BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini menggunakan desain metode potong lintang (cross-sectional) pada satu waktu yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan fungsi kognitif pada remaja di desa Singkuang Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di SMP (Sekolah Menengah Pertama) di desa Singkuang Kec.Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Sumut dilaksanakan pada bulan April tahun 2016.
3.3. Populasi dan Sampel
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian kategorik tidak berpasangan, yaitu:
n=
dimana :
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
Po = Proporsi gangguan kognitif pada remaja = 2,4%8
Pa = Proporsi gangguan kognitif pada sampel penelitian = 12,4% Pa-Po = perbedaan yang bermakna yaitu 10%
qo= 1 – 2,4% = 97,6%
qa= 1 –12,4% = 87,6%
Z : 1.94 (level of significance 5%)
Z : 1,28 (power 90%)
Pada penelitian ini ditetapkan yaitu :
= kesalahan tipe 1 = 0,05 (tingkat kepercayaan 99%) Z = 1,94
= kesalahan tipe 2 = 0,2 (power 90%) Z = 1,28
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Semua remaja berusia 12 - 17 tahun yang bersekolah saat dilakukan
penelitian.
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1.Remaja yang tidak bersedia ikut dalam penelitian 2. Remaja dengan hasil urinalisa abnormal
3.6. Persetujuan/ Informed Consent
Semua sampel penelitian telah diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian ini.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini dimulai setelah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja
3. Dilakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Berat badan diukur dalam satuan kg, menggunakan timbangan merk Camry buatan Cina yang telah ditera sebelumnya dengan kapasitas 150 kg. Pencatatan dilakukan dalam kg dengan desimal (sensitif sampai 0.1 kg). Semua sampel penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya pakaian minimal saja.
4. Tinggi badan diukur dalam satuan cm, menggunakan mikrotoise dengan ketepatan 0.5 cm dan memiliki penahan kepala bersudut 90 derajat. Pencatatan dilakukan dalam satuan cm. Tinggi badan di ukur pada posisi berdiri tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi badan, pembatas mikrotoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas kepala, selanjutnya dinilai status antropometrinya.
diambil rata-rata tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. 6. Nilai sistolik dan diastolik dari hasil pengukuran tekanan darah
disesuaikan dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan yang di proyeksikan pada tabel The Fourth Task Force.
7. Semua remaja yang memenuhi kriteria inklusi akan dilakukan tes fungsi kognitif oleh psikolog dari FK UNAND Padang dengan menggunakan tes WISC-IV (Weschler Intelligent Scale for Children) yang terdiri dari komponen tes verbal, performance dan full scale.
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Hipertensi Nominal
Variabel tergantung Skala
Gangguan fungsi kognitif Nominal
Variabel perancu Skala
Status Gizi Ordinal
Tingkat pengetahuan Ordinal
3.11. Definisi Operasional
1. Tekanan Darah yaitu : tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistolik dan diastolik secara sistemik di dalam tubuh manusia dengan satuan mmHg yang diukur menggunakan tensimeter.
2. Hipertensi : rerata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah
diastolik yang berada ≥ persentil 95 sampai dengan 5 mmHg diatas
persentil 99 menurut usia, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diproyeksikan menggunakan tabel The Fourth Task Force.11
b. Prehipertensi bila rata-rata TD sistolik dan diastolik lebih besar atau sama dari persentil ke-90 tetapi kurang dari persentil ke-95 menurut jenis kelamin, umur dan tinggi badan.
c. Hipertensi bila rata-rata TD sistolik dan atau diastolik lebih besar atau sama dari persentil ke-95 menurut jenis kelamin, umur, dan tinggi badan pada pengukuran tiga kali atau lebih berturut-turut.
2. Fungsi kognitif: aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Nilai fungsi kognitif diukur dengan tes Weschler yang terdiri dari subtes verbal, performance, dan full scale yang hasil tesnya dalam bentuk angka.
3. Status Gizi: ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk remaja yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak, berpedoman pada grafik WHO dan CDC.
3.12. Pengolahan Data dan Analisis Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di desa Singkuang Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara bulan April 2016, terdapat 193 siswa SMPN 1 dengan rentang usia 12-17 tahun,yang bersedia ikut dalam penelitian. Kami melakukan wawancara pada sampel penelitian, dan melakukan pengukuran tekanan darah serta tes fungsi kognitif.
4.1. Karakteristik Umum Sampel Penelitian
penghasilan < 500.000 sebanyak 35 orang, penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 86 orang dan penghasilan 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 72 orang. Ibu dengan penghasilan < 500.000 sebanyak 100 orang, 500.000 – 1.000.000 sebanyak 68 orang, 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 25 orang.
4.2. Perbedaan Kelompok Hipertensi dan Normotensi
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada 193 siswa SMP di Singkuang, terdapat 54 remaja hipertensi dan 139 remaja normotensi. Proporsi hipertensi pada siswa SMP di Singkuang sebesar 28%.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kognitif
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada semua sampel penelitian, kemudian dilakukan test fungsi kognitif yaitu tes WICS-IV (Wechsler Intelligence Scale for Children-IV). Pada pengukuran fungsi kognitif domain verbal, terdapat 65 sampel yang mengalami gangguan kognitif (kognitif domain verbal dibawah rerata remaja seusianya), dan 128 sampel memiliki kognitif domain verbal yang normal. Pada pengukuran kognitif domain performance, terdapat 65 sampel yang mengalami gangguan dan 128 sampel memiliki nilai kognitif domain performance yang normal. Hasil test kognitif secara keseluruhan menunjukkan, 67 sampel penelitian mengalami gangguan kognitif (nilai dibawah rerata) dan 126 sampel memiliki fungsi kognitif yang normal.
Tabel 4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif
4.4. Hubungan hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif
Sebanyak 193 sampel penelitian, 67 remaja mengalami gangguan fungsi kognitif (nilai keseluruhan dibawah rerata), 126 remaja memiliki nilai kognitif yang normal, sehingga proporsi gangguan fungsi kognitif sebesar 34.7%.
Terdapat hubungan antara hipertensi dengan gangguan kognitif domain verbal (p=0.008), 65 sampel penelitian yang mengalami gangguan kognitif domain verbal, 26 menderita hipertensi dan 39 tidak menderita hipertensi, sementara itu 128 sampel penelitian yang memiliki kognitif domain verbal normal, 28 menderita hipertensi dan 100 tidak menderita hipertensi. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain verbal dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain verbal
kognitif domain verbal
p RP IK 95%
Gangguan Normal Total
Tekanan Darah
Hipertensi 26 28 54 0.008 1.716 1.169 – 2.519
Non-hipertensi
39 100 139
Total 65 128 193
menderita hipertensi, sementara itu 128 sampel penelitian yang memiliki kognitif domain performance normal, 29 menderita hipertensi dan 99 tidak menderita hipertensi. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain performance dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain Performance
kognitif domain performance
p RP IK 95%
Gangguan Normal Total
Tekanan Darah
Hipertensi 25 29 54 0.021 1.609 1.091 – 2.373
Non-hipertensi
40 99 139
Total 65 128 193
Tabel 4.5. Hubungan hipertensi dengan gangguan IQ Keseluruhan
Kognitif keseluruhan
p RP IK 95%
Gangguan Normal Total
Tekanan Darah
Hipertensi 27 27 54 0.005 1.738 1.196 – 2.524
Non-hipertensi
40 99 139
Total 67 126 193
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, hipertensi meningkatkan insiden gangguan fungsi kognitif pada remaja sebesar satu setengah kali, pada domain verbal (RP=1.176 {IK=1.169 – 2.519}), pada domain performance (RP=1.609 {IK= 1.091 – 2.373}), dan fungsi kognitif secara keseluruhan (RP=1.378 {IK=1.196 – 2.524}). Kami menggunakan tes WICS-IV (Wechsler Intelligence Scale for Children-IV) untuk menilai fungsi kognitif pada sampel penelitian.
Behavior Rating Inventory of Executive Function BRIEF yang diisi oleh orang tua dan fungsi internalisasi dan eksternalisasi menggunakan Child Behavior Checklist CBCL yang juga diisi oleh orang tua. Penelitian lain tahun 2009 di Amerika Serikat melaporkan bahwa remaja yang memiliki tekanan darah ≥ 90 persentil memiliki skor performance IQ WASI yang lebih rendah (92,4 vs 96,1; P=0,03), WASI Full Scale IQ (93,4 vs 97,0; P=0,04). Analisa multivariat menunjukkan hubungan skor IQ yang rendah dengan peningkatan tekanan
darah memang bermakna (Peningkatan tekanan darah, β=-3,7, 95% CI: -7,3
sampai -0,06; Tekanan darah sistolik, β=-1,16, 95% CI: -2,1 sampai -0,21;
Tekanan darah diastolik, β=-1,17, 95% CI: -1,8 sampai -,055).54 Pemeriksan
neurokognitif terdiri dari: penilaian fungsi intelektual dengan Wechsler Abbreviated Scales of Intelegence (WASI); penilaian pencapaian akademi dasar dengan Wechsler Individual Achievement Test-II-Abreviated (WIAT-II-A); regulasi perhatian dengan Conner’s Continuous Performance Test-II (CPT-II) dan tingkat fungsi eksekutif dengan Behavior Rating Inventory of Executive Function (Parent BRIEF).
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian di Republik of Seychelles pada tahun 2006-2007 menunjukkan tidak ditemukan perbedaan fungsi kognitif terhadap perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan mean arterial pressure (MAP), tetapi penelitian ini tidak membandingkan antara peningkatan tekanan darah dengan tekanan darah yang normal.6 Mereka menggunakan tools Cambridge Neurological Test Automated Battery (CANTAB), the Woodcock Johnson Test of Scholastic Achievement (WJTA),the Finger Tapping test (FT) dan the Kaufman Brief Intelligence Test (K-BIT).
Bukti dari gangguan fungsi kognitif pada remaja dengan hipertensi masih merupakan hal baru.48 Hipertensi pada remaja masih underdiagnosed dan pengaruhnya terhadap otak remaja masih belum diperhitungkan secara keseluruhan.4 Kebanyakan data mengenai pengaruh hipertensi terhadap sistem saraf remaja berhubungan dengan ensefalopati hipertensi.49
endotel juga mengaktifkan kaskade koagulasi, dan menyebabkan iskemia jaringan.4
Hipertensi mempengaruhi pembuluh darah besar dan kecil, menyebabkan stroke dan defisit kognitif. Gangguan pembuluh darah besar meningkatkan kejadian aterosklerosis, penebalan arteri dan perubahan dinding pembuluh darah yang menyebabkan lesi fokal pada otak, yang mengakibatkan kehilangan jaringan otak. Gangguan pembuluh darah kecil berupa remodelling vaskular, abnormalitas endotel dan gangguan regulasi aliran serebral.4 Hipertensi kronis menyebabkan pengurangan daya ingat untuk memori jangka pendek, temper tantrum, gangguan tidur, kelelahan, dan kehilangan konsentrasi dan berkaitan dengan meningkatnya kejadian ADHD, ODD, depresi dan kecemasan, hal ini akan menimbulkan gangguan belajar dan akhirnya gangguan kognitif.4,49
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi, yaitu indeks massa tubuh remaja dengan hipertensi lebih tinggi daripada non-hipertensi. Kejadian hipertensi meningkat pada remaja dengan obesitas, dan penelitian sebelumnya melaporkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko hipertensi (OR=2.61).1,3 Obesitas dan hipertensi meningkatkan kejadian gangguan fungsi eksekutif pada anak.15
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini didapati hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif remaja, hipertensi meningkatkan kejadian penurunan fungsi kognitif sebesar satu setengah kali.
6.2. Saran