• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Materi Geometri di Tinjau dari Perbedaan Gender T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Materi Geometri di Tinjau dari Perbedaan Gender T1 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

0

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI DI TINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

JURNAL

Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SHELA WAHYUNI 202013057

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

5

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI DI TINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Shela Wahyuni1) Tri Nova Hasti Yunianta2)

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 57-60 Salatiga

1)

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : 202013057@student.uksw.edu 2)

Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : trinova.yunianta@staff.uksw.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan komunikasi matematis di tinjau dari perbedaan gender pada siswa smp di SMP Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini terdapat 2 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Subjek ditentukan berdasarkan rekomendasi dari guru bidang kurikulum serta subjek juga telah memenuhi kecukupan pengetahuan dan ketrampilan yang didasarkan pada keluasan dan kedalaman materi matematika tentang bangun ruang sisi datar. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang di pandu oleh lembar tes kemampuan komunikasi matematis, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan cara subjek dalam menjawab tes kemampuan komunikasi matematis. Subjek perempuan lebih rapi dalam hal menggambar; kurang spesifik dalam menjawab pertanyaan secara lisan; lebih suka membuat soal yang menggunakan rumus; penjelasan secara lisan lebih runtut; menulis jawaban secara singkat; kurang teliti dalam membaca; perlu pengulangan dalam pemahaman; perlu catatan untuk mengingat. Subjek laki-laki kurang rapi dalam hal menggambar; lebih spesifik dalam menjawab pertanyaan secara lisan; lebih suka membuat soal yang simpel; penjelasan secara lisan kurang runtut; menulis jawaban dengan panjang; teliti dalam membaca; tidak perlu pengulangan dalam pemahaman; tidak menulis catatan, hanya diingat.

Kata Kunci: komunikasi matematis, gender.

PENDAHULUAN

(7)

2

menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Kemampuan komunikasi matematis yang lemah akan berakibat pada lemahnya kemampuan-kemampuan matematika yang lain (Qohar, 2011: 65). Kemampuan komunikasi matematis seseorang mempunyai tingkatan yang berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya berdasarkan gender.

Gender merupakan jenis kelamin yang mengacu pada dimensi sosial budaya seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki atau perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial dan budaya Santrock (2008). Friedman dan Schustack (2008) menyebutkan perbedaan laki-laki dan perempuan, salah satunya dalam kemampuan spasial dan verbal. Eisenberg dkk (Santrock, 2010: 198) juga mengatakan bahwa laki-laki lebih unggul di dalam bidang matematika dibandingkan dengan perempuan. Umumnya laki-laki memiliki kemampuan spasial yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan lebih unggul dalam kemampuan verbal dibandingkan dengan laki-laki.

Hasil tes yang dilakukan kepada siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII-C SMP Negeri 4 Salatiga, dimana kedua siswa tersebut memiliki nilai rata-rata pada ujian akhir semester yang tidak jauh berbeda. Kedua siswa tersebut memiliki beberapa perbedaan pada jawaban tes tertulis yang telah dilakukan. Hal ini terlihat pada hasil tes tertulis yang dilakukan terhadap dua siswa yang dipilih secara acak. Siswa laki-laki cenderung menulis jawaban dengan singkat, sedangkan siswa perempuan cenderung menulis jawaban dengan lengkap dan sesuai langkah-langkah. Hal tersebut terlihat pada Gambar 1 (a) dan 1 (b):

(a) Siswa Laki-laki

(8)

3

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan dua siswa kelas VIII-C SMP Negeri 4 Salatiga, pada saat dikonfirmasi kedua siswa tersebut juga memiliki beberapa perbedaan pada kemampuan menjawab soal secara lisan (verbal). Hal ini terlihat pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua siswa, dimana siswa laki-laki mengkonfirmasi jawabannya secara singkat dan seperlunya saja. Adapun siswa perempuan dapat mengkonfirmasi jawabannya dengan baik, namun jawaban yang tertulis pada lembar jawab belum tertata rapi dan tidak sesuai dengan langkah-langkah pengerjaan soal. Hal tersebut terlihat dari hasil transkrip wawancara pada Gambar 2:

P : Nah kalo soal nomor 3. Sekarang masuk kepertanyaan yang a, manakah variabelnya?

S

: Jadi dimisalkan bukunya itu x dan pulpennya itu y. Jadi variabelnya x dan y P : Untuk soal b, darimana kamu dapat

memperoleh dan menuliskan model itu? S : Dari yang dimisalkan di soal a itu terus

dimasukin ke yang diketahui disoal jadi dapetnya 2x + 3y = 10.200 sama 3x + 4y = 14.400

Gambar 2. Hasil Transkrip Wawancara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2014) di peroleh bahwa laki-laki lebih unggul dalam menggambar matematis dan mengekspresikan ide matematis, sedangkan perempuan unggul dalam membaca dan menulis matematis, serta mengintrepetasikan ide matematis. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dapat diketahui bahwa peran gender memiliki perbedaan dalam mengkomunikasikan penyelesaian suatu masalah, kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan komunikasi matematis. Oleh sebab itu perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang ditinjau dari perbedaan gender. Harapan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan komunikasi matematis antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Kemampuan Komunikasi Matematis

Zuliana (2008: 3) berpendapat bahwa komunikasi matematis adalah suatu kejadian saling hubung atau dialog yang terjadi di dalam lingkungan kelas sehingga terjadi pengalihan pesan, pesan tersebut berisi tentang materi matematika yang di pelajari di kelas. Senada dengan itu, Azizah (2014: 4) mengatakan bahwa komunikasi matematis merupakan kesanggupan seseorang dalam menyampaikan ide-ide ataupun gagasan yang

(a) Siswa Laki-laki

P : Yang nomor 3 ya. Kalau ditanya manakah variabelnya. Yang mana variabelnya?

S : Buku dan pulpen

P : Yangb.Buatlah model matematikanya. Ini kenapa kamu bisa menjawab seperti ini?(sambil menunjuk jawaban siswa)

S : Dua buku di tambah tiga pulpen harganya 10.200

Tiga buku ditambah empat pulpen harganya 14.400

(9)

4

meyakinkan melalui bahasa matematik secara akurat berupa simbol-simbol dan dapat digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah.

Menurut Sumarmo (2006 : 5), indikator kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut:

1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; 2) menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika;

3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

4) membuat konjektur (dugaan), menyusun argumen, merumuskan definisi, dan argumentasi;

5) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik dan diagram;

6) menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari;

7) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. Gender

Santrock (2010: 194) berpendapat bahwa gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari laki-laki dan perempuan. Istilah gender dibedakan dari jenis kelamin (seks). Seks berhubungan dengan dimensi biologis antara laki-laki dan perempuan. Gender berperan sebagai ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, merasa dan berbuat. Sependapat dengan itu, Handayani (2002: 6) menyatakan bahwa gender merupakan konsep sosial yang di bedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Beberapa penelitian menemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian Lin & Hyde (Santrock, 2010: 198) di peroleh bahwa anak laki-laki lebih baik dalam perhitungan sains dan olahraga; anak perempuan lebih bagus dalam perhitungan yang berhubungan dengan tugas tradisional perempuan, seperti memasak dan menjahit. Senada dengan hasil yang diperoleh penelitian sebelumnya, pada National Assessment of Educational Progres (2001) diperoleh bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan didalam bidang sains.

METODE PENELITIAN

(10)

5

ditentukan berdasarkan rekomendasi dari guru bidang kurikulum dan berdasarkan kurikulum 2013, subjek telah memenuhi kecukupan pengetahuan dan ketrampilan yang didasarkan pada keluasan dan kedalaman materi matematika tentang himpunan.

Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 68). Bahan yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah subjek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Berikut beberapa pertimbangan yang didasarkan pada tujuan penelitian: 1) subjek merupakan kategori siswa yang sudah belajar mengenai bangun ruang sisi datar; 2) subjek memiliki rata-rata kemampuan matematika yang sama; 3) subjek terdiri dari 2 siswa, yaitu 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan; 4) kesediaan subjek untuk terlibat dalam penelitian; 5) subjek mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik; 6) persetujuan pihak sekolah untuk melakukan penelitian kepada subjek.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes tertulis dan wawancara. Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan dengan maksud untuk mengamati kondisi kelas secara lebih dekat sebelum dilakukan tes tertulis, sedangkan tes tertulis digunakan untuk melihat hasil kemampuan matematika siswa yang kemudian dari hasil tes tertulis tersebut dijadikan acuan untuk dilakukan wawancara kepada masing-masing subjek guna memperkuat hasil tes tersebut dan menggali informasi yang mungkin tidak tertulis di dalam lembar jawab tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kedua subjek pada penelitian ini terdiri dari subjek 1 yang kemudian disebut subjek perempuan dan subjek 2 yang kemudian disebut subjek subjek laki-laki. Kedua subjek tersebut kemudian diberikan soal tes komunikasi matematis yang terdiri dari 7 butir soal. Ketujuh butir soal yang diajukan tersebut kemudian dilihat hasilnya untuk dilakukan analisis terhadap jawaban subjek pada masing-masing butir soal. Setelah dilakukan analisis maka masing-masing subjek diwawancarai untuk mencari informasi yang mungkin belum tertera secara tertulis pada jawaban subjek pada lembar jawab. Adapun pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi dengan sumber. Berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis secara lisan dan terlulis diperoleh klasifikasi subyek seperti berikut:

(11)

6 a. Subjek Perempuan

1) Nomor 1 bagian 3

Gambar 3. Hasil Tes Soal Nomor 1 bagian 3 Subjek perempuan

Berdasarkan hasil tes tertulis subjek perempuan, subjek dalam mengerjakan soal nomor 1 bagian 3 dapat menentukan nama benda nyata ke dalam nama bangun ruang. Subjek juga dapat menggambar bangun ruang dari benda nyata secara benar. Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dapat menjawab nama bangun ruang dari benda nyata secara benar dan tepat. Subjek juga dapat menjelaskan cara menggambar bangun ruang secara rinci dan dapat menjelaskan perbedaan garis lurus dengan garis putus-putus secara tepat dan lugas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek perempuan secara lisan dan tulis memenuhi indikator yang pertama, yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika

b. Subjek Laki-laki 1. Nomor 1 bagian 3

(12)

7

Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor 1 bagian 3 dapat menentukan nama benda nyata ke dalam nama bangun ruang. Subjek mengalami kesalahan dalam menggambar bangun ruang dari benda nyata, ada beberapa kesalahan dalam penggambaran bangun ruang, seperti sisi belakang prisma segitiga yang seharusnya di gambar dengan garis putus-putus, namun subjek menggambar dengan garis lurus. Berdasarkan hasil tes lisan subjek laki-laki, subjek dapat menjawab nama bangun ruang dari benda nyata secara benar dan tepat. Subjek dalam menjelaskan cara menggambar bangun ruang sudah rinci namun masih ragu-ragu. Subjek juga dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat pada lembar jawabnya, seharusnya sisi yang belakang di gambar dengan garis putus-putus. Subjek juga memperbaiki gambarnya yang seharusnya diberi tanda sisi sama panjang pada beberapa sisinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara lisan dan tulis memenuhi indikator yang pertama, yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika namun ada beberapa kekurangan.

Perbedaan yang dapat di simpulkan dari hasil tes lisan dan tulisan yang dilakukan oleh kedua subjek tersebut adalah subjek perempuan dalam mengerjakan soal nomor 1 sudah benar dan rapi dalam menjawab ataupun menggambar bangun ruang. Subjek laki-laki dalam mengerjakan soal nomor 1 sudah benar dalam menjawab, namun dalam menggambar ada dua bangun ruang yang salah dan kurang rapi.

2. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menjelaskan Ide, Situasi, dan Relasi Matematika Secara Lisan atau Tulisan, dengan Benda Nyata, Grafik dan Diagram

a. Subjek Perempuan

Gambar 5. Hasil Tes Soal Nomor 2 Subjek Perempuan

(13)

8

Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dalam menemai kubus mengalami kesalahan seperti pada tes tertulis. Subjek menamai kubus dari bagian sisi depan kubus namun penamaannya tidak teratur dan tidak sejajar. Subjek juga dapat menyebutkan benda yang menyerupai kubus yaitu dadu dan kardus makanan yang berbentuk kubus. Subjek juga dapat menjelaskan dengan jelas alasan mengapa benda-benda tersebut menyerupai kubus. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek perempuan secara lisan dan tulis memenuhi indikator kelima, yaitu menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik dan diagram.

b. Subjek Laki-laki

Gambar 6. Hasil Tes Soal Nomor 2 Subjek Laki-laki

Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor dua dapat menggambar bangun kubus, namun subjek laki-laki kurang tepat dalam menamai kubus. Subjek laki-laki menamai kubus secara sejajar, namun dimulai dari bawah sehingga hanya terbalik penempatannya. Subjek juga dapatmenyebutkan benda yang menyerupai kubus yaitu dadu dan rubrik. Berdasarkan hasil tes lisan subjek laki-laki, subjek dalam menemai kubus mengalami sedikit kesalahan seperti pada tes tertulis. Subjek menamai kubus dari bagian bawah kubus sehingga sudah sejajar, namun hanya terbalik penempatannya. Subjek juga dapat menyebutkan benda yang menyerupai kubus yaitu dadu dan rubrik. Subjek juga dapat menjelaskan dengan jelas alasan mengapa benda-benda tersebut menyerupai kubus. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara lisan dan tulis memenuhi indikator kelima, yaitu menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik dan diagram.

(14)
(15)
(16)

11

di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara tulis dan lisan memenuhi indikator keenam, yaitu menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.

Pada analisis soal nomor empat, tidak di temukan perbedaan pada jawaban tulisan, namun pada jawaban lisan subjek perempuan menjawab dengan kalimat yang runtut, sedangkan subjek laki-laki menjawab dengan kalimat yang tidak runtut.

5. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menyatakan Peristiwa Sehari–Hari dalam Bahasa atau Simbol Matematika dan Membaca dengan Pemahaman Suatu Presentasi Matematika Tertulis

a. Subjek Perempuan

Gambar 11. Hasil Tes Soal Nomor 5 Subjek Perempuan

Berdasarkan hasil tes tertulis subjek perempuan, subjek dalam mengerjakan soal nomor lima dapat menggambar tumpukan balok sesuai dengan perintah pada soal. Subjek perempuan juga dapat menjawab bangun yang terbentuk dari tumpukkan ketiga balok tersebut, namun saat menjawab ukuran dari bangun ruang yang terbentuk subjek perempuan hanya menjawab dengan “ukuran bangun yang terbentuk = ukuran balok penyusunnya dikali 3”. Jawaban dari subjek perempuan tersebut kurang jelas dan bisa bermagna ambigu. Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dapat membaca soal dengan baik, namun subjek perempuan kurang teliti dalam membaca soal sehingga subjek perempuan salah menafsirkan soal dan salah menjawab pada tes lisan.

(17)

12 b. Subjek Laki-laki

Gambar 12. Hasil Tes Soal Nomor 5 Subjek laki-laki

Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor 5 dapat menggambar tumpukan balok sesuai dengan perintah pada soal. subjek laki-laki juga dapat menjawab bangun yang terbentuk dari tumpukkan ketiga balok tersebut serta dapat menjawab ukuran dari bangun ruang yang terbentuk secara benar. Berdasarkan hasil tes lisan subjek laki-laki, subjek dapat membaca soal dengan baik dan teliti sehingga tidak salah dalam menafsirkan soal. Subjek laki-laki juga dapat menyebutkan dengan benar tentang apa yang diketahui dan ditanya pada soal. Subjek laki-laki mengatakan bahwa ukuran tinggi yang terbentuk adalah tiga kali tinggi kotak susu bayi, sedangkan ukuran panjang dan lebar balok yang terbentuk tetap sama dengan panjang dan lebar kotak susu bayi karena kotak disusun keatas bukan kesamping jadi yang berubah hanya tingginya saja. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara tulis dan lisan memenuhi indikator kedua dan ketujuh, yaitu menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika dan membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis .

Perbedaan subjek perempuan dan laki-laki pada analisis soal nomor lima terdapat pada cara menuliskan keterangan ukuran pada gambar bangun ruang. Subjek perempuan memberikan keterangan secara singkat mengenai ukuran dari bangun yang terbentuk, namun subjek laki-laki memberikan keterangan yang jelas mengenai ukuran dari bangun yang terbentuk. Perbedaan juga terdapat pada jawaban lisan, subjek perempuan dalam membaca kurang teliti sehingga salah dalam menjawab pertanyaan. Subjek laki-laki dalam membaca soal sudah teliti sehingga benar dalam menjawab. 6. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Membuat Konjektur

(18)
(19)
(20)

15

sedangkan subjek laki-laki hanya sekali pembacaan instruksi. Subjek perempuan juga mencatat instruksi yang dibacakan namun subjek laki-laki hanya mengingatnya saja.

