1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya
perubahan ke arah yang lebih baik, untuk melakukan pembangunan
diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan
memperhatikan berbagai variabel, agar tujuan pembangunan tersebut
berhasil. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang
memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu
sendiri. Pembangunan yang tidak memperhatikan pembangunan
kependudukan, akan merugikan karena setiap keuntungan ekonomi akan
digunakan untuk membiayai kebutuhan penduduk. Pembangunan
kependudukan merupakan isu strategis dan bersifat Iintas sektor, sehingga
pengintegrasian berbagai aspek kependudukan kedalam perencanaan
pembangunan perlu diwujudkan, upaya-upaya mewujudkan keterkaitan
perkembangan kependudukan, dengan berbagai kebijakan pembangunan
menjadi prioritas penting agar pengelolaan perkembangan kependudukan
dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas, kualitas dan
mobilitas penduduk.
Data kependudukan memegang peran penting dalam menentukan
kebijakan, perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan, baik bagi
pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan
data kependudukan di semua tingkat administrasi pemerintahan (kota,
kecamatan, dan kelurahan) menjadi faktor kunci keberhasilan
program-program pembangunan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam
Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang
2
maupun informasi tentang kewilayahan Iainnya. Selain itu, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, mengamanatkan bahwa
data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang
pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban
melakukan pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi
daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa
perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran
penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pada
Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai
kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan dan
keluarga tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan,
penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan
kependudukan, penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan
administrasi kependudukan, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya,
di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data
dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk
mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar
hak-hak penduduk. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kota
3
Raya. Pemerintah Kota Palangka Raya sudah menyelenggarakan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem ini sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 2010, dan sudah menghasilkan database
kependudukan untuk Kota Palangka Raya. Database kependudukan ini
dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan
karakteristik penduduk Kota Palangka Raya dan dapat menjadi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan bagi Pemerintah Kota
Palangka Raya. Selama ini Pemerintah Kota Palangka Raya hanya
menggunakan data yang dihasilkan dari Badan Pusat Statistik Kota
Palangka Raya maupun pendataan yang dilakukan oleh instansi terkait
lainnya. Kelemahan data statistik yang disajikan adalah bahwa data tersebut
hanya dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu (10 tahunan atau 5
tahunan), sehingga untuk memperoleh data tahunan digunakan data
proyeksi atau data perkiraan yang dihitung dari dua atau tiga titik tahun
pendataan penduduk.
Berkenaan dengan penyajian data dan informasi perkembangan
kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik
itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain yang
terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan
informasi perlu menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari
sisi jumlah maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana,
informatif dan tepat waktu dalam bentuk profil perkembangan
kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Profil perkembangan
kependudukan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi
kependudukan di Kota Palangka Raya serta prediksi prospek
kependudukan di masa yang akan datang.
B. Tujuan
Menyajikan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya
Tahun 2015 sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan pembangunan
4
C. Ruang Lingkup
Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya meliputi:
1. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk.
2. Data kuantitatif yang berkaitan dengan mobilitas penduduk.
3. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kepemilikan dokumen
kependudukan.
D. Pengertian Umum Kata/Istilah (Glosarium)
Dalam Buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Palangka Raya
ini, yang dimaksud dengan:
1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
2. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama,
serta lingkungan penduduk setempat.
3. Perkembangan Kependudukan adalah kondisi yang berhubungan
dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh
dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.
4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
5. Profil Perkembangan Kependudukan adalah gambaran kondisi,
perkembangan dan prospek kependudukan.
6. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan.
7. Potensi Daerah adalah potensi fisik dan non fisik dari suatu daerah
seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber
5
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA PALANGKA RAYA
A. Sejarah Terbentuknya Kota Palangka Raya
Bermula dari sebuah desa yang bernama Pahandut, akhirnya dalam
perkembangannya dikenal sebagai Kota Palangka Raya. Sejarah
pembentukan Kota Palangka Raya merupakan bagian integral dari
pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang
Darurat Nomor 10 Tahun 1957, Lembaran Negara Nomor 53 berikut
penjelasannya (Tambahan Lembaran Negara Nomor 1284) berlaku mulai
tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut Undang-Undang
pembentukan Daerah Swatantra Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen
Republik Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 1959, yang menetapkan pembagian Provinsi Kalimantan
Tengah dalam 5 (lima) Kabupaten dan Palangka Raya sebagai Ibukotanya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tanggal 22 Desember
1959 Nomor: Des.52/12/2206, maka ditetapkanlah pemindahan tempat dan
kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan dari Banjarmasin ke Palangka
Raya terhitung tanggal 20 Desember 1959. Selanjunya, Kecamatan
Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap
mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya,
antara lain mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Kahayan Tengah ini
di pimpin oleh Asisten Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh J.M.
NAHAN. Peningkatan secara bertahap Kecamatan Kahayan Tengah
tersebut, lebih nyata lagi setelah dilantiknya Bapak TJILIK RIWUT sebagai
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah pada tanggal 23
Desember 1959 oleh Menteri Dalam Negeri, dan Kecamatan Kahayan
6
Pada tanggal 11 Mei 1960 dibentuk pula Kecamatan Palangka
khusus persiapan Kotapraja Palangka Raya, yang dipimpin oleh J.M.
NAHAN. Selanjutnya sejak tanggal 20 Juni 1962 Kecamatan Palangka
khusus persiapan Kotapraja Palangka Raya dipimpin oleh W. COENDRAT
dengan sebutan Kepala Pemerintahan Kotapraja Administratif Palangka
Raya. Perubahan, peningkatan dan pembentukan yang dilaksanakan untuk
kelengkapan Kotapraja Administratif Palangka Raya dengan membentuk 3
(tiga) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Palangka di Pahandut.
2. Kecamatan Bukit Batu di Tangkiling.
3. Kecamatan Petuk Katimpun di Marang Ngandurung Langit.
Kemudian pada awal tahun 1964, Kecamatan Palangka di Pahandut
dipecah menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Pahandut di Pahandut.
2. Kecamatan Palangka di Palangka Raya.
Sehingga Kotapraja Administratif Palangka Raya telah mempunyai 4
(empat) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) kampung, yang berarti
ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan untuk menjadi 1 (satu) Kotapraja
yang otonom sudah dapat dipenuhi serta dengan disahkanya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965, Lembaran Negara Nomor 48 Tahun 1965
tanggal 12 Juni 1965 yang menetapkan Kotapraja Administratif Palangka
Raya, maka terbentuklah Kotapraja Palangka Raya yang otonom.
Peresmian Kotapraja Palangka Raya menjadi Kotapraja yang otonom
dihadiri oleh Ketua Komisi B DPRGR, Bapak L.S. HANDOKO WIDJOYO,
Deputy antar daerah Kalimantan Brigadir Jendral TNI M. PANGGABEAN
para angota DPRGR, pejabat-pejabat Departemen Dalam Negeri,
Deyahdak II Kalimantan utusan-utusan Pemerintah Daerah Kalimantan
Selatan dan beberapa pejabat tinggi Kalimantan lainnya.
Upacara peresmian berlangsung di Lapangan Bukit Ngalangkang
Halaman Balaikota dan sebagai catatan sejarah yang tidak dapat dilupakan
7
diadakan demonstrasi Penerjunan Payung dengan membawa Lambang
Kotapraja Palangka Raya. Demonstrasi penerjunan Payung ini, dipelopori
Wing Pendidikan II Pangkalan Udara Republik Indonesia Margahayu
Bandung yang berjumlah 14 (empat belas ) orang, dibawah pimpinan Ketua
Tim Letnan Udara II M. DAHLAN, mantan paratrop AURI yang terjun di
Kalimantan pada tanggal 17 Oktober 1947. Demonstrasi penerjunan payung
dilakukan dengan menggunakan pesawat T-568 Garuda Oil, dibawah
pimpinan Kapten Pilot ARIFIN, Copilot RUSLI, dengan 4 (empat) awak
pesawat, yang diikuti oleh seorang undangan khusus Kapten Udara F.M.
SOEJOTO (juga mantan paratrop 17 Oktober 1947) yang diikuti oleh 10
orang sukarelawan dari Brigade Bantuan Tempur Jakarta. Selanjutnya
Lambang Kotapraja Palangka Raya dibawa parade jalan kaki oleh para
penerjun payung kelapangan upacara.
Pada hari itu, dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Bapak
TJILIK RIWUT ditunjuk selaku penguasa Kotapraja Palangka Raya. Dan
oleh Menteri Dalam Negeri diserahkan Lambang Kotapraja.
Pada upacara peresmian Kotapraja Otonom Palangka Raya tanggal 17 Juni
1965 itu, penguasa Kotapraja Palangka Raya, Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Kalimantan Tengah, menyerahkan Anak Kunci Emas (seberat 170
gram) melalui Menteri Dalam Negeri kepada Presiden Republik Indonesia,
kemudian dilanjutkan dengan pembukaan selubung papan nama Kantor
Walikota Kepala Daerah Kotapraja Palangka Raya.
B. Letak Geografis
Kota Palangka Raya yang dikenal dengan sebutan “Kota Pasir” terletak di antara 113°30’ - 114°07’ Bujur Timur dan 1°35’ - 2°24’ Lintang Selatan,
dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas.
8
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
Dengan luas wilayah sebesar 2.678,51 km2, secara administratif Kota
Palangka Raya terbagi atas 5 (Lima) kecamatan dan 30 kelurahan. Kelima
Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pahandut dengan luas 117,25 km2,
Kecamatan Bukit Batu dengan luas 572,00 km2,, Kecamatan Jekan Raya
dengan luas 352,62 km2, Kecamatan Sabangau dengan luas 583,50 km2,
dan Kecamatan Rakumpit dengan luas 1.053,14 km2,.
Rakumpit merupakan Kecamatan terbesar dengan luas wilayah
1.053,14 km2 atau 39,32 persen dari luas Kota Palangka Raya, sedangkan
Kecamatan Pahandut merupakan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil
yaitu 117,25 km2 atau 4,38 persen dari luas Kota Palangka Raya, dengan
topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari
40 %.
9
C. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2015 adalah
253.712 jiwa, terdiri dari 129.387 (49,70 %) laki-laki dan 124.325 (49,30 %)
perempuan. Rasio jenis kelamin Kota Palangka Raya 106,9, ini
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak
bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada
kelompok-kelompok umur muda.
Penduduk terbesar di Kecamatan Jekan Raya yaitu 141.353 jiwa dan
terkecil di Kecamatan Rakumpit 2.531 jiwa. Kepadatan penduduk tidak
begitu tinggi hanya 95 jiwa/km2, namun jika laju pertambahan penduduk
tidak dikendalikan, maka sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar
lainnya di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, Kota Palangka Raya tentu
akan tumbuh dan berkembang menjadi semakin padat.
Angka ketergantungan penduduknya sebesar 46,64 persen. Jumlah
penduduk tahun 2015 sebesar 253.712 jiwa jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 220.962 jiwa maka mengalami
pertambahan sebesar 32.750 jiwa dalam 5 (lima) tahun, dengan angka laju
pertumbuhan penduduk sebesar 2,76 persen. Angka ini jauh di atas laju
pertumbuhan penduduk nasional yang sebesar 1,4 persen dan laju
pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah yang sebesar 2,26
persen. Laju pertumbuhan penduduk secara umum dipengaruhi oleh tiga
faktor utama yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan (migrasi).
D. Gambaran Perekonomian Kota Palangka Raya
1. Struktur Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) digunakan untuk
menggambarkan struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu
10
sebagai barometer penting dalam mengukur hasil-hasil pembangunan
yang telah dilakukan. PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh
barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu
negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
dimiliki residen atau nonresiden.
Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan
yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan
atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil).
a) Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku atau PDRB nominal disusun
berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan
bertujuan untuk melihat struktur perekonomian.
b) Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan banyak digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi, karena data ini mencerminkan
pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari tahun ke
tahun. Mulai tahun 2015 PDRB mengalami perubahan tahun dasar
dari tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010, Perubahan tahun
dasar PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008
System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan
kerangka Supply and Use Tables (SUT).
Secara ringkas PDRB Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:
PDRB atas dasar harga berlaku (adhb) Kota Palangka Raya pada tahun
2015 sebesar Rp 11.289 Miliar. Ini merupakan total nilai tambah bruto
(NTB) yang dibentuk oleh seluruh lapangan usaha ekonomi di Kota
Palangka Raya.
Lapangan Usaha dengan NTB terbesar akan menjadi kekuatan
11
dimana kekuatan ekonomi Kota Palangka Raya, maka kita bisa melihat
dari besarnya nilai rasio PDRB suatu kategori terhadap PDRB Kota
Palangka Raya. Apabila kita lihat distribusi persentase peranannya maka
dapat diketahui bahwa lapangan usaha sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib memberikan
sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Palangka Raya
yaitu sebesar 22,79 persen. Kemudian secara beturut-turut disusul oleh
kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor sebesar 17,12 persen, Sektor Konstruksi sebesar 11,14 persen.
12
Gambar 2. Distribusi PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015 (Persen)
Struktur perekonomian Palangka Raya Tahun 2011 – 2015 masih
relatif sama, hal ini bisa kita amati pada Gambar 2 di bawah berikut,
nampak dominasi kategori-kategori tertentu dari tahun ke tahun masih
relatif sama. Adapun kategori yang mendominasi perekonomian adalah
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang
digolongkan dalam Kategori O. Peranan kategori tersebut terhadap
Kegiatan ekonomi di palangka Raya paling dominan mengingat
Palangka Raya adalah kota yang sedang berkembang dan sebagai
pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini yang menjadi
salah satu alasan mengapa peranan kategori tersebut menjadi yang
paling dominan. Sementara itu kategori lainnya yang berperan besar
terhadap kegiatan ekonomi di Palangka Raya adalah Kategori
Perdagangan Besar dan Eceran, Resparasi dan Perawatan Mobil dan
Sepeda Motor (G). Pada tahun 2015 Kategori Industri Pengolahan (C),
bergeser dari posos 3 ke posisi 4. Posisi ke-3 adalah Kategori Konstruksi
(F). Sementara itu peranan kategori lainnya masih relatif kecil yakni di
13
Gambar 3. Struktur Ekonomi Kota Palangka Raya Menurut lapangan Usaha (Persen), 2011-2015
Sumber: PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha 2011-2015, BPS Kota Palangka Raya
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Palangka Raya pada tahun 2015 memiliki laju
yang menguat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meski
demikian ada satu kategori dalam PDRB Kota Palangka Raya tahun
2015 yang lajunya negatif tipis, yaitu Kategori Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang atau kategori E, yang
mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,13 persen. Laju pertumbuhan
PDRB Palangka Raya tahun 2014 sebesari 6,97 persen, pada tahun
2015 meningkat menjadi sebesar 7,18 persen. Kategori yang berperan
paling dominan terhadap laju tersebut adalah Kategori O dengan share
terhadap laju sebesar 1,53 persen, Kategori G Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,31 persen.
Kategori C (Industri Pengolahan) menyumbang sebesar 0,78 persen
terhadap pertumbuhan ekonomi di Palangka Raya. Konstruksi berperan
sebesar 0,76 sisanya sebesar 2,80 persen digerakkan oleh kategori
14
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha (persen), Tahun 2013-2015
Kategori yang mengalami pertumbuhan di atas sepuluh persen
pada tahun 2015 ada tiga kategori yaitu kategori Pengadaan Listrik dan
Gas dengan laju sebesar 22,33 persen, Kategori Konstruksi sebesar
12,48 persen, dan kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib sebesar 11,94 persen. Pertumbuhan ekonomi
lebih dari lima persen kurang dari sepuluh persen terjadi pada tujuh
kategori yaitu, Jasa Perusahaan (9,46%), Jasa Pendidikan (9,23%), Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial (8,41%), Kategori Pertambangan dan
Penggalian (8,27%), Kategori Real Estate (8,04%), Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum (7,71,%) dan Kategori Jasa Lainnya
(7,58%). Terdapat lima kategori yang mengalami pertumbuhan ekonomi
positif dibawah lima persen yaitu, Transportasi dan Pergudangan
15
Motor (4,83%), Informasi dan Komunikasi (3,61%), Industri Pengolahan
(1,66%) dan, Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 1,34
persen.
Gambar 4. Grafik Laju Pertubuhan Ekonomi Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2011-2015
Sumber: PDRB Kota Palangka Raya Menurut Lapangan Usaha 2011-2015, BPS Kota Palangka Raya
3. Tingkat Inflasi
Hampir semua komoditas pokok mengalami pergerakan harga
selama tahun 2015. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada ikan asin
gabus sebesar 20,60 persen kemudian beras lokal sebesar 13,00
persen, urutan ke tiga adalah komoditas garam cap kapal sekitar 9,21
persen. Sementara itu, komoditas dengan kenaikan harga paling rendah
adalah minyak goreng dengan kenaikan harga sebesar 0,34 persen .
Kenaikan harga-harga secara umum disebut dengan inflasi,
sedangkan penurunannya disebut deflasi. Pada tahun 2015 laju inflasi
Kota Palangka Raya lebih rendah dari laju inflasi tahun 2014, yaitu
sebesar 4,20 persen, tahun sebelumnya inflasi sebesar 6,63 persen,
artinya kenaikan harga barang dan jasa rata-rata lebih tinggi 4,20 persen
dibandingkan tahun 2014. Laju tersebut termasuk dalam kategori inflasi
ringan.
Laju inflasi bulanan menunjukkan kenaikan harga bulan tertentu
dibandingkan bulan sebelumnya. Laju inflasi di Kota Palangka Raya
16
di bulan November sampai Januari dimana terdapat hari raya Natal dan
libur tahun baru. Setelah itu, laju inflasi memiliki tren menurun dan naik
lagi menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, yaitu di bulan Mei
sampai Juli.
Gambar 5. Tingkat Inflasi Bulanan Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber: Statistik Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2016
Laju inflasi rata-rata di Kota Palangka Raya pada tahun 2015 adalah
sebesar 4,20 persen, di atas laju inflasi nasional yang sebesar 3,35
persen.
E. Potensi Daerah Kota Palangka Raya
1. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik
berupa komponen biotik (hewan dan tumbuhan) maupun abiotik (minyak
bumi, gas alam, logam, air dan tanah).
Potensi sumber daya alam (SDA) berupa mineral yang terdapat di
Kota Palangka Raya diantaranya adalah Pasir Kuarsa, Kaolin, Emas dan
Batu Bara. Pasir kuarsa dan kaolin banyak tersebar di Kecamatan
17
Tabel 3 : Potensi Pasir Kuarsa dan Kaolin di Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya 2015
Kelurahan
Batu Pasir Kuarsa Kaolin
Cadangan Tereka ( M³ )
Cadangan Hipotik Cadangan Tereka (M³)
Cadangan Hipotik
M³ Ton M³ Ton
Mungku Baru 82.826.000 49.695.600 131.693.340 73.058.500 43.835.100 114.847.962
Bukit Sua 88.860.500 53.316.300 141.288.195 33.794.500 20.276.700 53.124.954
Petuk Barunai 40.644.500 24.386.700 64.624.755 16.421.500 9.852.900 25.814.598
Panjehang 17.292.000 10.375.200 27.494.280 - - -
Gaung Baru 17.402.000 10.441.200 27.669.180 - - -
Pager 110.564.000 66.338.400 175.796.760 108.962.000 65.337.200 171.288.264
Petuk Bukit 525 151.227.000 400.751.550 5.235.500 3.141.300 8.230.206 Jumlah 882.045.000 365.780 969.318.550 237.472.000 142.443.200 373.305.984
Sumber: Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Endapan batubara yang terdapat di Kecamatan Rakumpit tersebar
di Kelurahan Mungkubaru, Kelurahan Gaung Baru dan Kelurahan Sei
Raung. Di Kelurahan Mungkubaru terdapat 2 (dua) lapisan batubara
dengan ketebalan 0,5 m dan sekitar 1,5 m, sedangkan di Kelurahan
Gaung Baru dan Sei Raung tebal batubara yang teramati di pinggir
sungai Rungan sekitar 0,5 m, dan singkapan lainnya tidak diketahui
ketebalannya karena terdapat di dasar anak cabang sungai dengan
kemiringan lapisan yang relatif datar hingga sekitar 40 miring ke arah
Timur. Jenis batubara tersebut berwarna hitam hingga kecoklatan,
dan setempat masih terlihat adanya struktur sisa tanaman berupa ranting
18
Gambar 6. Peta Sebaran Batu Bara di Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
Sumber: Selayang Pandang Kota Palangka Raya Tahun 2013
2. Sumber Daya Buatan
Sumber daya buatan (SDB) adalah hasil pengembangan dari SDA
untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan/atau kemampuan daya
dukungnya. Contohnya seperti hutan buatan, kawasan budidaya,
kawasan perkotaan, waduk, dll.
Salah satu upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan
indah sekaligus mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota
ditetapkan suatu kawasan seluas ±1.635 ha yang terletak di belakang
pusat pemerintahan Kota Palangka Raya telah ditetapkan oleh Walikota
melalui Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 98 Tahun 2010
19
sebagai berikut: identitas kota, nilai estetika, penyerap karbondioksida
(CO2), pelestarian air tanah, habitat hidupan liar, produksi terbatas atau manfaat ekonomi. Sesuai dengan fungsinya, Hutan Kota “Himba Kahui” dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan (kegiatan
penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang
pengelolaan kawasan tersebut) ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan
penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, dan pelestarian
budaya.
Selain rencana kawasan Himba Kahui tersebut, di Palangka Raya
juga sudah terdapat kawasan hutan lindung lainnya yaitu di Taman Alam
Bukit Tangkiling, kawasan hutan penelitian Nyaru Menteng, serta
kawasan hutan tempat rehabilitasi Orang Utan Sungai Kaja.
Salah satu potensi yang belum dikembangkan secara maksimal
adalah potensi budidaya karet. Tanaman karet merupakan salah satu
jenis tanaman asli daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Masyarakat
dayak sudah sejak turun temurun terbiasa menanam pohon karet
sebagai salah satu mata pencahariannya. Jadi secara geografis maupun
budaya, tanaman karet ini seharusnya sangat cocok dikembangkan di
Kota Palangka Raya. Namun, permasalahannya adalah akibat harga
tanaman karet yang cenderung sangat fluktuatif, ditambah lagi dengan
risiko bahaya kebakaran hutan pada setiap musim kemarau, serta masih
minimnya pengetahuan petani untuk menjaga kualitas produknya pasca
panen sehingga harga karet ditingkat petani cenderung menjadi sangat
rendah, membuat sebagian besar petani di Kota Palangka Raya enggan
membudidayakan tanaman karet tersebut.
Menurut salah satu pabrik karet yang sudah beroperasi cukup
lama di Kota Palangka Raya, yaitu PT. Borneo Makmur Lestari yang
memproduksi SIR 20/Crumb Rubber kurang lebih 600-800 ton per bulan
(kapasitas produksi rencana 1.500—2.000 ton per bulan), sebenarnya
20
terpaksa harus membeli dari luar daerah yaitu dari Provinsi Kalimantan
Selatan.
Potensi perikanan di perairan umum Kota Palangka Raya sangat
banyak sekali jenisnya seperti Betok, Biawan, Belida, Baung, Sepat.
Budidaya ikan dalam karamba dilakukan di sungai, danau, dan kolam
dimana perkembangannya cukup menggembirakan. Budidaya keramba
merupakan usaha perikanan/nelayan yang cocok untuk dikembangkan
dan secara alami mudah disesuaikan dengan perairan dan musim.
Beberapa pendukung usaha perikanan yang dapat dimanfaatkan antara
lain sungai dan danau sebagai tempat budidaya pembesaran, Balai
Benih Ikan (BBI), Pasar Benih Ikan (PBI).
Di Kota Palangka Raya terdapat lebih kurang 104 buah danau,
dengan total luas sekitar 636,10 Ha. Danau–danau ini tersebar di
berbagai wilayah Kota Palangka Raya. Pada Kecamatan Bukit Batu
terdapat 45 buah danau (281,5 Ha), Kecamatan Rakumpit 42 buah
(167,6 Ha), Kecamatan Sabangau 10 buah (62 Ha), Kecamatan
Pahandut 4 buah (90 Ha), dan Kecamatan Jekan Raya 3 buah (35 Ha).
Masing-masing danau ini memiliki keunikan dan karakteristik sendiri.
Namun secara umum, danau-danau yang ada di Kota Palangka Raya
merupakan danau oxbow, dimana secara hidrologis sumber airnya atau
suplai airnya berasal dari limpasan sungai utama (Sungai Kahayan dan
Sungai Rungan).
Kondisi perairan pada danau-danau tersebut, secara umum relatif
masih baik (hasil pengujian pada beberapa parameter fisik dan kimia.
Adapun jenis ikan yang umumnya terdapat/hidup dalam danau-danau
tersebut adalah seperti Baung, Kapar, Gabus, Karandang, Tahuman,
Peang, Papuyu, Biawan, Lais, dll. Oleh karenanya, danau—danau
tersebut cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
21
3. Potensi Wisata
Salah satu visi Kota Palangka Raya adalah ingin mewujudkan Kota
Palangka Raya sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Untuk
itu Pemerintah Kota Palangka Raya saat ini terus berupaya untuk
mengembangkan sektor pariwisata di Kota Palangka Raya dengan
melakukan berbagai perbaikan dan pembenahan baik terhadap
infrastrukturnya, tata pengelolaannya, dan ragam/jenisnya.
Kota Palangka Raya memiliki cukup banyak daerah tujuan wisata
yang cukup menarik, diantaranya adalah Taman Alam Bukit Tangkiling,
Danau dan Hutan Penelitian Nyaru Menteng, kawasan rehabilitasi Orang
Utan Nyaru Menteng dan Pulau Kaja, Taman Nasional Sabangau, Batu
Banama, Taman Fantasi “Pantai Gaul”, Kum-Kum, Monumen Tugu
Soekarno, Sandung Ngabe Sukah, Museum Balanga, dll.
Gambar 7. Beberapa pertunjukan yang ditampilkan dalam FBIM di Kota Palangka Raya
Selain itu guna menarik lebih banyak wisatawan, pemerintah Kota
Palangka Raya setiap tahun bertepatan perayaan Hari Jadi Kota
Palangka Raya, menyelenggarakan Festival Budaya Isen Mulang
(FBIM). Festival seni dan budaya tahunan ini dilaksanakan sebagai
wujud apresiasi pemerintah dan masyarakat Kota Palangka raya atas
peninggalan adat istiadat leluhur. Dalam festival ini ditampilkan berbagai
perlombaan tradisional seperti tari tradisional, Karungut, Malamang,
Mangenta, masakan tradisional, melukis ornamen Dayak, seni bela diri
22
4. Sosial Budaya
Pengertian sosial budaya bila dilihat dari segi istilahnya, dapat
diartikan sebagai segala hal yang yang dibuat oleh manusia berdasarkan
pikiran dan akal budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Terciptanya
sosial budaya dalam masyarakat merupakan hasil dari interaksi antara
manusia dengan alam sekitarnya. Dari interaksi tersebut, terciptalah
kebiasaan/tata nilai (umumnya diturunkan secara dinamis dari leluhur)
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Kondisi sosial budaya ini akan terus berkembang secara
dinamis seiring dengan perubahan kondisi sosial dan kondisi
alam/lingkungan sekitarnya.
Penduduk Kota Palangka Raya terdiri dari beragam etnis, budaya
dan agama, dengan filosofi “Huma Betang” (Rumah Besar), yang secara
ringkas dapat diartikan sebagai kebersamaan dalam perbedaan
(Togetherness in Diversity), warga masyarakat Kota Palangka Raya
dapat selalu menjaga keharmonisan dengan cara saling menghormati
dan sikap toleransi. Dengan berbekal falsafah budaya betang ini, Kota
Palangka Raya siap membangun dirinya menjadi sebuah komunitas
(Rumah Besar/Huma Betang) yang maju/modern tanpa mesti harus
23
BAB III
KUANTITAS PENDUDUK
A. Jumlah dan Persebaran Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Kota Palangka Raya dengan luas wilayah 2.678,51 km2 didiami
penduduk sebanyak 253.712 jiwa, terdiri dari 129.387 jiwa laki-laki dan
124.325 jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 5 (lima) kecamatan
yaitu Kecamatan Pahandut, Kecamatan Bukit Batu, Kecamatan Jekan
Raya, Kecamatan Sabangau, dan Kecamatan Rakumpit. Dari Tabel 4
terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Jekan
Raya yaitu 141.353 jiwa (55.71 %), sedangkan Kecamatan Rakumpit
memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 2.531 Jiwa (1.00 %).
Tabel 4 : Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk
laki-laki Iebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan, gambaran ini terlihat diseluruh kecamatan yang ada.
2. Kepadatan Penduduk
Kota Palangka Raya tergolong kota yang belum termasuk padat,
dengan pola persebaran (distribusi) penduduknya tidak merata. Tabel 5
memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya, dengan
luas 2.678,51 km2, Kota Palangka Raya didiami oleh 253.712 jiwa atau
N (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pahandut 41.332 31,94 40.156 32,30 81.488 32,12 Bukit Batu 5.933 4,59 5.644 4,54 11.577 4,56 Jekan Raya 72.244 55,84 69.109 55,59 141.353 55,71 Sabangau 8.579 6,63 8.184 6,58 16.763 6,61 Rakumpit 1.299 1,00 1.232 0,99 2.531 1,00
Total 129.387 100,00 124.325 100,00 253.712 100,00
24
dengan kepadatan sebesar 95 jiwa/km2, dengan kata lain rata-rata setiap
kilometer persegi Kota Palangka Raya didiami sebanyak 95 jiwa.
Tabel 5 : Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika dilihat perbesaran di setiap kecamatan nampak bahwa
Kecamatan Pahandut merupakan wilayah terpadat, dengan kepadatan
sebesar 692 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Jekan Raya sebesar 401
jiwa/km2, Kecamatan Sabangau sebesar 29 jiwa/km2, Kecamatan Bukit
Batu 20 jiwa/km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di
Kecamatan Rakumpit yaitu hanya sebesar 2 jiwa/km2. Terlihat bahwa
sebagian besar penduduk Kota Palangka Raya terkonsentrasi di dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya.
Terkonsentrasinya penduduk pada dua kecamatan tersebut selain
karena faktor sejarah juga mengikuti pola perkembangan kota, dimana
pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian dibangun pada dua
kecamatan tersebut. Persebaran dan kepadatan penduduk per wilayah
di Kota Palangka Raya perlu mulai diperhatikan, terutama dalam
perencanaan penyebaran penduduk baik itu secara geografis maupun
administrasi pemerintahan, agar persebaran penduduk dapat serasi,
selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan
penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah
25
(kelahiran dan kematian) maupun perpindahan (migrasi) penduduk.
Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Angka
pertambahan penduduk Kota Palangka Raya dapat dilihat pada Tabel 6,
data penduduk tahun 2010 yang digunakan adalah data Bulan Januari
s/d Desember 2010 (hasil Sensus Penduduk Tahun 2010) sedangkan
data penduduk tahun 2015 menggunakan data bulan Januari s/d
Desember 2015 (sumber data SIAK server Kepmendagri yang sudah
dibersihkan). Pertumbuhan pénduduk yang dihitung merupakan
pertambahan penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
Tabel 6 : Angka Pertambahan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2015
N (jiwa) % N (jiwa) % N (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pahandut 77.211 35,10 81.488 32,12 4.277 1,08 Bukit Batu 11.932 5,07 11.577 4,56 -355 -0,60 Jekan Raya 114.559 51,85 141.353 55,71 26.794 4,20 Sabangau 14.306 6,70 16.763 6,61 2.457 3,17 Rakumpit 2.954 1,28 2.531 1,00 -423 -3,09
TOTAL 220.962 100,00 253.712 100,00 32.750 2,76
Pddk Tahun 2015 Angka
Kecamatan Pddk Tahun 2010
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, dan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, diolah
Angka pertumbuhan penduduk di atas dihitung menggunakan Metode
Eksponensial :
Pt = Po.ert atau r = 1/t ln (Pt/Po),
dimana:
Angka pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya termasuk cukup
tinggi yaitu 2,76 persen, bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan
penduduk Provinsi Kalimantan Tengah yang sebesar 2,26 persen
(Kalimantan Tengah Dalam Angka 2016), dan laju pertumbuhan
penduduk nasional yang sebesar 1,4%
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268). Angka pertumbuhan
penduduk Kota Palangka Raya yang cukup tinggi ini diperkirakan selain
Pt = Jumlah Penduduk pada Tahun t
Po = Jumlah Penduduk pada Tahun dasar
t = Jangka waktu
26
karena faktor alami juga disebabkan oleh faktor urbanisasi sebagaimana
fenomena yang terjadi pada kota-kota yang baru berkembang, ditambah
lagi dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya yang terus
tumbuh dari tahun ke tahun dengan rata-rata 7,18 % persen dan tumbuh
pada tingkat tertinggi pada tahun 2013 sebesar 7,27 persen (Kajian
Ekonomi Kota Palangka Raya, 2013). Kondisi ini perlu diantisipasi oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya, apabila pertumbuhan penduduk tidak
terkendali, maka dapat berimplikasi pada meningkatnya berbagai
permasalahan sosial seperti kemiskinan, berkembangnya kawasan
kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.
Jika dilihat menurut kecamatan, pertumbuhan penduduk tertinggi di
Kecamatan Jekan Raya yaitu 4,20 persen, diikuti Kecamatan Sabangau
yaitu 3,17 persen, Kecamatan Pahandut 1,08 persen, Kecamatan Bukit
Batu -0,60 persen dan Kecamatan Rakumpit -3,09 persen. Dari tabel di
atas terlihat ada dua kecamatan yang pertumbuhannya minus (jumlah
penduduk berkurang), yaitu Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan
Rakumpit, di mana kedua kecamatan ini merupakan kecamatan terjauh
dari pusat pelayanan (pendidikan, kesehatan, pemerintahan, ekonomi,
dll), dan sebagian besar penduduknya masih mengandalkan hidup pada
sektor pertanian. Apakah telah terjadi perpindahan penduduk dari kedua
kecamatan tersebut ke kecamatan-kecamatan Diana terdapat
pusat-pusat pelayanan tadi selama kurun waktu lima tahun ini, atau ada faktor
penyebab lain, hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi
1. Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Karakterisik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna
dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar
bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur
masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan,
27
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan
balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan
kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai
kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki
usia perkawinan tidak mengalami gangguan kesehatan terutama yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksinya, sedangkan kelompok
penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan yang berkaitan
dengan kesehatan dan lain-lain. Tabel 7, menunjukkan bahwa penduduk
Kota Palangka Raya sebagian besar merupakan penduduk usia produktif
yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (68,19%) dengan
komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 25-29 tahun
(9,46%). Demikian pula dengan komposisi penduduk usia produktif
berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang
terbesar berada pada kelompok umur 25-29 tahun (9,01%), sedangkan
penduduk perempuan juga berada pada kelompok umur 25-29 tahun
(9,94%). Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (di
atas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya
sebanyak 28,82 persen merupakan penduduk usia muda (berusia di
bawah 15 tahun) dan 2,99 persen merupakan penduduk lanjut usia (65
tahun ke atas).
Tabel 7 : Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Kelompok
28
Bila melihat dari jumlah penduduk kelompok umur 10-14 tahun yang
cukup besar yaitu sebesar 11,08%, hal ini harus menjadi perhatian
karena 5 (lima) tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entry
tenaga kerja baru, yang menentukan skill dan kualitas SDM yang
memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk
memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan
yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah
maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja,
mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain
pemerintah Kota Palangka Raya harus mampu pula menciptakan pasar
kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati
lebih lanjut, ternyata 6,81% penduduk Kota Palangka Raya merupakan
balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Palangka Raya
dalam penanganan penduduk balita, terutama dari segi kesehatan dan
investasi di bidang pendidikan.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk
menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian
kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan
perempuan menurut kelompok umur lima tahunan, Kota Palangka Raya
menunjukkan struktur.
Penduduk konstriktif (constrictive), dengan struktur penduduk usia
produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada
piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun
yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka
kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun
dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah
penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan
dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk
29
Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 25-34 tahun
menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok
umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai
memasuki usia tersebut ditambah dengan migrasi yang masuk ke Kota
Palangka Raya. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan
proporsi yang masih kecil yaitu 2,99 persen.
Gambar 8. Piramida Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015
-15.000 -10.000 -5.000 0 5.000 10.000 15.000 00-04
merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan
hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia
ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus
membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti
ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial
dasar Iainnya.
Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka penduduk
Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori penduduk intermediate
30
berusia di bawah 26,7 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari
26,7 tahun.
Tabel 8 : Perhitungan Umur Median Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015
253.712 126.856,0 118.690 8.166,0 24.013 25 5 26,7
N/2 fx
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
2. Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan
perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya
jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per
100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender,
terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki
31
penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan
keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Tabel 9 : Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Menurut Kelompok Umur di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Kel. Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah RJK
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Dari Tabel 9, nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex
Ratio (SR) di Kota Palangka Raya adalah 104,07yang berarti bahwa dari
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 orang penduduk laki-laki.
Gambaran rasio jenis kelamin Kota Palangka Raya tidak sama dengan
gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana Iebih banyak
penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki. Namun demikian,
jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk
perempuan yang Iebih besar berada pada kelompok umur 25-34. Hal ini
diduga disebabkan penduduk laki-laki pada kelompok umur tersebut
lebih banyak yang bermigrasi dibandingkan dengan penduduk
perempuannya. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun
sebesar 108,64 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin
laki-laki dan 100 balita perempuan, Secara biologis jumlah kelahiran bayi
laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi
32
Namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi
perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur di atas 70 tahun
juga menunjukkan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan, ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
adalah tidak benar, karena secara biologis umur harapan hidup
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 10 : Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015
n (jiwa) % n (jiwa) %
1 2 3 4 5 6
Pahandut 41.332 31,94 40.156 32,30 102,93 Bukit Batu 5.933 4,59 5.644 4,54 105,12 Jekan Raya 72.244 55,84 69.109 55,59 104,54 Sabangau 8.579 6,63 8.184 6,58 104,83 Rakumpit 1.299 1,00 1.232 0,99 105,44
Total 129.387 100,00 124.325 100,00 104,07 Kecamatan Laki-Laki Perempuan RJK
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika dilihat menurut wilayah Kecamatan, dari Tabel 10 terlihat
bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) disetiap Kecamatan di atas 100, hal
ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan disetiap Kecamatan lebih
sedikit daripada laki-laki. Jika diamati masing-masing wilayah
Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Rakumpit memiliki rasio
jenis kelamin tertinggi yaitu 105,44, diikuti Kecamatan Bukit Batu sebesar
105,12, sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 102,93 terdapat di
Kecamatan Pahandut.
3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara
perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio
ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang hampir dipikul oleh
penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.
Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada
33
Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban
kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak
produktif atau belum produktif.
Rumus:
Rasio Beban Tanggungan = (Po-14 + P65+)/(P15-64) x 100
Po-14 = Penddk usia muda (0-14 th)
P65+ = Penddk usia lanjut (65 > th )
P15-64 = Pendddk usia produktif (15-64 th)
Tabel 11 : Rasio Ketergantungan dan Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Per Kecamatan Tahun 2015
P0-14 P65+ P15-64 Jumlah
Pahandut 26.285 2.201 53.002 81.488 53,75
Bukit Batu 4.075 314 7.188 11.577 61,06
Jekan Raya 36.291 4.623 100.439 141.353 40,74
Sabangau 5.651 379 10.733 16.763 56,18
Rakumpit 811 70 1.650 2.531 53,39
Kota Palangka Raya 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64 Kecamatan Jumlah Penduduk RK
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Tabel 12 : Rasio Ketergantungan menurut Usia dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Dari Tabel 11 nampak bahwa 173.012 jiwa atau 68,19 persen
penduduk Kota Palangka Raya merupakan penduduk usia produktif
(usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan
penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum
34
penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65
tahun ke atas) sebesar 7.587 jiwa atau 2,99 persen.
Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda,
usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio
ketergantungan Kota Palangka Raya tahun 2015 sebesar 46,64 per 100
penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia
produktif (usia kerja) di Kota Palangka Raya mempunyai tanggungan
sekitar 46-47 penduduk usia non produktif, 42,26 diantaranya berasal
dari kelompok usia muda dan 4,39 lainnya berasal dari kelompok usia
lanjut.
Secara umum rasio ketergantungan Kota Palangka Raya sudah
sangat jauh di bawah rasio ketergantungan nasional. Kondisi ini
sebenarnya menguntungkan bagi Kota Palangka Raya terutama untuk
memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia
dan peningkatan kesejahteraan. Namun demikian, juga menjadi
tantangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya untuk meningkatkan
kesempatan kerja, kualitas penduduk dan terus berupaya mengurangi
laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut. Apabila dilihat
per kecamatan seperti pada Tabel 12, maka rasio ketergantungan total
tertinggi ada di Kecamatan Bukit Batu sebesar 61,06 yang diikuti
Kecamatan Sabangau sebesar 56,18, dan rasio ketergantungan total
terendah di Kecamatan Jekan Raya sebesar 40,74. Sedangkan RK tua
tertinggi ada di Kecamatan Jekan Raya yaitu sebesar 4,60 dan terendah
di Kecamatan Sabangau sebesar 3,53. RK muda tertinggi ada di
Kecamatan Bukit Batu sebesar 56.69dan terendah di Kecamatan Jekan
Raya sebesar 36,13.
Rasio ketergantungan total Kota Palangka Raya jika dirinci menurut
jenis kelamin, nampak pada Tabel 13 dan Tabel 14, bahwa angka beban
tanggungan laki-laki (47,69) lebih besar daripada perempuan (45,57).
Demikian juga pada usia lanjut dan usia muda angka beban tanggungan
35
Tabel 13 : Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah
Penduduk Menurut Kelompok Usia Muda, Usia Tua dan Usia
Produktif di Kota Palangka Raya Tahun 2015
P0-14 P65+ P15-64 Jumlah
Laki-laki 37.904 3.876 87.607 129.387 47,69 Perempuan 35.209 3.711 85.405 124.325 45,57
L + P 73.113 7.587 173.012 253.712 46,64
Jumlah Penduduk
RK Jenis Kelamin
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Tabel 14 : Rasio Ketergantungan Menurut Usia dan Jenis Kelamin
di Kota Palangka Raya Tahun 2015
RK Muda RK Tua RK Total
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 43,27 4,42 47,69
Perempuan 41,23 4,35 45,57
L + P 42,26 4,39 46,64
Jenis Kelamin Rasio Ketergantungan
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif
laki-laki (87.607 jiwa) lebih besar daripada penduduk usia produktif
perempuan (85.405 jiwa). Demikin juga pada kelompok usia muda dan
kelompok usia tua jumlah penduduk Laki-laki lebih banyak dari penduduk
perempuan.
C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial
1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas
penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin
baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus
ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft
skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak
saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena keterampilan bisa
ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan
36
seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat
belajar, tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi
merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh
seseorang.
Pada tabel 15 tampak Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif cukup tinggi. Hampir
sepertiga penduduk Kota Palangka Raya (25,54 persen) tamat
SLTA/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase
penduduk yang tamat SLTA untuk penduduk laki-laki (26,82 persen)
lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan (24,21 persen).
Permintaan pasar tenaga kerja yang mensyaratkan minimal pendidikan
SLTA, menyebabkan penduduk berusaha untuk mencapai jenjang
pendidikan tersebut untuk bisa masuk ke pasar kerja non pertanian.
Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan
(14,24 persen) hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki
(13,67 persen). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi penduduk yang
tamat SD untuk penduduk perempuan (13,54 persen) Iebih tinggi
daripada penduduk laki-Iaki (12,02 persen).
Tabel 15 : Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun 2015
N (jiwa) % N (jiwa) % N (jiwa) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tidak/Belum Sekolah 26.471 20,46 24.857 19,99 51.328 20,23
Bel um Ta ma t SD/ Sedera ja t 18.660 14,42 18.040 14,51 36.700 14,47
Tamat SD/ Sederajat 15.557 12,02 16.836 13,54 32.393 12,77
SLTP/ Sederajat 17.683 13,67 17.702 14,24 35.385 13,95
SLTA/ Sederajat 34.699 26,82 30.093 24,21 64.792 25,54
Diploma I/II 1.177 0,91 2.221 1,79 3.398 1,34
Akademi/ Diploma III/SARMUD 2.338 1,81 2.986 2,40 5.324 2,10
Diploma IV/ Sastra I 11.209 8,66 10.595 8,52 21.804 8,59
Strata II 1.474 1,14 943 0,76 2.417 0,95
Strata III 119 0,09 52 0,04 171 0,07
Jumlah 129.387 100,00 124.325 100,00 253.712 100,00 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
37
Namun ada hal yang cukup menarik, pada jenjang pendidikan
setingkat Diploma I, II dan III/Sarjana Muda proporsi penduduk
perempuan (4,19 persen) yang menamatkan jenjang tersebut jauh lebih
besar dari penduduk laki-laki (2,72 persen). Hal ini menggambarkan
bahwa ada lebih banyak penduduk perempuan di Kota Palangka Raya
yang menyelesaikan jenjang pendidikannya hanya sampai setingkat
Diploma I, II dan III/Sarjana Muda saja, sedangkan penduduk laki-laki
lebih banyak yang meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat yang
lebih tinggi lagi, terlihat dari jenjang pendidikan Diploma IV/Strata I ke
atas proporsi penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan.
Kondisi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan,
semakin sedikit perempuan yang berhasil menamatkan pendidikannya.
Hal ini sama dengan gambaran pendidikan nasional, dimana angka
melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan perempuan lebih rendah
dibanding laki-laki, terutama pada kelompok penduduk miskin.
Pemerintah Kota Palangka Raya perlu memperhatikan kondisi di
atas mengingat bahwa era globalisasi sebentar lagi akan berlangsung,
ASEAN Free Trade Area (AFTA) akan segera berlaku pada bulan
Desember 2015 ini, yang artinya pasar bebas setingkat ASEAN akan
terbuka termasuk pasar tenaga kerjanya. Peningkatan pendidikan
vocasional, akses ke pendidikan terutama untuk penduduk miskin, perlu
dilakukan mengingat bahwa sebagian besar peluang kerja
membutuhkan tenaga terdidik yang memiliki ketrampilan khusus.
2. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar menganut agama
Islam yaitu sebanyak 177.723 jiwa atau 70,049 persen dari keseluruhan
peduduknya, diikuti oleh penganut agama Kristen 66,929 jiwa (26,380
persen), penganut agama Katholik 4.770 jiwa (1,880 persen), penganut
38
jiwa (0,164 persen), Aliran Kepercayaan 247 jiwa (0,047 persen), dan
penganut Khonghuchu 10 jiwa (0,004 persen).
Tabel 16 : Persentase Penduduk Menurut Agama di Kota Palangka Raya Tahun 2015
n % n % n % n % n % n % n %
Pahandut 66.163 26,078 13.847 5,458 741 0,292 487 0,192 180 0,071 0 0,000 70 0,028 81.488
Bukit Batu 8.103 3,194 3.006 1,185 105 0,041 331 0,130 6 0,002 7 0,003 20 0,008 11.578
Jekan Raya 88.823 35,009 45.850 18,072 3.866 1,524 2.446 0,964 225 0,089 3 0,001 150 0,059 141.363
Sabangau 13.724 5,409 2.793 1,101 58 0,023 177 0,070 4 0,002 0 0 7 0,003 16.763
Rakumpit 910 0,359 1.433 0,565 0 0,000 177 0,070 0 0 0 0 0 0,000 2.520
Jumlah 177.723 70,049 66.929 26,380 4.770 1,880 3.618 1,426 415 0,164 10 0,004 247 0,097 253.712 Kecamatan
Agama
Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghuchu Aliran Kepercayaan
Jumlah
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Penganut agama Islam terbesar berada di Kecamatan Jekan Raya
yaitu sebanyak 88,823 jiwa atau 35,009 persen dari keseluruhan
penduduk Kota Palangka Raya, diikuti Kecamatan Pahandut sebanyak
66.163 jiwa (18,15 persen), Kecamatan Sabangau 13.724 jiwa (5,049
persen), dan Kecamatan Bukit Batu 8,103 jiwa (3,194 persen),
sedangkan sebaran agama Islam terkecil berada di Kecamatan
Rakumpit yaitu 910 jiwa (0,359 persen). Penganut agama kedua terbesar
setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Kristen,
di Kecamatan Jekan Raya sebanyak 45.850 jiwa (18,072 persen),
Kecamatan Pahandut yaitu 13.847 jiwa (5,458 persen) dan Bukit Batu
yaitu 3.006 jiwa (1,185 persen), sedangkan Kecamatan Rakumpit
merupakan wilayah dengan penganut agama Kristen terbesar
dibandingkan dengan penganut agama lain yaitu sebanyak 1.433 jiwa
(64.082 persen) dari jumlah penduduk kecamatan tersebut, diikuti agama
Islam, dan Agama Hindu.
Kota Palangka Raya merupakan kota yang didominasi oleh agama
Islam dan Kristen, hal ini mungkin dipengaruhi oleh sejarah Kesultanan
Banjar dan misionaris Kristen yang masuk ke Kalimantan Tengah pada
39
Dayak adalah Kaharingan atau sekarang dikenal dengan nama Hindu
Kaharingan.
3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan
Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu
tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program
kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran
dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi
penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, lama kawin akan
berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.
Tabel 17 : Distribusi Penduduk menurut Status Kawin, Jenis Kelamin, dan Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun 2015
N % N % N % N % N %
Laki-Laki (L)
PAHANDUT 23.777 57,53 17.054 41,26 219 0,53 282 0,68 41.332 100,00
BUKIT BATU 3.347 56,41 2.509 42,29 29 0,49 48 0,81 5.933 100,00
JEKAN RAYA 39.638 54,87 31.489 43,59 444 0,61 673 0,93 72.244 100,00
SABANGAU 4.876 56,84 3.610 42,08 26 0,30 67 0,78 8.579 100,00
RAKUMPIT 679 52,27 608 46,81 5 0,38 7 0,54 1.299 100,00 Kota P. Raya 72.317 55,89 55.270 42,72 723 0,56 1.077 0,83 129.387 100,00 Perem puan (P)
PAHANDUT 20.194 50,29 17.574 43,76 545 1,36 1.843 4,59 40.156 100,00
BUKIT BATU 2.895 51,29 2.555 45,27 38 0,67 156 2,76 5.644 100,00
JEKAN RAYA 32.960 47,69 32.049 46,37 1.018 1,47 3.082 4,46 69.109 100,00
SABANGAU 4.141 50,60 3.689 45,08 102 1,25 252 3,08 8.184 100,00
RAKUMPIT 581 47,16 612 49,68 7 0,57 32 2,60 1.232 100,00 Kota P. Raya 60.771 48,88 56.479 45,43 1.710 1,38 5.365 4,32 124.325 100,00 L+P
PAHANDUT 43.971 53,96 34.628 42,49 764 0,94 2.125 2,61 81.488 100,00
BUKIT BATU 6.242 53,92 5.064 43,74 67 0,58 204 1,76 11.577 100,00
JEKAN RAYA 72.598 51,36 63.538 44,95 1.462 1,03 3.755 2,66 141.353 100,00
SABANGAU 9.017 53,79 7.299 43,54 128 0,76 319 1,90 16.763 100,00
RAKUMPIT 1.260 49,78 1.220 48,20 12 0,47 39 1,54 2.531 100,00 Kota P. Raya 133.088 52,46 111.749 44,05 2.433 0,96 6.442 2,54 253.712 100,00 Jenis Kelamin
STATUS KAWIN
Jumlah Persen Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
Sumber : Data Server Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015, diolah
Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya
seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan.
Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka
40
kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam
rumah tangga.
Tabel 17 menyajikan komposisi penduduk Kota Palangka Raya
menurut status kawin dan jenis kelamin per Kecamatan. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa penduduk Kota Palangka Raya didominasi oleh
penduduk berstatus belum kawin yakni 52,46 persen. Hal ini terlihat baik
untuk penduduk laki-laki maupun perempuan. Penduduk laki-laki
berstatus belum kawin (55,89 persen) lebih tinggi dibandingkan
perempuan (48,88 persen), karena biasanya laki-laki masih meneruskan
pendidikan atau baru mulai bekerja, sehingga menunda perkawinan.
Begitu juga laki-laki yang dikonstruksikan sebagai kepala keluarga yang
harus membiayai kebutuhan keluarga, mempunyai keinginan mapan
secara ekonomi sebelum memasuki kehidupan rumah tangga.
Proporsi penduduk laki-laki yang berstatus kawin (42,72 persen)
lebih sedikit dibandingkan perempuan (45,43 persen). Hal ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas, penduduk laki-laki cenderung lebih
menunda perkawinannya untuk alasan ekonomi dan pendidikan,
mengingat posisinya sebagai kepala keluarga.
Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih
tinggi pada perempuan (5,70 persen) dibandingkan laki-laki (1,39
persen). Hal ini disebabkan laki-laki yang bercerai baik karena
perceraian maupun karena ditinggal meninggal istri lebih cepat
melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Perempuan
Iebih banyak pertimbangan untuk menikah kembali terutama apabila
perempuan tersebut mandiri secara ekonomi.
Menarik untuk diperhatikan pada status cerai hidup, bahwa proporsi
penduduk berstatus cerai hidup lebih besar pada perempuan (1,38
persen) daripada laki-laki (0,56 persen). Kemandirian perempuan secara