• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hiv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hiv"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca dalammempelajari materi yang kami sampaikan.

Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns selaku

dosen Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.

Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.

(2)

(WHO 1999)

B.TUJUAN

1. Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS

2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.

BAB II KONSEP DASAR

A.PENGERTIAN

1.Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )

2.AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 ) 3.AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

B.ETIOLOGI

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:

 Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi

 Pemakaian obat oleh ibunya

 Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena

(3)

( DEPKES 1997 )

C.PATOFISIOLOGI

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS

Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium :

1.Stadium HIV

Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )

2.Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )

Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.

3.Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe

Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan

4.Stadium AIDS

Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi sekunder

CARA PENULARAN

HIV menular dengan beberapa cara yaitu : 1.Hubungan seksual dengan penderita AIDS

Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada

(4)

dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.

2.Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS

Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh

3.Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.

Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.

4.Alat-alat untuk menoreh kulit

Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut. 5.Menggunakan jarum suntik yang bergantian

Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit HIV.

(CORWIN 2001)

D.Manifestasi Klinis

Gejala mayor :

 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan

 Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus

 Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ). Gejala minor

 Batuk kronis selama 1 bulan

 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican

 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap

 Munculnya herpes zosters berulang

 Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh

( DEPKES 1997

E. PENATALAKSANAANMEDIS

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :

1.Pengendalian infeksi oportunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.

2.Terapi AZT (Azitomidin)

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.

(5)

3.Terapi antiviral baru

Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.

4.Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron

5.Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.

6.Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.

7.Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN A.PENGKAJIAN

Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.

Keluhan utama dapat berupa :

 Demam dan diare yang berkepanjangan

 Tachipnae

 Batuk

 Sesak nafas

 Hipoksia

Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :

 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik

 Diare lebih dan satu bulan

 Demam lebih dan satu bulan

 Mulut dan faring dijumpai bercak putih

 Limfadenopati yang menyeluruh

 Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )

 Batuk yang menetap ( > 1 bulan )

(6)

Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :

 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat

 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )

 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan

 Adanya penularan pada proses melahirkan

 Terjadinya kontak darah dan bayi.

 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI

 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )

Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual

 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti

 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena

 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang

 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril

 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

 Gagal tumbuh

 Berat badan menurun

 Anemia

 Panas berulang

 Limpadenopati

 Hepatosplenomegali

 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll

B.PEMERIKSAAN FISIK

1.Pemeriksaan Mata

Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina Retinitis sitomegalovirus

Khoroiditis toksoplasma Perivaskulitis pada retina Infeksi pada tepi kelopak mata.

(7)

Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple 2.Pemeriksaan Mulut

Adanya stomatitis gangrenosa Peridontitis

Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )

3.Pemeriksaan Telinga Adanya otitis media Adanya nyeri

Kehilangan pendengaran 4.Sistem pernafasan

Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum Sesak nafas

Tachipnea Hipoksia Nyeri dada

Nafas pendek waktu istirahat Gagal nafas

5.Pemeriksaan Sistem Pencernaan Berat badan menurun

Anoreksia

Nyeri pada saat menelan Kesulitan menelan

Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut Faringitis

Kandidiasis esofagus Kandidiasis mulut Selaput lendir kering Hepatomegali Mual dan muntah

Kolitis akibat dan diare kronis Pembesaran limfa

6.Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular Suhu tubuh meningkat

Nadi cepat, tekanan darah meningkat

(8)

7.Pemeriksaan Sistem Integumen

Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar ) Haemorargie

Herpes zoster

Nyeri panas serta malaise Aczematoid gingrenosum Skabies

8.Pemeriksaan sistem perkemihan Didapatkan air seni yang berkurang Annuria

Proteinuria

Adanya pembesaran kelenjar parotis Limfadenopati

9.Pemeriksaan Sistem Neurologi Adanya sakit kepala

Somnolen Sukar berkonsentrasi Perubahan perilaku Nyeri otot Kejang-kejang Encelopati Gangguan psikomotor Penururnan kesadaran Delirium Meningitis Keterlambatan perkembangan 10.Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal

Nyeri persendian Letih, gangguan gerak

Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

C.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,

(9)

Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.

Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).

