Review Pembangunan Ekonomi Indonesia : Tinjauan Umum Pembangunan Ekonomi Indonesia Pada tahun 1965 pendapatan bruto Indonesia per kepala berada sedikit di bawah pendapatan per kepala negara Sri Lanka, yaitu sebesar Rp 221.000,00. Rata-rata laju pertumbuhan PNB Indonesia selama periode 1960an sekitar 3% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk periode tersebut sebesar 2% per tahun sehingga PNB per kepala hanya naik 1% setahun. Pada tahun 1984 pendapatan per kepala naik menjadi Rp 581.000,00 yang dihitung berdasarkan tingkat dan nilai tukar uang pada tahun tersebut.
Perekonomian Indonesia tumbuh dengan cepat setelah tahun 1965 dapat membantu mengatasi krisis sosial-ekonomi pada awal dasawarsa 1960-an berkat dua bonanza minyak, yaitu pada tahun 1973-1974 dan 1978-1979. Penerimaan devisa tambahan dari ekspor minyak pada tingkat harga yang lebih tinggi diperkirakan sebesar US$ 4,1 milyar per tahun dalam kurun waktu 1973-1974. Kenaikan harga dari US$ 2 per barel menjadi US$ 11 per barel dikalikan jumlah minyak yang diekspor tiap tahun yaitu 450 juta barel per tahun pada tahun 1978-1979. Ekspor minyak dan gas kemudian naik dari tahun 1972 sampai tahun 1980. Hasil yang meningkat dalam proses pembangunan Indonesia dari tahun ke tahun ini merupakan peran besar dari hasil ekspor minyak dan gas yang kemudian digunakan secara efektif untuk tujuan-tujuan pembangunan, di samping usaha rakyat Indonesia di sektor swasta dan sektor pemerintah.
Hasil kemajuan yang dicapai Indonesia dapat dilihat pada beberapa bidang, antara lain: 1. Di bidang pertanian tercapai swasembada pangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
0 impor beras pada tahun 1986.
2. Produksi hasil pertanian meningkat pesat dan menjadi sumber kedua pertumbuhan perekonomian Indonesia setelah bonanza minyak.
3. Bidang industry mulai menunjukkan perkembangan yang sudah lebih meningkat dari industry pertanian atau industri yang memanfaatkan hasil alam seperti industry pangan dan pengolahan minyak. Industry manufaktur menunjukkkan hasil perkembangan produksi yang lambat namun terus berkembang. Meskipun pada kenyataannya perekonomian Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara tetangga.
Surabaya, Bandung, dan Medan terus mengalami perkembangan yang cukup pesat. Fasilitas public seperti jalan raya, kereta api, dan pesawat terbang juga berkembang pesat.
5. Perbaikan sistem pendidikan di Indonesia menjadi salah satu jalan keluar untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang terdidik untuk memanfaatkan secara maksimal sumberdaya alam yang tersedia.
6. Pemerintah Orde Baru berhasil memelihara stabilitas politik dan ekonomi Indonesia serta menawarkan kepada dunia usaha iklim yang memudahkan perusahaan swasta dan perusahaan milik negara. Keadaan ini berbeda dengan yang ada di Amerika Latin dan beberapa negra Asia. Dalam hal ini aspek yang paling penting untuk pembangunan ekonomi adalah kebijakan ekonomi pemerintah. Pedoman yang ditetapkan untuk ekonomi Indonesia dan pilihan kebijaksaan yang diambil dapat dilihat di empat Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang sudah berjalan saat itu.
Repelita disusun pemerintah Indonesia saat itu ditujukan ke arah kebijaksanaan ekonomi makro dan proses industrialisasi. Khususnya asas anggaran berimbang yang menjadi dasar perbedaan antara pemerintahan orde baru dan orde lama. Pemerintah Indonesia menjalin kerjasama ekonomi internasional dalam IGGI (Inter-Govermental Group on Indonesia). Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia dapat dengan segera mengatasi kekacauan sosial akibat percobaan kudeta tahun 1965.
Rencana pembangunan Indonesia selalu dihadapkan pada masalah-masalah mendasar yang harus diatasi oleh prinsip dasar pembangunan nasional, yaiti : Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas.
pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor swasta yang banyak bergantung pada penanaman modal dari pemerintah. Pada tahun 1982 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun.
Indonesia adalah negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dimana organisasi ini sangat berperan dalam kegiatan pasar minyak dunia. Pada tahun 1986, sektor migas Indonesia tidak dapat diandalkan karena hanya menyumbang 15% dalam produk domestic bruto. Laju pertumbuhan migas termasuk penyulingan dan gas cair sangat kecil. Hal ini mendorong adanya proses industrialisasi. Tapi adanya kekurangan modal, yang meliputi tabungan dalam negeri dan penerimaan devisa, diperkirakan akan timbul di tahun-tahun mendatang, sehingga penggunaaan yang optimal dari modal yang terbatas itu sangat menentukan dalam pembangunan.
Strategi pembangunan yang dipilh harusnya adalah strategi pembangunan yang dapat mendorong sektor swasta untuk terus mengawali dalam pengembangan semua jenis usaha karena sektor swasta selalu berusaha meminimumkan biaya produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dalam produksi dan menggunakan sumberdaya yang terbatas secara optimal.
Meskipun peranan migas menurun tapi perlu diingat bahwa migas memberikan sumbangan devisa yang besar bagi pemerintah. Untuk mengimbangi menurunnya harga minyak, maka pemerintah mengubah sistem perpajakan dan mencoba menaikkan pajak dari nonmigas.