• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL COUNTENANCE STAKE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL COUNTENANCE STAKE."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL

COUNTENANCE STAKE

SKRIPSI

Oleh:

Nur Aini

NIM: D04211013

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

ix

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL COUNTENANCE STAKE

Oleh: NUR AINI

ABSTRAK

Perubahan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran yang diukur dari prestasi belajar menurut taksonomi Bloom yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi matematika merupakan salah satu perbincangan internasional dalam bidang pendidikan, sebagaimana TIMSS dan PISA yang memiliki kriteria prestasi kemampuan kognitif setingkat level Bloom. Penelitian ini peneliti ingin mengungkap kemampuan kognitif siswa dalam evaluasi pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 menggunakan model countenance stake.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kuantitatif, subjek penelitian adalah 32 siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Driyorejo. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes, lembar penilaian dokumentasi dan angket evaluasi pembelajaran. Data dianalisis dengan menggunakan persentase, yang disajikan dalam bentuk tabel, sehingga diperoleh kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh data sebagai berikut: 1) kemampuan kognitif siswa pada level C1 rata-rata sangat tinggi dengan persentase 95,8%, kemampuan kognitif siswa pada level C2 rata-rata sangat tinggi dengan persentase sebesar 86,9%, kemampuan kognitif siswa pada level C3 rata-rata rendah dengan persentase sebesar 40,0%, kemampuan kognitif siswa pada level C4 rata-rata sangat rendah dengan persentase sebesar 9,4%, kemampuan kognitif siswa pada level C5 rata-rata sangat rendah dengan persentase sebesar 12,50%, dan terakhir kemampuan kognitif siswa pada level C6 rata-rata juga sangat rendah dengan persentase sebesar 20,30%. 2) Evaluasi pembelajaran matematika (kurikulum 2013) munggunakan model Countenance Stake cukup baik dilaksanakan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Driyorejo dengan persentase sebesar 74,2% yakni: Antecedent (74, 4%), Transaction (76,2%), Outcome (72,1%).

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Pernyataan Keaslian Tulisan ... v

Motto dan Halaman Persembahan... vi

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

G. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif ... 8

B. Ranah Kemampuan Kognitif ... 9

C. Materi ... 13

D. Evaluasi Model Countenance Stake ... 17

E. Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Instrumen Penenlitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Ananlisis Data ... 31

(4)

xiii

2. Hasil Analisis Data Evaluasi Model Countenance Stake 46 B. Pembahasan

1. Kemampuan Kognitif Siswa dalam Pembelajaran

Matematika (Kurikulum 2013)... 50

2. Evaluasi Pembelajaran Matematika (Kurikulum 2013) Menggunakan Model Countenance Stake ... 53

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Lembar Dokumentasi .. 28

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket ... 29

Tabel 3.3 Interval Kategori Kemampuan Kognitif ... 27

Tabel 3.4 Interval Kategori Evaluasi... 36

Tabel 4.1 Persentase Rata-rata Kemampuan C1 Siswa ... 38

Tabel 4.2 Persentase Rata-rata Kemampuan C2 Siswa ... 39

Tabel 4.3 Persentase Rata-rata Kemampuan C3 Siswa ... 41

Tabel 4.4 Persentase Rata-rata Kemampuan C4 Siswa ... 42

Tabel 4.5 Persentase Rata-rata Kemampuan C5 Siswa ... 44

Tabel 4.6 Persentase Rata-rata Kemampuan C6 Siswa ... 45

Tabel 4.7 Perencanaan Pembelajaran (Antecedent)... 47

Tabel 4.8 Pelaksanaan Pembelajaran (Transaction) ... 48

Tabel 4.9 Penilaian/ hasil Pembelajaran (Outcomes) ... 49

Tabel 4.10 Persentase Rata-rata Hasil Evaluasi ... 49

(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif

Lampiran 2 Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif

Lampiran 3 Lembar Tes Kemampuan Kognitif

Lampiran 4 Kunci Jawaban Kemampuan Kognitif

Lampiran 5 Hasil Data Kemampuan Kognitif

Lampiran 6 Lembar Penilaian Dokumentasi

Lampiran 7 Hasil Data Penilaian Dokumentasi

Lampiran 8 Lembar Angket

Lampiran 9 Uji Validitas Angket

Lampiran 10 Hasil Data Angket

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian

Lampiran 12 Surata Balasan Penelitian

Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 14 Lembar Konsultasi

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, untuk dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.1 Meskipun demikian, perubahan dan perkembanganya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Karena kurikulum merupakan sesuatu yang penting dan memiliki hubungan pengajaran dan pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah.2

Kurikulum disusun sebagai suatu standar dalam usaha memberi kesempatan kepada siswa di seluruh tingkat pendidikan untuk mengosumsi informasi secara kritis.3 Ketika seseorang mencari, memilih, menerima, dan mengolah informasi, ia dituntut untuk berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif. Kompetensi ini dapat dimiliki oleh seseorang apabila ia terbina dalam suatu lingkungan yang memfasilitasi berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif. Salah satu mata pelajaran atau mata kuliah yang dapat memfasilitasi siswa atau mahasiswa untuk berpikir kritis adalah matematika.4

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari negara-negara maju, hingga sekarang 60%-80% menggantungkan kepada matematika.5 Indonesia pun sebagai negara yang sedang berkembang memerlukan matematika. Namun, hasil survei Trends in International Math and Science (TIMSS) tahun 2011 menunjukkan persentase siswa Indonesia yang mencapai tingkat rendah, sedang, tinggi dan lanjut dalam bidang

1 Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Rosda

Karya, 2014), 59.

2 J. Mandal, Dasar-dasar Kurikulum, (Surabaya:SIC, 2004) ,44.

3 Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika, (Jakarta: Cakrawala Maha Karya, 2009),1.

4 Ibid, halaman 5.

5 Santosa dalam Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

(8)

matematika berturut-turut adalah 43%, 15%, 2%, dan 0%.6

Programme for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2012 menempatkan Indonesia berada pada urutan 64 dari 65 peserta.7 Dapat disimpulkan dari kedua survei tersebut Indonesia masih tergolong rendah dalam dunia pendidikan.8 Khususnya dalam perkembangan pengetahuan matematika.

Matematika telah berkembang dengan pesat, sehingga mengingat efektivitas dan efisiensinya, tidak mungkin kita menjejali siswa dengan setumpuk matematika tanpa memperdulikan kriteria tertentu.9 Maka dari itu, perlu adanya penyesuaian antara kurikulum matematika dengan iklim Indonesia yang tetap bersaing dalam penjaminan mutu pendidikan internasional. Sebagai negara yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan baik secara nasional maupun Internasional, Indonesia melakukan upaya nyata berupa perubahan kurikulum, dalam catatan sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami tiga kali perubahan kurikulum.10 Kurikulum berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), dan Kurikulum 2013. Meskipun, banyak pro dan kontra dalam pengimplementasiannya.11

Tujuan pengembangan kurikulum 2013 yaitu menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif: melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.12 Menurut Soetopo dan Soemanto, perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, namun, bisa juga bersifat menyeluruh.13 Untuk mencapai tujuannya, kurikulum 2013

6 Achmad Muchlis, Sekali Lagi, Gawat Darurat Pendidikan: 20 Februari 2013; diakses

pada tanggal 18 Februari 2016, 14.00 WIB; www.bincang-edukasi.com ; internet

7 Natasia Christy Wahyuni, Skor PISA Jeblok, Kemdikbud Janji Tidak Tinggal Diam: 05

Desember 2013; diakses pada tanggal 18 Februari 2016, 14.30 WIB; http://m.beritasatu.com ; internet

8 Enco Mulyasa, Op.Cit., hal 60.

9 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:

UM Press, 2012) , 25.

10 Mulyasa, Ibid, halaman 66.

11 Subekti, Menteri Anies Baswedan Stp Kurikulum 2013. : Tempo.co, 15 Desember 2014;

diakses 21 april 2015, 15.00 WIB;http://tempo.co.id; internet.

12 Mulyasa, Op.Cit., hal 65.

13

(9)

melengkapinya dengan penataan standar penilaian disesuaikan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan standar proses.14

Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap keterampilan dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas.15 Perubahan standar isi yakni kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi melalui pendekatan tematik-integratif.16

Selanjutnya perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan.17 Perubahan terakhir adalah perubahan terkait penilaian. Terjadi pergeseran dari penilaian tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).18

Penilaian berfungsi sebagai pengendalian atau evaluasi. Penilaian bertujuan untuk menjamin proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan.19 Sebagaimana tercantum dalam peraturan menteri pasal 2 ayat 2 peraturan menteri nomor 159 Tahun 2014 menyebutkan bahwa evaluasi kurikulum 2013 bertujuan untuk menguji kembali kesesuaian antara ide dan desain kurikulum; antara desain kurikulum dan dokumen kurikulum; antara dokumen dan implementasi kurikulum; serta antara ide, hasil, dan dampak kurikulum.

Salah satu alasan adanya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional

14 Mulyasa, Op.Cit., hal 135.

15 Imas kurniasi-Berlin Sani, Op. Cit., hal 133.

16 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2013), 127.

