• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJ (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJ (1)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJARAN

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAHPDF | Print | Dipublikasi oleh : Drs. Agus Wasisto Dwi Doso Warso,MPd

Friday, 02 December 2011

PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Oleh

Drs. Agus Wasisto Dwi Doso Warso,MPd wasisto_9865@yahoo.com

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. [1]

[1] Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm.2 pasal 1

(2)

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Untuk mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut maka perlu ditentukan standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2] Standar nasional tersebut terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.[3] Standar nasional pendidikan berfungsi untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [4] Serta bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.[5]

(3)

bertanggung jawab.[7] Dengan demikian untuk mencapai tujuan nasional pendidikan diperlukan operasionalisasi kegiatan pendidikan yang mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan dimana pada penelitian ini difokuskan pada standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian dengan didukung oleh standar pengelolaan, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan dan standar pembiayaan.

Setiap satuan pendidikan mempunyai kewajiban untuk melakukan penjaminan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut pada dasarnya merupakan upaya sistematis yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk melaksanakan delapan standar nasional pendidikan.

Melalui penjaminan mutu diharapkan akan tercipta budaya mutu disetiap satuan pendidikan. Tumbuhnya budaya mutu disetiap satuan pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu upaya pemenuhan standar nasional pendidikan melalui penjaminan mutu merupakan faktor kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(4)

Mutu Pendidikan) adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang fungsi utamanya meningkatkan mutu pendidikan.[8] Walaupun mengimplementasikan sistem penjaminan mutu tersebut masih belum seperti yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang tidak bermutu yang tidak sesuai dengan standar proses diduga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi besar terhadap rendahnya mutu pendidikan di Madrasah, tanpa mengabaikan faktor lain di antaranya yaitu kondisi peserta didik (kesehatan, kebugaran, dan lain-lain), kualitas pendidik, kurikulum, terbatasnya anggaran, terbatasnya sarana, dan sebagainya yang juga mempunyai kontribusi terhadap menurunnya mutu Madrasah.

Penulis memilih obyek kajian berkaitan dengan penjaminan mutu internal proses pembelajaran dengan alasan karena bahwa Sekolah Dasar termasuk lembaga pendidikan yang mempunyai peran penting dan strategis dalam meletakkan dasar-dasar perkembangan kepribadian anak bangsa dan juga dalam rangka mempersiapkan kualitas pendidikan di tingkat atasnya.

(5)

II. PEMBAHASAN.

Bagaimana Proses Pembelajaran yang standar itu?

Kata pembelajaran tidak bisa dipisahkan dengan istilah belajar. Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing), kemudian

William Burton menyatakan bahwa A good learning situation consist of arich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpuses and carried on in interakcyion with a rich, varied and propocative environment, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan[9].

(6)

fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne menyatakan: “Why do we speak of instruction rather than have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any of these events)[11].

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan[12]. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien[13].

(7)

dan sumber belajar[14].

(8)

selama proses pembelajaran berlangsung; guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi; guru menghargai pendapat peserta didik; guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup[15]. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi (I2M3) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik[16]. Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjalin kerjasama yang bermakna dengan teman dan guru.

(9)

didik untuk mencaritemukan hal-hal yang baru dan inovatif. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam suasana tanpa tekanan, bebas, terlibat secara psikis dan fisik.

Pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran dimana peserta didik diperhadapkan pada masalah, persoalan-persoalan dilematis, yang jawabannya membutuhkan kreativitas dan kemungkinan-kemungkinan baru sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.

Pembelajaran yang memotivasi adalah pembelajaran yang mendorong dan memberi semangat pada peserta didik untuk mencapai prestasi, berkompetisi, berani mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan materi pembelajaran.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

(10)

Pada proses pembelajaran di dalam lingkungan sekolah, kegiatan ini diarahkan untuk pembentukan iklim Sekolah Dasaryang kondusif melalui keteladanan pendidik dan tenaga kependidikan sehingga terwujud interaksi edukatif yang memungkinkan terjadinya internalisasi nilai, dan secara kumulatif akan bermuara pada terbentuknya akhlak mulia dan kepribadian luhur peserta didik.

Bagaimana Penjaminan Mutu Pendidikan Internal?

Pada dasarnya banyak variasi pengertian tentang mutu. Mutu merupakan kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan. Kebutuhan atau harapan yang ditetapkan secara langsung/eksplisit atau tidak langsung/implisit oleh organisasi atau perorangan yang menerima suatu produk berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk[17]. Mutu juga sering diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau persesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan[18]. Mutu merupakan suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pengertian ini didasarkan pada elemen sebagai berikut: (1) mutu meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan-harapan pelanggan; (2) mutu mencakup produk jasa, manusia, proses dan lingkungan; dan (3) mutu merupakan kondisi yang selalu berubah[19].

(11)

orang yang melihatnya. Para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Pelanggan melakukan penilaian dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.

Dari berbagai pengertian tentang mutu tersebut maka mutu didefinisikan sebagai perpaduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi standar sekaligus memenuhi kebutuhan pelanggan baik, lansung atau tak langsung, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat masa kini dan masa depan.

(12)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu pendidikan pasal 1 tertulis bahwa mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih penerapan sistem pendidikan nasional.

Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara berkelanjutan sehingga konsumen produsen dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan[21]. Sallis menyatakan jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas cacat dan kesalahan. Tujuannya dalam istillah Philip B. Crosby adalah menciptakan produk tanpa cacat (zerodefects). Jaminan mutu merupakan pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (right first time every time)[22].

(13)

Dari Pengertian di atas maka penjaminan mutu di Sekolah Dasar tentunya lebih abstrak di banding penjaminan mutu dalam industri. Penjaminan mutu di Sekolah Dasarlebih terkait pada kebijakan, sistem dan proses untuk menjaga dan meningkatkan pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, penjaminan mutu di Sekolah Dasarlebih terfokus pada: (1) pengembangan desain pembelajaran; (2) pengembangan staf; (3) adanya umpan balik dari siswa, guru maupun karyawan.

Penjaminan mutu proses pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya untuk memastikan bahwa proses yang dilakukan oleh pendidik sesuai dengan standar yang ditentukan. Penjaminan mutu merupakan suatu sistem dalam pengelolaan mutu, yang pada dasarnya pengelolaan mutu itu sendiri merupakan suatu prosedur dalam mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensip dan terintegrasi.

Dasar hukum penyelenggaraan penjaminan mutu adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan evaluasi pendidikan yang terdiri dari kegiatan pengendalian penjaminan dan penetapan mutu[23]. Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa (a) setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat; (b) bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional pendidikan, penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat; (c) dilakukan secara bertahap sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki[24].

(14)

Pendidikan pasal 1 (satu) bahwa Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut SPMP adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang fungsi utamanya meningkatkan mutu pendidikan[25].

Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia[26]. (Permendiknas Nomor 63 Tahun 2011 tentang SPMB pasal 2) Pada dasarnya penjaminan mutu proses pembelajaran bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan mutu pembelajaran secara berkelanjutan yang dijalankan oleh suatu sekolah/Madrasah secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan pembelajaran. Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu yang dijalankan secara internal oleh sekolah/ Madrasah akan dikontrol dan diaudit melalui kegiatan akreditasi yang dijalankan oleh Badan Akreditasi Sekolah Dasar atau lembaga lain secara eksternal. Dengan demikian objektivitas penilaian terhadap pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan di suatu Sekolah/Madrasah dapat diwujudkan.

(15)

yang terkait dengan tingkat pencapaian Sekolah Dasartersebut melaksanakan proses pembelajaran di Sekolah Dasar dan juga berbagai kekurangan pada pelaksanaan standar proses tersebut, hal tersebut bisa terlihat pada hasil rekomendasi pada hasil EDS tersebut. Berdasarkan data hasil EDS tersebut maka Sekolah Dasar dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah Dasar(RKS), sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan berbasis pada kebutuhan Sekolah Dasar itu sendiri.

Penjaminan mutu di Sekolah/Madrasah diarahkan pada pemberian jaminan agar lulusan sesuai dengan tuntutan minimal standar kompetensi atau melampauinya. Oleh karena itu, penjaminan mutu terfokus pada pengendalian sistem penyelenggaraan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan penguasaan kompetensi dasar. Selanjutnya dijelaskan bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam penyelenggaraan penjaminan mutu proses pembelajaran di sekolah/Madrasah adalah: (a) kebijakan akademik sekolah/Madrasah; (b) kebijakan mutu akademik sekolah/Madrasah; (c) manual prosedur penjaminan mutu sekolah/ Madrasah; (d) monitoring dan revieu program secara periodik; (e) pengukuran siswa; (f) penjaminan mutu bagi guru; dan (g) sistem informasi.

(16)

harus didukung oleh sistem informasi yang baik.

Pada penjaminan mutu internal ada kata kunci yang harus dipahami oleh seluruh bagian/anggota organisasi yaitu tulislah apa yang anda lakukan dan lakukan apa yang anda tulis. Secara lebih rinci, hal ini sebenarnya merupakan implementsi konsep plan, do, chek, dan action dalam Total Quality Management (TQM). Hal ini dapat digambarkan dalam suatu siklus sebagai berikut:

Gambar 5. Siklus Penjaminan mutu

(17)

Berdasarkan pada hasil wawancara dan juga pengamatan yang penulis lakukan terhadap beberapa guru yang ada diSekolah Dasar menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pelaksnaan, dan penilaian hasil pembelajaran belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Proses. Hal ini ditunjukkan pada tahap perencanaan pembelajaran, yang meliputi silabus dan RPP yang dimiliki Sekolah/ Madrasah pada umumnya masih merupakan hasil mengadopsi kurikulum Sekolah/ Madrasah lain atau membeli sehingga antara silabus dan RPP tidak esuai karena keduanya bersala dari sumber yang berbeda. Silabus dan RPP belum dikembangkan secara mandiri oleh para guru hal ini dilatarbelakangi karena banyak guru yang belum membaca dan memahami standar proses pembelajaran, para guru sangat jarang mendapatkan pelatihan atau bimbingan teknis tentang pembelajaran dari instansi atau yayasan penyelenggara yang terkait, latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai. Umumnya kepala sekolah/ Madrasah Ibtidaiyah dan guru sudah merasa cukup puas ketika guru sudah mempunyai dokumen perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP ) tanpa memperhatikan bagaimana prosesnya

(18)

dengan standar proses hal tersebut dilatarbelakangi karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah khususnya sekolah/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta sangat terbatas.

Pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah(MI) pada umumnya masih banyak yang belum konsisten antara perencanaan pembelajaran (RPP) yang dimiliki dengan pelaksanaan pembelajarannya. Ketidakkonsistenan pelaksanaan pembelajaran antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran terjadi karena tidak adanya sanksi maupun pembinaan bagi guru yang dalam melaksanakan pembelajaran belum sesuai dengan RPP yang dibuat, Bagi sekolah/Madrasah Ibtidaiyah yang penting guru itu sudah mempunyai dokumen RPP dan sudah melaksanakan tugas mengajar.

(19)

Misalnya, mereka belum mampu dalam penyusunan perencanaan penilaian, pembuatan KKM, penyusuan kisi-kisi soal, rakitan soal, analisis soal, dan memilih teknik penilaian. Keterbatasan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan penilaian hasil belajar tersebut disebabkan karena kurangnya guru mendapatkan pelatihan peningkatan kompetensi secara intensif dari instansi terkait, lemahnya fungsi supervisi akademik oleh kepala Sekolah/Madrasah Ibtidaiyah maupun pengawas. Pengalaman guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar baik dalam membuat kisi-kisi, menyusun rakitan soal, membuat skor, melakukan analisis masih kurang.

Pengawasan internal pembelajaran yang dilakukan oleh kepala Madrasah terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran IPA masih belum dilaksanakan secara sistematis dan terencana dengan baik. Pengawasan yang dilaksanakan belum menggunakan instrumen, hasil pengawasan belum dibuat laporan, tindak lanjut hasil pengawasan belum dilaksanakan secara optimal. Pengawasan yang belum dilaksanakan secara optimal tersebut disebabkan karena keterbatasan kemampuan kepala Madrasah dalam memahami dan melaksanakan fungsi kepengawasan dalam proses pembelajaran hal ini terjadi karena sistem rekrutmen dan pembinaan kepala Madrasah Ibtidaiyah belum terprogram dengan baik, juga karena kepala Madrasah Ibtidaiyah itu jarang mendapatkan pelatihan maupun bimbingan teknis terkait dengan kompetensi kepala Madrasah oleh instansi atau lembaga terkait.

(20)

menjaminan Mutu Proses Pembelajarannya?

Penjaminan Mutu Internal terhadap proses pembelajaran Sekolah Dasar Negeri/ Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) maupun Sekolah Dasar Swasta/Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) belum dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir. Belum dilaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran tersebut dapat dilihat bahwa Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidiayah yang ada belum mempunyai kebijakan mutu (Quality Policy), pedoman mutu (Quality manual), prosedur mutu untuk setiap kegiatan (Sistem Prosedur) serta format atau daftar check untuk setiap kegiatan dalam proses pembelajaran (Forms and Checklist) serta belum mempunyai mekanisme monitoring, audit terhadap program secara periodik untuk menjamin seluruh proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan baik sebagai unsur penting dalam penjaminan mutu, Belum terlaksananya penjaminan mutu pendidikan di Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah dilatarbelakangi karena para pengelola satuan pendidian Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah belum mengetahui tentang kewajibannya untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan termasuk penjaminan mutu proses pembelajaran , belum ada sosialisasi terkait dengan regulasi sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) oleh instansi terkait maupun oleh yayasan sebagai penyelenggara satuan pendidikan, dan sosialisasi tentang pedoman sistem penjaminan mutu pendidikan.

(21)

penilaian dalam proses pembelajaran walaupun pelaksanaannya belum bisa optimal.

Apa yang harus dilakukan oleh Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidayah dalam

menjamin mutu proses pembelajarannya?

Sebagai langkah awal dalam kegiatan penjaminan mutu internal proses pembelajaran disekolah/Madrasah maka Sekolah Dasar tersebut perlu melakukan evaluasi diri Sekolah/Madrasah (EDS) sebagai langkah pengumpulan data, khususnya yang terkait dengan pencapaian Sekolah Dasar tersebut melaksanakan standar proses di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan juga terkait dengan berbagai kekurangan pada pelaksanaan standar proses tersebut. Berbagai kekurangan dalam pelaksanaan proses tersebut ditunjukkan pada rekomendasi yang terdapat pada laporan hasil EDS yang dilakukan oleh sekolah/Madrasah. Berdasarkan pada data hasil EDS maka Sekolah Dasar menyusun Rencana Kerja Sekolah /Madrasah(RKS/M), sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dalam membuat program kegiatan selalu berbasis pada hasil EDS itu sendiri.

(22)

penjaminan mutu sekolah/ Madrasah; (c) prosedur untuk setiap kegiatan (sistem prosedur); (d) form dan daftar check untuk setiap kegiatan (forms and checklists). Apabila keempat unsur tersebut telah tersedia, dan implementasi penjaminan mutu di Sekolah Dasar dilakukan pengawasan dan monitoring dan review program secara periodik, serta melakukan pengukuran siswa, Semua proses implementasi tersebut harus didukung oleh sistem informasi yang baik, maka penjaminan mutu proses pembelajaran telah dilaksanakan oleh satuan pendidikan tersebut.

(23)

Gambar 5. Siklus Penjaminan mutu

Apa Simpulannya?

Berdasarkan pada uraian tersebut diatas maka bisa disimpulkan bahwa agar proses pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah bermutu maka

pembelajaran tersebut harus berpedoman pada standar proses. Proses pembelajaran bisa sesuai dengan standar proses maka perlu adanya adanya Rencana Kerja

Sekolah/Madrasah ( RKS/M) yang berbasis hasil EDS,selanjutnya perlu adanya

kebijakan mutu, manual mutu yang berisi manual prosedur (SOP) maupun format sebagai panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah dan proses pengawasan internal yang dilakukan oleh sekolah / Madrasah terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran yang ada di satuan pendidikan tersebut.

(24)

Ali Mudlofir.2007.Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 Bidang Studi PAI, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Abdurrahman. 2005. Disertasasi. Implementasi Quality Managemen strategi peningkatan mutu pendidikan di MAN Cilacap. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

AB Musyafa’Fathoni.2005. Disertasi. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem penjaminan mutu (Studi Multi Situs di SD Al Falah Tropodo 2 Sidoarjo, SDIT Bina Insani Kediri, dan SDIT Al Hikmah Blitar)

Bogdan. 1992.Qualitatif research for education:An introduction to Theory and methods. Boston,Mass: Allyn and Bacon ,Inc,)

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, terj. A. Khozin Afandi, Surabaya, Usaha Nasional.

Bogdan ,Robert C.& Sari Knopp Biklen, 1982: Qualittaif Research for Education:An Introduction to Theory and Methods,Boston: Allyn and Bacon,Inc

(25)

Carin,AA& Sund,RB.1989. Teaching Modern Science.London:Charles E Merril Publishing Company.A Bell&Howel Company

BSNP.2006. Pedoman penyusunan KTSP

Charles Hoy dkk. 2000, Improving Quality in Education, London : Kogan Page.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Diknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balitbangdik-nas.

Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Madrasah Kategori Mandiri /Madrasah Standar Nasional.Jakarta: Direktorat Pembinaan Madrasah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Pengembangan Kurikulum,Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi,1984, hal 15

Direktorat tenaga Kependidikan.2009. Total Quality Management.

Ditjen Dikti,Depdiknas. 2003. Manjemen berbasis Sekolah.

Dirjen PMPTK. 2008. Strategi Pembelajaran IPA di Sekolah dasar.

Dirjen PMPTK Diknas, 2008 .Manjemen Pengembangan dan Implementasi KTSP

(26)

Dirjen PMPTK. 2006. Panduan penyusunan RPP

D.Cohen 1964. ,The Development of an Australian Science Curriculum Model,( An Unpublished Doctoral Thesis)

Ekroman SS.2001. Quality Assurance. .

Eko Supriyanto. 2007. Pedoman Mekanisme Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Penjaminan Mutu. Yogyakarta

Fattah Santosa,dkk.1989. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,Yogyakarta,IAIN Sunan Kalijaga,

Permendiknas no 23 tahun 2006. Tentang Standar Kompetensi Lulusan

H.B. Sutopo. 1996, Metodologi Penelitian K ualitatif, Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hendro Darmojo dan Kaligis .1992. Pembelajaran IPA . Jakarta .Depdikbud

Ibrahim Nasir. 1987. Usus at-Tarbiyah. Omman: Dar Ammat.

Imam Barnadib,Filsafat Pendidikan.1987. Pengantar Mengenai sistem dan metode ,Yogyakarta,FIP IKIP.

(27)

Gagne and Brigg L.J.1979. Principles or Instruction Design.New York: Holt Rinehart and Winston.

Gaspersz,Vincent. 2005. Total Quality management.Jakarta PT Gramedia

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Dit.PLP-Dikdasmen

Jamalusurur. 2008, implementasi Total Quality Managemen ( TQM ) di Madrasah Menengah

Khoirul Umam. 2004. Kejuruan ( SMK ) I Purwokerto Jawa Tengah, Tesis, Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga.

Karel A . Steenbrink1974. ,Pesantren,Madrasah dan Sekolah;Pendidikan Islam dalam Kurun Modern(Jakarta: LP3ES.

Direktorat tenaga Kependidikan,2009. Total Quality Manajement.

Lincoln,Y.S & Guba,E.G.L, 1985. Naturalistic Inquiry (Baverly hill,CA:SAGE Publications,Inc

Materi Rakor Pelaksanaan Pendampingan Penjaminan Mutu Madrasah LPMP D.I.Y tahun 2008 ( makalah )

(28)

Moleong,Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

Nana Saodih Sukmadinata, 2000. Pengembangan Kurikulum,Teori dan Praktek,Bandung: PT.Remaja Resdokarya,Cetakan ketiga.

A. malik Fajar, 1999.Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan.

Muhidin. 2005. Penerapan Manjemen Mutu terpadu (MMT) di MAN Majenang .

M. Hasbi. 2006. Pengelolaan MAM Model Yogyakarta dalam Perspektif Total Quality Management (Tinjauan terhadap Pelanggan Eksternal Primer ), Tesis, Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga.

Maksum, 1999. Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya.(Jakarta;;Logos Wacana Ilmu,1999; 123).

Muhadin, 2005. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), MAN Majenang, Tesis, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

Moleong, lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya

Muhammad Joko Susilo. 2007. KTSP.yogyakarta : pustaka pelajar

(29)

Nana Sudjana, 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Madrasah. Bandung : Sinar Baru.

Nana Syaodih Sukmadinata.Pengembangan kurikulum :Teori dan Praktek ( Bandung Remaja Rosdakarya,2001)

Nana Sudjana. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 2010.Proses Belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Rustaman, N.Y., dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: JICA-UPI

Ronald C.Doll,Curicullum improvement,Decision Marking and Processs ( Boston:Allyn & Bacon,Inc,1974),hal. 22

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Ros-dakarya

Polya, G. 1957. How to Solve It. Princeton: Princeton University Press.

Purkey & Smith dalam Direktorat tenaga Kependidikan,2009. Karakteristik sekolah bermutu. PMPTK 2008 . Strategi Pembelajaran MIPA

(30)

RS Zais, 1976. Curriculum Principles and foundation ( New York): Herper and Row Publisher

Undang- Undang nomor 3. Tahun 2003. Sistim pendidikan Nasional

Salllis,E.2007.Total quality Management in Education.Alih Bahasa: Ahmad Ali Riyadi dan Farorrozi.Yogyakarta:IRCISoD.

Syarif,A,1996. Pengembangan kurikulum,Surabaya:Bina Ilmu

Sudjoko. 1983. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen PendidikandanKebudayaan.

Subiyanto. 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :

Sund, RB., & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching science by inquiry in the secondary school 2nd ed. Colorado: Univercity of Northern.

Sumaji, Dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis, Yogyakarta: Kanisius

S.Nasution,1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif( Bandung: Tarsito

Sri sulistyorini;2007. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara wacana hal 9-11)

(31)

Nasution,2008, komponen KTSP, Jakarta :Rajawali

Zakiah Daradja,dalam 1996. “Tokoh di balik lahirnya SKB Tiga Menteri”,Jurnal Madrsah Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI, ( Jakarta : Dirjen Binbaga,Vol. 1.

Usman Samatowa. (2004). Bagaimana Membelajarkan Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti Direktrorat Ketenagaan

Weisz, S.F. (1969). Science and common sense. New Haven: Yale University Presshal

Winarno Surahmad.1977. Pembinaan dan pengembangan kurikulum,jakarta: Depdikbud

Wuryadi. (2007). Materi Kuliah Filsafat Ilmu Mahasiswa PPS UNY KonsentrasiSains.Yogyakarta,PPSUNY.

Woolfolk dan Nicolich (1984). Primary Science. The challengge of the Clevedon. Multilingual Woolfolk dan Nicolich (1984: 53)

Yin Robert,K, 1996. Study research,design and Methods,Terj.M.Djauzi Mudzakir(Jakarta:raja Grafindo Persada,

[1] Ibid, hlm 2 pasal 3

(32)

[3] Ibid, hlm. 4. pasal 2

[4]Ibid, hlm. 4. pasal 2

[5] Ibid, hlm. 4. pasal 2

[6] Peraturan Menteri Pendidiknan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, hlm 3

[7] Ibid , hlm. 12-13

[8] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan, Bab 1 pasal 1, hlm. 12

[9]Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Bandung:Bumi Aksara, 2010), hlm.44-53.

[10]Gagne and Brigg L.J. Principles or Instruction Design. (New York: Holt Rinehart and Winston, 1979), hlm. 30

[11]Ibid, hlm. 33

[12]Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm. 2.

[13]Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, hlm.2.

[14]Ibid, hlm. 7.

[15]Ibid, hlm. 11.

[16]Ibid, hlm. 11.

[17]Salllis, E. Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: IRCISoD, 2007), hlm. 50, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Farorrozi.

[18]Goetschdandavis, S., Introduction to Total Quality Quality, Productivity,Competitiveness, (Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 2001), hlm 4.

[19]Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 54.

(33)

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009), hlm. 16-17.

[21]Ditjen Dikti Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas, 2003), hlm. 30.

[22]Sallis E., Total Quality Management in Education, Yogyakarta: IRCISoD, 2008, hlm. 53, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrorrozi.

[23]Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

[24]Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

[25]Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Pasal 1, hlm. 3.

Gambar

Gambar  5. Siklus Penjaminan mutu
Gambar  5. Siklus Penjaminan mutu

Referensi

Dokumen terkait

Maksud data sekunder ini di gunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat seberapa banyak adanya kepemilikan tanah pertanin secara absentee serta untuk mengetahui

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh perlunya dilakukan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna dalam menyampaikan suatu konsep

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

Federal Internasional Fanance kantor cabang singaraja agar sistem informasi berbasis komputer yang telah diterapkan tetap efektif yaitu pada indikator keamanan data

5. Edmodo dirancang untuk membuat siswa atau mahasiswa manjadi….a. Bersemangat b. Santai c. Malas d. Kurang bersemangat e. Semua

13 Use Case Description Mengelola Data History Observasi Tenaga Ahli 43. 14 Daily scrum sprint pertama

Beberapa peneliti sudah menduga bahwa terjadi mutasi genetik secara spontan yang menyebabkan perubahan warna pada bunga tanaman tersebut, namun mereka belum punya

Menjadi dasar atau payung bagi seluruh Standar, Manual, dan Formulir SPMI di Perguruan Tinggi serta menjadi panduan bagi seluruh unit kerja di lingkungan ISI