• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sosiologi Ekonomi Ekonomi Kreati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sosiologi Ekonomi Ekonomi Kreati"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN OBSERVASI SOSIOLOGI EKONOMI

UD. WANDI JAYA

`

(2)

MEI 2017 LAPORAN OBSERVASI SOSIOLOGI EKONOMI

UD. WANDI JAYA

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Ekonomi yang dibimbing oleh Muh. Arif Mustaqim,

S.Sos, M.Sos,

Oleh :

1. Machallafri Iskandar (E20151001) 2. Iradatul Kamilah (E20151014) 3. Tutik Indana Zulfa (E20151016) 4. Ilmi Farajun Rikza (E20151043) 5. Miftah Faozi (083143146)

(3)

MEI 2017 KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi di UD. Wandi Jaya. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Atas bimbingan dari Dosen Sosiologi Ekonomi dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Laporan Observasi ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Sosiologi Ekonomi dan semoga segala yang tertuang dalam Laporan Observasi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Laporan Observasi ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bias menciptakan hal-hal yang lebih bermakna. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dosen Pembimbing mata kuliah Sosiologi Ekonomi, Bapak Muh. Arif Mustaqim, S.Sos, M.Sos,

2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Laporan Observasi.

(4)

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Jember, 25 Mei 2017 Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan Penulisan... 2

1.4. Sistematika Penulisan... 2

BAB II LANDASAN TEORI... 4

2.1 Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif... 4 2.2 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Industri Kreatif... 6

2.3 Pembaruah Sumber Daya dalam Ekonomi Kreatif ...7 2.4 Model Pengembangan Industri Kreatif...

10

(5)

2.6 Pilar Model Pengembangan Industri Kreatif... 12

BAB III PEMBAHASAN... 14

BAB IV PENUTUP... 16

5.1 Simpulan... 16

5.2 Saran... 17

DAFTAR PUSTAKA... 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ketika orbit kehidupan ekonomi terus berputar dan bergerak maju, maka teori-teori pun terus berkembang mengikutinya. Dinamika pergerakan orbit tersebut mendorong Alvin Toffler (seorang dan kawan-kawan untuk mengamatinya. Hasil pengamatan mereka sampailah pada sebuah kesimpulan bahwa peradaban kehidupan ekonomi umat manusia telah berada pada orbit kehidupan ekonomi informasi dimana yang sebelumnya yaitu pada kehidupan ekonomi pertanian dan industri.

Namun perkembangan setelah itu, dimana kehidupan ekonomi umat manusia telah berubah seiring dengan berlangsungnya proses globalisasi ekonomi dan banyaknya temuan baru dibidang teknologi komunikasi dan informasi, telah mengiring peradaban manusia kedalam suatu arena interaksi sosial yang baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dan hal itu sama sekali belum terdeteksi dalam kajian Toffler dan kawan-kawan.

(6)

Howkins diamati dengan amat serius. Ia berkesimpulan bahwa kehidupan ekonomi umat manusia saat ini telah memasuki suatu orbit baru yang disebutnya sebagai orbit ekonomi kreatif (creativity based economy). Pada orbit ini tuntunan akan keunggulan kreasi dan inovasi lebih dominan.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul Perbedaan Perjanjian dan Perikatan, antara lain :

 Apa yang dimaksud dengan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif?

 Apa saja Peluang dan Tantagan yang Dihadapi Industri Kreatif?

 Bagaimana Pembaruan Sumber Daya Dalam Ekonomi Kreatif?

 Apa saja segmentasi yang menjadi target pasar bagi industri kreatif?

 Bagaimana Model Pengembangan Industri Kreatif?

 Bagaimana Fondasi Model Pengembangan Industri Kreatif?

 Bagaimana Pilar utama Model Pengembangan Industri Kreatif?

1.3 TujuanPenulisan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Perbedaan Perjanjian dan Perikatan, yaitu:

 Dapat memahami apa yang dimaksud dengan ekonomi Kreatif dan

industri kreatif.

 Dapat memahami Peluang dan Tantagan yang Dihadapi Industri Kreatif.

 Dapat memahami Pembaruan Sumber Daya Dalam Ekonomi Kreatif.

 Dapat memahami Model Pengembangan Industri Kreatif.

 Dapat memahami Fondasai Model Pengembangan Industri Kreatif.

