BAB III
TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH KEDALUWARSA
A. Pengertian Makanan dan Minuman yang Kedaluwarsa
Kedaluwarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan apabila dikonsumsi, maka makanan tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan yang mengkonsumsinya.66
Dengan demikian, kedaluwarsa adalah penjualan barang ataupun peredaran produk kemasan dan makanan yang sudah tidak layak dijual kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena produk tersebut telah kedaluwarsa sehingga dapat mengganggu kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kanker.67
Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), pengertian makanan, yaitu: “makanan adalah setiap barang yang dibuat, dijual atau dinyatakan sebagai makanan dan minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk gula-gula atau permen karet, serta semua bahan yang digunakan dalam produksi makanan.” Sedangkan pengertian minuman adalah “setiap cairan yang dapat diminum kecuali obat-obatan.”Menurut Keputusan Dirjen POM Nomor 02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, menyatakan bahwa:
66
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).
67
a. Makanan adalah barang yang diwadahi dan diberikan label dan yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia akan tetapi bukan obat. b. Label adalah tanda berupa tulisan, gambar, atau bentuk pernyataan lain yang
disertakan pada wadah atau pembungkus makanan sebagai keterangan atau penjelasan.
c. Makanan daluwarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa. d. Tanggal daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya
sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Makanan Kedaluwarsa merupakan salah satu pangan yang dapat
merugikan konsumen apabila dikonsumsi. Dalam hal ini maka akan
memungkinkan berkembangnya bakteri atau kuman sehingga memberikan akibat
tidak baik terhadap mutu dari makanan tersebut. Kedaluwarsa mempunyai arti
masa simpan dari produk untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat atau
konsumen.68
Daya simpan yang dimaksudkan disini adalah kisaran waktu sejak
makanan selesai diolah atau diproduksi oleh pabrik sampai konsumen menerima
produk tersebut dalam kondisi dengan mutu yang baik sesuai dengan harapan
konsumen. Dalam hal ini persyaratan makanan yang masih memilki mutu yang
baik merupakan faktor yang penting. Daya simpan inilah yang nanti menentukan
waktu kedaluwarsa suatu produk. Batas kedaluwarsa merupakan batas dimana
mutu makanan masih baik, lebih dari waktu tersebut makanan akan mengalami
tingkat penurunan sedemikian rupa sehingga makanan tersebutdipandang tidak Makanan kedaluwarsa selalu banyak kaitannya dengan daya simpan
(shelf life)makanan tersebut.
68
lagi pantas dikonsumsi oleh masyarakat ataukonsumen.69
Tanggal kedaluwarsa sendiri merupakan batas jaminan produsen atau pelaku usaha terhadap konsumen ataupun pelaku usaha terhadap keamanan produk yang diproduksinya. Sebelum mencapai tanggal yang telah ditetapkan tersebut kualitas atas produk tersebut dapat dijamin oleh produsen atau pelaku usaha sepanjang kemasannya belum terbuka ataupun penyimpanannya sesuai dengan seharusnya.Apabila makanan telah memasuki batas tanggal penggunaannya maka makanan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena dalam makanan tersebut sudah tercemar oleh bakteri maupun kuman sehingga kualitas mutu dari produk tersebut tidak dijamin lagi oleh produsen.
Selain itu di dalam setiap
produk makanan dan minuman yang dijual biasanya dicantumkan tanggal
kedaluwarsa. Hal tersebut merupakan ciri produk yang baik dan aman dikonsumsi
apabila dicantumkan pula tanggal kedaluwarsa nya, karena banyak produk yang
ditemukan tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa.
70
69
F. G. Winarno, Penentuan Waktu Kadaluwarsa bagi Makanan dan Minuman, Seminar Kadaluwarsa Bahan Makan dan Olahan, (Jakarta: YLKI, 1985), hal. 29.
70
Ibid.
kelembapan) serta daya tahan kemasan selama transit dan sebelum digunakan terhadap keluar masuknya air, gas dan bau.Dunia perdagangan mengisyaratkan jangka waktu kedaluwarsa memilki beberapa istilah. Istilah-istilah lain yang sering digunakan adalah :
1. “baik digunakan sebelum” (best before),memilki arti bahwa suatu produk pangan sebaiknya dikonsumsi sebelum tanggal yang tercantum, karena tanggal tersebut merupakan batas optimal produsen dapat menjamin kelayakan produk untuk dikonsumsi.
2. “gunakan sebelum” (use by atau expired date), memiliki arti bahwa produk pangan harus dikonsumsi maksimal pada tanggal yang tercantum.
3. “batas sebelum penarikan” (pull date), merupakan cara lain untuk memberikan infomasi mengenai “gunakan sebelum”. Kalimat “batas waktu sebelum penarikan” menandakan tanggal akhir yang dianjurkan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut sehingga masih mempunyai jangka waktu untuk mengkonsumsinya tanpa produk tersebut mulai mengalami kerusakan.
4. “tanggal dikemas” (pack date),merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk dikemas, baik pengemasan oleh produsen maupun oleh pengecer.
6. “tanggal pemanjangan” (display date), merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk mulai dipajang di rak-rak atau display di toko atau tempat penjualan.71
Pencantuman tanggal kedaluwarsa pada kemasan makanan amat penting dan wajib dilakukan oleh produsen maupun pelaku usaha, pencantuman tersebut harus jelas agar dapat dibaca oleh konsumen. Karena, jika hal tersebut terjadi maka akan menimbulkan kerugian bagi konsumen yang mengkonsumi makanan dan minuman tersebut. Kerugian tersebut menyangkut kepada diri konsumen misalnya saja sakit, cacat bahkan kematian serta juga kerugian materil. Setiap produk pangan khususnya produk makanan dan minuman wajib memenuhi standar
keamanan dan mutu pangan, sebagaimana diatur dalam pasal 111 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa makanan dan minuman yang
dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan
kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi hak konsumen yakni berhak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau
jasa.72
Makanan maupun minuman yang hampir memasuki masa kedaluwarsa biasanya belum mempunyai tanda atau ciri-ciri yang menyatakan bahwa kondisi B. Akibat yang Ditimbulkan Mengkonsumsi Makanan dan Minuman
Kedaluwarsa
71
Midian Sirait, Pengaturan tentang Makanan Kadaluwarsa, Makalah disampaikan oleh Wisnu Katim (Direktur Pengawasan Makanan) pada seminar Daluwarsa Bahan Makanan Olahan, (Jakarta: 27 November 1985), hal. 16-17.
72
makanan tersebut sudah tidak layak lagi dimakan. Kondisi makanan cenderung masih terlihat baik, namun sebenarnya makanan yang memasuki masa kedaluwarsa tersebut, nutrisi pada makanan telah mengalami penguapan sehingga makanan tidak lagi memiliki nilai gizi yang memadai. Suatu produk sebenarnya sudah memberikan masa tenggang untuk mengantisipasi timbulnya kerusakan maupun penurunan mutu yang terjadi lebih cepat dari kondisi normal, sebagai contoh suatu produk dalam kondisi normal dapat disimpan selama satu tahun mengalami kerusakan mutu yang nyata. Oleh produsen produk ini ditetapkan mempunyai masa simpan hanya 10 (sepuluh) bulan. Dengan kata lain, produk ini mempunyai tanggal kadaluwarsa 10 (sepuluh) bulan setelah diproduksi.
Berikut adalah ciri-ciri makanan maupun minuman yang benar-benar sudah tidak layak konsumsi:
1. Adanya perubahan rasa; 2. Berbau tidak sedap; 3. Ditumbuhi jamur; 4. Berlendir dan lengket; 5. Mudah hancur;
6. Berulat dan berbelatung;
7. Tampilan bentuk dan warna berubah dari aslinya.73
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui makanan tersebut masih dalam keadaan sehat atau sudah tercemar dan cara agar makanan tersebut tetap terjaga kesegarannya, yaitu:
73
a. Susu dan keju
Susu kemasan bisa dikonsumsi selama seminggu setelah kemasan dibuka begitu juga dengan keju. Setelah itu, akan tercium bau asam. Untuk menghindarinya, bungkus kembali keju dengan alumunium foil, masukkan ke dalam kotaknya, lalu simpan di lemari es. Jika keju sudah keburu asam, maka untuk menggunakannya kembali potong bagian yang sudah tercampur udara. b. Daging ayam, sapi, ikan serta tahu
Cirinya : daging berubah warna, berlendir, dan berbau menyengat. Tak ada jalan lain untuk mempertahankannya. Anda harus segera membuangnya, agar daging lebih tahan lama, perhatikan cara menyimpannya. Daging yang kotor saat dibeli tidak perlu dicuci, tetapu potong saja bagian yang kotor. Jika tidak langsung dimasak, maka masukkan daging ke dalam freezer. Di dalam freezer, bahan makanan ini akan tahan hingga 1 bulan.
c. Sayur dan buah-buahan
Sayur atau buah-buahan yang mulai layu masih bisa dikonsumsi, namun vitaminnya sudah berkurang dan rasanya berbeda. Jika sayur atau buah menjadi berjamur dan berlendir, maka jangan dimakan.
d. Makanan kering
Seperti biskuit, roti kering dan kue kering bisa bertahan 3-6 bulan jika kemasannya belum dibuka. Namun ingat, roti tawar tidak bertahan lama meskipun kemasannya belum dibuka. Rata-rata roti tawar hanya bertahan selama 1 minggu.
e. Makanan kaleng
Makanan kaleng biasanya bertahan maksimal hingga 2 tahun. Namun jangan berpatokan pada label kedaluwarsa, jika anda melihat perbedaan dari yang biasa anda ketahui. Misalnya, buah kalengan berbau asam, airnya menjadi kental dan berlendir, saat kaleng dibuka mengeluarkan gas, atau terdapat bibit jamur (bulukan)
f. Produk pasta dan saus
Produk ini pada umumnya memiliki umur simpan yang tinggi. Sebab, walaupun memiliki kadar air tinggi, aktifitas airnya rendah. Hal ini yang menyebabkan sedikitnya jenis bakteri yang mampu menyerang produk-produk pasta dan saus. Meskipun, demikian, masih ada golongan mikroba yang dapat menyerang, seperti kepang dan kamir.74
Bahaya makanan dan minuman kedaluwarsa terhadap tubuh manusia dapat terjadi secara bertahap dan tidak bisa langsung. Pada dasarnya, makanan dan
74
Dikutip dari:“Tips Mengenali Makanan Kadaluwarsa”,
minuman yang telah kedaluwarsa tidak disarankan untuk dikonsumsi lagi, karena dapat menyebabkan beberapa keluhan kesehatan,diantaranya:
1. Sakit perut atau diare
Makanan maupun minuman yang telah kedaluwarsa atau menunjukkan
tanda tidak layak konsumsi seperti berjamur sudah dipastikan mengandung
bakteri yang muncul akibat enzim pada makanan telah mengalami
pembusukan dan terkontaminasi radikal bebas sehingga terjadilah
penguraian oleh bakteri yang jika masuk kedalam perut dapat
menyebabkan sakit perut/diare.
2. Sembelit
Makanan dan minuman yang telah mengalami perubahan bentuk, warna
dan rasa seperti halnya bagi produk olahan susu yang sangat rentan
terhadap perubahan tersebut dapat menyebabkan sembelit. Karena nutrisi
maupun zat termasuk serat yang ada didalamnya sudah hilang. Keadaan
makanan tersebut dapat menyebabkan proses pembuangan feses menjadi
sulit.
3. Keracunan
Makanan dan minuman kedaluwarsa jika dikonsumsi secara lanjut dapat
menyebabkan suatu reaksi kimia yang ada di dalam makanan itu berubah
menjadi racun dan mencederai organ pencernaan dan menyebabkan
mual, badan menjadi lemah sampai pada keadaan yang fatal yaitu
kehilangan kesadaran.
4. Kematian
Hal ini merupakan dampak yang sangat bahaya akibat dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah kedaluwarsa. Ini merupakan tingkatan yang tergolong serius bagi konsumen yang berakibat terancamnya jiwa seseorang.75
Sebagaimana telah dibahas, tujuan perlindungan konsumen adalah untuk mengangkat harkat hidup dan martabat konsumen, yaitu dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/jasa. Oleh karena itu, segala perbuatan yang melanggar hak konsumen harus dihindari. Pelaku usaha Dengan dilihat dari efek samping dari mengkonsumsi makanan dan minuman kedaluwarsa diharapkan agar para produsen lebih peduli dan fokus pada produk yang dijual agar tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari dan tentu saja bagi para konsumen untuk lebih teliti dalam membeli produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran karena efek buruk dari makanan yang sudah kedaluwarsa sangat berbahaya dan juga selalu waspada terhadap apa yang dikonsumsi, untuk itu kesehatan tubuh kita adalah hal yang paling penting dijaga untuk seterusnya.
C. Bentuk Perlindungan Hukum bagi Konsumen atas Produk yang Telah
Kedaluwarsa
75
Dikutip dari:“Tips Mengenali Makanan Kadaluwarsa”,
perlu memerhatikan apa saja perbuatan-perbuatan usaha yang dilarang menurut UUPK. Upaya untuk melindungi kepentingan konsumen yang dilakukan melalui perangkat hukum (UUPK) diharapkan mampu menciptakan norma hukum perlindungan konsumen dan memberikan rasa tanggung jawab kepada dunia usaha, terutama pelaku usahanya.76
Jual beli menurut Hasbi Ash-Shiddieqi menjelaskan bahwa jual beli adalah suatu akad yang tegak atas dasar tukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara tetap.77
Menyadari lemahnya posisi konsumen untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur dari pelaku usaha, maka konsumen perlu mengetahui bagaimana kondisi setiap barang atau jasa yang akan dibelinya. Informasi terhadap bentuk barang atau jasa sangat diperlukan. Dengan mengetahui kondisi sesungguhnya suatu barang atau jasa, kita akan mengetahui resikonya. Oleh karena inilah maka konsumen perlu bersikap secara mandiri.
Jika suatu pelaku usaha menjual produk yang sudah kedaluwarsa dan konsumen menggunakannya akibat kelalaian dari pelaku usaha, berarti konsumen menggunakan produk yang mutunya sudah tidak berkualitas dan dapat mengancam kesehatan karena produk tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
78
76
Happy Susanto, Op.Cit., hal. 44-56. 77
Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Bandung: Al Ma’rif, 1983), hal. 97. 78
Happy Susanto, loc.cit.
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Tidak sesuai dengan berat isi bersih atau netto;
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan sebagaimana dinyatakan dalam label, etika atau keterangan barang dan jasa tersebut; 5. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label;
6. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal;
7. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang, ukuran berat isi, netto.79
Berdasarkan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam jual beli barang kedaluwarsa, maka adanya tanggung jawab pelaku usaha yaitu memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau ganti kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan, kerugian tersebut misalnya adalah timbulnya gangguan kesehatan atau kematian yang disebabkan oleh mengkonsumsi barang yang dijualnya. Untuk itu perlu adanya peraturan perundang-undangan yang khusus untuk mengatur hal tersebut, dan menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen sesuai dengan yang telah diatur di dalam UUPK. Setelah itu, maka dilakukanlah pengumpulan data peraturan perundang-undangan yang dilakukan, maka didapatkan beberapa peraturan, baik dalam undang-undang maupun peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan
79
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April 1985
7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.23.0131 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol dan Batas Kadaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan.80
Berhubungan dengan kepentingan konsumen maka terdapat beberapa pengaturan mengenai makanan yang telah diatur di dalam beberapa pengaturan yang salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Undang-undang ini merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan, pelaksanaan, perencanaan dan ketersediaan pangan terhadap kegiatan proses produksi, peredaran serta perdagangan pangan. Berdasarkan pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap makanan dan minuman yang di kemas wajib diberi tanda atau label yang berisi:
a) Bahan yang dipakai; b) Komposisi setiap bahan;
c) Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa; d) Ketentuan lainnya.81
Pemberian tanda atau label dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang benar tentang produk. Pilihan konsumen yang benar mengenai
80
John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Pangan Kedaluwarsa, (Jakarta: Pelangi Cendikia, 2007), hal. 93.
81
barang atau jasa yang dibutuhkan sangat tergantung pada kebenaran dan bertanggung jawabnya informasi yang disediakan oleh pihak-pihak kalangan usaha bersangkutan.82
Mengenai standar mutu makanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan bahwa makanan yang sudah kedaluwarsa dianggap sebagai pangan yang tercemar. Dan setiap pelaku usaha yang dengan sengaja memperdagangkan makanan tidak memenuhi standar mutu dan keamanan pangan dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).83
a. Pada label dari makanan tertentu yang diproduksi, diimpor dan diedarkan harus dicantumkan tanggal daluwarsa secara jelas.
Dan apabila perbuatan tersebut mengakibatkan luka berat atau membahayakan nyawa orang, pelaku pidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda maksimal Rp. 14.000.000.000,00 (empat belas miliar rupiah). Dan jika menyebabkan kematian maka pelaku dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda maksimal Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Pelaku usaha yang tidak boleh melakukan pengedaran bagi makanan dan minuman yang telah kedaluwarsa diatur di dalam pasal 23 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004. Bahwa pangan yang sudah kedaluwarsa dilarang dijual oleh pelaku usaha. Selanjutnya, di dalam pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
82
Az. Nasution, Op. Cit., hal. 39. 83
b. Makanan tertentu adalah : susu pasteurisasi, susu steril, susu fermentasi, susu bubuk, makanan dan atau minuman yang mengandung susu, makanan bayi, makanan kaleng yang steril komersial.84
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan memproduksi dan memperdagangkan barang yang tidak aman kepada konsumen sebagaimana yang telah diatur di dalam UUPK, selanjutnya akan mendapatkan sanksi akibat dari perbuatannya itu. Aturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan dapat ditemukan dalam Bab XIII UUPK, yang dimulai dari pasal 60 sampai dengan pasal 63. Sanksi-sanksi yang dapat dikenakan terdiri dari:
1. Sanksi administratif
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menegaskan mengenai sanksi ini pada Bab XIII Bagian Pertama, hal tersebut dapat dilihat dan diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan kepada pelaku usaha, mengenai hal itu maka Sanksi Administratif dapat dilihat dalam pasal 60, yang berbunyi sebagai berikut:
1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan 3, Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
2) Sanksi Administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Mengenai sanksi administratif ini lebih tepat dikatakan sanksi perdata, buktinya ditunjukkan oleh angka Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang
84
ditentukan di dalam pasal 60 ayat (1), selain itu adanya penunjukan pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20, pasal 25 dan pasal 26. Pasal-pasal ini menuntut tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen yang dirugikan akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan (pasal 19 ayat (1), (2) dan (3)).
2. Sanksi pidana pokok
Berdasarkan pasal 61 dan pasal 62 UUPK diatur mengenai sanksi pidana pokok, yang dimaksud dengan sanksi pidana pokok adalah sanksi yang dapat dikenakan dan dijatuhkan oleh pengadilan atas tuntutan jaksa penuntut umum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. UUPK memungkinkan dilakukannya penuntutan pidana terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Sebagaimana disebutkan di pasal 61 dan pasal 62 UUPK, pasal 61 UUPK berbunyi sebagai berikut:
“Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.”
Kemudian mengenai sanksi pidana pokok diatur selanjutnya di dalam pasal 62 UUPK yang berbunyi sebagai berikut:
1) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah);
3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap, atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Sanksi pidana denda yang dipandang sekedar ongkos operasional produksi atau pemasaran, akan mengakibatkan perusahaan sebagai subyek hukum pidana tidak menjadi jera atau sanksi pidana denda yang dimaksud tidak mengubah perilaku perusahaan yang dimaksud. Akibat perbuatan pidana dapat selalu berulang. Jika hal ini terjadi berarti sanksi pidana denda saja, masih belum cukup apalagi sanksi denda yang diputuskan kecil jumlahnya sehingga harus ada pertimbangan terhadap kemungkinan memberikan sanksi tambahan.85
3. Sanksi pidana tambahan.86
Sanksi pidana tambahan adalah sanksi pidana yang hanya dapat dijatuhkan di samping pidana pokok. Penjatuhan sanksi pidana tambahan sifatnya fakultatif namun menjatuhkan sanksi pidana tambahan tidak bisa tanpa dengan menjatuhkan sanksi pidana pokok.87
a. Perampasan barang tertentu;
Mengenai sanksi pidana tambahan ini telah diatur di dalam pasal 63 UUPK yang berbunyi:
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
b. Perampasan keputusan hakim; c. Pembayaran ganti rugi;
d. Perintah penghentian kerugian tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;
e. Pencabutan izin usaha.
85
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op. Cit., hal. 290.
86
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen , (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 16.
87
Salah satu jenis hukuman tambahan dalam ketentuan pasal 63 UUPK ini adalah pembayaran ganti rugi. Pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksudkan dalam pasal ini, adalah kurang tepat, karena ganti kerugian merupakan kajian dari hukum perdatadan bukan hukum pidana. Sedangkan sanksi pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang bukan merupakan ganti kerugian, melainkan denda. Demikian pula, dengan hukuman tambahan yang berupa pencabutan izin usaha, yang hal ini merupakan sanksi administratif.88
Bagi konsumen akhir yang selanjutnya disebut sebagai konsumen, mereka memerlukan produk konsumen yang merupakan barang dan jasa yang aman bagi kesehatan tubuh dan jiwa, serta pada umumnya untuk kesejahteraan keluarga atau rumah tangganya. Karena itu diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen untuk dikonsumsi, dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur, dan bertanggung jawab.
Pengaturan yang mengatur mengenai produk pangan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk dijadikan dasar pelaksanaan peredaran makanan yang sesuai dengan standar. Pemberian sanksi hukum kepada pelaku usaha yang melanggar hak-hak konsumen adalah upaya negara untuk menciptakan suatu konsep negara kesejahteraan, dimana negara dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masalah ekonomi sosial yang dihadapi oleh masyarakat sehingga negara berkewajiban melakukan intervensi terhadap masalah ekonomi sosial yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen.
89
88
Ibid.
89
D. Pertanggungjawaban Produsen atau Pelaku Usaha Terhadap Makanan
dan Minuman Kedaluwarsa
Tanggung jawab produk adalah suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Di dalam praktik yang dapat kita temukan beberapa penyebab timbulnya kerusakan pada suatu produk, misalnya produk makanan dan minuman dikarenakan lewat tanggal kedaluwarsa, tidak sempurnanya tahap pensterilan, terkontaminasinya bahan dengan zat atau bahan berbahaya lainnya; masuknya bakteri, mikroba maupun jamur ke dalam produk; pecah, penyok atau lubang pada kemasan sehingga mengotori, mencampuri atau mencemari isi pada kemasan kaleng; digunakan zat pewarna, zat pengawet, pemanis sintetis, atau bahan-bahan kimia lainnya yang dilarang digunakan untuk dimakan. Pada pokoknya pihak produsen makanan dan minuman bertanggung jawab penuh atas kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh mutu dan kualitas kemanan dari produk-produk yang dihasilkan. Dalam hal ini kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan harus dalam keadaan baik pula.90
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault);
Pertanggungjawaban yang diberikan oleh pelaku usaha terhadap produk yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggungjawaban produk yang dikenal dalam dunia hukum, khususnya bisnis, yaitu sebagai berikut :
2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability);
90
3. Prinsip paraduga untuk selalu tidak tanggung jawab (strict liability);
4. Prinsip tanggung jawab mutlak (limitation of liability).91
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang
cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Dalam
KUHPerdata khususnya pada pasal 1365, 1366, 1367, prinsip ini dipegang secara
teguh.Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan
pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang
perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok,
yaitu:
a) Adanya perbuatan;
b) Adanya unsur kesalahan;
c) Adanya kerugian yang diderita;
d) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.92
Teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian merupakan yang paling
merugikan konsumen, karena gugatan konsumen dapat diajukan kalau telah
memenuhi dua syarat tersebut, yaitu adanya unsur kesalahan atau kelalaian dan
hubungan kontrak antara produsen dan konsumen. Pembentukan teori tanggung
jawab dengan dasar adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa pemikiran yairu paham individualisme dalam prinsip
91
Ibid. hal. 59-61. 92
laissez faire, kuatnya kepentingan produsen yang dianggap sebagai pelaku
pembangunan industri/ekonomi. Perkara yang perlu diperjelas dalam prinsip
iniyang sebenarnya juga berlaku umum untuk prinsip-prinsip lainnya adalah
definisi tentang subjek pelaku kesalahan.93
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk “menjerat” pelaku usaha, khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggung jawab itu dikenal dengan nama product liability. Menurut asas ini produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya. Istilah product liability secara historis lahir karena adanya ketidakseimbangan tanggung jawab antara produsen dan konsumen dimana produsen yang pada awalnya menerapkan strategi produk oriented dalam pemasaran produknya, harus mengubah strateginya menjadi consumer oriented. Lebih jelasnya lagi bahwa product liabilty adalah suatu tanggung jawab secara
Mengenai prinsip tanggung jawab mutlak atau yang diidentikkan dengan tanggung jawab absolutmerupakan hal yang patut diperhatikan. Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Ada pendapat yang mengatakan, tanggung jawab mutlak adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab misalnya dalam keadaan darurat. Sebaliknya tanggung jawab mutlak adalah prinsip tanggung jawab tanpa ada kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
93
hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut.94Adapun Agnes M. Toar memberikan pengertian product liability yaitu
“tanggung jawab para produsen untuk produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran yang menimbulkan/menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.”95
1) Yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah :
Mengenai ciri-ciri dari product liability dengan mengambil pengalaman dari masyarakat Eropa dan terutama negeri Belanda, dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut:
a. Pembuat produk jadi; b. Penghasil bahan baku; c. Pembuat suku cadang;
d. Setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen dengan jalan mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu; e. Importer suatu produk dengan maksud untuk diperjualbelikan,
disewakan, disewagunakan, atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan;
f. Pemasok, dalam hal ini dari produsen atau importir yang tidak dapat ditentukan.
2) Yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen adalah konsumen akhir; 3) Yang dapat dikualifikasi sebagai produk adalah benda bergerak, sekalipun
benda bergerak tersebut telah menjadi komponen/bagian dari benda bergerak atau benda tetap lain, listrik dengan pengecualian produk-produk pertanian dan perburuhan;
4) Yang dapat dikualifikasi sebagai kerugian adalah kerugian pada manusia dan kerugian pada harta benda, selain dari produk yang bersangkutan;
94
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 101. 95
5) Produk diskualifikasi sebagai mengandung kerusakan apabila produk itu tidak memenuhi keamanan yang dapat diharapkan oleh seseorang dengan mempertimbangkan semua aspek, antara lain :
a. Penampilan produk (the presentation of the product);
b. Maksud penggunaan produk (intended use of the product);
c. Saat ketika produk ditempatkan di pasaran (the time when the product was put into circulation).96
Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat/rusak sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain (konsumen), baik kerugian badaniah, kematian atau harta benda. Perlindungan kesehatan dan harta konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap manusia agar kesehatannya tidak menurun/hartanya tidak berkurang sebagai akibat penggunaan produk. Perlindungan ini penting bagi konsumen, sehingga perlu bagi setiap konsumen.
Ketentuan tentang tindakan perlindungan kesehatan manusia tidak hanya berlaku terhadap produk impor, namun juga terhadap produk pangan lokal, sehingga setiap orang dilarang mengadakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan/atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.97
96
Johannes Gunawan, Product Liability dalam Hukum Bisnis Indonesia, (Bandung: Universitas Parahyangan, 1994), hal. 8.
97
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan adanya kewajiban produsen untuk menjamin kualitas suatu produk.
Tuntutan itu dapat berupa pengembalian barang sambil menuntut kembali harga pembelian atau penukaran barang dengan yang baik mutunya. Tuntutan ganti rugi ini dapat ditujukan kepada produsen dan juga kepada penjual sebagai pihak yang menyediakan jasa untuk menyalurkan barang/produk dari produsen kepada pihak penjual (penyalur) yang berkewajiban menjamin kualitas produk yang mereka pasarkan. Yang dimaksud dengan jaminan atas kualitas produk ini adalah suatu jaminan atau garansi bahwa barang-barang yang dibeli akan sesuai dengan standar kualitas produk tertentu. Jika standar ini tidak terpenuhi maka pembeli atau konsumen dapat memperoleh ganti rugi dari pihak produsen/pelaku usaha. Pelaku usaha selalu dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Mereka juga harus mempertanggungjawabkan atas apa yang terjadi pada setiap produknya.98
1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terdapat 3 (tiga) pasal yang menggambarkan sistem tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu ketentuan pasal 19, pasal 23 dan pasal 28. Pasal 19 telah mengatur tanggung jawab produk secara tegas yang dinyatakan sebagai berikut :
2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
98
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.99
Ketentuan pasal 19 kemudian dikembangkan pada pasal 23 UUPK yang menyatakan “Pelaku Usaha yang menolak dan/atau memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan gugatan ke badan peradilan
di tempat kedudukan konsumen.”
Berdasarkan pasal 23 UUPK bahwa produsen tidak membayar ganti kerugian dalam batas waktu yang telah ditentukan. Sikap produsen ini membuka peluang bagi konsumen untuk mengajukan gugatan ke pengadilan atau penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Ketentuan lanjutan yang relevan dan signifikan dengan pasal 23 UUPK adalah rumusan dalam pasal 28 UUPK yang berbunyi sebagai berikut: “Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung
99
jawab pelaku usaha.” Rumusan inilah yang kemudian dikenal dengan sistem pembuktian terbalik.100
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dengan dua modifikasi, yaitu pertama prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga bersalah/lalai atau produsen sudah dianggap bersalah, sehingga tidak perlu dibuktikan kesalahannya (presumption of negligence) dan kedua adalah prinsip untuk selalu bertanggung jawab dengan beban pembuktian terbalik (presumption of liability principle). Jelas bahwa, konstruksi hukum yang demikian menggambarkan adanya kemajuan dari sistem tanggung jawab sebelumnya, namun belum sepenuhnya menganut prinsip tanggung jawab mutlak sebagaimana yang secara tegas dirumuskan dalam beberapa hukum positif di negara lain. Hal ini tergambar pula dalam pendapat akhir ketika memberikan persetujuan terhadap Rancangan tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan: “Dalam undang-undang ini, dimasukkan pasal yang memungkinkan adanya pembuktian terbalik baik dalam hal pidana maupun perdata. Hal ini merupakan suatu terobosan baru di dunia hukum negara kita di era reformasi.101
100
Ibid. hal. 72-73. 101
BAB IV
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK
MAKANAN DAN MINUMAN KEDALUWARSA DI UD. DIAMOND
SWALAYAN MEDAN
A. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual dan Bentuk Pengawasan
UD. Diamond Swalayan Medan
1. Profil tentang UD. Diamond Swalayan Medan
UD. Diamond Swalayan Medan adalah usaha dagang yang didirikan sejak tahun 2002 dengan nama pemiliknya yaitu Sanditurangan. Awal mula berdirinya swalayan ini terdapat di Jalan Karya Wisata Medan Johor yang berlokasi di Komplek Perumahan Citra Wisata Medan Johor. Usaha dagang ini berbentuk swalayan atau supermarket yang menjual berbagai macam produk makanan, minuman, perlengkapan alat tulis, perlengkapan rumah tangga hingga barang pecah belah. UD. Diamond Swalayan Medan sendiri mempunyai 2 cabang di Medan yaitu yang terletak di Perumahan Bumi Asri Helvetia dan Perumahan Menteng Raya. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri seluas 1.296 m2 dengan areal parkir, ATM Center dan Stand Snack and Food.102
UD. Diamond Swalayan Medan tersebut berdiri diatas areal yang di sebelah utara UD. Diamond Swalayan Medan ini berhadapan dengan Jalan Karya Kasih Medan Johor, sebelah timur berhadapan dengan Komplek Citra Wisata, sebelah selatan berhadapan dengan Komplek J. City dan sebelah barat berhadapan
102
dengan Jalan Karya Wisata. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri di areal tersebut karena di area tersebut merupakan kawasan strategis di Medan Johor yang dihubungkan langsung dengan Komplek Perumahan Citra Wisata dan tempat berlalu lalang kendaraan bermotor. Adapun motto dari UD. Diamond Swalayan Medan sendiri adalah “Karena Anda Kami Ada”.103
1. Memberikan pelayanan terbaik agar masyarakat dapat merasakan kenyamanan pada saat berbelanja
Masyarakat merupakan tujuan utama berdirinya usaha dagang ini. Dengan menyediakan berbagai macam bentuk kebutuhan masyarakat baik dari segi pangan dan sandang. Setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya pastilah mempunyai visi dan misi yang menjadi inti dari berdirinya atau berjalannya kegiatan usaha tersebut. Untuk itu terdapat 3 (tiga) visi dan misi dari UD. Diamond Swalayan Medan yaitu :
2. Menjual produk yang bermutu dan berkualitas agar tercapainya kepuasan pelanggan
3. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pelanggan dan profesional kerja para karyawan.104
Tujuan berdirinya usaha dagang ini, yaitu untuk mengembangkan kegiatan jual-beli yang menguntungkan bagi masyarakat yaitu dapat memperoleh barang dalam bentuk eceran dengan harga grosir. Bangunan utama dibuat luas dan
103
Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul 17.00 WIB].
104
bertingkat tiga, akan tetapi untuk penjualan barang hanya ada 2 tingkat saja sedangkan untuk di lantai tiga bagian kantor dan gudang. Display lantai pertama makanan dan minuman, sembako, dan perlengkapan kebersihan seperti:deterjen, sabun, pembersih pakaian dan lain-lain. Kemudian di lantai dua berisikan
displaynon food seperti misalnya: peralatan tulis, barang pecah belah, peralatan rumah tangga, peralatan memasak, produk kecantikan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Terdapat 3(tiga) kasir pada UD.Diamond Swalayan Medan. Disetiap rak
display produk dijaga dan diawasi oleh karyawan atau yang disebut dengan pramuniaga. Kemudian, bagian pihak penanggung jawab pramuniaga atau yang disebut dengan koordinator tersebut melakukan pengawasan dengan melihat kinerja dari para pramuniaga dalam melaksanakan tugasnya. Koordinator tersebut berjumlah 3 (tiga) orang, yaitu di bagian depan sebagai koordinator kasir, lalu koordinator lantai 1 (satu) dan koordinator lantai 2 (dua).
Pramuniaga tersebut berkoordinasi dengan setiap koordinator yang ada di setiap lantai. Terkhusus pada kasir maka berkoordinasi dengan koordinator kasir. Karyawan UD. Diamond Swalayan Medan yang berlokasi di Medan Johor terdiri dari 60 karyawan dengan bagian-bagian tertentu. Gudang penyimpanan terletak di lantai tiga dimana di dalamnya ditempatkan untuk barang-barang yang akan di
2. Struktur Organisasi UD. Diamond Swalayan Medan
Berikut adalah bagan struktur organisasi UD. Diamond Swalayan Medan :
3. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual UD. Diamond
Swalayan Medan
Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan setelah dicerna serta diserap tubuh akan berguna bagi kesehatan dan kelangsungan hidup.105
105
Dikutip dari
Makanan biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk
2017, pukul 15.09 WIB].
OWNER
HRD/ KEPALA PENJUALAN/ KEUANGAN
KEPALA PEMBELIAN
HEAD SUPERVISOR SHIFT A
HEAD SUPERVISOR SHIFT B
KEPALA BAGIAN UMUM / SECURITY
ASISTEN SUPERVISOR
KOORDINATOR PRAMUNIAGA
PRAMUNIAGA
ANGGOTA
HEAD SUPERVISOR
ASISTEN SUPERVISOR
hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. UD. Diamond Swalayan Medan menjual berbagai macam pangan olahan Non Perishable (Stable Food) contoh: gula, beras, mie kering, tepung, susu bubuk, dan sebagainya, dan Semi Perishable Food, contoh: roti kering, makanan beku (sosis dan nugget), roti basah dan sebagainya. Tetapi, tidak menjual makanan maupun minuman Perishable Food seperti: ikan, daging, sayur dan sebagainya.106
1. Pangan olahan adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu, dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.
Jenis-jenis pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan. Pengertian pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan, misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar, dan sebagainya. Sedangkan, pengertian pangan olahan adalah pangan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
2. Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan ditempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.107
106
Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul 17.00 WIB].
107
Pengertian makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 329 Tahun 1976 adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia,
termasuk permen karet dan sejenisnya tetapi bukan obat. Makanan penting untuk
pertumbuhan karena sebagai bahan yang diperlukan untuk membangun dan
mengganti jaringan tubuh, untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit dan
memberikan energi untuk bekerja.108
a) Non Perishable (Stable Food)
Bahan makanan perlu dipilih yang
sebaik-baiknya dilihat dari segi kebersihan, penampilan dan kesehatan. Diharapkan kepada
konsumen dalam memilih bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber
makanan yang baik serta memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik.
Berdasarkan stabilisasinya makanan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Yaitu makanan yang stabil, tidak mudah rusak, kecuali jika diperlukan secara tidak baik, seperti gula, mie dan tepung.
b) Semi Perishable Food
Yaitu makanan yang semi stabil dan agak mudah membusuk atau rusak. Makanan ini tahan terhadap pembusukan dalam waktu yang relatif agak lama, seperti roti kering dan makanan beku yang dapat disimpan pada suhu 0°C.
c) Perishable Food
Yaitu makanan yang tidak stabil dan mudah membusuk, seperti ikan, susu, daging, telur, buah dan sayur.109
108
Anwar S., Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, (Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI, 1997), hal. 4.
109
Pengawasan terhadap berbagai produk makanan dan minuman yang dijual adalah kewajiban yang harus dilaksanakan UD. Diamond Swalayan Medan setiap saat selaku pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama antar pramuniaga dan koordinator serta adanya sikap hati-hati dalam menjaga setiap mutu dan kualitas makanan dan minuman yang dijual. Jika terjadi kelalaian maka hal tersebut menjadi kesalahan yang harus ditanggung bersama bagi seluruh karyawan UD. Diamond Swalayan Medan.Berikut adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh UD. Diamond Swalayan Medan yaitu:
Bentuk pengawasan produk di UD. Diamond Swalayan Medan dimulai dari pengadaan produk-produk yang akan dijual kemudian melalui proses pergudangan yang dilanjutkan dengan pemajangan produk, yang akhirnya akan sampai ke tangan konsumen. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses :
1. Pengadaan Produk
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, UD. Diamond Swalayan Medan menjalin kerjasama dengan beberapa supplier yang tersebar diberbagai daerah di Kota Medan. Pihak supplier tersebut akan memasarkan produk-produk perusahaan kepada konsumen atau toko-toko yang berada di daerah pemasarannya. UD. Diamond Swalayan Medan memiliki lebih dari 1000 merek untuk produk-produknya, dimana merek tersebut merupakan merek perusahaan lain UD. Diamond Swalayan Medan sendiri bukanlah perusahaan manufaktur, karena perusahaan ini tidak memproduksi sendiri
Pengadaan Pergudangan Pengecekan Display
barang yang dijualnya akan tetapi UD. Diamond Swalayan Medan membeli produk jadi dan menjualnya kembali kepada konsumen. Produk yang akan dijual di UD. Diamond Swalayan Medan diperoleh dengan cara ordering
atau pemesanan kepada pihak supplier yang kemudian produk akan dikirim oleh pihak supplier ke UD. Diamond Swalayan Medan sesuai dengan jumlah yang di pesan. Berdasarkan pengamatan, prosedur operasional penjualan produk-produk di UD. Diamond Swalayan Medan diawali di bagian Kepala Pembelian, dimana Kepala Pembelian akan menerima produk yang dikirim oleh pihak supplier.
2. Pergudangan
Produk yang dikirim oleh supplier diturunkan dari kendaraan milik supplier.
Bagian Kepala Pengawas Pembelian akan memeriksa produk yang dikirim apakah sesuai dengan pesanan atau tidak, yaitu meliputi jenis, jumlah, dan kondisi produk tersebut. Apabila sudah sesuai maka produk yang diterima dimasukkan ke dalam gudang. Produk yang telah diterima dari supplier
3. Pengecekan Produk
Pengecekan Produk dilakukan untuk mengamati produk yang telah diberikan pihak supplier apakah jenis dan kualitasnya masih baik dan aman untuk dikonsumsi dan dijual kembali. Yang menjadi hal terpenting adalah melihat tanggal kedaluwarsa setiap produk makanan dan minuman yang akan di letakkan ke display toko. Jika terdapat beberapa makanan ataupun minuman yang terbukti sudah melewati tanggal kedaluwarsa maka pihak UD. Diamond Swalayan Medan akan mengembalikan atau returning ke pihak supplier tersebut. Hal ini perlu untuk diperketat pengawasannya sehingga upaya pengawasan akan lebih mudah untuk dilakukan serta utuk menghindari adanya produk yang kedaluwarsa.
4. Display Produk
toko sehingga mengurangi resiko produk rusak atau kadaluwarsa karena tidak segera terbeli oleh konsumen.
Pengawasan tersebut dilakukan hingga sampai pada produk tersebut telah berada di dalam toko, dimana produk yang telah siap untuk dijual kepada konsumen. Konsumen bebas memilih produk yang diinginkan untuk dibeli. Setelah konsumen memutuskan untuk memilih suatu produk kemudian konsumen harus membawa produk tersebut ke bagian kasir untuk melakukan pembayaran. Produk yang sudah dibayar akan diserahkan kepada konsumen disertai dengan bukti pembayaran.110
Makanan yang dijual dalam produk kemasan makanan dan minuman yang dijual bebas di setiap swalayan dan supermarket menjadi tujuan utama dalam hal adanya keuntungan yang harus didapat baik dari pelaku usaha sendiri dan juga konsumen. Makanan dan minuman tersebut haruslah terjaga mutu serta kualitasnya sehingga tidak menimbulkan efek negatif dari mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Di setiap swalayan maupun supermarket mempunyai prosedur untuk melakukan pengawasan di setiap produk makanan dan minuman yang dijualnya. UD. Diamond Swalayan Medan bagian yang bertanggung jawab dalam perlindungan hukum atas keamanan dan keselamatan konsumen terhadap produk-produk yang dijual berasal dari posisi HRD (Human Resources Departement), dimana dalam pelaksanaannya seluruh staff dibawah
HRD ikut berperan aktif dalam upaya memberikan perlindungan kepada konsumen. Jadi, semua pihak dalam susunan organisasi di UD. Diamond
110
Swalayan Medan wajib melakukan perlindungan terhadap konsumen sesuai tugas dan tanggung jawabnya yang harus dipertanggungjawabkan kepada HRD.111
a) Hardline, meliput i Stationary (peralatan kantor), Household (peralatan rumah tangga), electronic (peralatan elektronik).
B. Upaya UD. Diamond SwalayanMedan dalam Melakukan Pengawasan
terhadap Produk Makanan dan Minuman yang Dijual
Kegiatan utama UD. Diamond Swalayan Medan adalah perdagangan umum. Produk yang dijual di Diamond Swalayan antara lain adalah:
b) Softline, meliputi drink and cigarrete (minuman dan rokok), garment
(pakaian), sport (peralatan olah raga), toys and hobbies (mainan anak). c) Dry Food, meliput i Grocery (bahan pangan), confectionary (permen),
basic commodity (bahan pokok).
d) Home Industry,meliputi roti tawar dan kue atau roti basah.112
Upaya pengawasan produk di UD. Diamond Swalayan Medan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
1. Pemeriksaan Pertama
Pemeriksaan pertama kali dilakukan di gudang ketika produk baru saja diterima oleh UD. Diamond Swalayan Medan dari supplier. Alasan memilih gudang sebagai tempat pemeriksaan karena untuk memudahkan
111
Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul 17.00 WIB].
112
para karyawan ketika menurunkan produk yang telah dikirim sehingga dapat langsung masuk gudang. Pemeriksaan ketika di gudang dilakukan oleh beberapa staff bagian Pembelian. Dalam proses pengecekan produk tersebut terdapat blanko yang digunakan untuk menyesuaikan antara produk yang dipesan dengan produk yang dikirim. Blanko tersebut disebut dengan blanko PO (purchase order). Blanko PO (purchase order) pada dasarnya adalah sebuah dokumen yang dikirimkan ke supplieruntuk memasukkan barang atau jasa yang dibutuhkan.
kemasan. Pemeriksaan dilakukan secara manual dengan mengambil satu produk sebagai sample dengan catatan supplier menjamin bahwa semua produk dalam kondisi yang sama. Alasan menggunakan cara tersebut karena mengingat adanya keterbatasan jumlah karyawan yang tidak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap semua produk. Setelah produk selesai dalam proses pengecekan dan semua telah sesuai dengan pesanan serta produk sesuai dengan standar nasional maka PO (purchase order) dan surat jalan dari pihak supplier harus divalidasi oleh kedua pihak sebagai tanda bahwa transaksi telah berlangsung dengan sah. Kemudian produk di bawa masuk ke toko dengan menggunakan troli khusus yang disebut denganhand pallet, dan untuk produk yang tidak ada barcodenya maka produk tersebut harus dibuatkan barcodenya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam toko.
Pada bagian gudang terdapat ruang sortasi yang berfungsi untuk memilih produk-produk yang berkualitas sesuai standar yang telah ditentukan (quality control), biasanya produk yang disortasi adalah produk
home industry. Quality control produk dilakukan oleh Asisten Supervisor
produk dikemudian hari. Pemeriksaan dilakukan ketika produk datang dari
supplier dan langsung dilakukan apabila terdapat produk yang telah buruk kondisinya. Khusus untuk beberapa produk, supplier tidak mau menerima
return dikemudian hari. Jadi, apabila produk tidaklaku terjual kepada konsumen maka kerugian ditanggung oleh pihakUD. Diamond Swalayan Medan sendiri.113
2. Pemeriksaan Kedua
Jenis makanan dan minuman yang dijual di UD. Diamond Swalayan Medan sangat beraneka ragam. Dalam penentuan produk yang layak jual, pihak UD. Diamond Swalayan Medan selalu memperhatikan dan meneliti kode tanggal kedaluwarsa, kode awal produksi, kelayakan kemasan, dan bau dari pada produk-produk yang telah disusun pada rak. Dalam pemeriksaan kedua dilakukan ketika produk sudah berada di dalam toko dan telah disusun di rak display. Pada pemeriksaan kedua dilakukan oleh pramuniaga. Pemeriksaan dilakukan setiap hari pada waktu pagi sebelum toko dibuka ketika pramuniaga membersihkan dan menata ulang produk-produk yang telah disusun di rak. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak layak jual, baik karena kemasan telah rusak maupun telah kedaluwarsa maka produk tersebut akan disortir dari produk-produk yang masih layak jual dan dikembalikan ke gudang. Dilakukannya pemeriksaan terhadap produk yang sudah diletakkan di rak display bertujuan untuk mensortir produk-produk yang telah kedaluwarsa. Hal ini dimaksudkan
113
supaya produk yang sudah kedaluwarsa tidak ikut terjual kepada konsumen, sehingga keamanan dan keselamatan konsumen terjamin.
Perlu diketahui bahwa tidak jarang pula Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Perdagangan bersama-sama melakukan operasi ke UD. Diamond Swalayan Medan untuk melakukan pengawasan terhadap produk-produk yang beredar di masyarakat apakah produk-produk-produk-produk tersebuat sudah sesuai dengan standar nasional dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat konsumen. Waktu yang paling sering dilakukan operasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah waktu menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, karena pada kondisi tersebut permintaan bahan pangan oleh konsumen sangat meningkat drastis. Tidak sedikit para pelaku usaha khususnya perusahaan ritel kurang memperhatikan kondisi produk yang layak jual atau sudah tidak layak jual karena terlalu sibuk dengan kegiatan lain. Dengan demikian UD. Diamond Swalayan Medan selalu siap setiap saat untuk dilakukan operasi oleh pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Perdagangan Kota Medan.
3. Pelayanan Keluhan Konsumen
Pelayanan keluhan konsumen pada tahap awal yaitu ke bagian kasir yang berada di pintu masuk UD. Diamond Swalayan Medan. Adanya pelayanan keluhan konsumen dilakukan untuk memberikan hak-hak konsumen sebagai wujud upaya perlindungan terhadap konsumen. Terhadap keluhan yang disampaikan oleh konsumen ke bagian kasir akan memberikan tanggapan sesuai dengan jenis masalah yang dikeluhkan oleh konsumen. Untuk keluhan terhadap adanya produk kedaluwarsa,kasir akan memberikan ganti rugi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dari data-data yang penulis peroleh dari penelitian di UD. Diamond Swalayan Medan yang telah diuraikan diatas, maka penulis menganalisis bahwa prinsip pemeriksaan yang dilakukan oleh UD. Diamond Swalayan Medan dilakukan dalam rangka upanya pencegahan adanya produk kedaluwarsa.UD. Diamond Swalayan Medan berusaha melakukan pemeriksaan sebelum produk sampai ke tangan konsumen.114
1. Upaya pengawasan kualitas ketika produk datang.
Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar mutu pangan untuk layak dikonsumsi sehingga menjamin keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi konsumen. Dalam proses pergudangan pada sistem sirkulasi produk yang dijalankan oleh UD. Diamond Swalayan Medan ada 3 (tiga) langkah penting yang dilakukan untuk memberikan upaya perlindungan konsumen, yaitu :
2. Penyimpanan produk di dalam gudang dalam waktu yang tidak lebih dari satu minggu.
114
3. Melakukan pengawasan di setiap rak display dan mengurangi penumpukan produk.115
Upaya yang dilakukan UD. Diamond Swalayan Medan pada proses display
produk yaitu dengan melakukan metode pemajangan produk yang lebih awal masuk toko untuk ditaruh pada posisi yang paling depan. Hal ini merupakan langkah yang diupayakan UD. Diamond Swalayan Medan sebagai pelaku usaha untuk memperlancar sirkulasi produk. Apabila dilihat dari sudut pandang konsumen metode pemajangan produk tersebut akan mengurangi resiko kedaluwarsa pada produk yang dijual, yaitu dengan cara menempatkan produk yang datang lebih awal dalam jangkauan yang lebih mudah diambil atau dipilih oleh konsumen. Dengan adanya prinsip pemeriksaan maka hak-hak dasar konsumen akan terpenuhi yaitu :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi suatu produk.
2. Hak untuk memilih produk serta mendapatkan produk tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan produk.116
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 29 menyatakan bahwa: “Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak
115
Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul 17.00 WIB].
116
konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannnya kewajiban konsumen dan
pelaku usaha.”117
1) Seksi Perlindungan Konsumen mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan lingkup perlindungan konsumen.
Sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 15 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan pasal 41 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut:
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Seksi Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Perlindungan Konsumen;
b. penyusunan bahan petujuk teknis lingkup perlindungan konsumen; c. pengumpulan dan pengolahan data lingkup perlindungan konsumen; d. pengawasan terhadap peredaran barang dan jasa di pasar;
e. penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan lingkup perlindungan konsumen;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Diaturnya Peraturan Walikota Medan yang mengatur tugas pokok dan fungsiDinas Perdagangan Kota Medan. Maka Dinas Perdagangan Kota Medan mempunyai wewenang dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada setiap pelaku usaha demi terwujudnya perlindungan terhadap konsumen, untuk itu terdapat 2 (dua) macam bentuk pengawasan, yaitu pengawasan berkala dan pengawasan khusus. Yang dimaksudkan dengan pengawasan berkala adalah pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Medan kepada setiap pelaku usaha, seperti contoh: 10 hari melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha yang menjual satu jenis produk misalnya berkaitan dengan elektronik seperti (televisi, telfon seluler (handphone), air conditioner (AC), dll. Hal ini
117
dapat dilakukan selama 1 (satu) bulan dan secara berkala. Untuk bulan selanjutnya melakukan pengawasan kepada pelaku usaha yang menjual produk sejenis yang berbeda dengan bentuk pengawasan yang sama. Kemudian, pengawasan khusus adalah yang berkaitan dengan penyidikan jika sudah ada ditemukan barang yang diduga sebagai produk yang cacat dan tidak layak untuk diperjualbelikan kepada konsumen.118
Pelaku usaha UD. Diamond Swalayan Medan bertanggung jawab terhadap penjualan produk-produknya. UD. Diamond Swalayan Medan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumennya. Salah satunya Upaya-upaya yang dilakukan UD. Diamond Swalayan Medan dalam memberikan perlindungan kepada konsumen sudah memenuhi standar perlindungan konsumen sehingga produk-produk yang dijual kepada konsumen di UD. Diamond Swalayan Medan sudah sesuai dengan standar mutu pangan yang aman dan layak untuk dikonsumsi serta menjamin keselamatan kepada konsumen. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan telah memenuhi asas kemanfaatan serta asas keamanan dan keselamatan konsumen.
C. Upaya Penyelesaian Masalah atas Produk Makanan dan Minuman
Kedaluwarsa atas Klaim Konsumen terhadap Produk Makanan
danMinuman yang Dijual di UD. Diamond SwalayanMedan
118
adalah seperti hal yang telah penulis jelaskan diatas yaitu mengenai adanya pengawasan terhadap produk-produk yang dijual yang dilakukan setiap harinya. Upaya pengawasan dilakukan di bagian gudang dan bagian toko. Adanya pengawasan terhadap produk-produk yang dijual tersebut bertujuan untuk selalu menjaga kualitas produk yang akan ditawarkan kepada konsumen.
UD. Diamond Swalayan Medan berhak untuk melakukan pengembalian barang yang dianggap tidak layak untuk dijual, seperti misalnya: kemasan yang rusak, tidak adanya tanggal kedaluwarsa, produk yang sudah berubah warna dan berbau. Yang menjadi perhatian khusus dalam upaya pengawasan tersebut adalah bagian makanan dan minuman home industry atau makanan basah, biasanya untuk produk seperti: kue basah, roti tawar, yoghurt dan susu murni hanya bertahan hingga 4 hari saja, sebelum mencapai 4 hari maka pihak UD. Diamond Swalayan Medan akan mensortir produk tersebut. Karena produk tersebut sudah mencapai tanggal kedaluwarsa. Sedangkan untuk susu murni dan yoghurt hanya bertahan hingga 1 (satu) bulan setelah di produksi maka sehari sebelumnya akan dilakukan penarikan produk dari rak display.119
Saat melakukan penarikan dari rak display maka barang tersebut akan dikembalikan ke gudang oleh setiap pramuniaga yang mengawasi setiap rak
display. Produk tersebut akan disimpan dan dilakukan pengembalian kepada pihak
supplier dan pihak supplier sendiri pun tidak pernah ada masalah atau pun penolakan berkaitan dengan kembalinya produk tersebut. Upaya retur yang dilakukan oleh Diamond Swalayan atas produk yang sudah tidak layak jual dan
119
tidak layak konsumsi dilakukan berdasarkan adanya perjanjian sebelumnya. Hal ini telah sesuai dengan pasal 1360 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan bahwa barang siapa secara khilaf atau dengan mengetahuinya, telah menerima sesuatu yang tak harus dibayarkan kepadanya, diwajibkan mengembalikan barang yang tak harus dibayarkan itu kepada orang dari siapa ia telah menerimanya. Apa yang dilakukan UD. Diamond Swalayan Medan dalam mengembalikan produk-produk yang tidak layak jual kepada
supplier, disamping sebagai upaya memberikan perlindungan konsumen atas kewajibannya sebagai pelaku usaha juga sebagai upaya mendapatkan haknya terhadap supplier untuk menerima produk-produk yang sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya.
dari tanggal seharusnya hingga, perbedaan harga yang ada di rak dan kasir. Adanya permasalahan seperti ini bukan tidak dilakukannya pengawasan oleh pihak UD. Diamond Swalayan Medan sendiri tetapi kemungkinan ada satu atau dua produk yang lolos dari pihak pengawasan dan itu bisa saja terjadi.Dengan adanya permasalahan seperti ini maka UD. Diamond Swalayan Medan tetap akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap konsumen yang mengeluh terhadap produk yang dibeli.
Upaya penyelesaian masalah tersebut haruslah mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh pihak UD. Diamond Swalayan Medan sendiri. Setiap konsumen yang melakukan komplain maka tempat awal yang akan dijumpai yaitu dibagian kasir dengan membawa produk yang bermasalah. Selama ini belum ada permasalahan yang terjadi di UD. Diamond Swalayan Medan hingga sampai ke ranah pengadilan dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Dikarenakan selalu menempuh upaya secara negosiasi ataupun kekeluargaan.120
1. Bagian akan kasir menerima keluhan dari konsumen secara langsung. Langkah-langkah UD. Diamond Swalayan Medan dalam menanggapi dan melayani keluhan konsumen atas produk yang dibeli yaitu sebagai berikut :
2. Konsumen diminta untuk menunjukkan bukti pembayaran dan produk yang dikeluhkan untuk memastikan bahwa produk tersebut benar telah dibeli dari UD. Diamond Swalayan Medan
120
3. Apabila terbukti benar bahwa produk tersebut adalah produk dari UD. Diamond Swalayan Medan maka kasir akan berkoordinasi dengan koordinator kasir memberikan ganti rugi berupa tukar produk dengan jenis dan merek yang sama atau jenis dan merek yang lain dengan catatan konsumen harus menyesuaikan harga produk tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian yang harus diderita oleh UD. Diamond Swalayan Medan.
4. UD. Diamond Swalayan Medan dapat melayani ganti rugi berupa tukar uang (uang yang telah dibayarkan kembali kepada konsumen) tergantung kepada kesepakatan para pihak.
5. Apabila konsumen yang mengeluh tidak dapat menunjukkan bukti pembayaran dan produk yang dikeluhkan, maka UD. Diamond Swalayan Medan terpaksa tidak dapat melayani tuntutan ganti rugi dalam bentuk apapun. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya konsumen yang nakal yang hanya bertujuan untuk meraih keuntungan dengan cara yang tidak benar.121
Hak atas keselamatan dan kenyamanan, serta hak untuk mendapatkan perlakukan secara seimbang dan tidak diskriminatif. Hal tersebut dinilai dapat memenuhi hak konsumen, memberikan rasa keadilan dan kemanfaatan serta kedudukan yang sama antara pelaku usaha dengan konsumen.
121
Berikut adalahbagan mengenai upaya penyelesaian terhadap keluhan konsumen atas produk dari UD. Diamond Swalayan Medan:122
Tindakan yang dilakukan UD. Diamond Swalayan Medan seperti yang
diuraikan di atas, telah memenuhi tanggung jawab dan kewajiban pelaku usaha
dalam rangka menjamin dan memberikan perlindungan konsumen sesuai dengan
ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku khususnya UUPK pasal 7 huruf f
dan g yaitu mengenai kewajiban pelaku usaha dalam memberikan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian kerugian apabila produk yang dibeli dalam
kondisi sudah tidak layak jual baik karena kemasan rusak maupun
122
Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan Medan, [Pada tanggal 24 Februari 2017, pukul 17.00 WIB].
KELUHAN KONSUMEN
BAGIAN KASIR MENERIMA KELUHAN KONSUMEN
KONSUMEN DIMINTA UNTUK MENUNJUKKAN
BUKTI PEMBAYARAN DAN PRODUK YANG
DIKELUHKAN
ADA DAN TERBUKTI
PENGGANTIAN PRODUK / TUKAR
UANG
SELESAI
TIDAK ADA BUKTI
telahkedaluwarsa. Hal itu merupakan bentuk tanggung jawab UD. Diamond
Swalayan Medan sebagai pelaku usaha dalam memenuhi hak-hakkonsumen,
yaitu:
a. Hak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan;
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan produk yang sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya;
d. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang jujur dan tidak diskriminatif. Dalam hal apabila terjadi sengketa antara UD. Diamond Swalayan Medan dengan konsumen, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara, sesuai dengan yang tertera dalam pasal 45 ayat (2) UUPK, yakni penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan (non-litigasi) berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata “sengketa konsumen”dijumpai pada beberapa bagian Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:
1. Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi administrasi negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut dengan BPSK) terdapat di dalam Pasal 1 ayat 11 UUPK jo. Bab XI Undang-Undang Perlindungan Konsumen.