penyifatan khuluq itu oleh Allah Yang Maha Agung dengan kata (ميظع) ‘adzi>m/agung29.

Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas ‘sesungguhnya engkau benar-benar berada di dalam agama yang agung, yaitu Islam, Ma’mar menceritakan dari Qatadah ‘Aisyah pernah ditanya tentang Akhlak Rasulullah saw. Maka dia menjawab : ‚Akhlak beliau adalah al-Qur’an.‛30

Pencapaian integritas pribadi muslim dilandasi keimanan yang kuat akan mampu mengapresiasi diri secara baik dan dinamis, apapun kondisi fisik, materialnya serta apapun status sosialnya.

2. Konselor membentuk pribadi muslim pada aspek syari’ah dan akhlak 1) Membentuk pribadi muslim terhadap dirinya sendiri

 Satu kata dan perbuatan dalam menggali kehidupan a. Surat ash-Shaaf: 2-3)





























28 Qur‟an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989) hlm. 451

29 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 14 Hlm. 381

30

(10)

10 “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa

yang tidak kamu kerjakan31.

b. Penjelasan

Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang menetapkan suatu janji atau mengatakan suatu ucapan tetapi ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu, ayat ini dijadikan sebagai landasan bagi ulama salaf yang berpendapat mengharuskan pemenuhan janji itu secara mutlak, baik janji tersebut sesuatu yang harus dilakukan ataupun tidak. Dalam hal itu mereka berlandaskan pada Sunah juga.32

Mereka yang tidak menyucikan Allah swt., menyimpang dari sistem yang berlaku dan menyendiri padahal semua menyucikan-Nya, sungguh sikap mereka itu harus diluruskan33.

 Melihat kekurangan diri dan jangan mencari kesalahan orang lain a. Surat al-Hujurat ayat 12





































































“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik

31 Qur‟an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989) hlm. 440

(11)

11 kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima Taubat lagi Maha Penyayang34.

b. Penjelasan

Ayat di atas menegaskan bahwa sebagian dugaan adalah dosa yakni dugaan yang tidak berdasar. Biasanya dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk yang tanpa dasar, karena ia dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Dengan menghindari dugaan atau prasangka buruk, anggota masyarakat akan hidup tenang dan tentram serta produktif, karena mereka tidak akan ragu terhadap pihak lain dan tidak juga akan tersalurkan energinya kepada hal-hal yang sia-sia35.

 Mengutamakan hal-hal yang bermanfaat a. Surat al-Mukminun ayat 3















Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)

yang tiada berguna36 ,

b. Penjelasan

Tha>hir Ibn A<syu>r berpendapat bahwa persoalan al-laghw yang disebut setelah kekhusyu’an dalam shalat, karena kekhusyu’an bertolak belakang dengan al-laghw . siapa yang berbicara atau mendengar tentang khusu’ akan terlintas dalam benaknya al-laghw, dan demikian mengabaikannya merupakan keniscayaan dari kekhusyu’an dalam shalat. Karena siapa yang terbiasa dengan ucapan yang baik, dia akan

34 Qur‟an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989) hlm 412

35 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 13 Hlm.255

(12)

12

menjauhi ucapan yang buruk. Siapa yang terbiasa khusu’ kepada Allah tentulah dia akan meninggalkan kebohongan37.

2) Membentuk pribadi muslim terhadap makhluk lain

 Selalu ingin berbuat baik dan menolong orang lain a. Surat al-Qashash: 77

















































“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”38.

b. Penjelasan

















Kata ( رخأا رادلا ) Pahala dari Allah dengan jalan menafkahkan harta dalam hal-hal yang mendatangkan keridaan-Nya, pergunakanlah harta dan nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepadamu ini untuk mentaati Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam cara pendekatan yang mengantarkanmu kepada perolehan pahala-Nya di dunia dan akhirat.

37 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 09 Hlm 150

(13)

13





Janganlah kamu meninggalkan bagianmu dari kesenangan dunia dari perkara makan, minum dan pakaian, karena Tuhanmu mempunyai hak terhadapmu, dirimu mempunyai hak terhadapmu, demikian pula keluargamu, mempunyai hak terhadapmu39

 Kerjasama yang dilandasi iman a. Surat al-Hujurat ayat 10























Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat40.





Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bernasab kepada satu pokok, yaitu iman yang menyebabkan diperolehnya kebahagiaan abadi.







Maka perbaikilah hubungan di antara dua orang saudaramu dalam agama, sebagaimana kamu memperbaiki hubungan di antara dua orang saudaramu dalam nasab.

(14)

14



Dan bertakwalah kamu kepada Allah dalam segala hal yang kamu lakukan maupun yang kamu tinggalkan. Yang di antaranya adalah memperbaiki hubungan di antara sesama kamu yang kamu disuruh melaksanakannya.