 Dapat memahami Pilar utama Model Pengembangan Industri Kreatif.

 Dapat memahami Agenda pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia.

1.4 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan:

(7)

Bab II Landasan Teori

a.Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif

b.Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Industri Kreatif c.Pembaruah Sumber Daya dalam Ekonomi Kreatif d.Model Pengembangan Industri Kreatif

e.Fondasi Model Pengembangan Industri Kreatif f. Pilar Model Pengembangan Industri Kreatif Bab III Pembahsan:

Bab IV Penutup : a. Simpulan b. Saran

BAB II

(8)

Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir ada awal abad ke-21. Gelombang ekonomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, pendapatan, dan kesejahteraan. Inti dari ekonomi kreatif teretak pada indusri kreatif, yaitu Industi yang digerakkan oleh para kreator dan inovator.[1] Rahasia eonomi kreatif terletak pada kreativitas dan keinovasian.

Industri kreatif merupakan industri yang menggunakan sumber daya yang terbarukan, dapat memberikan kontribusi dibeberapa aspek kehidupan, tidak hanya dari sudut pandang ekonomi semata, tetapi juga ditinjau dari dampak positif yang ditimbulkan terutama bagi peningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan motivasi dan kreativitas anak bangsa, serta dampak sosial lainnya. Menurut Departemen Perdagangan RI (2009;5), Industri Kreatif adalah Indutri yang berasal dari pemanfaatan krativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. [2]

Menurut UNCTAD dan UNDP dalam Creative Economy Repor, (2008:4), Industri Kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, serta distribusi barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama. Industri Kreatif terdiri dari seperangkat pengetahuan berbasis aktivitas yang menghasilkan barang-barang riil dan intelektual nonrill atau jasa-jasa artistik yang memiliki kandungan kreatif, nilai-nilai ekonomi nonriil, dan objek pasar. Industri Kreatif tersusun dari suatu bidang yang heterogen yang paling memengarui dari kegiatan-kegiatan kreatif yang bervariasi, yang tersusun dari seni dan kerajinan tradisional, penerbitan, musik, visual, dan pembentukan seni sampai dengan penggunaan teknologi yang intensif dan jasa-jasa yang berbasis kelompok, seperti film, televisi, dan siaran radio, serta media baru dan desain.[3]

(9)

yaitu budaya mengombinasikan kreasi (creation), produk (product) dan komersialisasi (commercialization).

Produk dari Industri Kreatif disebut produk komersialisasi (commercial product) yaitu berupa barang dan jasa kreatif (creative goods and services). Menurut Hermawan K, yang dikutip oleh kelompok kerja Indonesia design power Departemen Perdagangan RI (2008;73), “Komersialisasi adalah segala aktivitas yang berfungsi memberi pengetahuan kepada pembeli tentang produk barang dan jasa yang disediakan dan juga memengaruhi konsumen untuk membelinya.”[4]

Kegiatan Komersialisasi, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pemasaran

Dalam pemasaran, kegiatan komersialisasi yang dilakukan mencakup pencitraan/ konsep merek (branding), penentuan pasar sasaran (targeting), dan menentukan posisi pasar (market positioning). 2. Penjualan

Dalam penjualan, kegiatan komersialisasi yang dilakukan mencakup penjualan langsung oleh desainer, kreator, agen, distributor, pemegang lisensi, pemegang pewaralaba (franchisee), pabrikan dan lain sebagainya.

3. Promosi

Kegitan komersialisasi yang dapat dilakukan melalui promosi, seperti expo, pameran, pertunjukan, penggunaan saluran media baru.

Sementara itu, layanan adalah segala aktivitas yang diperlukan untuk menjaga suatu produk-barang atau jasa-tetap berfungsi dengan baik sesuai dengan harapan konsumen setelah produk tersebut dibeli oleh konsumen.

2.2Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Industri Kreatif 1. Peluang Industri Kreatif

(10)

pemanfaatan kearifan serta warisan budaya Indonesia, perlu perhatian dan kerja sama anatara pemerintah dengan pelaku–pelaku industri kreatif, sehingga warisan budaya tradisional bangsa Indonesia dapat terestarikan dan menjadi kebanggaan nasional.