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Masing-Masing Subjek

Penelitian ini dilakukan melalui tahap tes dan wawancara terhadap masing-masing subjek. Berdasarkan hasil tes dan wawancara tersebut diperoleh informasi mengenai kemampuan komunikasi matematis subjek dalam menyelesaikan soal tes. Hasil tes dan wawancara selanjutnya dianalisis untuk memperoleh informasi tentang kemampuan komunikasi matematis masing-masing subjek. Data hasil analisis kemampuan komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

INDIKATOR SUBJEK TERTULIS LISAN

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika

Perempuan √ √

Laki-Laki √ √

2. Menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika

Perempuan √ -

Laki-Laki √ √

3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

Perempuan √ -

Laki-Laki √ √

4. Membuat konjektur (dugaan), menyusun argumen, merumuskan definisi, dan argumentasi

Perempuan √ √

Laki-Laki - √

5. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik dan diagram

Perempuan √ √

Laki-Laki √ √

6. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari

Perempuan √ √

Laki-Laki √ √

7. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis

Perempuan √ -

Laki-Laki √ √

PENUTUP

(21)

16

secara lisan kurang runtut; menulis jawaban dengan panjang; teliti dalam membaca; tidak perlu pengulangan dalam pemahaman; tidak menulis catatan, hanya diingat.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran agar tujuan dapat tercapai. Saran tersebut diantaranya adalah: 1) guru hendaknya melakukan tes kemampuan komunikasi matematis pada siswa guna mengetahui dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa; 2) perlu adanya penelitian lebih lanjut karena penelitian ini hanya dilakukan pada dua orang subjek yang memiliki kemampuan matematika yang sama di kelas IX A SMP Negeri 1 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Siti. 2014. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan. Jurnal Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Elida, Nunun. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1 (2): hal. 178-185

Handayani Tri & Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Haerudin. 2013. Pengaruh Pendekatan Savi Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematikserta Kemandirian Belajar Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013 : hal 185-193

Majid, Abdul & Chaerul Rochman. 2013. Pendekatan Ilmiah: dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2008. Motodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy J. 2010. Motodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pinanti, Rosi Dwi. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dalam Pemecahan Masalah

Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No 3 Tahun 2014. Pendidikan Matematika FMIPA UNESA

Prayitno, Sudi, dkk. 2013. Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Ditinjau dari Perbedaan Gender. Prosiding ISBN : 978-979-16353-9-4 : hal 565-572. Yogyakarta: FMIPA UNY

Rias, U Rois dkk. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Kubus dan Balok. Jurnal Pendidikan Matematika, Program Studi SI. Pend. Matematika. Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Rohim, H. Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Santoso, Edi & Mite. 2012. Teori Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

(22)

17

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumarmo. 2006. Berfikir Matematik Tingkat Tinggi. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika UNPAD, Bandung.

Sulthani,N.A. Zavy. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Unggulan dan Siswa Kelas Reguler Kelas X SMA Panjura Malang pada Materi Logika Matematika. Jurnal Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang

Gambar

Gambar 1 (a) dan 1 (b):
Gambar 2. Hasil Transkrip Wawancara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan
Gambar 3. Hasil Tes Soal Nomor 1 bagian 3 Subjek perempuan
Grafik dan Diagram
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sinergi itu sendiri diharapkan akan memperkuat pembangunan ekonomi secara sistematik maupun pembangunan Sistem Hukum Nasional , sehingga pada gilirannya

Penghitungan menurut pendekatan ini adalah hitungan bagi hasil yang berdasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan biaya usaha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap capaian hasil belajar ditinjau dari motif berprestasi

a. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif Karangan Trenggalek. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

Berdasarkan hasil deskripsi dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga yang konkret serta penyajian Lembar Kerja Siswa dalam bentuk gambar tentang alat-alat ukur,

Bahkan perniagaan bukan saja halal, tapi dianjurkan oleh baginda Nabi Muhammad saw. Sebagaimana diriwayatkan Bazzar ra., bahwasanya Nabi saw ditanya: “Pekerjaan apa yang

Model Pembelajaran Kolaborasi Think Pair Share (TPS) dan Talking Stick ..... Tinjauan Materi

disampaikan Bupati dalam sidang Paripurna DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat bahwa program pembangunannya telahtersusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah