• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD Tahun 2013"

Copied!
661
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

NOMOR 16 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)

KOTA SEMARANG TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang :

a.

bahwa dalam rangka penyusunan rencana pembangunan

Kota Semarang Tahun 2013 dan agar pelaksanaannya

dapat

terencana,

terarah,

terpadu

dan

berkesinambungan serta guna memberi pedoman dalam

penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (RAPBD) Tahun 2013, maka perlu ditetapkan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun

2013;

b.

bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas,

maka perlu dibentuk Peraturan Walikota Semarang

tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

Kota Semarang Tahun 2013.

Mengingat

:

1.

Undang-Undang

Nomor

16

Tahun

1950

tentang

Pembentukan

Daerah-daerah

Kota

Besar

dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

2.

Undang-Undang

Nomor

28

Tahun

1999

tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 3851);

3.

Undang-Undang

Nomor

17

Tahun

2003

tentang

(2)

Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );

5.

Undang-Undang

Nomor

15

Tahun

2004

tentang

Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4410);

6.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7.

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8.

Undang-Undang

Nomor

33

Tahun

2004

tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9.

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2011

tentang

Pembentukan

Peraturan

Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang

Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3079);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang

Pembentukan

Kecamatan

di

Wilayah

(3)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4817);

13.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2010

2014;

14.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang

Pedoman

Pengelolaan

Keuangan

Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah;

15.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

Pengendalian,

dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan Daerah;

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial

yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah;

17.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012

tentang

Pedoman

Penyusunan,

Pengendalian

dan

Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun

2013;

18.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005

2025 ( Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri

E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 9);

19.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 (

Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 21 );

20.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007

tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan

Daerah

Kota

Semarang

(Lembaran

Daerah

Kota

(4)

Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan

Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);

22.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011

tentang

Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010

2015

(Lembaran

Daerah

Kota

Semarang

Tahun

2011Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 59);

23.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Semarang Tahun 2011

2021(Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 61);

24.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2012

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

Semarang Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2012 Nomor 1);

25.

Peraturan Walikota Semarang Nomor 1 Tahun 2012

tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2012 (Berita

Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 1);

M E M U T U S K A N :

Menetapkan :

PERATURAN

WALIKOTA

TENTANG

RENCANA

KERJA

PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2013.

Pasal 1

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013

merupakan dokumen Perencanaan Tahunan yang berisi penjabaran visi, misi

dan kebijakan Walikota Semarang yang penyusunannya berpedoman pada

Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Daerah

(RPJPD),

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dokumen Perencanaan

Pembangunan

Provinsi

Jawa

Tengah

dan

memperhatikan

Rencana

(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013

disusun dengan Sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB VI PENUTUP

Pasal 3

Isi beserta uraian Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang

Tahun 2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini

dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 4

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang

pada tanggal 24 Mei 2012

WALIKOTA SEMARANG

ttd

H. SOEMARMO HS

Diundangkan di Semarang

pada tanggal 24 Mei 2012

Plh. SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG

ttd

H. HADI PURWONO

ASISTEN ADMINISTRASI INFORMASI DAN KERJASAMA

(6)

TANGGAL

: 24 Mei 2012

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)

KOTA SEMARANG TAHUN 2013

(7)

Daftar Isi

i

Daftar Tabel

ii

Daftar Gambar

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

I.1

1.2.

Dasar Hukum Penyusunan

I.2

1.3.

Hubungan Antar Dokumen

I.3

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD

I.4

1.5.

Maksud dan Tujuan

I.5

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

II.1

2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

II.1

2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi

II.1

2.1.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

II.10

2.1.3.

Aspek Pelayanan Umum

II.13

2.1.4.

Aspek Daya Saing Daerah

II.21

2.2.

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Berjalan dan

Realisasi RPJMD

II.24

2.3.

Permasalahan Pembangunan Daerah

II.98

2.3.1.

Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan

Sasaran Pembangunan Daerah

II.98

2.3.2.

Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Daerah

II.105

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

DAERAH

III.1

3.1.

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

III.2

3.1.1.

Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012

III.5

3.1.2.

Tantangan dan Prospek Perkonomian Daerah Tahun 2012 dan

Tahun 2013

III.6

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

III.8

3.2.1.

Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

III.8

3.2.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

III.15

BAB IV

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

IV.1

4.1.

Tujuan dan Sasaran Pembangunan

IV.1

4.2.

Prioritas Pembangunan

IV.11

4.2.1. Isu Strategis dari Permaslahan Pembangunan th 2013 yang

dimunculkan

IV.11

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

V.1

5.1.

Program/Kegiatan Prioritas Daerah

V.1

5.2.

Rencana Kerja Tahun 2013

V.14

(8)

Tabel 2.1.

Kepadatan Penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan Tahun 2011

II.9

Tabel 3.1.

Kebutuhan Investasi Secara Natural Di Kota Semarang Untuk Tahun

2011-2012 (dalam juta Rp.)

III.3

Tabel 3.2.

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun Kota Semarang Tahun

2005-2010

III.4

Tabel 3.3.

Kebutuhan Investasi Kota Semarang Berdasarkan ICOR dan Laju

Pertumbuhan Ekonomi 6,25% Dirinci Menurut Sektor Lapangan Usaha

(dalam Juta Rupiah)

III.5

Tabel 3.4.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kota Semarang Tahun 2009 s.d

tahun 2013

III.9

Tabel 3.5.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Asli Daerah Tahun 2011 s/d 2013 III.11

Tabel 3.6.

Realisasi dan Proyeksi/Target Dana Perimbangan Tahun 2011 s/d 2013

III.12

Tabel 3.7.

Realisasi dan Proyeksi/Target Lain-lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2011

s/d 2013

III.13

Tabel 3.8.

Penerimaan Pendapatan Tahun 2012 dan Proyeksi Penerimaan Pendapatan

Tahun 2013

III.14

Tabel 3.9.

Realisasi/Target/Proyeksi Belanja dan Proporsi Belanja Tahun 2010 s/d

2013

III.18

Tabel 3.10.

Rencana Belanja Langsung Tahun 2013

III.20

Tabel 3.11.

Proyeksi Kapasitas Riil Pembiayaan Tahun 2013

III.21

Tabel 4.1.

Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan serta kesesuaian

dengan Sapta Program

IV.5

Tabel 4.2.

Keselarasan Program Prioritas RPJMD dan RKPD

IV.16

Tabel 5.1.

Rekapitulasi Pagu/Indikatif Rencana Program/Kegiatan Tahun 2013

Berdasarkan Urusan Kewenangan Pemerintahan serta SKPD Kewenangan

V.3

Tabel 5.2.

Rencana Program Kegiatan Pembangunan Tahun 2013 per Urusan dan

SKPD Kewenangan

V.5

Tabel 5.3.

Usulan Kegiatan Kota Semarang Tahun 2013 ke Pemerintah Pusat (APBN)

V.443

Tabel 5.4.

Usulan Kegiatan Pendanaan Pembangunan Daerah (UKPPD) Kota Semarang

Tahun 2013

V.444

(9)

Gambar 3.1.

Trend Pertumbuhan Pendapatan Kota Semarang Tahun 2010-2013

III.10

Gambar 3.2.

Trend Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang Tahun

2010-2013

III.12

Gambar 3.3.

Trend Pertumbuhan Dana Perimbangan Kota Semarang Tahun 2010-2013

III.13

Gambar 3.4.

Trend Pertumbuhan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2010-2013

III.14

(10)

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

tahunan daerah. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan

dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN), yang mengamanatkan bahwa penyusunan RKPD mengacu kepada RPJMD.

Proses penyusunan RKPD Kota Semarang berdasarkan pada proses penjaringan aspirasi yang

diformulasikan melalui mekanisme forum Musrenbang yang dimulai dari rembug warga, musrenbang

Kelurahan, musrenbang Kecamatan serta memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan

Kota Semarang pada tahun sebelumnya. Selanjutnya penyusunan dokumen RKPD disinergikan dengan

prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat. Hal ini sesuai dengan

amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 2 bahwa Kabupaten/Kota merupakan bagian

dari Provinsi serta mempunyai wewenang, keuangan, pelayanan umum pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa RKPD

merupakan pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD) dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara sehingga Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan operasional tahunan menjadi pedoman

dalam penyusunan KUA dan PPAS serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai dokumen resmi daerah, RKPD Tahun 2013 mempunyai kedudukan yang strategis untuk

menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah (RPJMD) dengan perencanaan dan

penganggaran tahunan (KUA dan PPAS serta RAPBD Tahun 2013). RKPD 2013 berfungsi sebagai

penjabaran RPJMD Tahun 2010-2015, khususnya merupakan pelaksanaan tahun ketiga dalam

rencana operasional yang memuat Arah Kebijakan Ekonomi Daerah dan Keuangan Daerah, Prioritas

dan Sasaran Pembangunan Daerah,serta Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah.

Sejalan dengan proses penyusunan perencanaan pada tingkat Nasional dan Provinsi maka pada

tingkat Kota Semarang juga dilakukan langkah yang sama sampai dengan penentuan prioritas

pembangunan daerah. Prioritas pembangunan daerah tahunan disusun berdasarkan kriteria sebagai

berikut:

1.

Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan sesuai tema

pembangunan;

2.

Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat;

3.

Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan;

4.

Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya;

5.

Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam kerangka perencanaan pembangunan daerah, RKPD mempunyai fungsi pokok sebagai

berikut:

1.

Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik;

2.

Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat arah kebijakan pembangunan

daerah satu tahun; dan

(11)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

terjadi perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang merupakan

angin segar bagi Pemerintah Daerah di Indonesia termasuk bagi Pemerintah Kota Semarang.

Perubahan tersebut membawa peluang bagi Kota Semarang untuk lebih mengoptimalkan kondisi atau

potensi yang ada.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penyusunan perencanaan pembangunan

tahunan yang selanjutnya disebut RKPD menjadi dokumen yang sangat penting dalam rangka

mengimplementasikan program dan kegiatan pembangunan tahunan. Melalui RKPD Kota Semarang

Tahun 2013 akan dirumuskan program dan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif

dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan

mengembangkan potensi yang ada serta membuat kesinambungan pembangunan.

Pada dasarnya RKPD Kota Semarang Tahun 2013 sebagai rujukan program dan kegiatan,

melalui sebuah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan program dan kegiatan untuk

mencapai suatu tujuan yang dikehendaki pada Tahun 2013, berdasarkan pada RPJMD Kota Semarang

Tahun 2010-2015.

1.2.

DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dasar hukum penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4287);

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4421);

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan

Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4578);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan penerapan

Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82) ;

(12)

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

12.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

15.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013;

16.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tengan Tata Cara Penyusunan Dokumen

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun

2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);

17.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang

Nomor 23);

18.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005

2025 (Lembaran Daerah Kota Semarang

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);

19.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Kota Semarang

Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 59).

20.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Semarang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor

14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61).

1.3.

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Dalam penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 berpedoman pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 yang merupakan pedoman

pelaksanaan pembangunan lima tahunan. RKPD Kota Semarang Tahun 2013 ini merujuk pada

perencanaan tahun ketiga dalam RPJMD Kota Semarang yang memperhatikan hasil penjaringan

aspirasi masyarakat melalui Musrenbang dan evaluasi pembangunan tahun sebelumnya, serta

memperhatikan pula kebijakan Walikota dan pokok-pokok pikiran DPRD.

(13)

Semarang Tahun 2013. Penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 memperhatikan beberapa

unsur pokok sebagai berikut: 1) Tujuan yang dikehendaki; 2) Sasaran-sasaran dan prioritas untuk

mewujudkannya; 3) Masalah-masalah yang dihadapi dan sumberdaya yang akan digunakan serta

pengalokasiannya; 4) Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya; dan 5) SKPD pelaksananya.

Mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, yang telah direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, maka pada rencana kerja dan

pendanaan dalam RKPD Kota Semarang Tahun 2013 disusun berdasarkan urusanyang menjadi

kewenangan daerah beserta program dan kegiatan yang menyertainya. Berdasarkan pada hal tersebut,

untuk mempertajam program dan kegiatan yang akan direncanakan pada tahun 2013 perlu diketahui

Visi dan Misi Daerah, Gambaran Kondisi Umum Daerah, serta Isu dan Masalah Kota Semarang tahun

2013.

1.4.

SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD

Sistematika Penyusunan Dokumen RKPD Kota Semarang 2013 adalah sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1.2.

Dasar Hukum Penyusunan

1.3.

Hubungan Antar Dokumen

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD

1.5.

Maksud dan Tujuan

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi

2.1.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.3.

Aspek Pelayanan Umum

2.1.4.

Aspek Daya Saing Daerah

2.2.

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Berjalan

dan Realisasi RPJMD

2.3.

Permasalahan Pembangunan Daerah

2.3.1.

Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas

dan Sasaran Pembangunan Daerah

2.3.2.

Identifikasi

Permasalahan

Penyelenggaraan

Urusan

Pemerintahan Daerah

BAB III

RANCANGAN

KERANGKA

EKONOMI

DAERAH

DAN

KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1.

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

3.1.1.

Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun

2012

3.1.2.

Tantangan dan Prospek Perkonomian Daerah Tahun 2012 dan

Tahun 2013

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

3.2.1.

Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

3.2.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

(14)

3.2.2.3.

Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

BAB IV

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

4.1.

Tujuan dan Sasaran Pembangunan

4.2.

Prioritas Pembangunan

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

5.1.

Program/Kegiatan Prioritas Daerah

5.2.

Rencana Kerja Tahun 2013

BAB VI

PENUTUP

1.5.

MAKSUD DAN TUJUAN

RKPD Kota Semarang Tahun 2013 disusun dengan maksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan

daerah terhadap suatu rencana pembangunan tahunan daerah untuk tahun 2013, yang memberikan

arah dan pedoman kepada seluruh pemangku kepentingan (

stakeholders

) pembangunan Kota

Semarang dalam pelaksanaan pembangunan daerah tahun 2013. RKPD tahun 2013 merupakan

penjabaran RPJMD tahun 2010-2015, RKPD 2013 memuat kebijakan dan strategi untuk mendukung

terwujudnya Visi Kota Semarang Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju

Masyarakat Sejahtera. Tema RKPD 2013 adalah Percepatan Pencapaian Sapta Program.

Sesuai dengan peraturan perundangan, maksud dan tujuan Penyusunan RKPD adalah untuk

memberikan kerangka sistematis sebagai pedoman terhadap arah penyelenggaraan Pemerintahan,

pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk

kebijakan APBD tahun 2013. Penyusunan ini juga bertujuan untuk merangsang partisipasi publik

dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi proses pembangunan. Secara lebih sistematis,

tujuan penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1.

Diperolehnya suatu rencana pembangunan tahunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan

perkembangan yang terjadi di daerah, dengan melihat sumber daya yang ada.

2.

Diperolehnya program-program prioritas yang menjadi upaya konkrit untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat Kota Semarang tahun 2013.

3.

Tersedianya acuan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kota Semarang Tahun 2013

(15)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1.

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi serta

indikator capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kota Semarang. Adapun indikator

capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang penting dianalisis meliputi 3 (tiga) aspek utama

yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi

Analisis pada aspek geografi di Kota Semarang perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran

mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah

terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan

penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu

tertentu di Kota Semarang.

2.1.1.1.

Aspek Geografis

Gambaran umum pada aspek geografis akan menjelaskan tentang luas dan batas wilayah

administrasi, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan penggunaan

lahan di Kota Semarang.

a.

Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kota Semarang seluas 373,70 km2 dan merupakan 1,15% dari total luas daratan

Provinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur

dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi

oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Secara administrasi Kota

Semarang terbagi atas 16 Kecamatan, secara rinci luas masing-masing kecamatan adalah Kecamatan

Semarang Tengah seluas 6,14 km

2

, Semarang Utara seluas 10,97 km

2

, Semarang Timur seluas 7,70

km

2

, Semarang Selatan seluas 5,93 km

2

, Semarang Barat seluas 21,74 km

2

, Gayamsari seluas 6,18

km

2

, Pedurungan seluas 20,72 km

2

, Genuk seluas 27,39 km

2

, Gajahmungkur seluas 9,07 km

2

,

Candisari seluas 6,54 km

2

, Banyumanik seluas 25,69 km

2

, Tembalang seluas 44,20 km

2

, Gunungpati

seluas 54,11 km

2

, Ngaliyan seluas 37,99 km

2

, Mijen seluas 57,55 km

2

, dan Tugu seluas 31,78 km

2

.

b.

Letak dan Kondisi Geografis

Kota Semarang merupakan kota strategis yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak

antara garis 6

0

50’ –

7

0

10’ Lintang Selatan dan

garis 109

0

35’ –

110

0

50’ Bujur Timur. Kota Semarang

memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan

koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai

Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal

dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat

menuju Kabupaten Kendal.

(16)

Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah

pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan

tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 %

merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi

menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari,

Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang,

Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan,

Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar

Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah

Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan

lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian

wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang

sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.

Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan,

bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat

kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau

transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur

geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian

antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas

daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota

bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili

oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan

Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai

dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan

merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%.

Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang

mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan

demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara

0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75

348,00 mdpl.

d.

Geologi

Kondisi Geologi Kota Semarang berdasarkan susunan stratigrafinya adalah terdiri dari Aluvium

(Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong

(Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk).

Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies

pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan

lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan

sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.

(17)

struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi

kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiasi alluvial kelabu, Alluvial

Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih

sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang

lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota

Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan alluvial coklat kelabu dengan luas

keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah

alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua.

e.

Hidrologi

Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di

Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon,

Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung

Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu

Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama

pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur

yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang

mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh

karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka

langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum

warga Kota Semarang.

Air Tanah Bebas

ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (

aquifer

) dan

tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim

dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak

memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata

3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada

musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.

Air Tanah Tertekan

adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada

diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga

memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di

sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan

aquifer

di dapat dari endapan alluvial dan delta

sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di ujung Timur

laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah sungai

Garang dengan dataran pantai. Kelompok

aquifer

delta Garang ini disebut pula kelompok

aquifer

utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. Untuk daerah Semarang

yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan

konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah

perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan, karena adanya formasi damar yang

permeable

dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.

f.

Klimatologi

(18)

total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia,

khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata

yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C

pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban

relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83%

pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang

berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar

matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari,

bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.

g.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non sawah dan

lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis (198 Km

2

), setengah teknis (530 Km

2

),

irigasi sederhana/irigasi desa/non PU (45 Km

2

), tadah hujan (2,031 Km

2

), dan yang tidak diusahakan

(267 Km

2

). Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan pekarangan (38%), ladang

(21%), tegalan (14%), lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput

(2%), tidak diusahakan (1%). Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan (42%),

padang gembala (5%), tambak/rawa, tegalan dan kebun (27%), tambak/kolam, lainnya/tanah kering

(26%).

Penggunaan lahan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, rencana pola pemanfaatan ruang meliputi:

Kawasan lindung yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan; dan Kawasan Budidaya

yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan

potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

2.1.1.2.

Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi

untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwasata, industri,

pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.

a.

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan Perdagangan dan Jasa, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya

untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan. Pembangunan fasilitas perdagangan dan

jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang sebagai sentra perdagangan dan jasa dalam

skala regional dan nasional.

Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada setiap Bagian wilayah Kota (BWK)

terutama di pusat-pusat BWK sehingga dapat mengurangi kepadatan dan beban pelayanan di pusat

kota. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:

1.

Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional, nasional

maupun internasional, berada di kawasan Peterongan, Tawang dan Siliwangi;

(19)

kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung

ruang serta lingkup pelayanannya;

4.

Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi dimanapun

sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal sekunder.

5.

Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan

harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk

pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya;

6.

Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana

pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area

untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40% (empat puluh persen)

dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

7.

Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan,

jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan pencapaian dan

kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.

b.

Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa

Potensi pergeseran peruntukan non komersial ke arah komersial ini harus diantisipasi dalam

kebijakan penataan ruang wilayah Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan

perkembangan yang ada agar konflik antar kegiatan kawasan, antar pelaku kegiatan, dan antar jenis

kegiatan ekonomi tidak terjadi.

Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman, perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:

1.

Pengembangan Fungsi Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa dilakukan di

kawasan pusat kota (

Central Bussiness Distric/CBD

) Peterongan

Tawang

Siliwangi;

2.

Pengembangan jenis kegatan ini di kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi bertujuan untuk

mendukung terwujudnya kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi sebagai kawasan

perdagangan dan jasa skala pelayanan regional/ nasional/ internasional;

3.

Pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa di kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi tetap mempertahankan Kampung

Heritage

sebagai kawasan permukiman dan

pariwisata;

4.

Pengembangan kegiatan permukiman di kawasan ini dilakukan secara vertikal dengan pola

rumah susun/ apartemen/ kondominium.

c.

Rencana Kawasan Pendidikan

Dalam hal pendidikan, Kota Semarang diharapkan dapat berperan sebagai pusat pendidikan

khususnya pendidikan tinggi di wilayah Jawa Tengah. Mempertimbangkan hal tersebut, maka rencana

pengembangan kawasan pendidikan tinggi di Kota Semarang dilakukan sebagai berikut :

1.

Mengarahkan pengembangan pendidikan tinggi/akademi dengan skala regional nasional yang

berada di kawasan Tembalang, Pedurungan, Sekaran, dan Mijen. Pengembangan fasilitas

pendidikan tinggi skala pelayanan regional/ nasional perlu didukung dengan penyediaan

infrastruktur dan fasilitas pendukung yang memadai.

2.

Kawasan Pendidikan Bendan perlu ada pembatasan pengembangan karena kondisi fisiknya yang

rawan bencana alam dan kegiatan pendidikannya yang kurang berkembang. Kawasan ini akan

dialihkan sebagai kawasan jasa pelayanan untuk penginapan, rapat, pertemuan, seminar, dan

sebagainya.

3.

Pembangunan fasilitas pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di pusat kota diarahkan

pada lokasi atau kawasan atau ruas jalan yang memadai serta tidak menimbulkan gangguan

pada lingkungan.

(20)

ini akan dikembangkan disetiap BWK sebagai bagian dari fasilitas lingkungan dan bagian

wilayah kota.

d.

Rencana Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran

Kawasan Pemerintahan, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk

penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, regional Provinsi, maupun

Pemerintah kota. Rencana kawasan pemerintahan dan perkantoran dalam RTRW Kota Semarang ini

adalah :

1.

Kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi

Kawasan perkantoran utama Pemerintah Provinsi direncanakan berada di Jalan Pahlawan dan

Jalan Madukoro. Lokasi pengembangan kantor Pemerintah Provinsi dapat dilakukan dilokasi lain

dengan tetap mempertimbangkan kemudahan jangkauan pelayanan bagi pengguna dan

masyarakat Provinsi Jawa Tengah.

2.

Kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang

Kawasan Pemerintah Kota Semarang direncanakan di Jalan Pemuda dan Jalan Soekarno-Hatta

(di dekat kawasan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah). Kawasan perkantoran yang ada di Jalan

Pemuda direncanakan untuk Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang, kawasan ini sekaligus

berfungsi sebagai balaikota. Sedangkan kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang yang

ada di Jalan Soekarno-Hatta diperuntukkan untuk pelayanan pemerintahan.

3.

Kawasan Perkantoran Swasta

Kawasan perkantoran menengah dan besar diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa,

sedangkan kawasan perkantoran kecil lokasinya dapat di kawasan permukiman dengan

memperhatikan akses pelayanan.

e.

Rencana Kawasan Industri

Kawasan Industri, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk

kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan. Dalam RTRW Kota Semarang 2010-2030

pengembangan kawasan industri lebih dibatasi, hal ini sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan

lebih mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai penopang utama

perekonomian kota. Kawasan industri direncanakan di BWK III (Kawasan industri dan pergudangan

Tanjung Emas), BWK IV (Genuk), BWK X (Kawasan Industri Tugu dan Mijen). Kegiatan industri

diprioritaskan untuk pengembangan industri modern dengan kadar polusi rendah.

Rencana sebaran industri Kota Semarang adalah sebagai berikut:

1.

Kawasan Industri Genuk

2.

Kawasan Industri Tugu

3.

Kawasan Industri Candi

4.

Kawasan industri dan Pergudangan Tanjung Emas

5.

Kawasan Industri Mijen

6.

Kawasan Industri Pedurungan

f.

Rencana Kawasan Olah Raga

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan olahraga, maka selain lapangan

olahraga yang resmi dan dikelola oleh Pemerintah, diperlukan areal terbuka, yang dapat difungsikan

sebagai lapangan olah raga yang ada di lingkungan masyarakat. Lapangan olah raga yang ada di Kota

Semarang antara lain stadion olahraga GOR Jatidiri di Kecamatan Gajahmungkur yang berskala

regional/nasional, stadion yang berskala kota Stadion Citarum dan Stadion Diponegoro.

g.

Rencana Kawasan Wisata / Rekreasi

(21)

kawasan pantai di Kecamatan Tugu) dimana pembangunannya harus tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan dan ekosistem di wilayah pantai/pesisir;

2.

Wisata satwa berada pada di BWK X, yaitu di Kawasan Kebun Binatang yang ditekankan pada

upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya;

3.

Wisata pertanian (agrowisata) berada pada BWK VI (Kecamatan tembalang), BWK VIII (Kecamatan

Gunungpati), dan BWK IX (Kecamatan Mijen) juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan

pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian.

4.

Lokasi yang ditetapkan dan rencana pengembangan kawasan wisata Religi dan Religi:

BWK III : Kawasan Gereja Blenduk dan Kuil Sam Po Kong

BWK V : Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah

BWK VII : Kawasan Vihara Watugong

5.

Wisata alam dan cagar budaya

BWK I : Kampung Pecinan dan Kampung Melayu

BWK III : Museum Ronggowarsito, kawasan Maerokoco, kawasan Kota Lama Semarang

BWK VII : Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo

BWK VIII : Gua Kreo, Waduk Jatibarang, Lembah Sungai Garang.

BWK X : Taman lele

6.

Wisata belanja dikembangkan di Kawasan Johar, Simpang Lima dan koridor Jalan Pandanaran.

7.

Wisata Mainan Anak berada di Wonderia (BWK II) , WaterPark (BWK IX dan BWK III)

Pengembangan kawasan wisata ini direncanakan untuk dapat mendukung fungsi kotaSemarang

sebagai Kawasan Perkotaan dengan skala regional/ nasional/ internasional.

h.

Rencana Kawasan Perumahan dan Permukiman

Kawasan Perumahan dan permukiman, adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk

perumahan dan permukiman, serta berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kawasan ini terdiri dari kawasan perumahan

yang dibangun oleh penduduk sendiri dibangun oleh perusahaan pembangunan perumahan dan

dibangun oleh pemerintah.

i.

Rencana Kawasan Pemakaman Umum

Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan

kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di KotaSemarang. Kawasan

Tempat Pemakaman Umum dapat menjadi bagian dari Ruang Terbuka Hijau yang pelaksanaan

pembangunannya dilakukan sebagai berikut :

1.

Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dengan pengembangan makam-makam

yang telah ada maupun pembangunan makam baru, dan didukung dengan penyediaan

prasarana dan sarana permakaman;

2.

Pembangunan Tempat Pemakaman Umum skala kota berada di Bergota yang termasuk di BWK I

dan Pemakaman di Kecamatan Gayamsari yang termasuk di BWK V;

3.

Pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan

pembangunan makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan

pengembangan lahan makam yang telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan lingkup

pelayanannya;

4.

Untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan pembangunan

perumahan yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan menyediakan lahan

pemakaman umum seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan;

(22)

Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat khusus

karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam Kebijakan

penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus adalah kawasan

militer dan kawasan pelabuhan.

Kawasan militer berada di BWK III (Kawasan Bandara Militer A Yani) dan BWK VII (Kawasan

Kodam). Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung

Emas. Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan

dengan lingkungan sekitarnya.

k.

Rencana Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang

tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa lahan yang diperkeras atau yang

berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau

berpori.

2.1.1.3.

Wilayah Rawan Bencana

Kota Semarang dengan karakteristik wilayah tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana

alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor. Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam

bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun

karena dampak pembangunan.

Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya berupa

dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi:

a.

Kawasan Pesisir/ Pantai

Merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan tersebut merupakan dataran

rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan ketinggian muka air

laut pasang rata-rata (

Mean Sea Level, MSL

), dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai. Di

samping itu, kawasan pesisir/pantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang

tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.

b.

Kawasan Dataran Banjir (Flood Plain Area)

Adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya

sangat landai dan relatif datar. Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat,

yang mengakibatkan potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun

karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur,

dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan

kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya.

Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup besar,

seperti Kali Garang/ Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki

potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat

terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan

cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.

c.

Kawasan Sempadan Sungai

Merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya

untuk hunian dan kegiatan tertentu.

d.

Kawasan Cekungan

(23)

sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir kiriman; banjir lokal; dan banjir

pasang (rob).

Banjir pasang (rob) terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian

permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai.

Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses

pemampatan lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan muda) ditambah pembebanan tinggi oleh

bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat

adanya luasan genangan rob yang semakin besar.

Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota Semarang pada

beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga

perlu mendapatkan perhatian.

Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau

menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah

dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan

terdapat di Semarang atas. Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional

2010-2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran

hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.

2.1.1.4.

Demografi

Jumlah penduduk berdasarkan data statistik Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar

1.544.358 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,11 % dibanding tahun 2010 yang sebesar

1.527.433 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari jumlah penduduk pada masing-masing wilayah

kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Kepadatan penduduk yang paling

tinggi berada pada wilayah perkotaan antara lain meliputi kecamatan Semarang Selatan sebesar

14.024 jiwa /km

2

, Candisari sebesar 12.225 jiwa/km

2

, Gayamsari sebesar 11.826 jiwa/km

2

, Semarang

Tengah sebesar 11.812 jiwa/km

2

, Semarang Utara sebesar 11.615 jiwa/km

2

, Semarang Timur sebesar

10.340 jiwa/km

2

dan secara rinci jumlah kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah

kecamatan sebagaimana tabel 2.1. di bawah ini, terlihat bahwa kepadatan paling rendah berada di

wilayah kecamatan yang berada di wilayah pinggiran yang merupakan wilayah pertanian, tegalan dan

tambakan yakni Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwa/km

2

, Kecamatan Mijen sebesar 954 jiwa/km

2

, dan

Gunungpati sebesar 1.358 jiwa/km

2

.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Kota Semarang

diperinci per KecamatanTahun 2011

No.

Kecamatan

Luas

(Km

2

)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

(Jiwa/Km

2

)

Juml.

Pend.

Lahir

Juml.

Pend.

Mati

Juml.

Pend.

Datang

Juml.

Pend.

Pindah

1

Mijen

57,55

54.875

954

872

346

2.262

876

2

Gunung Pati

54,11

73.459

1.358

1.003

418

1.794

946

3

Banyumanik

25,69

127.287

4.955

1.969

684

3.724

3.624

4

Gajahmungkur

9,07

63.182

6.966

973

411

1.432

1.576

5

Semarang

Selatan

5,93

83.133

14.024

1.220

734

1.658

2.366

6

Candisari

6,54

79.950

12.225

1.277

591

1.583

2.425

7

Tembalang

44,2

138.362

3.130

2.243

818

6.538

3.035

8

Pedurungan

20,72

174.133

8.404

2.706

918

5.709

4.891

9

Genuk

27,39

88.967

3.248

1.657

427

3.215

`

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kota Semarang
Tabel 3.1
Tabel 3.2.
Tabel 3.3. Kebutuhan Investasi Kota Semarang Berdasarkan ICOR dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa jaringan Wi-Fi yang tersedia pada kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tidore Kepulauan telah

Pada penelitian yang saya lakukan ternyata tidak ada hubungannya antara yang tidak memiliki pekerjaan akan terjadi kejadian kecemasan, penelitian yang saya lakukan

Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Domestik terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Studi pada Saham Syariah yang

Dengan demikian beranggapan bahwa batik itu adalah sebuah teknik (bukan sekedar motif), yaitu cara membuat lukisan dengan menggoreskan lilin atau malam panas sebagai

Makna deontik (izin dan perintah) ini berupa pemberian kewenangan dan perintah kepada lawan bicara (orang II), atau seseorang (orang III) atau oleh aturan-aturan tertentu

Tran saksi si Fungsi Akuntan si tract , Com mercial Invoice , Bukti Transfer Pemba yaran Jurnal Penjua lan, Jurnal Peneri maan Kas, Buku Besar

Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran

Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015) yang menjelaskan bahwa saham perusahaan yang telah dimiliki oleh pemegang saham