2. Tantangan Industri Kreatif

Banyak kita temui, lulusan pendidikan tinggi dengan IPK tinggi ternyata tidak berprestasi di dunia kerja. Oleh karena itu sektor pendidikan harus mengimbangi kurikulum yang berorientasi pada aspek kognisi dengan kurikulum yang berorientasi pada kreativitas dan pembentukan jiwa kewirausahaan. Kreativitas yang dimaksud adalah mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif didalam menghadapi perubahan-perubahan yang ditemui dilingkungan nyata.

Lembaga pendidikan seharusnya mengarah kepada sistem pendidikan yang dapat menciptakan:

a. Kompetisi yang kompetitif

Sesuai namanya, kompetensi membutuhkan latihan, sehingga sektor pendidikan harus memperbanyak kegiatan orientasi lapangan, ekperimentasi, riset dan pengembangan serta mengadakan proyek kerja samma multidisipliner yang beranggotakan berbagai keilmuawan, sains, teknologi, dan seni.

g. Intelegensia Multidimensi

Teori-teori intelengsia saat ini telah mengakui pula bahwa tidak hanya kecedasan rasional (IQ) yang menjadi acuan tingkat pencapaian manusia, tetapi manusia juga memilki kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).

(11)

2.3Pembaruan Sumber Daya Dalam Ekonomi Kreatif[6] 1.Pembaruan Pengetahuan dan Kreativitas

Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan unsur talenta, keterampilan dan kreatifitas. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi kreatif dari ketiga unsur tersebut, maka berarti kita telah turut serta dalam upaya meningkatkan kapasitas (capacity building) sumber daya insani Indonesia.

2.Pembaruan Sumber Daya Alam

Sekarang yang terpenting adalah bagaimana memperbarui sumber daya alam untuk menghasilkan manfaat ekonomi (Green Economy). Melalui model ekonomi kreatif, sumber daya bisa diperbarui dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya hasil kehutanan seperi kayu, pada fase pertama kayu tersebut bisa dijadikan mebel, hiasan, dan alat kebutuhan rumah tangga lainnya. Fase berikutnya, kayu tersebut bisa saja dibuat barang-barang lainnya dengan model dan desain yang berbeda. Sementara itu dari bahan tambang bisa dijadikan berbagai jenis barang berharga, seperi perhiasan, cenderamata, dan alat keperluan lainnya.

Contoh memanfaatan pembaruan di Bandung:

Usaha pandai besi di Pasir Jambu, Kabupaten Bandung bisa mengubah besi bekas, menjai alat-alat kebutuhan rumah tangga dan perkakas seperti golok, pisau, gergaji, cangkul dan sebaginya yang ernilai cukup tinggi.

Para pengrajin marmer di Padalarang bisa mengolah limbah dari industri keramik menjadi marmer yang dibuat berbagai macam barang dan alat rumah tangga yang unik.

Komunitas Hijau (green community) sebagai salah satu pembaruan sumber daya alam

(12)

program-program pembangunan disektor lain, maka akan dapat memperlambat proses ekspoitasi SDA.

Misalnya, ketika pemerintah mengeluarkan regulasi yang memberikan intensif bagi produksi barang jadi di dalam negeri, maka pemakaian bahan baku yang berasal dari SDA akan didapat dihemat, serta lebih banyak menyerap tenaga kerja. Komunitas hijau yang mandiri sangat potensial dibangun di daerah-daerah pedesaan, sehingga muncul klaster-klaster produksi skala desa yang berwawasan lingkungan, sehingga ekonomi desa tumbuh dan mencegah terjadinya urbanisasi.

Di Indonesia, sosok Singgih Magno adalah salah satu contoh pelaku industri kreatif dibidang kerajian kayu yang berhasil mempromosikan Green Community. Dengan kreativitasnya, Singgih mampu menujukkan bahwa dengan segelondong kayu bakar jika dijual akan mengahasilan nilai tambah sebesar US$ 0,6 dengan memberikan lapangan pekerjaan selama 0,2 hari kerja.

Akan tetapi, jika kayu tesebut ditranformasikan menjadi stapler dari kayu 200 buah, maka nilai tambah yang dihasilkan sebesar US$ 1.000 sekaligus meberikan lapangan pekerjaan sebanyak 40 hari kerja.