D.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara lain :

1.Resiko infeksi 2.Kurang nutrisi

3.Kurangnya volume cairan 4.Gangguan intregitas kulit

5.Perubahan atau gangguan membran mukosa 6.Ketidakefektifan koping keluarga

7.Kurangnya pengetahuan keluarga

E.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1.Resiko infeksi

Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.

o Tujuan :

Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak

o Rencana tindakan keperawatan

1.Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )

2.Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi, penyakit kronis lain

3.Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator terjadinya infeksi

4.Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya neutropenia

5.Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai penularan

6.Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien

(10)

8.Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution 2.Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )

Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri

o Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi

o Rencana tindakan keperawatan :

1.Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari 2.Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit

3.Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 4.Rencanakan makanan enternal dan parenteral 3.Kurangnya Volume Cairan

Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan ( diare )

o Tujuan :

Volume cairan tubuh dapat terpenuhi

o Kriteria hasil :

a. Asupan dan keluaran seimbang

b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal c. Nadi perifer teraba

d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam

o Rencana tindakan keperawatan

1.Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi

2.Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja 3.Monitor kadar elektrolit dalam tubuh

4.Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam 5.Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan

6.Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan 4.Gangguan intregitas kulit

Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang berulang dengan feces yang bersifat asam )

o Tujuan :

Tidak terjadi gangguan intregitas kulit

o Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih

(11)

1.Ganti popok dan celana anak apabila basah

2.Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar 3.Gunakan salep atau lotion

5.Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut

Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak dari jamur dan infeksi herpes

o Tujuan :

Tidak terjadi gangguan mukosa mulut

o Kriteria hasil

amukosa mulut lembab btidak ada lesi

ckebersihan mulut cukup

danak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut

o Rencana Tindakan Keperawatan 1.Kaji membran mukosa

2.Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter 3.Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam

4.Gunakan sikat gigi yang lembut

5.Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut

6.Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama pengobatan

7.Gunakan antiseptik oral 8.Check up gigi secara teratur 6.Ketidakefektifan Koping Keluarga

Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif

o Tujuan :

Koping keluarga efektif

o Kriteria hasil :

aOrang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut bOrang tua mampu mengambil keputusan yang tepat

cOrang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan dukungan sosial

o Rencana tindakan keperawatan 1.Konseling keluarga

(12)

3.Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan mengidentifikasi dukungan sosial

4.Libatkan orang tua dalam perawatan anak 5.Monitor interaksi orang tua dan anak 6.Monitor tingkah laku orang

7.Kurang pengetahuan

Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang kompleks dirumah

o Tujuan :

Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan

o Kriteria hasil :

aOrang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit dan kebutuhan home care

bOrang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat

cOrang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan mengetahui bagaimana HIV menular

o Rencana Tindakan keperawatan

1.Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care 2.Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis

3.Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus

4.Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya 5.Anjurkan cara hidup normal pada anak

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS

KASUS:

Hari kamis TGL 12 September 2009 sekitar jam 10.30 WIB ibu Diah membawa anaknya yang bernama Gunawan ke RS dengan alasan keadaan anaknya semakin hari tamabah, parah berat badannyamenurun, nafsu makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus, diare,mual, muntah, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh. Dari data pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS. Data ini didukung dari tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh,

A.PENGKAJIAN ANALISA KASUS

(13)

NO DATA PENYEBAB MASALAH 1 DS:

demam secara terus menerus

kulitnya merah-merah luka yang tidak

sembuh-sembuh DO:

lesi kulit

luka sukar sembuh

sistem imun menurun sehingga Tubuh mudah terserang infeksi dr luar (virus, bakteri, jamur, parasit), maka jika terjadi luka sukar untuk sembuh

Resiko terjadinya infeksi

2 DS: berat badannyamenurun nafsu makannya berkurang kurus mual muntah DO: anoreksia

terjadi gangguan pada gastrointestinal dan

kesulitan menelan sehingga nafsumakan berkurang serta mual, muntah

Nutrisi kurang dan kebutuhantubuh

3 DS: diare DO: feses cair

terjadi infeksi pada gastrointestinal bisa menimbulkan diare

Kurangnya volume cairan tubuh

4 DS:

kulitnya merah-merah luka yang tidak

sembuh-sembuh DO:

lesi kulit

luka sukar sembuh

system imun tubuh melemah menyebabkan tubuh tidak mampu untuk beradaptasi

Gangguan integritas kulit

B.DIAGNOSA DAN INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

(14)

infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan system imun tubuh

infeksi oportuniskit Kriteria Hasil : Mencapai masa

penyembuhan luka / lesi

Tidak demam dan

bebas dari

pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari infeksi.

septik dan antiseptik (cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan) Pantau tanda-tanda vital Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan, perhatikan batuk spasmedik kering pada inspirasi dalam

Periksa adanya luka / lakuasi infasif, dan tanda-tanda

inflamasi.

Gunakan sarung tangan dan shout selama kontak langsung yang akresi / sekresi Pantau studi

laboratorium, JDL dan periksa kultur / sensivitas lesi, darah, urine dan spuntum Berikan antibiotik, entijamun / agen antimikroba. kontaminasi silang Memberikan informasi

data dasar upeneana, tindakan Kongesti / distres pernafasan dapat mengidentifikasikan perkembangan PCP Candidiasis oral, ks,

herpes CMU dan Cyptococcus adalah penyakit umum dan memberi pengaruh pada membran kulit, perawatan infulsi

aktual dapat

mencegah supsis Mencegah penularan Mengidentifikasi

proses infeksi dan untuk menentukan metode perawatan Menghambat proses

infeksi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2 Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi Kriteria Hasil : Terlihat adanya pertumbuhan BB anak Nila-nilai laboratorium Kaji BB dasar Observasi koordinasi menghisap dan refleks menelan Insfeksi rongga mulut Anjurkan pemberian makan alternatif dan konsulkan ibu

Anak resti GUT ditandai dengan BB

menurun atau

penambahan BB sedikit dari waktu lahir

Pola motorik oral abormal dapat merusak pemberian

(15)

dalam batas normal

Bebas dari tanda malnutrisis / gagal untuk tumbuh (GUT) untuk mengetahui cara pemberian makan dan kebutuhan khusus untuk anak. mengenai resiko menyusui

Tinjau ulang diet sesuai usia dan tambahan makanan

padat dan

kemampuan perkembanan Berikan nistat sesuai

indikasi Berikan makanan enteral / parenteral dengan tepat. makan Sariawan merusak kemampuan makan HIV ada pada

kolestrum serta ASI

dan meskipun terbatas tetap adabeberapa resiko pada bai Memberikan nutrisi optimal berdasarkan kebutuhan anak setelah pulang

Tindakan efektif untuk infeksi jemu oral Kerusakan motorik dan

adanya infeksi memerlukan alternatif teknik pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan diet.

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3 Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan (diare ) Tujuan : Kebutuhan volume cairan terpenuhi Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab

Anak tampak rileks Turgor kulit baik Tanda-tanda vital

stabil

Kaji tanda-tanda vital Catat pningkatan suhu dan durasi demam, berikan kompres hangat sesuai indikasi Kaji turgor, membran

mukosa dan rasa haus

Kaji intake dan

Indikasi dari volume cairan sirkulasi Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan Indikator tidak langsung dari status cairan

(16)

Haluaran adekuat. output Hilangkan makan yang potensial menyebabkan diare Berikan cairan / elektrolit melalui NGT / IV Pantau He / Hb Berikan obat sesuai

indikasi seperti anti ementik, anti diare, anti piretik

Mempertahankan keseimbangan

cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membran mukosa Mungkin dapat mengurangi diare Mendukung / memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat Bermanfaat dalam memperbaiki kebutuhan cairan Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah keenceran feces dan membantu mengurangi demam.

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis, resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi, perubahan status metabolisme. Tujuan : Integritas kulit kembali normal Kriteria Hasil : Tidak ada lagi lesi Permukaan kulit

normal.

Kaji tiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensori

Pertahankan higiene kulit mis : masase dengan lotion dan krim

Autr posisi secara teratur, ganti seprei sesuai kebutuhan Pertahankan sprai

Menentukan garis dasar perubahan dan melakukan

intervensi yang tepat Mempertahankan

kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi

Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran

(17)

bersih, kering dan tidak berkeringat Bersihkan area

perianal

Gunting kuku anak secara teratur Berikan matras /

tempat tidur busa Berikan obat-obatan topikal / sistemik sesuai indikasi. darah, kejaringan meningkatkan proses penyembuhan Friksi kulit disebabkan kain yang berkerut dan basah

Mencegah maserasi yang disebabkna oleh diare

Kuku yang panjang meningkatkan resiko kerusakan dermal Menurunkan istemia

jaringan

Digunakan pada perawatan lesi kulit

BAB IV PENUTUP Kesimpulan

Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.

AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai sistem kerja menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap HIV/AIDS akan mudah terserang infeksi atau virus dari luar.

Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya ( mother-to-child-transmision (MTCT )). Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :

1.Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur

(18)

3.Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan memberikan dukungan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sudoyo (2009), AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus

Penunjukan “AIDS” merupakan kebergunaan yang sangat terbatas pada prognosis atau pada nosologi deskriptif infeksi HIV, tetapi penyakit indicator AIDS berperang sebagai

HIV adalah singkatan dari (Human Immunodeficiency Virus) , yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih

 Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru. Virus– virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah,

ABSTRAK: - Bahwa Infeksi HIV/AIDS adalah virus perusak sistem kekebalan tubuh manusia yang proses penularannya sulit dipantau dan tidak mengenal batas

dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan

Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi

CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit