• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TU (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TU (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR TULANG BAB IPENDAHULUANA L a t a r B e l a k a n g

Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena

jarangt e r j a d i , s u l i t d i d i a g n o s i s , m e n g a n c a m j i w a , d a n m e m e r l u k a n k o m b i n a s i penanganan , yang meliputi kemoterapi,pembedahan radikal dan

radioterapi.Keaadaan ini mengharuskan perawat untuk mengembangkan pengetahuantentang onkologi dan konseling , mampu mengkomunikasikan

informasiyang sulit ,mengaitkan isu seputar penyakit terminal, melakukan kolaborasis e c a r a e f e k t i f d e n g a n b e r b a g a i l e m b a g a , t i m , k o m u n i t a s d a n

p u s a t penanganan lainnya (Julia & Peter,!""#Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuhl a m b a t a t a u a g r e s i f . $ i a s a n y a t u m o r j i n a k

t u m b u h a g a k l a m b a t , d a p a t dibedakan dengan jelas ,hanya mengin%asi secara lokal, dan biasanya tidak bermetastasis, namun bebrapa jenis dapat berubah menjadi ganas selama periode waktu tertentu . ebaliknya, tumor tulang ganas primer jarangterjadi, tumor ini mengin%asi secara lokal dan bermetastasis. ebagian besar tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai dengan jenis asal walaupun asal beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis tumor ini sama('ray,")#*sia merupakan faktor penting karena beberapa tumor mencapai puncak pada tahap pertumbuhan tertentu

Tumor tulang ganas primer jarang terjadi sebelum usia + tahun •

Tumor sel raksasa jarang terjadi sebelum penutupan epifisial •

nsiden osteoarkoma memuncak pada usia remaja •

Kondrosarkoma merupakan penyakit skeletal matur ( -ulli%an &a/ton,"0#1akalah ini memberi penjelasan yang luas tentang berbagai jenis

tumor tulang,penyebabnya,penatalaksanaanya dan masalah asuhan keperwatan yang rele%an .

B R u m u s a n M a s a l a h

2 p a d e f i n i s i d a r i t u m o r t u l a n g 32 p a e t i o l g i d a r i t u m o r t u l a n g 3 4 $ a g a i m a n a p a t o f i s i o l o g i d a r i t u m o r t u l a n g 3 ) 2 p a s a j a m a n i f e s t a s i k l i n i s d a r i t u m o r t u l a n g 3 + 2 p a s a j a k l a s i f i k a s i d a r i t u m o r t u l a n g 3 5 $ a g a i m a n a p e n a t a l a k s a n a a n d a r i t u m o r t u l a n g 3 0 $ a g a i m a n a a s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n t u m o r t u l a n g 3

C T u j u a n P e n u l i s a n

" T u j u a n * m u m 1ampu menjelaskan tentang tumor tulang dan asuhan keperawatan yangdiberikan pada pasien yang menderita tumor tulang T u j u a n k h u s u s a . 1 a m p u m e n j e l a s k a n d e f i n i s i d a r i t u m o r t u l a n g b.1ampu menjelaskan etiologi dari tumor tulangc . 1 a m p u m e n j e l a s k a n m a n i f e s t a s i k l i n i s d a r i t u m o r t u l a n g d . 1 a m p u m e n j e l a s k a n k l a s i f i k a s i d a r i t u m o r

t u l a n g e.1ampu menjelaskan penatalaksanaan pada tumor tulang f . 1 a m p u

(2)

D M a n f a a t P e n u l i s a n 1

1ahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tumor tulang 

1ahasiswa dapat mengetahui etiologi dari tumor tulang !

1ahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari tumor tulang "

1ahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari tumor tulang #

1ahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari tumor tulang $

1ahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien tumor tulang

DEFINISI

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001), pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).

Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

Dalam kasus tumor pada tulang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang jinak dan tumor tulang ganas :

1. Tumor Jinak

Osteoma

(3)

nyeri. Pada pemeriksaan radiografi, osteoma perifer tampak sebagai lesi, lesi menimbulkan adiopak yang meluas dari perrmukaan tulang, osteoma sentral tampak sebagai suatu massa sklerotik terbatas jelas didalam tulang. Kalau lesi menimbukan gejala-gejala, membesar, atau menyebakan ketidakmampuan maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan . Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini juga dilakukan untuk tujuan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi meemberikan penyembuhan pada tulang.

Kondroblastoma

Tumor jinak yang jarang di temukan, dan biasanya paling sering mengenai anak-anak pada remaja. Tempat paling sering terserang adalah tulang humerus. Gejala seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan. Jika kambuh, tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi.

Endrokoma

Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displatik yang timbul pada metafisis tulang fibula, terutama pada tangan dan kaki. Pada pemerikasasn radiografi didapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas , membesar dan menipis. Tanda ini merupakan ciri khas dari tumor. Tumor berkembang semasa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan ini meningkatkan fraktur patologis untuk jenis gangguan ini biasanya dilakukan pembedahan dengan kuretase dan pencangkokan tulang.

Tumor sel raksasa

Sifat khas sel raksasa adalah adanya stroma vascular yang terdiri dari sel-sel dan bentuk oval yang mengandung sejumlah nucleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinak tetapi tetap memiliki derajat keganasaaan bergantung pada sifat sarkopatosa dari

stromanya. Padajenis yang ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis dan perdarahan .

(4)

rekontruksi segera dapat dilakukan . Pada kasus-kasus tumor sel raksasa ini menyerang suatu daerah yang luas di bagian distal radius, maka bagian proksimal fibula pasien dapat di

cangkokkan untuk rekontruksi lengan bawah. 1. Tumor ganas

Sarkoma Osteogenik

Sarcoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terkena tumor ini adalah bagian tulang-tulang panjang, terutama lutut. Sarcoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang pasien penyakit Paget yang berusia lebih dari 58 tahun. Nyeri yang disertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit ini.

Penampakan kasar dari sarcoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut dapat berupa (1) osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau (2) osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklorotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat dengan lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun deposit tulang ini terlihat pada banyak keganasan tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik, tumor itu sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. gangguan seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran sinar matahari).

Kondrosarkoma

Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak

menimbulkan gangguan. tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif. tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.

Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaan yang paling tepat mungkin adalah dengan melakukan amputasi.

(5)

Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.

Sifat-sifat neoplasma ganas.

1. Neoplasma ganas umumnnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara progresif

2. Sel neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak

3. Pola penyebaran neoplasma ganas sering kali sangat tidak teratur.

4. Neoplasma ganas cendrung tidak berkapsul dan biasanya mereka tidak mudah dipisahkan dari sekitar seperti neoplasma jinak

5. Kenyataannya neoplasma ganas menyerbu masuk kesekitar mereka bukan mendesak mereka kesamping. Sel-sel ganas apakah dalam kelompok, benang atau tunggal kelihatannya mencari jalan kejaringan sekitarnya dengan cara destruktif.

Sel-sel neoplasma ganas berploriferasi mampu untuk melepaskan diri dari tumor induk (tumor primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.

KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor tulang berdasarkan asal sel. 1. Primer

a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik) Jinak : – Osteoid Osteoma

Ganas: – Osteosarkoma – Osteoblastoma

– Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik) Jinak : – Kondroblastoma

Ganas : – Kondrosarkoma

(6)

– Osteokondroma

c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik) Jinak : – Non Ossifying Fibroma Ganas : – Fibrosarkoma

d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik) Ganas : – Multiple Myeloma

Sarkoma Ewing

Sarkoma Sel Retikulum e. Tumor lain-lain

Jinak : – Giant cell tumor Ganas : – Adamantinoma – Kordoma 2. Sekunder/Metastatik

3. Neoplasma Simulating Lesions – Simple bone cyst

– Fibrous dysplasia – Eosinophilic granuloma

– Brown tumor/hyperparathyroidism Klasifikasi menurut TNM.

• T. Tumor induk

• TX tumor tidak dapat dicapai • T0 tidak ditemukan tumor primer • T1 tumor terbatas dalam periost • T2 tumor menembus periost

• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang • N Kelenjar limfe regional

• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limfe • N1 tumor di kelenjar limfe regional

• M. Metastasis jauh

• M1 tidak ditemukan metastasis jauh • M2 ditemukan metastasis jauh

ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

(7)

Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.

Radiasi.

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk.

Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

Bahan Kimia.

Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.

Trauma

Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

Limfedema kronis.

(8)

Infeksi.

Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

(9)

TANDA DAN GEJALA 1. Rasa sakit (nyeri),

Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).

2. Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).

3. Keterbatasan gerak 4. Fraktur patologik. 5. Menurunnya berat badan

6. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.

7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang. 2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.

3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.

4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.

5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase. 6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada

(10)

7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003). PENATALAKSANAAN MEDIK

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi

kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan

menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.

2. Kemoterapi

Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

Komplikasi

1. Akibat langsung : patah tulang

2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh 3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada

(11)

Konsep Dasar Keperawatan Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan lain-lain. 1. Riwayat kesehatan

1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena. 2. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak 3. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

1. Pengkajian fisik

2. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena. b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

1. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan d. Keterbatasan rentang gerak

1. Hasil laboratorium/radiologi

(12)

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

a. Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,

b. Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat, c. Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan d. Skala nyeri 0-2.

Intervensi:

1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.

R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.

1. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut). R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.

1. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri. 1. Berikan lingkungan yang tenang.

R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.

1. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.

R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.

(13)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

1. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan,

2. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas,

3. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas, dan 4. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

Intervensi :

1) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.

R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional). 2) Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).

R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.

3) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.

R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,

mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

4) Bantu pasien dalam perawatan diri.

R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

5) Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.

(14)

6) Kolaborasi dengan bagian fisioterapi. R / : Untuk menentukan program latihan.

1. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan integritas kulit / jaringan teratasi seluruhnya.

K Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak berlanjut.

Intervensi :

1. Kaji adanya perubahan warna kulit.

R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

1. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut. 1. Ubah posisi dengan sesering mungkin.

R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit.

1. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.

R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit. 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic. R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

1. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi.

(15)

1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi, 2. Leukosit dalam batas normal, dan 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

1) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.

R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

2) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka. R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

3) Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

4) Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.

R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis. 5) Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC. Jakarta.

(17)

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Referensi

Dokumen terkait

Dinding. BTKL : Bata trass kapur berlubang. BMKP : Bata merah krawang pejal. BMKL : Bata merah krawang berlubang. BCSPK : Batu cetak semen pozolan kapur. BCASP : Batu cetak

Pesan verba bisa berupa kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat tung- gal, kalimat berita, kalimat perintah, ka- limat tanya, kalimat langsung, kalimat tid-

Influence of Porang (Amorphophalus muelleri) Cultivation On The Composition of Soil Arthropods In Tropical Agroforestry Areas In East Java, Indonesia.. Benefit

Konsep  Patient-centered  Patient-centered care care sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan kedokteran merupakan pendekatan sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan

Telah dibahas pada Bab sebelumnya, bahwa pegertian Sistem Pengajuan Barang Kantong merupakan serangkaian proses yang harus ditempuh oleh nasabah untuk mendapatkan

TERHADAP PELAKU ANAK DENGAN KORBAN ANAK DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN (Putusan Nomor: 24/Pid.Sus /A/2012/Pn.Pso)” dapat diselesaikan dengan baik.. Pada kesempatan

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MENYIKAPI DAMPAK PERTAMBANGAN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Sudah cukup, mengingat kebutuhan kegiatan konvensi di Semarang yang tidak banyak memerlukan kapasitas lebih dari 5000 berdasarkan data yang diperoleh dari