• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Efisiensi Water Tube Boiler Berbahan Bakar Fiber, Cangkang Sawit dan Kulit Kayu Menggunakan Metode Langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Efisiensi Water Tube Boiler Berbahan Bakar Fiber, Cangkang Sawit dan Kulit Kayu Menggunakan Metode Langsung"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Boiler

Menurut Djokosetyardjo (2003), boiler atau ketel uap adalah bejana

tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas

atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan

untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan

murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai

menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan

tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler

merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.

Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi

energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang

tertransfer ke fluida kerja.

Boiler yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ada 2 yaitu

Multi Fuel Boiler dan Recovery Boiler. Multi Fuel Boiler ini menggunakan

bahan bakar fiber, cangkang sawit dan kulit kayu sedangkan Recovery Boiler

menggunakan bahan bakar limbah hasil pengolahan pulp. Boiler yang akan

saya teliti adalah Multi Fuel Boiler.

Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem

bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis

sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan

perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol

produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui system pemipaan ke

titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan

kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah

semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk

menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem

(2)

Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.

Dua sumber air umpan adalah:

1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali ke proses.

2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar

ruang boiler ke plant proses.

2.2. Prinsip Kerja Boiler

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dipindahkan

ke air sampai terbentuk uap. Uap pada tekanan tertentu kemudian digunakan

untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media

yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika

air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar

1.600 kali.

Sistem boiler terdiri dari : sistem air umpan, sistem uap dan sistem

bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara

otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk

keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan

mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem

pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan uap diatur

menggunakan valve dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan

bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan

bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan

pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan

pada sistem.

Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi uap disebut air

umpan. Dua sumber air umpan adalah: kondensat atau steam yang mengembun

yang kembali dari proses dan make uap water (air baku yang sudah

diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk

mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk

memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.

(3)

yang telah diproses di alirkan menggunakan pompa ke deaerator tank

hingga pada level yang sudah ditentukan. Pemanasan dalam deaerator

adalah dengan menggunakan uap sisa yang berasal dari hasil pemutaran

turbin. Dalam hal ini terdapat beberapa tahap sirkulasi steam untuk

pemanasan awal deaerator

2.3. Klasifikasi Boiler

Berbagai bentuk boiler telah berkembang mengikuti kemajuan

teknologi dan evaluasi dari produk-produk boiler sebelumnya yang

dipengaruhi oleh gas buang boiler yang mempengaruhi lingkungan dan

produk uap seperti apa yang akan dihasilkan.

Berdasarkan fluida yang mengalir didalamnya :

a) Ketel uap pipa api

Tipe ketel uap api memiliki karakteristik : menghasilkan kapasitas

dan tekanan uap yang rendah.

Cara kerja : proses pengapian terjadi didalam pipa, kemudian panas yang

dihasilkan dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air. Besar dan

konstruksi ketel uap mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan

ketel uap tersebut.

Gambar 2.1 Ketel uap pipa api

(4)

b) Ketel uap pipa air

Tipe ketel uap air memiliki karakteristik : menghasilkan kapasitas dan

tekanan steam yang tinggi.

Cara kerja : proses pengapian terjadi diluar pipa, kemudian panas yang

dihasilkan memanaskan pipa yang berisi air dan sebelumnya air tersebut

dikondisikan terlebih dahulu melalui economizer, kemudian uap yang

dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan di dalam sebuah drum uap. Sampai

tekanan dan temperatur sesuai, melalui tahap secondary superheater

dan primary superheater baru uap dilepaskan ke pipa utama distribusi.

Didalam pipa air, air yang mengalir harus dikondisikan terhadap mineral atau

kandungan lainnya yang larut.

Gambar 2.2 Ketel uap pipa air

(Sumbe

2.4. Komponen Boiler

Komponen sistem boiler terdiri dari komponen utama dan

komponen bantu yang masing-masing memiliki fungsi untuk menyokong

(5)

Gambar 2.3 Bagian-bagian boiler

(Sumber :

Komponen utama ketel uap terdiri dari:

a. Pembakar

Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk mencampur

bahan bakar dan udara. Caranya adalah dengan menyemprotkan kedalam

ruang dapur melalui mulut-mulut pembakar atau brander, sedangkan udara

dimasukkan lewat sekeliling mulut pembakar tersebut. Ada beberapa macam

sistem brender tergantung pada sistem pengabutannya, yaitu sistem pengabut

uap/udara dan sistem pengabut tekan. Pada sistem pengabut uap/udara

caranya adalah uap/udara dipancarkan melalui mulut pembakar (brender) dan

akibat dari pancaran ini minyak akan terisap.

b. Pipa Evaporator

Pipa evaporator merupakan pipa – pipa yang berfungsi sebagai pipa

penguapan yaitu merubah air menjadi uap, pipa evaporator terletak

disepanjang dinding ketel mengelilingi alat pembakar (Furnace).

c. Ruang bakar

Ruang bakar (furnace) adalah dapur penerima panas bahan bakar

(6)

bakar dan yang sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang menempel pada

dinding ruang pembakaran yang menerima panas dari bahan bakar secara

radiasi, konveksi, konduksi.

Gambar 2.4 Ruang Bakar Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

d. Drum

Drum merupakan tempat menampung air dari economizer

sekaligus sebagai pemisah uap dan air. Pada konstruksi sebuah boiler

terdapat 2 buah drum yakni drum uap dan drum lumpur. Drum uap

berfungsi untuk menampung uap hasil dari sirkulasi. Drum lumpur

merupakan drum yang posisinya di bawah drum uap dan berfungsi sebagai

pengumpul air panas yang akan didistribusikan ke dalam wall tube.

Gambar 2.5 Steam Drum Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

e. Pemanas lanjut

Pemanas lanjut (superheater) adalah bagian-bagian ketel yang berfungsi

(7)

f. Pemanas udara

Pemanas udara (air heater) adalah alat pemanas udara penghembus

bahan bakar. Flue gas yang masih memiliki panas yang tinggi dapat

digunakan untuk memanaskan udara pembakaran didalam air heater.

Gambar 2.6 Air Heater Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

g. Dust collector

Dust collector adalah alat pengumpul abu atau penangkap abu pada

sepanjang aliran gas pembakaran bahan bakar sampai kepada gas buang.

Gambar 2.7 Dust Collector Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

h. Soot blower

Soot blower adalah alat yang berfungsi sebagai pembersih jelaga

atau abu yang menempel pada pipa-pipa.

Sedangkan untuk komponen bantu dalam sistem ketel uap antara lain:

1) Air pengisi ketel (boiler feed water)

Air pengisi ketel didapatkan dari 2 sumber yaitu: air condensate, didapatkan

dari hasil pengembunan uap bekas yang telah digunakan sebagai pemanas

(8)

dan kemudian dialirkan ke station boiler sebagai air umpan pengisi ketel

dengan persyaratan Ph: 8,5, Iron (ppm) : 0,002, Oxygen (ppm) : 0,02.

Gambar 2.8 Feed Water Tank Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

2) Dearator

Merupakan pemanas air sebelum dipompa kedalam ketel sebagai air

pengisian. Media pemanas adalah exhaust steam pada tekanan ± 1 kg/cm2

dengan suhu ± 150°C, sehingga didapatkan air pengisian ketel yang bersuhu

antara 100°C-105°C. Fungsi utamanya adalah menghilangkan oksigen (O2)

dan untuk menghindari terjadinya karat pada dinding ketel.

Gambar 2.9 Dearator Tank Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

3) Boiler feed water pump

Berfungsi untuk melayani kebutuhan air pengisi ketel yang dijadikan

uap, sampai dengan kapasitas ketel yang maksimum, sehingga ketel uap akan

dapat bekerja dengan aman. Kapasitas pompa harus lebih tinggi dari

kapasitas ketel, minimum 1,25 kali, tekanan pompa juga harus lebih tinggi

(9)

Gambar 2.10 Boiler Feed Pump Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

4) Secondary Fan

Merupakan alat bantu ketel yang berfungsi sebagai penyuplai udara

untuk menyempurnakan proses pembakaran.

Gambar 2.11 Secondary Air Fan Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

5) Induced Draft Fan (I.D.F)

Induced Draft Fan berfungsi sebagai penghisap gas asap hasil

pembakaran bahan bakar.

(10)

6) Force Draft Fan (F.D.F)

Dalam ruang pembakaran pertama, udara pembakaran ditiupkan oleh

blower penghebus udara (forced draft fan) melalui kisi-kisi bagian bawah

dapur (fire grates/under roaster).

Gambar 2.13 Primary Air Fan Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

7) Cerobong asap (Chimney)

Berfungsi untuk membuang udara sisa pembakaran. Diameter

cerobong berkisar berukuran 10 m dan tinggi cerobong 80 m, ini berbeda

setiap industri.

Gambar 2.14 Cerobong Asap Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

8) Ash Conveyor

Merupakan alat pembawa atau pengangkut abu dari sisa-sisa

pembakaran bahan bakar, baik yang dari rangka bakar (fire grate) ataupun

juga dari alat-alat pengumpul abu (dust collector), untuk dibuang dan

diteruskan ke kolam penampungan dan ini biasanya digunakan sebagai

(11)

Gambar 2.15 Ash Convenyor dan Penampungan Ash Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

Alat Pengaman Ketel Uap

1. Katup Pengaman (Safety Valve)

Alat ini bekerja membuang uap pada tekanan yang telah ditentukan

sesuai dengan penyetelan klep pada alat ini. Penyetelan hanya dilakukan

bersama hanya dengan petugas BPNKK (Badan Pembina Normal

Keselamatan Kerja) setelah adanya pemeriksaan berkala atau revisi besar.

Gambar 2.16 Savety Valve Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

2. Gelas Penduga (Sight Glass)

Gelas penduga adalah alat untuk melihat tinggi air didalam drum

(12)

Agar tidak terjadi penyumbatan-penyumbatan pada kran-kran uap dan air

pada alat ini, maka perlu diadakan spui air secara priodik pada semua kran

minimal setiap 3 (tiga) jam. Gelas penduga ini dilengkapi dengan alat

pengontrol air otomatis, bel akan berbunyi dan lampu merah akan menyala

pada waktu kekurangan air. Pada waktu kekurangan air, bell akan

berbunyi dan lampu kuning akan hidup.

Gambar 2.17 Gelas Penduga Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

3. Keran Blow Down

Keran blow down (blow down valve) berfungsi untuk membuang kotoran

berupa lumpur atau endapan yang tidak terlarut (total dissolved solid) dari

dalam ketel.

Gambar 2.18 Blow Down Valve Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

4. Pengukur Tekanan (Manometer)

Manometer adalah alat pengukur tekanan uap di dalam ketel yang

(13)

untuk tekan uap basah. Untuk menguji kebenaran penunjuk alat ini, pada

setiap manometer di pasang kran cabang tiga yang digunakan untuk

memasang manometer panera (manometer tera).

Gambar 2.19 Manometer Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

5. Kran Uap Induk

Kran uap induk berfungsi sebagai alat untuk membuka dan

menutup aliran uap keluar ketel yang terpasang pada pipa induk. Alat ini

dibuat dari bahan tahan panas dan tekanan tinggi.

6. Kran Pemasukan Air

Kran pemasukan air terdiri 2 (dua) buah kran yaitu satu buah kran

ulir dan satu buah lagi kran arah (non return valve). Kedua alat ini terbuat

dari bahan yang tahan panas dan tekanan tinggi.

Gambar 2.20 Kran pemasukan air Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

7. Panel Utama (Main Panel)

Panel Utama (Main Panel) berfungsi sebagai pengontrol atau alat

(14)

Gambar 2.21 Panel Utama Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

2.5. Bahan Bakar

Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem

bahan bakar. Pada bagian ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah sistem

bahan bakar. Bahan bakar (fuel) adalah segala bahan yang dapat dibakar

(Ir.Syamsir A : 146). Bahan bakar dibakar untuk menghasilkan panas (kalor).

Bahan bakar hanya dapat terbakar bila sudah cukup panas. Proses

pembakaran merupakan proses kimia antara bahan bakar, udara dan panas.

Proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar ketel (boiler) bertujuan

untuk merubah air menjadi uap.

Pengetahuan mengenai sifat bahan bakar membantu dalam memilih

bahan bakar yang benar untuk keperluan yang benar dan untuk penggunaan

bahan bakar yang efisien. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk

mengkaji sifat dan kualitas bahan bakar. Jadi untuk melakukan pembakaran

diperlukan dua unsur, yaitu :

a. Bahan bakar

b. Oksigen

Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas)

yang tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan,

penyimpanan, handling, dan lain-lain.

1) Bahan bakar padat

Bahan bakar padat yang terdapat dibumi kita ini berasal dari zat-zat

organik. Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain : Zat arang

(15)

asam atau Oksigen (O) Abu dan Air yang kesemuanya itu terikat dalam satu

persenyawaan kimia.

2) Bahan bakar cair

Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari

dalam tanah dengan jalan mengebornya pada ladang-ladang minyak, dan

memompanya sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih

lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar.

3) Bahan bakar gas

Didalam tanah banyak terkandung : Gas Bumi (Petrol Gas) atau sering

disebut pula dengan gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan

minyak bumi, gas tambang, dan gas rawa CH4 (Methane). Seperti halnya

dengan minyak bumi, gas alam tersebut diperoleh dengan jalan pengeboran

dari dalam tanah, baik di daratan maupun pada lepas pantai terhadap

lokasi-lokasi yang diduga terdapat kandungan gas alam.

Bahan bakar yang digunakan untuk Multi Fuel Boiler ini adalah

limbah dari Proses Persiapan Kayu (Wood Preparation) yaitu kulit kayu.

Namun kulit kayu tersebut tidak mencukupi untuk proses produksi uap di

boiler, sehingga perusahaan membeli cangkang sawit dari Pabrik Kelapa

Sawit. Dan juga, karena dipengaruhi oleh nilai ekonomis, yaitu harga

cangkang sawit yang cukup mahal, maka perusahaan mencampur bahan bakar

tersebut dengan fiber sawit yang juga di beli dari Pabrik Kelapa Sawit.

Sehingga Multi Fuel Boiler ini menggunakan 3 macam bahan bakar, yaitu:

fiber, cangkang sawit dan kulit kayu.

(16)

Gambar 2.23 Cangkang yang telah dihaluskan Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

Gambar 2.24 Kulit kayu yang telah dihaluskan Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk

2.6. Siklus Rankine

Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari

suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus

udara ditinjau dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama

siklus pada saat evaporasi dan kondensasi, oleh karena itu fluida kerja untuk

siklus Rankine harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan

beberapa masalah irreversibilitas internal. Irreversibilitas internal dihasilkan

dari gesekan fluida, throttling, dan pencampuran, yang paling penting adalah

irreversibilitas dalam turbin dan pompa dan kerugian-kerugian tekanan dalam

penukar-penukar panas, pipa-pipa, bengkokan-bengkokan, dan katup-katup.

Temperatur air sedikit meningkat selama proses kompresi isentropik karena

ada penurunan kecil dari volume jenis air, air masuk boiler sebagai cairan

kompresi pada kondisi 2 dan meninggalkan boiler sebagai uap kering pada

(17)

panas dari pembakaran gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer

secara esensial ke air pada tekanan konstan. Uap superheater pada kondisi ke

3 masuk ke turbin yang mana uap diexpansikan secara isentropik dan

menghasilkan kerja oleh putaran poros yang dihubungkan pada generator

lisrik. Temperatur dan tekanan uap jatuh selama proses ini mencapai titik 4,

dimana uap masuk ke kondensor dan pada kondisi ini uap biasanya

merupakan campuran cairan-uap jenuh dengan kualitas tinggi.

Uap dikondensasikan pada tekanan konstan di dalam kondensor yang

merupakan alat penukar kalor mengeluarkan panas ke medium pendingin.

Gambar 2.25 Bagan alir siklus Rankine sederhana

Sumber : Cengel

Gambar 2.26 Diagram T-s siklus Rankine sederhana

(18)

Salah satu modifikasi dari siklus Rankine dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.27 Diagram alir siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi

Uap panas lanjut dari ketel memasuki turbin, setelah melalui beberapa

tingkatan sudu turbin, sebagian uap diekstraksikan ke deaerator, sedangkan

sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan didalam kondensor.

Selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke deaerator juga. Di dalam

deaerator, uap yang berasal dari turbin yang berupa uap basah bercampur

dengan air yang berasal dari kondensor. Kemudian dari deaerator dipompakan

kembali ke ketel, dari ketel ini air yang sudah menjadi uap kering dialirkan

kembali lewat turbin.

Tujuan uap diekstraksikan ke deaerator adalah untuk membuang

gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan pada ketel dapat

berlangsung efektif, mencegah korosi pada ketel, dan meningkatkan efisiensi

siklus. Untuk mempermudah penganalisaan siklus termodinamika ini,

proses-proses tersebut di atas disederhanakan dalam bentuk diagram berikut :

(19)

2.7. Metode Pengkajian Efisiensi Boiler

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada

skripsi ini adalah metode langsung. Secara umum skripsi ini akan membahas

analisa nilai kalor bahan bakar dan perhitungan efisiensi boiler.

Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat.

Sedangkan efisiensi pada boiler atau ketel uap yang didapatkan dari

perbandingan antara energi yang dipindahkan atau diserap oleh fluida kerja

didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar.

Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler :

1) Metode Langsung

Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan

energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler. Metodologi ini dikenal juga

sebagai, metode input-output’ karena kenyataan bahwa metode ini hanya

memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar)

untuk evaluasi efisiensi. (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1

(Ketel Uap) 1988:223).

Keuntungan metode langsung

a) Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler

b) Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan

c) Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan

(20)

Kerugian metode langsung

a) Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari

efisiensi sistem yang lebih rendah

b) Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai

tingkat efisiensi

2) Metode Tidak Langsung

Efisiensi merupakan perbedaan antar kehilangan dan energi masuk.

Metodologi Standar acuan untuk Uji Boiler di tempat dengan menggunakan

metode tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard

ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.

Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi

dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai

berikut:

Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)

Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang

diakibatkan oleh:

i. Gas cerobong yang kering

ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar

iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar

iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran

v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash

vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash

vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung

Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang

disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak

(21)

Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan

metode tidak langsung adalah:

a) Analisis ultimate bahan bakar (H₂, O₂, S, C, kadar air, kadar abu)

b) Persentase oksigen atau CO₂ dalam gas buang

c) Suhu gas buang dalam °C (Tf)

d) Suhu awal dalam °C (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering

e) LHV bahan bakar dalam kkal/kg

f) Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)

g) LHV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)

Keuntungan metode tidak langsung

Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran,

yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk meningkatkan

efisiensi boiler.

Kerugian metode tidak langsung a) Perlu waktu lama

b) Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis.

Untuk penyusunan skripsi ini penulis menganalisa dengan metode

langsung, dimana penulis mengambil data secara langsung dilapangan

meliputi :

Steam pressure superheater (bar)

Temperatur feed tank (°C)

• Temperatur daerator (°C) • Temperatur out let steam (°C) Steam flow (ton uap/jam)

2.8. Proses Pembentukan Uap

Sebagai fliuda kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H₂O) karena

bersifat ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta

mempuyai kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida

(22)

Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi

uap. Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air

akan meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah

secara perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air akan semakin meningkat pula,

hingga sampai pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu

melepaskan diri dari lingkungannya (100°C) pada tekanan 1[kg/cm²], maka air

secara berangsur-angsur akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang

disebut sebagai penguapan. Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat

digambarkan pada diagram T-S seperti gambar dibawah:

Gambar 2.29 Diagram T-S

Keterangan:

1-2 : Pipa-pipa evaporator pipa penguap

2-3 : Pipa-pipa superheater

1-3 : Proses pemanasan air dan uap pada ketel uap

2.9. Nilai Kalor (Heating Value)

Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar

pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar

tersebut. Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan

oksigen (O₂) akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat

berwujud gas, cair, maupun padat. Selain itu, bahan bakar merupakan

suatu senyawa yang tersusun atas beberapa unsur seperti karbon (C),

hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N). Kualitas bahan bakar

(23)

Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini sangat ditentukan

oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang

dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume

bahan bakar. Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di

dalam bahan bakar.

Dikenal dua jenis pembakaran, Culp. Archie W, “Prinsip-prinsip

Konversi Energi”, Penerjemah Darwin Sitompul Erlangga, 1996:46 yaitu:

1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi

Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah

High Heating Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas

pengembunan air dari proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai

panas dari proses pembakaran.

Dirumuskan dengan:

HHV = 33950C + 144200 (H2 - O2/8) + 9400S kj/kg

2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah

Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low

Heating Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan

uap air dari hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses

pembakaran.

Dirumuskan dengan:

LHV = HHV - 2400 (M + 9H2) kj/kg

2.10. Kebutuhan Udara Pembakaran

Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan

oksigen yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara

sempurna yang meliputi :

a. Kebutuhan udara teoritis (Ut) :

Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgBB

b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us) :

(24)

2.11. Gas Asap

Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari

sejumlah energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi

pembakaran disebut gas asap.

a. Berat gas asap teoritis (Gt)

Gt = Ut + (1-A) kg/kgBB

Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)

Gas asap yang terjadi terdiri dari:

 Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O₂ dari udara seperti CO₂, H₂ O, SO₂

 Unsur N₂ dari udara yang tidak ikut bereaksi

 Sisa kelebihan udara

Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:

1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO₂

1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO₂

1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H₂ O

Maka untuk menghitung berat gas asap pembakran perlu dihitung

dulu masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin,

Pesawat-pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196):

Berat CO₂ = 3,66 C kg/kg

Berat SO₂ = 2 S kg/kg

Berat H₂O = 9 H2 kg/kg

Berat N₂ = 77% Us kg/kg

Berat O₂ = 23% 20% Ut

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:

Berat gas asap (Gs) = W CO₂ + W SO₂ + W H₂ O + W N₂ + W O₂

Atau

b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)

Gs = Us + (1-A) kg/kgBB

Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan:

(25)

2.12. Volume Gas Asap

Jumlah oksigen adalah 21% jumlah udara pembakaran. Jadi:V(O₂) = 21%

(Va) act ; belum termaksud oksigen yang dikandung dalam bahan bakar.

Oksigen yang terdapat dalam bahan bakar tergantung persentasenya.

Dengan demikian maka volume gas asap basah adalah :

Dimana :

Vg = Volume gas asap (m3/kgBB)

C = Nilai carbon bahan bakar

S = Nilai Sulfur bahan bakar

H₂ = Nilai Hidrogen bahan bakar

2.13. Perhitungan Efisiensi Boiler

Daya guna (efisiensi) boiler adalah perbandingan antara konsumsi panas

dengan suplai panas (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1 (Ketel

Uap) 1988:223).

Keterangan: = kapasitas produksi uap ( kg uap/jam )

= konsumsi bahan bakar ( kg/jam )

= entalpi uap ( kJ/kg )

= entalpi air umpan/pengisi ketel ( kJ/kg )

Gambar

Gambar 2.1 Ketel uap pipa api
Gambar 2.2 Ketel uap pipa air
Gambar 2.3  Bagian-bagian boiler
Gambar 2.4  Ruang Bakar Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik komunikasi kelompok, yaitu norma (persetujuan atau perjanjian bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan yang lainnya; ada tiga

sulfur  dalam  biomassa  mikroba  dapat  mencapai  sekitar  8  g/kg  bahan  kering  mikroba  dan  sebagian  besar  terdapat  dalam protein (Bird, 

Di wilayah Sumatera Utara Area Medan untuk mempermudah kinerja PT.PLN (Persero) dalam hal pelayanan dan pendistribusian tenaga listrik kepada pelanggan/konsumen ada

66 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan …, hal.. kelas Ulya sudah cukup menguasai materi fiqih. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang metode

Motivasi siswa yang di upayakan oleh guru pendidikan jasmani pada MIN Sungai Limpah menunjukan 96% jawaban siswa menyatakan siswa merasa senang pembelajaran

Ini dapat terjadi karena mungkin berkurangnya pekerja atau tenaga kerja yang terserap akibat orang yang berpendidikan tinggi lebih memilih untuk berwirausaha

Dari data yang dianalisis menyimpulkan bahwa dalam lirik lagu “Heal the World” memiliki makna bahwa Indonesia masih mengalami kesenjangan sosial antara satu dengan yang

Hal ini juga selaras dengan hasil wawancara dengan bu Nur aini yang merupakan salah satu guru PAI di SMPN 1 Sumbergempol yang mengatakan bahwa pembelajaran PAI dan