• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN id. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN TEKNIK MESIN id. doc"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AGAMA

Oleh:

Kharishul I.

K2510041

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

(2)

2010

MANUSIA

Hakikat manusia

Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.

Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.

(3)

menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.

Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya, hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.

(4)

manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.

Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.

Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.

Dari uraian diatas dapat kita ambil bahwa manusia diciptakan atau berasal dari tanah sebagaimana yang telah dilampirkan dalam Al-Qur`an dan selain itu manusia sesuai dengan hakikatnya menurut islam adalah sebagai pengelola atau penjaga bumi,selain itu manusia juga merupakan penerus ajaran agama yang telah turun temurun dilaksanakan oleh para ulama sebelum kita.

(5)

“Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56)

Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia di dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada Allah SWT, Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya terhadap Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan terhadap Allah SWT, Allah SWT menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya meyakini didalam hati dan diucapkan oleh mulut, tetapi manusia harus melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam, melakukan shalat, membayar zakat, melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar). Menjadi Islam yang benar adalah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan dalam kehidupan apa yang telah dilarangNya, dengan kata lain secara konsisten melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam.

Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hambaNya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaanNya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

(6)

Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”

Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

3. Tujuan Individu Dalam Keluarga

(7)

Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.

4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

(8)

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya

Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya .

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.

Fungsi dan Peran Manusia

(9)

“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya aku hendak menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata : “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?”. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki.

Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya.

(10)

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 yang artinya :

“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman taatlah Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalilah kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya bagimu”.

Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan (kepemimpinan) yang baik, yaitu :

a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan berlaku adil.

b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah kembali kepada sumber hukum Islam.

c. Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat.

Keunggulan dan potensi manusia

(11)

Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya harus dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.

Secara umum manisia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru , jantung dan sebagainya. Juga berfungsi sebagai untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitunh, menganalisa, bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir.

A. Tanggung Jawab Manusia

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

(12)

peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Keimanan Dan Ketakwaan

Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa

(13)

Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Dalam surat Al-Baqarah 165 dikatakan orang beriman adalah orag yang amat sangat cinta kepada Allah.Oleh karena iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran.

Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari.

Keimanan adalah peebuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kit abaca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata – kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang – cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.

(14)

yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.

3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.

4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.

5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

Hubungan taqwa dengan Allah SWT

Seseorang yang bertaqwa ( muttaqi ) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara Hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan – aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh – sungguh ( khusuk ) dan ikhlas seperti mendirikan solat dengan khusuk dan penuh penghayatan sehingga solat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri. Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan kerasukan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah.

Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk – bentuk prilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

Hubungan taqwa dengan Sesama Manusia

(15)

orang lain, melindungi yang lemah dan berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan.

Allah menjabarkan cirri – cirri orang yang bertaqwa dengan cirri – cirri perilaku yang berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia.

Pada surat Al – Baqarah ayat 177, menerangkan bahwa diantara cirri – cirri orang bertaqwa itu ialah orang – orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat – malaikat, kitab – kitab Allah. Aspek – aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang taqwadan dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta, dan orang – orang yang menepati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesame manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan diantara aspek keimanan dan sholat.

A. Filsafat Ketuhanan

(16)

Dengan demikian perintah beriman kepada Allah semestinya diartikan bahwa manusia hendaklah berusaha membuktikan adanya cermin (Allah) dalam dirinya dimana ia bercermin dan mengenali dirinya sehingga ia menerima tanda-tanda adanya DIA. Al Quran adalah siarnya Allah kepada manusia yang menjelaskan fungsi CERMIN agar manusia tidak bercermin kepada selain Allah, dalam usaha manusia mencari tanda-tanda adanya DIA. Semestinya manusia berdoa demikian ” Dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar diberikan kebaikan didunia dan di akhirat”. Perkataan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ mengandung arti ” dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar mendapatkan Kasih dan Sayang”. Jadi sebenarnya ,kebaikan dunia dan akhirat, pengasih dan penyayang itu ada dalam diri manusia sendiri. Dengan demikian semua sifat atau perbuatan mengasihi, menyayangi, mencipta, menguasai, melihat, mengetahui, dsb adalah murni sifat manusia, yakni hasil fikiran yang terkait proses sebab akibat. Adalah salah menyatakan bahwa DIA bersifat dan berbuat, bahkan energi/kekuatan untuk melakukan semua sifat dan perbuatan itu hanyalah DIA, karena itu DIA lah satu-satunya ZAT dan yang Mampu.

(17)

HUKUM

A. KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN

Sesungguhnya di dalam hidup ini kita tidak dapat melepaskan diri daripada memberi perintah dan diperintah. Cuma yang menjadi

pertimbangannya ialah suatu perintah yang dikeluarkan itu patut atau tidak, dan menepati kehendak syarakat tidak. Selagi perintah tersebut keluar daripada mulut manusia biasa,pertimbangan tersebut wajib dilakukan, melainkan perintah yang datang daripada Allah SWT dan Rasulullah S.A.W.

Suruhan yang tidak boleh disanggah dan pertikaikan hanyalah perintah Allah SWT. Setiap kali Allah menyuruh hamba Allah dengan satu perintah, maka Hamba Allah itu tidak ada pilihan melainkan melakukan perintah itu dengan penuh ikhlas dan semaksima yang mampu. Allah S.W.T. tidak sesekali memerintahkan hamba-Nya dengan satu perintah yang tidak mampu dilakukan kerana firman Allah dari surah al-Baqarah ayat 286 yang bermaksud: "Allah tidak mentaklifkan (membebankan) seseorang melainkan menurut kemampuan seseorang."

Oleh itu setiap perintah Allah pasti membawa kebaikan kepada orang yang melaksanakan sama ada di dunia atau di akhirat. Sementara segala larangan Allah S.W.T. pasti pula membawa mudharat di dunia dan di akhirat.

Firman Allah dari surah al-Fath ayat 16 yang bermaksud: "Jika kamu taat

(menjalankan perintah Allah), Allah akan mengurniakan kepada kamu dengan balasan yang baik (di dunia dan di akhirat), dan kalau kamu berpaling engkar seperti keingkaran kamu dahulu, nescaya Allah akan menyiksakamu dengan siksaan yang tidak terperi sakitnya."

(18)

Orang-orang yang degil dan terus menderhakai Allah S.W.T. dengan tidak

mempedulikan perintah dan larangannya, seperti meninggalkan sembahyang,

menderhaka kepada ibu bapa, mengkhianati amanah dan tanggungjawab,

menyesatkan manusia daripada jalan Allah SWT dan lain-lain akan mendapat dosa dan dimasukkan ke dalam neraka sekiranya tidak

diampun oleh Allah S.W.T.Firman Allah dari Surah an-Nisa’ ayat 41 yang bermaksud: "Dan sesiapa yang derhaka kepada Allah dan Rasulullah, dan melampaui batas-batas syariatnya,akan dimasukkannya ke dalam api neraka, berkekalanlah ia di dalamnya, dan baginya

azab yang menghinakan."

Sesudah manusia mentaati Allah dan Rasulullah, mereka pula diperintah mentaati perintah manusia, termasuklah pemerintah, ibu bapa, ulama’, ketua dan seterusnya. Sungguhpun begitu, ketaatan kepada sesama manusia tidaklah mutlak sifatnya. Ini bermakna ada perintah yang wajib ditaati dan ada perintah yang haram ditaati.

Jelaslah di sini bahawa ketaatan kepada sesama manusia menjadi wajib apabila suruhan–nya itu selari dengan kehendak dan tuntutan syariat Allah S.W.T. Apabila suruhan itu menyimpang daripada landasan syariat Allah maka pada masa itu tidak lagi menjadi wajib, bahkan berdosa pula jika dituruti seperti suruhan melakukan rasuah, membela dan menyokong golongan yang batil, menyertai kumpulan ahli maksiat dan sebagainya. Sabda Rasulullah S.A.W. dari Riwayat al-Bukhari yang bermaksud: "Maka apabila disuruh dengan perkara maksiat, tidak harus lagi dengar dan taat."

(19)

Firman Allah dari Surah an-Nisa’ ayat 59 yang bermaksud:

"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul,danorang-orang yang berkuasa di kalangan kamu. Maka sekiranyakamuberselisihandidalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasulullah (al-Quran dan al-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Itulah lebih baik bagi kamu dan lebih elok kesudahannya."

B. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum

Dalam pandangan Islam, keberagamaan adalah fithrah (sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya):

مم ققأأ فأ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Rum [30]: 30)

Ini berarti manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian, karena agama merupakan kebutuhan hidupnya. Memang manusia dapat menangguhkannya sekian lama -- boleh jadi sampai dengan menjelang kematiannya. Tetapi pada akhirnya, sebelum ruh rmeninggalkan jasad, ia akan merasakan kebutuhan itu. Memang, desakan pemenuhan kebutuhan bertingkat-tingkat. Kebutuhan manusia terhadap air dapat ditangguhkan lebih lama dibandingkan kebutuhan udara. Begitu juga kebutuhan manusia makanan, jauh lebih singkat dibandingkan dengan kebutuhan manusia untuk menyalurkan naluri seksual. Demikian juga kebutuhan manusia terhadap agama dapat ditangguhkan, tetapi tidak untuk selamanya.

(20)

akan kebutuhan kepada pegangan yang pasti, dan ketika itu, mereka menjadikan "hati nurani" sebagai alternatif pengganti agama. Namun tidak lama kemudian mereka menyadari bahwa alternatif ini, sangat labil, karena yang dinamai "nurani" terbentuk oleh lingkungan dan latar

belakang pendidikan, sehingga nurani Si A dapat berbeda dengan Si B, dan dengan demikian tolok ukur yang pasti menjadi sangat rancu.

Setelah itu lahir filsafat eksistensialisme, yang mempersilakan manusia melakukan apa saja yang dianggapnya baik, atau

menyenangkan tanpa mempedulikan nilai-nilai.

Namun, itu semua tidak dapat menjadikan agama tergusur, karena seperti dikemukakan di atas ia tetap ada dalam diri manusia, walaupun keberadaannya kemudian tidak diakui oleh kebanyakan manusia itu sendiri.

William James menegaskan bahwa, "Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan)." Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk beragama.

MORAL

Agama Sebagai Sumber Moral

(21)
(22)

kemampuan dan umurnya. karena setiap anak lahir belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah serta belum tentu tahu batas-batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya.tanpa dibiasakan menanamkan sikap dan dianggap baik untuk pertumbuhan moral, anak-anak dan dibesarkan tanpa mengerti moral.jika perlu diingat bahwa pengertian tentang moral belum tentu menjamin adanya tindakan moral. Banyak orang yang tahu sesuatu perbuatan adalah nyata salah, akan tetapi dilakukannya juga perbuatan tersebut. Moral adalah bukan sesuatu pelajaran yang dapat dicapai hanya dengan mempelajarinya saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari kecil.

Akhlak Mulia

AKHLAK ialah tingkahlaku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya. Nilai-nilai dan sikap itu pula terpancar daripada konsepsi dan gambarannya terhadap hidup. Dengan perkataan lain, nilai-nilai dan sikap itu terpancar daripada aqidahnya iaitu gambaran tentang kehidupan yang dipegang dan diyakininya

Aqidah yang benar dan gambaran tentang kehidupan yang tepat dan tidak dipengaruhi oleh kepaisuan, khurafat dan falsafah-falsafah serta ajaran yang paisu, akan memancarkan nilai-nilai benar yang murni di dalam hati. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi pembentukan sistem akhlak yang mulia. Sebaliknya, jika aqidah yang dianuti dibina di atas kepalsuan dan gambarannya mengenai hidup bercelaru dan dipengaruhi oleh berbagai-bagai fahaman paisu, ia akan memancarkan nilai-nilai buruk di dalam diri dan mempengaruhi pembentukan akhlak yang buruk.

(23)

bilau. Masyarakat kacau bilau, tidak mungkin dapat membantu tamadun yang murni dan luhur.

Sejarah membuktikan bahawa sesebuah masyarakat itu yang inginkan kejayaan bermula daripada pembinaan sistem nilai yahg kukuh yang dipengaruhi oleh unsur-unsur kebaikan yang terpancar daripada aqidah yang benar. Masyarakat itu runtuh dan tamadunnya hancur disebabkan keruntuhan nilai-nilai dan akhlak yang terbentuk daripadanya. Justeru itu, akhlak mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan dan dalam memelihara kemuliaan insan serta keluhurannya. Martabat manusia akan menurun setaraf haiwan sekiranya akhlak runtuh dan nilai-nilai murni tidak dihormati dan dihayati. Oleh kerana itu Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:

'Sesungguhnya aku diutus untuk melengkapkan akhlak yang mutia. (Riwayat al-Baihaqi)

Para sarjana dan ahli fikir turut mengakui pentingnya akhlak di dalam membina keluhuran peribadi dan tamadun manusia. akhlak yang mulia menjadi penggerak kepada kemajuan dan kesempurnaan hidup. Sebaliknya, akhlak yang buruk menjadi pemusnah yang berkesan dan perosak yang meruntuhkan kemanusiaan serta ketinggian hidup manusia di bumi ini.

Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam. Al-Ouran menerusi berbagai-bagai pendekatan yang meletakkan al-Ouran sebagai sumber pengetahuan mengenai nitai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan al-Quran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realiti kehidupan manusia semasa, al-Ouran diturunkan.

(24)

Al-Quran juga menggambarkan bagaimana perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-niiai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran dan kemunafikan yang cuba menggagalkan tertegaknya dengan kukuh akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.

Al-Quran sumber bagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang menyusun tingkahlaku dan akhlak manusia. Al-Quran menentukan sesuatu yang haial dan haram, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Quranmenentukan bagaimana sepatutnya kelakuan manusia. Al-Quran juga menentukan perkara yang baik dan tidak baik. Justeru itu al-Al-Quran menjadi sumber yang menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini.

Al-Quran mengharamkan yang buruk dan keji serta melarang manusia melakukannya. Al-Quranmelarang manusia minum arak, memakan riba, bersikap angkuh dan sombong terhadap Allah, satu-satu kaum menghina kaum yang lain. Quran melarang pencerobohan, fitnah dan berbunuhan. Al-Quranmelarang menyebarkan maklumat mengenai perkara-perkara keji.

Al-Quran mengajak manusia supaya mentauhidkan Allah S.W.T., bertaqwa kepada-Nya, mempunyai sangkaan baik terhadap-Nya. Al-Quran juga mengajak manusia berfikir, cinta kepada kebenaran, bersedia menerima kebenaran. Malah mengajak manusia supaya berilmu dan berbudaya ilmu.

Al-Quranjuga mengajak manusia supaya berhati lembut, berjiwa mulia, sabar, tekun, berjihad, menegakkan kebenaran dan kebaikan. Al-Quran mengajak manusia supaya bersatupadu, berkeluarga dan mengukuhkan hubungan silaturrahim.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya berbagai program acara televisi khususnya pertunjukan musik dangdut yang lebih berorientasi untuk meraih audiens sebanyak-banyaknya,

Dengan menerapkan Home Pharmacy Care, apoteker dapat lebih mendampingi pasien dalam pengobatannya karena apoteker dapat secara langsung melakukan review terkait

Oleh karena itu, Mathematics Journalism Club (MJC) sebagai underbow di bawah Departemen Bakat dan Minat Himpunan Mahasiswa Matematika yang bergerak dalam bidang

Sesuai dengan pasal 51 ayat (1) UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip Manajemen Berbasis

Terimakasih juga buat dosen pembimbing saya Muhammad Farid yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini, juga dosen penguji yang telah memberikan

gambut) dapat dilakukan dengan proses adsorpsi, karena asam humus mempunyai. kandungan senyawa

Dalam mengembangkan produk Remote Presentasi dilakukan 10 tahap perancangan, yaitu perencanaan produk, identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep,

Selanjutnya, Winarno dan Agustinah (2007) menjelaskan, bahwa teknologi rekayasa genetika merupakan kegiatan bioteknologi modern dengan teknologi DNA rekombinan (rDNA)