• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG P"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

1

Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa negara wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan.

Yang pada dasarnya menyangkut berbagai aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan dan dibutuhkan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, jasa, dan lainnya.

Kinerjan pelayanan publik masih belum seperti yang diharapkan, sehingga masih banyak pelayanan-pelayanan pemerintah yang belum memuaskan dan masih harus diperbaiki. Buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain dikarenakan belum dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana pengertian pelayanan publik menurut beberapa ahli?

2 Mengapa kinerja pelayanan publik masih belum berjalan secara maksimal? 3 Bagaimana pelayanan publik dibidang pendidikan?

4 Apakah hubungan antara pendidikan dan kemiskinan?

1.3

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pelayanan publik menurut para ahli. 2. Untuk mengetahui kinerja pelayanan publik.

3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik dibidang pendidikan. 4. Untuk mengetahuihubungan pendidikan dan kemiskinan.

(3)

2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Secara luas pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ada definisi tentang pengertian pelayanan publik menurut beberapa ahli :

1) Teori pertama, Menurut Widodo Joko, 2001.

Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.

2) Teori kedua, Menurut Sadu Wasistiono 1994

pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.

3) Teori ketiga, Menurut Robert, 1996.

Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan usaha milik negara atau daerah dalam, barang atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketertiban-ketertiban.

4) Teori keempat, Menurut Batinggi,1998.

(4)

Dari ketiga teori tersebut menurut pandangan saya yang paling sesuai adalah teori ketiga menurut Menurut Batinggi,1998. Yang menyatakan bahwa, Pelayanan publik dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum. Dengan demikian, kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga negara. Karena dalam teori ini telah dijelaskan untuk memberikan pelayanan publik, dilakukan sebuah perbuatan dan kegiatan untuk memberikan pelayan publik yang menjadi hak setiap warga negara.

2.2

Kualitas pelayanan publik kita saat ini

Kualitas pelayanan publik kita saat ini masih jauh dari harapan. Dapat dikatakan juga, belum berjalan secara maksimal. Faktor yang mempengaruhi pelayanan publik belum berjalan secara maksimal adalah ketika perputaran pergantian kepemimpinan karena lembaga itu tidak memiliki konsep pelayanan publik yang berkelanjutan. Misalnya, selama lima tahun pejabat bupati, wali kota, gubernur, presiden, selalu mencalonkan kembali dan berkampanye.

Tetapi konsep pelayanan publik kan tidak berjalan lima tahun. Konsep pelayanan publik itu seharusnya bersifat jangka menengah dan panjang. Sehingga membuat pelayanan publik tidak selesai dalam lima tahun. Ganti pemimpin, ganti konsep. Hal ini dapat mengganggu peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, kinerja pelayanan publik belum dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Contohnya didalam bidang pendidikan. untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, transparan dan akuntabel antara lain telah ditetapkan Keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

(5)

pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya belum juga dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan publik, meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/ pengendalian, dan laporan hasil kinerjanya. Transparansi dan akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan publik karena sangat terkait dengan kepastian berusaha bagi investor baik dalam negeri maupun luar negeri, serta kepastian pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.

2.3

Pelayanan Publik dibidang Pendidikan

Sebelum kita membahas mengenai permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia secara luas, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu sendiri terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Jika bicara masalah pendidikan banyak hal yang dapat diangkat. Antara lain sarana pendidikan, pelaku pedidikan mulai dari pengajar hingga siswa yang diajar. Bagaimana pelayanan publik dalam bidang pendidikan? Berbicara tentang pelayanan publik di bidang pendidikan, Pengaduan di bidang pendidikan merupakan yang paling banyak. Karena pendidikan ini merupakan sektor yang paling banyak bersentuhan dengan masyarakat umum. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.

(6)

ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Banyak masalah yang dihadapi oleh pelayanan publik dalam bidang pendidikan, mengakibatkan kualitas pendidikan di Indonesia belum terlaksana secara efisien dan efektif. Berbagai faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu,

 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik belajar.

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

(7)

Potret fasilitas pendidikan di

Papua Barat.

Sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan akibat dari kesejahteraan bangsa Indonesia yang kurang merata. Padahal penduduk Indonesia bagian timur itu juga merupakan bagian dari Indonesia ini.

Potret suasana pembelajaran anak-anak SD di Papua. Fasilitas yang digunakan sangat minim dan terkesan apa ad

(8)

Keadaan guru di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

 Adanya pungutan liar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melarang sekolah negeri menarik pungutan yang memberatkan siswa di sekolah itu. Sekolah negeri sudah mendapatkan anggaran dari pemerintah, namun pada kenyataanya masih banyak pihak sekolah yang melakukan pungutan liar terhadap siswa-siswinya. Dengan berbagai alasan, pihak sekolah meminta para siswa-siswi membayar sejumlah uang yang telah ditetapkan nominalnya atau dengan dali “sukarela”.

Perbuatan tersebut termasuk dalam tindak pidana koruptor yang telah dijelaskan dalam aturan Pasal 12 c UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), perbuatan pungutan liar yang dilakukan oknum kepala sekolah dan guru, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi. Gratifikasi bisa dilakukan oleh PNS dan tidak memandang besar kecil nominal.

 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

(9)

Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi.

Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanankhusus.

(10)

putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Jadi kemana aliran anggaran negara yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pendidikan? Yang seharusnya masyarakat kalangan menengah kebawah dapat mengenyam pendidikan secara layak.

2.4

Hubungan antara Pendidikan dan kemiskinan

Setiap bangsa yang ingin mencapai kemajuan, menganggap pendidikan sebagai salah satu dari berbagai kebutuhan vital dan itu sama halnya dengan kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Bahkan dalam bangsa yang kecil yaitu keluarga, pendidikan adalah kebutuhan pokok. Dalam arti bahwa, mereka akan mampu mengurangi kualitas rumah dan bahan makanannya dan mengupayakan pendidikan tinggi untuk anaknya.

Maka sebaiknya negara juga demikian halnya. Apabila suatu negara ingin cepat mendapat kemajuan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan, maka prioritas utama pembangunan adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah topik yang tidak akan pernah ada habis-habisnya, sebab siapapun, di manapun, kapanpun, bagaimanapun dan apapun yang terjadi kita harus tetap belajar agar memperoleh pendidikan yang baik agar kualitas Sumber Daya Manusia di negara kita dapat maju dan berkembang.

Sejak lama, negeri ini selalu menggalakkan program wajib belajar. Maksud pemberian wajib belajar itu adalah untuk tujuan yang baik. Wajib belajar itu adalah pemberian pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak.

(11)

mampu dalam hal materi. Sehingga, pemerintah pada akhir-akhir ini selalu berusaha memberikan bantuan khusus kepada sekolah-sekolah atau lebih dikenal dengan BSM (Bantuan Siswa Miskin). Bantuan itu adalah guna meningkatkan mutu kinerja tenaga pendidik dan yang terdidik.

Kemiskinan selalu jadi bayang-bayang di balik pendidikan kita. Kemiskinan menjadikan semuanya semakin kacau. Namun bagaimanapun juga, pendidikan tetap dinomorsatukan, sebab jika tak ada ilmu tidak akan kita dapati perbaikan kemiskinan. Kita akan tetap seperti posisi seperti ini di sepanjang tahun. Pendidikan menurut ketentuan perundang-undangan adalah kewenangan pemerintah daerah. Akan tetapi, sejauh ini belum ada realisasi yang nyata di lapangan.

Cara pembagian anggaran dan pengelolaannya belum ada kejelasannya. Otonomi daerah sering menjadikan sistem pendidikan berubah arah. Selalu terdapat penyelewengan. Dalam target penurunan kemiskinan, diutarakan bahwa hal utama yang harus dibenahi duluan adalah bidang pendidikan yang semakin merosot. Perbaikan itu tentunya haruslah ke arah yang lebih baik dan lebih nyata.

Masalah yang terjadi bukan hanya pada persoalan mengenai rendahnya kualitas pendidikan dinegara kita. Tetapi juga terhadap “Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan”. Yang dimaksud adalah banyaknya anak-anak bangsa kita yang telah menyelesaikan pendidikannya tetapi mereka tetap juga belum mendapatkan pekerjaan.

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.

(12)

Sedangkan pada jaman sekarang, kuota pekerjaan semakin sedikit karena banyaknya angka kelulusan yang belum memenuhi persyaratan pekerjaan tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan. Jika kualitas pendidikan dinegara ini masih tetap rendah dan tidak diperbaiki maka akan menyebabkan angka pengangguran yang cukup tinggi dan kehidupan masyarakat kita akan akan menjadi miskin dan minimnya kesejahteraan.

Akibat dari rendahnya pendidikan masyarakat, rendahnya kualitas sarana dan banyaknya lulusan yang menganggur, akan mendorong manusia untuk melakukan tindakan kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Maka dari itu pemerintah seharusnya bisa menyebar luaskan sarana pekerjaan agar bisa mengurangi angka presentase pengangguran dinegeri ini.

Dengan peningkatan mutu pendidikan secara otomatis pengangguran akan berkurang, kebodohan dapat diatasi dengan mudah. Namun bagaimanapun ceritanya, pemerintahlah yang harus memberikan tanggung jawab penuh pada masalah ini. Seperti yang dikatakan Presiden “Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).

BAB III

KESIMPULAN

(13)

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, yaitu rendahnya kualitas sarana fisik belajar mahalnya biaya pendidikan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, adanya pungutan liar dalam dunia pendidikan, kualitas guru pengajar. Dan menurut saya jika kita menginnginkan negara kita maju dan berkembang seharusnya pemerintah melakukan pelayanan yang cukup maksimal kepada siswa yang kurang mampu seperti memberikan beasiswa kepada siswa atau mahasiswa yang miskin / kurang mampu, memberi penghargaan kepada siswa yang menang dalam perlombaan dalam bidang pendidikan. Dan untuk mengantisipasi banyaknya kemiskinan hendaknya pemerintah lebih bisa membuka banyaknya lapangan kerja untuk pengangguran agar pengangguran dinegara ini mengalami pengurangan dan kemiskinan dinegara ini.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Dr. Kridawati Sadhana, M.S, Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik, CV. Citrab Malang, 2010, Malang, h. 132.

Robert, 1996, Pelayanan publik, PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, 30

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Pelayanan_Publik. diakeses pada tanggal 27 desember 2013, pukul 15.00 WIB

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1601/BAB%20II.pdf?sequence=4. Diakses pada tanggal 27 desember 2013, pukul 15.45 WIB

http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/19/i/12-18-juli-2012/qanda/29/pelayanan-publik-masih-buruk. Diakses pada tanggal 28 desember 2013, pukul 17.53 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi fungi sel T terus menerus diperlukan meskipun sel T sudah meninggalkan timus. Proses tersebut penting untuk mencegah putusnya toleransi bila sel T

Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR..

o Gerakan memegang tangan makin ke atas di belakang badan menunjukkan seseorang yang sedang sangat marah dan berusaha lebih keras untuk mengendalikan diri dibandingkan dengan

Dengan mempertimbangkan seluruh karakter yang dipelajari maka secara berturut-turut Arjuna, Pena Boto, DT-6, Lokal Lendang Ree, Lokal Rempek, dan Lokal Tumbu adalah genotipe

Pola distribusi mitokondria yang heterogen pada sel-sel trofoblas dari blastosis gagal nidasi mengindikasikan adanya gangguan distribusi energi (ATP) ke dalam

Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada

Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.) dalam bidang ilmu perpustakaan di Program D3 Perpustakaan Fakultas

Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan harmonisasi unsur-unsur tradisi dan kebudayaan masyarakat suku Batak – sebagai