Mudah-mudahan Tuhanmu memberi rahmat kepadamu dan memaafkan dosa-dosamu yang telah lalu apabila kamu mematuhi dia dan mengikuti perintah dan larangan-Nya41.

 Beri’tikad baik dibalik kesulitan a. Surat al-Ankabut ayat 2























Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)

mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?42

b. Penjelasan

Sayyid Quthub secara panjang lebar mengemukakan aneka fitnah/ujian yang merupakan sunnatullah terhadap keimanan kaum beriman. Menurutnya, fitnah itu bisa dalam bentuk menghadapi gangguan kebatilan dan para pelaku kebatilan, lalu sang mukmin tidak mendapatkan pelindung yang dapat mendukungnya untuk menangkis

(15)

15

kebatilan atau pendukung yang dapat membelanya, tidak juga kekuatan untuk menghadapinya43.

Ada lagi fitnah dalam bentuk kemegahan hidup dan hiasan duniawi yang melimpah, sukses dalam masyarakat, nama harum, dan kekaguman mereka, tetapi itu tercurah kepada para pendurhaka dan dilihat dengan jelas oleh yang beriman dan yang hidup dalam kemiskinan atau kesederhanaan44.

43 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. 10. hlm.440

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

„Athiya Mahmud Hana, AsySyakhsiyyah wa as-Sihah an-Nafsiyyah, (Kairo: Maktabah

an-Nahdhah al-Mishriyah, 1959),

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka Imam As-Syafi‟i) Juz 28

Donald G, Mortensen and Alan M, Schmuller, Guidance in Today’s School, (New York:

John Wiley & Sons, Inc., 1976),

Harold W. Bernard and Daniel W. Fullmer, Principles of Guidance, (New York: Harper &

Row Publisher, 1987),

Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Madjied An Nur, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),

Khuli, Al Muhammad, Qamus at-Tarbiyah, (Beirut Libanon: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1981),

Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami “Kyai & Pesantren”(Yogyakarta: eLSAQ Press,

2007)

Maraghi Al, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Tahaputra, 1989),

Milton L. Blum and Banyamin Balinsky, Counseling and Psycology, (Tokyo: Prentice Hall,

Inc., 1983),

Qur‟an, Al dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Edisi Revisi, 1989)

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002) Vol. 13

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2009),

(17)

17

DAFTAR ISI

A. Pendahuluan

B. Pembahasan

1.Konselor membentuk pribadi muslim pada aspek aqidah (tauhid) 1) Iman kepada Allah SWT

2) Hidup selamat berpedoman al-Qur'an

3) Hidup sesuai ukuran yang ditetapkan Allah SWT 4) Berakhlak mulia

2.Konselor membentuk pribadi muslim pada aspek syari’ah dan akhlak

1) Membentuk pribadi muslim terhadap dirinya sendiri - Satu kata dan perbuatan dalam menggali kehidupan

- Melihat kekurangan diri dan jangan mencari kesalahan orang lain - Mengutamakan hal-hal yang bermanfaat

2) Membentuk pribadi muslim terhadap makhluk lain - Selalu ingin berbuat baik dan menolong orang lain - Kerjasama yang dilandasi iman

- Beri’tikad baik dibalik kesulitan

Referensi

Dokumen terkait

MANFAAT AYAT 15 : Ayat ke 1: Mendapat ampunan dosa : Apabila ayat tsb dibacakan kepada orang yang sakit secara terus menerus maka mempunyai keutamaan bahwa orang yang sakit itu akan mendapat ampunan dosa dari Allah

Musibah kesulitan hidup yang menjadi ujian bagi orang-orang yang beriman yang dimaksud dalam ayat tersebut di atas adalah: Pertama sedikit ketakutan

Terkaitnya dengan prinsip ini, Ali Abd ar-Rasul menegaskan bahwa mubah (mal mubah) yang bebas atau boleh dimiliki oleh manusia untuk dimanfaatkan secara

Dan diantara objek kajian keilmuan yang terdapat dalam Al-Qu’an yakni adalah meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, karena kitab suci Al-Qur’an dalam berbagai

Paulus menegaskan hal ini, &#34;Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu menjalar

merasa tidak melakukan dosa (1 Yoh 1:9), maksudnya adalah mereka yang menganggap mereka sudah hidup suci dan berbuat baik setiap saat.. Dosa berdampak buruk pada komunitas

Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak tak terbatas). Sistem ini menegaskan bahwa pemerintahan

Nyarang sebagai alat untuk di kabulkan ke inginannya agar hujan yang biasanya turun pada lokasi tersebut di hindarkan atau bisa di katakan di pindah ke lokasi lain yang tidak di Sarang,