3.Pembaruan Produk Ekonomi

Indonesia sangat kaya dengan produk-produk ekonomi, baik yang berasal dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, maupun kelautan. Berbagai jenis dan macam produk yang dapat dihasilkan oleh setiap sektornya serta semuanya dapat dikembangkan menjadi produk kreatif untuk menghasilkan nilai tambah baru. Dari sektor pertanian, misalnya banyak ragamnya, seperti sayur-sayuran, ubia-ubian, rempah-rempah, dan bahan makanan lain yang bisa ditingkatkan nilai tambahnya.

Contoh:

(13)

rasa vanili, dan arasa lainnya? Dari singkong, pisang, buah-buahan, air minum, dan bahan baku makanan lainnya. Anda bisa membuat ribuan produk makanan. Sekarang bergantung kepada diri anda untuk berkreatif. 4.Pembaruan Seni dan Kerajinan

Seperti halnya produk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan industri. Produk dalam bidang seni dan kerajinan tradisional Indonesia yang beragam sebenarnya dapat direkayasa. Kita dapat mengambil contoh, seni dan kerajinan asal daerah, misalnya seni dan kerajinan di daerah Yogyakarta dan Bali karena direkayasa dan dilakukan pembaruan, maka produk seni dan kerajinan itu menjadi sangat menarik bagi wisatawan sehingga dapat diekspor. Dengan mengembangkan wisata kerajinan, seni dan budaya serta wisata belanja seperi kedua daerah tersebut, semua produk daerah dapat dipromosikan ke mancanegara.

Apabila setiap daerah mengembangkan seni dan kerajianan tersebut dengan melakukan pembaruan, rekayasa, dan komersialisasi, maka akan banyak nilai tambah, pendapatan, dan kesempatan kerja yang tercipta. Setiap provinsi dan setiap daerah memiliki seni dan kerajinan dengan kekhasan sendiri. Indonesia bisa mengembangkan produk-produk ini.

5. Pembaruan Ekonomi Kepariwisataan

(14)

Intelectu

al Business Goverment

PEOPLE Te c h n o lo g y In d u s tr y R e s o u rc e s In s tit u ti o n s F in a n c ia l In te rm e d ia ry

2.4Model Pengembangan Industri Kreatif.

Model Pengembangan Industri Kreatif adalah layaknya sebuah bangunan yang dapat memperkuat ekonomi Indonesia, dengan landasan, pilar, dan atap sebagai elemen-elemen pembangunannya. Adanya kenyataan bahwa banyak subsektor industri kreatif di Indonesia yang memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding dengan sektor industri lainnya, dan itu dicapai dengan intevensi pemerintah yang minimal.

Model Pengembangan Ekonomi Kreatif:

The Triple Helic

.

2.5Fondasi Model Pengembangan Industri Kreatif.

Fondasi Industri kreatif adalah sumber daya insani Indonesia. Keunikan Industri Kreatif yang menjadi ciri bagi hampir seluruh sektor industri yang terdapat dalam industri kreatif adalah peran sentral sumber daya ini dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Untuk itu, pembangunan industri kreatif Indonesia yang kompetitif harusnya dilandasi oleh pengembangan potensi kreatifnya, sehingga mereka terlatih dan terberdayakan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan kreativitas.

Menurut Richard Florida (2001), individu-individu kreatif memilki strata yang disebut strata kreatif. Individu-individu pada strata kreatif ini terlibat dalam pekerjaan fungsi untuk meciptkan bentuk baru yang memilki arti.

Dalam bukunya, The Rise Of Creative Class Richard Florida menyatakan bahwa strata kreatif terdiri dari dua komponen utama yaitu:

1.Inti Super Kreatif (Super Creative Core)

(15)

aktor, desainer, dan arsitek, pengarang cerita nonfiksi, editor, tokoh editor, tokoh budaya, peneliti analisis, pembuat film, dan pekerja kreatif lainnya yang secara intensif terlibat dalam proses kreatif.

2.Pekerja kreatif Profesional (Creative Professional)

Individu dalam strata ini pada umumnya bekerja pada industri yang memiliki karakterisitik: Knowledge-Intensive seperti industri berbasis teknologi tinggi (high tech), berbasis jasa layanan keuangan, berbasis hukum, praktsi kesehatan dan teknikal, dan manajemen bisnis. Di Indonesia, jumlah individu yang berada dalan strata kreatif jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan individu yang berada dalam strata pekerja. Hal ini tentunya menjadi masalah utama, jika Indonesia ingin mengembangkan industri kreatif, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam industri kreatif, sumber daya insani merupakan fondasi dari ekonomi kreatif.

Untuk dapat mengubah komposisi dari strata tersebut, pemerintah memiliki peran sentral, terutama dalam mengembangkan sistem pendidikan yang mendukung lahirnya para pekerja kreatif, baik melalui jalur formal maupun nonformal, sehingga industri kreatif dapat tumbuh dan berkembang secara signifikan.

2.6Pilar Model Pengembangan Industri Kreatif.

Lima pilar Industri Kreatif dijabarkan sebagai berikut: 1. Industri (Industry)

Merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serat konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara atau area tertentu.

2. Teknologi (Technology)

Suatu entitas baik material maupun non material, yang merupakan aplikasi dari penciptaan proses mental dan fisik untuk mencapai nilai tertentu. Teknologi ini akan menjadi enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata.

Richard Florida mengatakan ada tiga model utama membangun ekonomi berbasis kreativitas:

(16)

c. Toleransi sosial

Teknologi dimasukkan kedalam pilar karena fungsinya sebagai kendaraan atau perangkat bagi landasan ilmu pengetahuan. Teknologi bisa dipakai dalam berkresi, memproduksi, berkolaborasi, mencari informasi, distribusi, dan saran bersosialisasi.

3. Resources (Sumber daya)

Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah. Sumber daya meliputi SDA atatupun ketersediaan lahan yang menjadi input penunjang dalam industri kreatif.

4. Institution (Institusi)

Sebagai tatanan sosial di mana termasuk didalamnya adalah kebiasaan, norma, adat, dan aturan dan hukum yang berlaku.

6. Lembaga Intermediasi Keuangan (Finacial Intermediary)

Lembaga intermediasi keuangan yang dimaksudkan disini adalah lembaga yang berperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan, baik dalam bentuk modal maupun pinjaman. Lembaga intermediasi keuangan ini sangat penting untuk kebutuhan keuangan pelaku industri kreatif.

BAB III PEMBAHSAN

(17)

Wandi Jaya. Awalnya ia hanya seorang karyawan di unit lain. Karena semakin lama semakin mahir, ia berinisiatif untuk membuka usaha sendiri dirumahnya. Bapak Wandi dan istrinya memulai karirnya sebagai pengrajin pada tahun 1990. Pada awalnya kerajinan yang dibuat adalah tasbih dengan bahan baku kayu cendana, pada saat itu omset yang didapat dari kerajinan tasbih sangat menjajikan. Kemudian seiring berjalannya waktu bahan baku yang diperlukan semakin sulit didapat,akhirnya ia mendapatkan ide untuk mengganti bahan baku kerajinannya dengan kayu kukun yang kualitasnya tidak kalah bagus dibandingkan bahan baku sebelumnya. Tahun demi tahun berlalu dan usaha kerajinan UD. Wandi jaya semakin berkembang. Awalnya mereka tidak menggunakan jasa karyawan teteapi karena semakin banyaknya pesanan akhirnya bapak wandi merekrut karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar dan ada pula yang berasal dari luar daerah. Produk dari UD Wandi Jaya pada awalnya hanya tasbih berbahan kayu, namun dalam perkembangannya banyak permintaan produk lain dari konsumen seperti aksesoris kalung dan gelang. Dalam sejarah perkembangannya, UD Wandi Jaya juga pernah memproduksi kerajinan yang berbahan baku batok kelapa yang bahan bakunya didatangkan langsung dari Bali. Bahan baku utama yang digunakan hingga saat ini diantaranya; tulang, kaca, kulit aren, kayu kukun, dan manik-manik berbahan plastik.

(18)

standar harga yang berlaku. Harga dari produk yang dijual berkisar dari 10.000-15.000 jika membeli secara grosir atau borongan dan berkisar dari 10.000-25.000 jika membeli secara ecer atau skala kecil.

(19)

Ada beberapa arah dalam pengembangan industri kreatif yaitu dengan menitikberatkann pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry) (2) lapangan usaha kreatif (industry creative) atau (3) hak kekayaan intelektual seperti hak cipta (copyright industry).

Untuk mengembangkan industi kreatif diperlukan sebuah kolaborasi yang padu, saling memperkuat, saling menyangga, dan bersimbiosis mutualisme antara aktor-aktor yang terlibat, yaitu kelompok cendikiawan (intellectuals), bisnis (business) dan kelompok pemerintah (government) yang kemudian disebut sebagai sistem Triple Helix.

Di Indonesia ekonomi kreatif mulai diakui memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis. Oleh karena itu, sangatlah penting pengembangan ekonomi kreatif bagi masa depan bangsa Indonesia. Indonesia Design Power merupakan suatu program pemerintah yang diharapkan dapat memacu peningkatan daya saing produk-produk Indonesia di pasar domestik dan pasar Internasional.

Inisiatif pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia telah berhasil mengidentifikasi subsektor yang merupakan bagian dari industri berbasis kreativitas, yaitu: 1) Periklanan; 2) Arsitektur; 3) Desain; 4) Pasar Barang Seni; 5) Kerajinan, 6) Musik: 7) Fesyen; 8) Permainan Interaktif; 9) Video, Film; dan Fotografi; 10) Seni Pertunjukan; 11) Layanan Komputer dan Piranti Lunak; 12) Riset dan Pengembangan; 13) Penerbitan dan Percetakan; dan 14) Televisi dan Radio.

Fondasi industri kreatif adalah sumber daya insani Indonesia. Keunikan industri kreatif yang menjadi hasil hampir seluruh sektor industri yang terdapat dalam industri kreatif adalah peran sentral sumber daya insani dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Untuk itu, pengembangan industri kreatif Indonesia yang kompetitif harusnya dilandasi oleh pengembangan potensi kreatifnya, sehingga mereka terlatih dan terberdayakan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan kreativitas. Pengetahuan dan kreativitas inilah yang menjadi faktor produksi utama di dalam industri kreatif.

(20)

Apabila ingin Indonesia membangun ekonomi kreatif di era persaingan global dan menciptakan peluang yang banyak dalam dunia industri kreatif haruslah berpikir kreatif yaitu imajinasi, abstrak dan observasi, dan pemerintah maupun masyarakat Indonesia harus berperan aktif dengan bertindak inovatif, yaitu melakukan sesuatu yang berbeda dan sesuatu yang baru.

Industri Indonesia menyusun agenda pengembangan ekonomi kreatif, dalam bentuk kerangka strategis pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 perlu disambut baik dan perlu didorong. Karena bagaimanapun, upaya ini merupakan bagian dari solusi cerdas dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis di era persaingan global.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perdagangan RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Jakarta: Departemen Perdagangan.

Departemen Perdagangan RI. 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2010-2014. Jakarta: Departemen Perdagangan.

Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakan EKONOMI KREATIF Antara Tntunan dan Kebutuhan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

(21)

Soeharsono Sagir.2009. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kencana.

UNDP-UNCTAD. 2008. Creative Economy Report. AS: United Nations. Dalam buku Ekonomi Kreatif EKONOMI BARU: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. 2013.

[1] Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif EKONOMI BARU: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. Jakarta: Salemba Empat. Sinopsis (cover belakang).

[2] Departemen Perdagangan RI. 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2010-2014. Jakarta: Departemen Perdagangan. Hal. 5.

[3] UNDP-UNCTAD. 2008. Creative Economy Report. AS: United Nations. Hal.4. dalam buku Ekonomi Kreatif EKONOMI BARU: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. 2013.. Hal. 96.

[4] Departemen Perdagangan RI. 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Jakarta: Departemen Perdagangan. Hal. 73.

[5] Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakan EKONOMI KREATIF Antara Tntunan dan Kebutuhan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal. 261.

[6] Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif EKONOMI BARU: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 199.

Referensi

Dokumen terkait

Selain pendidikan faktor penyebab kemiskinan lainnya berdasarkan hasil observasi, yaitu (1) Secara ekonomi kemiskinan yang terjadi pada pemulung miskin TPA Supit

Melihat Tetuka dapat mengalahkan Prabu Kala Praceka, Batara Narada sangat senang seraya berkata,”Tetuka, engkau berhasil melenyapkan pembuat kerusuhan.Aku akan membawamu

[r]

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian

Apabila dilihat dari nilai persentase rata-rata secara keseluruhan motivasi berprestasi mahasiswa KPI berada pada kategori tinggi (T) dengan nilai persentase

[r]

Ketika respon imun adekuat tidak mengalahkan penyakit basil tuberculosis yang dalam keadaan dormant mengalami perkembangan menyebabkan kerusakan lebih kuat pada jaringan paru..

Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter