• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Waktu Penyimpanan Bahan Tanam Terhadap Persentase Keberhasilan Okulasi Dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Waktu Penyimpanan Bahan Tanam Terhadap Persentase Keberhasilan Okulasi Dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit

Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

Persiapan Okulasi

Langkah-langkah dalam pelaksanaan okulasi yaitu sebagai berikut : disiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong batang atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk tameng, ditempelkan batang atas pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran, pertautan batang atas dan batang bawah diikat rapat-rapat dengan plastik bening yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam sambungan yang dapat menyebabkan sambungan busuk.

Aplikasi Perlakuan

(2)

Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan adalah topsoil, kompos, pasir dan dengan perbandingan 2: 1: 1. Media tanam dihomogenkan dan di masukkan kedalam polibag.

Penanaman

Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam pada media tanam yang telah disiapkan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit.

Penyungkupan

Penyungkupan dilakukan pada saat bibit ditanam dipolibag sampai dengan 2 MST dengan paranet agar menjaga sambungan tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering terpapar matahari.

Penyiraman

Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dijaga kondisi tanah pada media tidak terlalu basah.

Penyiangan

(3)

Pengendalian Hama Penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan secara mekanis jika tingkat serangan rendah dan penggunaan bahan kimia jika tinkat serangan tinggih.

Pengamatan Peubah amatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Peubah amatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

Kecepatan Bertunas (hari)

Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Diamati setiap hari setelah tanam. Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan rumus sebagi berikut:

Rata-Rata Hari �1�1+�2�2+⋯+����

����� ℎ����� ����� ���������� ℎ

Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu

T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan

Persentase Keberhasilan Okulasi (%)

Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan. Perhitungan persentase bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100%

Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas

jumalah tanaman seluruhnya X 100 %

Tinggi Tunas (cm)

(4)

Diameter Tunas (mm)

Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Umbi (umbi)

Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi yang telah terbentuk.

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitic

Bobot kering Akar (g)

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data rataan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat (Lampiran 4-37) menunjukkan bahwa hasil penelitia pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas, bobot kering akar, dan bobot basah akar. Perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun, kecepatan bertunas, persentase bertunas, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara keduannya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Persentase Keberhasilan Okulasi (%)

Data rataan dan hasil sidik ragam persentase keberhasilan okulasi umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(6)

dengan rataan 86% berbeda nyata dengan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0), konsentrasi air kelapa 25% (K1), dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan masing-masing rataan yang sama 69%. Selain itu perlakuan penyimpanan bahan tanam batang bawah 1 (satu) minggu (P1) yang terbaik dengan rataan 85% dan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 71% berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan terendah 65%. Namun interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata.

Kecepatan Bertunas (hari)

Data rataan dan hasil sidik ragam kecepatan bertunas umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 6 dan 7) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(7)

3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 18,67 hari. Namun perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tercepat dengan rataan 14,42 hari dan yang terlama perlakuan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas.

Panjang Tunas (cm)

Data rataan dan hasil sidik ragam panjang tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 30 dan 31) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas. Namun dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tertinggi dengan rataan 41,41cm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 31,22 cm. Sedangkan lama penyimpanan batang bawah perlakuan 1 (satu) minggu (P1) merupakan perlakuan tertinggi dengan rataan 39,78 cm, dan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 34,69 cm, serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat.

Tabel 3. Panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST

(8)

Diameter Tunas (mm)

Data rataan dan hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 14 dan 15). Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata. Namun dapat dilihat bahwa konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang terbesar dengan rataan 9,46 mm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang terkecil dengan rataan 9,16 mm. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terbesar dengan rataan 9,91 mm dan terendah dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 9,29 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah yang berbeda umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

(9)

Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu penyimpanan batang bawah terhadap jumlah daun dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terbanyak dengan rataan 14,39 helai yang berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan jumlah daun dengan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang sedikit dengan rataan 13,33 helai. Sedangkan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terbanyak dengan rataan 14,38 helai berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai. Serta interaksi dari keduannya berbeda nyata terhadap jumlah daun dengan interak terbanyak konsentrasi air kelapa 50% dan 1 (satu) minggu penyimpanan (K2P1).

Jumlah Umbi (umbi)

(10)

bahwa konsentrasi air kelapa 50% (K2) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,67 umbi dan kontrol (K0) merupakan perlakuan yang paling sedikit dengan rataan 0,33 umbi. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,71 umbi dan yang sedikit dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 0,25 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 6. Jumlah umbi okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Data rataan dan hasil sidik ragam bobot basa akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 34 dan 35) yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot basa akar namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat.

(11)

Tabel 7. Bobot basah akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 24,97 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 20,22 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 20,17 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0) dengan rataan 19,87 g Sedangkan perlakuan lama penyimpanan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 21,15g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 19,87 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot basa akar.

Bobot Kering Akar (g)

(12)

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat.

Tabel 8. Bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 7,21 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 5,26 g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 4,05 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat

(13)

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air kelapa 50% (K2) merupakan persentase bertunas tertinggi dengan rataan 86% sedangkan perlakuan tanpa air kelapa (K0), air kelapa 25% (K1), dan air kelapa 75% (K3) masing-masing dengan rataan 69%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang atas dan batang bawah konsentrasi air kelapa yang tepat adalah pemberian air kelapa 50% . Hal ini didukung oleh pernyataan Satyavathi et al., (2004) bahwa aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fisiologi tanaman. Untuk mendapatkan persentase yang baik penggunaan ZPT air kelapa sangat baik untuk okulasi ubi kayu mukibat dikarenakan air kelapa mengandung hormon-hormon yang baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Young et al., (2009) yang menyatakan bahwa di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin sebesar 5,8 ml/l lebih tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis). Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin dan zat pengetur tumbuh lainnya

(14)

keberhasilannya untuk itu diperlukan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk

mempercepat tumbuhnya tunas. hal ini sejalan dengan penelitian Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa pemberian sumber zat pengatur

tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik yang digunakan ialah air kelapa 50% dibandingkan dengan pemberian IAA 0,05% dan ekstrak bawang merah 100%

Analisis statistik menunjukkan bobot basah akar konsentrasi air kelapa konsentrasi 50% (K2) merupakan perlakuan terberat dengan rataan 24,97 g berbeda nyata dengan perlakuan lainnya air kelapa konsentrasi 25 % (K1) dengan rataan 20,22 g, air kelapa konsentrasi 75% (K3) dengan rataan 20,31 g, dan perlakuan teringan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 19,87g. Pada bobot kering akar pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g, hal ini dikarenakan pada batang bawah ubi kayu yang dipotong akan aktif meristematis dan membentuk perakaran, pemberian air kelapa yang tepat akan membantu memacu pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman ubi kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marpaung dan Hutabarat (2015) bahwa air kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman. Selain itu air kelapa mengandung sitokini yang sangat mendukung untuk membantu

(15)

dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis), membantu dalam aktivitas meristem akar, membantu dalam proses fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi, pertumbuhan akar dan membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres.

Pada peubah amatan kecepatan bertunas perlakuan pemberian air kelapa 25% (K1) merupakan perlakuan tercepat dengan rataan 14,42 hari dan hanya selisih sedikit dengan perlakuan pemberian air kelapa 50% (K2) dengan rataan 14,45 hari, sedangkan kecepatan bertunas terlama dengan pemberian air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari. Hal ini dikarenakan ZPT air kelapa mampu memicu fitohormon (hormon tanaman) untuk bertunas. Sesuai dengan pernyataan

Adi et al., (2015) yang menyatakan bahwa hormon memiliki peranan dalam

merangsang, membangkitkan atau mendorong aktivitas biokimia. ZPT yang aktif dalam jaringan tanaman akan ditransformasikan ke dalam seluruh bagian tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis tanaman. Pemberian air kelapa yang semangkin tinggi justru memperlama kecepatan bertunas dan bahkan menghambat bertunas okulasi ubi kayu mukibat. Hal ini dikarenakan kandungan air kelapa bukan hanya auksin dan sitokinin. Selain itu air kelapa juga mengandung senyawa fenolik berupa asam benzoic yang dapat menghambat pertumbuhan (Ramadhan, 2015).

(16)

bahkan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartman et al., (1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh

memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa berpengaruh tidak nyata bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi air kelapa yang bersifat organik masih berbeda-beda konsentrasi yang baik dari setiap tanaman terutama untuk ubi kayu mukibat. Sesuai dengan penyataan Lubis et al., (2016) bahwa Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi.

Pengaruh Lama Penyimpanan Batang Bawah Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah berpengaruh nyata terhadap peubah amatan kecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar.

(17)

perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu dengan rataan 18,67 hari. Dari hasil pengamatan persentase bertunas diperoleh rataan persentase bertunas bibit okulasi tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan keberhasilan 85% dan terendah pada taraf perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan keberhasilan 65%. Dan dari hasil pengamatan jumlah daun diperoleh rataan jumlah daun bibit okulasi terbanyak pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan 14,38 helai dan perlakuan terendah pada taraf penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai.

Analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berbeda nyata terhadap ecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar, dan bobot kering akar, hal ini dikarenakan lamanya bahan stek disimpan maka akan semangkin menurunkan kualitas dari stek tersebut, akan terjadi transpirasi sehingga batang stek akan mengering dan menurunkan daya tumbuh okulasi ubi mukibat. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa lamanya penyimpanan bahan tanam akan memperlama munculnya tunas bahkan sampai 4 MST masih ada bibit okulasi yang belum tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinartani (2011) yang menyatakan bahwa penundaan waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman. Hal ini juga diduga hormon yang ada pada tanaman tidak berfungsi dengan baik dikarenakan lamanya penyimpanan yang membuat sistem jaringan tanaman menjadi tidak normal akibat

(18)

mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas.

Lama penyimpanan bahan tanam okulasi ubi kayu mukibat juga akan memberikan dampak pada proses pertautan antara batang atas dan batang bawah, lamanya penyimpanan batang bawah membuat kecepatan bertunas bibit okulasi menjadi semangkin lama, hal ini dikarenakan selama masa penyimpanan bibit dapat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, karena selama penyimpanan

atau setelah pemanenan, organ tanaman masih melakukan transpirasi (Santoso, 2011) dan respirasi sebagai perombakan senyawa kimia seperti

mengubah heksosa menjadi bahan-bahan struktural, cadangan makanan, dan

metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardner et al., 1991).

(19)

berarti ada indeks luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa meningkatkan keseimbangan antara sink dan source dengan menggunakan teknik mukibat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman.

Analisis statistik menunjukkan perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tunas, panjang tunas, dan jumlah umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan batang bawah dengan 1 (satu) minggu penyimpanan (P1) merupakan perlakuan penyimpanan tertinggi dari tiap-tiap peubah amatan, diikuti dengan perlakuan lama penyimpanan batang bawah 2 (dua) minggu (P2), dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan yang terendah, hal ini dikarenakan semangkin lama penyimpanan bahan stek maka akan semangkin menurun kualitas dan kuantitas dari bahan tanam tersebut. Dari hasil pengamatan penyimpanan batang bawah selama tiga minggu membuat batang bawah menjadi sedikit mengering sehingga proses pemulihan luka pada sambungan lama terjadi dan bahkan tidak terjadi tautan antara batang bawah dan batang atas ubi kayu mukibat, hal ini dikarenakan berkurangnya kambium akibat proses penguapan yang lebih lama sehingga kambium tidak dapat bersatu dan membentuk jaringan baru sebagai

transfortasi makanan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Napitupulu (2013) bahwa jaringan kambium sangat penting pada tanaman, pada

(20)

pembengkakan pada bagian sambungan dan pada munculnya mata tunas ubi kayu mukibat.

Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Air Kelapa dan lama penyimpanan batang bawah Terhadap Persentase Keberhasilan dan pertumbuhan Okulasi Ubi Kayu Mukibat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas, persentase bertunas, diameter tunas, panjang tunas, bobot segar akar, bobot basah akar dan jumlah umbi.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1) dengan rataan 15,33 helai, dan perlakuan tanpa air kelapa (kontrol) dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (K0P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 11,17 helai. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh berperan dalam hal penyatuan kambium sehingga tanaman dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam hal penutupan luka pada tanaman sehingga tunas okulasi cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan perlakuan penyimpanan sejalan dengan keberhasilan okulasi ubikayu mukibat, semangkin lama penyimpanan maka proses keberhasilan okulasi semangkin rendah dan menghambat perkembangan dan pertumbuhan dibandingkan dengan penyimpanan yang tidak terlalu lama, hal ini memberikan pengaruh yang baik apabila dilakukan pemberian zat pengatur tumbuh dengan dosis yang tepat dan didukung oleh bahan tanam

(21)

Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa sumber pengatur tumbuh yang baik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi 50% dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh ektrak bawang merah dan IAA.

(22)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian air kelapa dapat mempercepat waktu bertunas dan meningkatkan persentase keberhasilan okulasi dan bobot basah akar ubi kayu mukibat. Konsentrasi air kelapa yang terbaik adalah konsentrasi 50% (K2).

2. Lama penyimpanan bahan tanam batang bawah yang semakin singkat meningkatkan waktu bertunas, persentase bertunas jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Lama penyimpanan terbaik ialah 1 (satu) minggu penyimpanan (P1).

3. Interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah dapat meningkatkan jumlah daun. Interaksi terbaik adalah konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1).

Saran

Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan konsentrasi air kelapa dengan konsentrasi 50% dan bahan tanam batang bawah yang disimpan kurang dari 2 minggu.

Gambar

Tabel 1.  Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air                     kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST
Tabel 2.  Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air                kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST
Tabel 3. Panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air  kelapa  dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air  kelapa   dan lama penyimpanan batang bawah yang berbeda umur 6 MST
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% yang dilakukan menunjukkan pemberian perlakuan menggunakan hormon tiroksin dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan

Pada pengolahan menggunakan tanah gambut dan tanaman air memiliki kualitas yang lebih baik dari pada pengolahan lainnya dan sudah memenuhi standar baku mutu air limbah domestik

Asam lemak hasil ekstraksi maserasi di uji aktivitas antibakterinya dengan metode difusi dan menggunakan tiga patogen diantaranya dua bakteri gram positif (Staphylococcus

Dari hasil penelitian tersebut, muncullah sebuah gagasan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan bubuk talk yang juga mengandung silikat hidrat untuk digunakan

Telah dilakukan uji asam lemak dari biji nangka dengan meggunakan metode kromatografi gas dan perendaman dengan perbandingan klorofom dan metanol dengan penambahan

Penggunaan pasir dalam campuran beton juga memiliki persyaratan, diantaranya pasir harus tahan terhadap cuaca, pasir harus terdiri dari butiran yang tajam untuk

Optionally, if the destination device is different from the source device then select the destination disk device by choosing the GParted | Devices | [your-destination- disk-device]

Sesuai dengan latar belakang dan fokus permasalahan di atas, maka inti dari permasalahan pokok yang harus ditemukan jawabannya adalah apakah aktivitas dan