17 Imas Kurniasih-Berlin Sani, Op.Cit., hal 134. 18 Sholeh Hidayat, Op.Cit., hal 128.

19

(10)

tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional.20 Termasuk TIMSS dan PISA, TIMSS adalah salah satu hasil studi tentang prestasi matematika siswa dijenjang lanjutan tingkat pertama (SMP) yang diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Penilaian dalam studi ini ditekankan pada dua domain, yakni isi dan kognitif.21 Maka dari itu, penulis menyimpulkan adanya perubahan kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk meningkatkan prestasi matematika dalam penilaian aspek pengetahuan/ kognitif siswa di kancah internasional sebagaimana TIMSS dan PISA.

Untuk mencapai keselarasan rencana dan tujuan tersebut dirasa perlu adanya evaluasi. Evaluasi yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peran perkembangan kurikulum 2013 dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan hasil yang akan dicapai di lapangan. Sebagai saran mengambil keputusan selanjutnya mengenai program tersebut dan untuk meningkatkan pemrograman yang akan datang.22 Evaluasi yang dapat menilai efektivitas pembelajaran secara keseluruhan.23 Evaluasi yang dapat menentukan kualitas suatu pembelajaran.24 Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan, yang pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya evaluasi yang dalam pengembanganya memperhatikan aspek secara menyeluruh. Evaluasi yang dapat menunjukkan alasan dan konsekuensi dampaknya, memberikan dasar yang kuat untuk memberikan rekomendasi dan judgment yang menarik atas nilai sebuah pembelajaran.25

Sebagaimana evaluasi yang dikembangkan oleh Robert E. Stake yang dikenal dengan evaluasi model countenance stake,

20

E. Mulyasa, Op. Cit., hal 60.

21 Kemendikbud, Survei internasional TIMSS, diterbitkan 15 agustus 2011:diakses 01 Juli

2015,16.00 WIB; http://litbang.kemendikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss; internet.

22 Samsul Hadi-Mutrofin, Pengantar Metode Riset Evaluasi,

(Yogyakarta:LaksBang,2005), 55.

23 Mulyasa, Op. Cit., hal 137.

24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembalajaran Prinsip-Teknik Prosedur, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya,2013), 6.

25 Marintan nirmalasari, Evaluasi Kurikulum Model Countenance Stake, diakses tanggal 8

(11)

evaluasi ini memiliki tiga tahapan dalam melihat perkembangan program yang dijalankan, yaitu antecedent (context), transaction (process) dan outcome.26Model evaluasi ini menitikberatkan pada dua hal pokok, yaitu description dan judgement, membandingkan antara tujuan dengan keadaan sebenarnya. Evaluasi ini dipilih karena standar tujuan yang dijadikan sebagai tolak ukur dapat ditentukan dan disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Sehingga, evaluasi model countenance stake ini menjadi alat evaluasi terpilih dalam penelitian ini.

Oleh sebab itu, untuk lebih mengetahui bagaimana kemampuan kognitif siswa dalam evaluasi pembelajaran matematika menggunakan model countenance stake, maka penulis terdorong untuk meneliti lebih mengenai pembelajaran yang terjadi

dengan judul “Analisis Kemampuan Kognitif Siswa dalam

Evaluasi Pembelajaran Matematika (Kurikulum 2013) Menggunakan Model Countenance Stake”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran matematika (kurikulum 2013) di SMP Negeri 1 Driyorejo?

2. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran matematika (kurikulum 2013) menggunakan model countenance stake di SMP Negeri 1 Driyorejo?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas jelas bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran matematika (kurikulum 2013) di SMP Negeri 1 Driyorejo

2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran matematika (kurikulum 2013) menggunakan model

countenance stake di SMP Negeri 1 Driyorejo

26 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(12)

D. Manfaat Penelitian

Selain daripada adanya tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat menambah khasanah penelitian di bidang pendidikan dan memberikan sumbangan teori untuk mengembangkan pembelajaran matematika pada khususnya.

2. Praktis, dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi kepada sekolah sebagai pelaksana pendidikan untuk meningkatkan prestasi belajar dan mutu pendidikan siswa.

E. Batasan Penelitian

Untuk membuat penelitian ini lebih relevansi peneliti memberi batasan agar penelitian fokus dan tidak melebar dengan memperhatikan variabel-variabel penelitian yang termuat dalam kemampuan kognitif, dan evaluasi model countenance stake yang mencakup persiapan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajarannya. Penelitian ini dilakukan pada kelas yang telah melakukan pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Penelitian ini terbatas pada siswa kelas VIII-A di SMP N 1 Driyorejo, dengan batasan materi perkembangan aspek kognitifnya ialah kompetensi dasar kelas VII dan kompetensi dasar kelas VIII.

F. Definisi operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan Kognitif

(13)

2. Evaluasi Model Countenace Stake

Countenance Stake merupakan model evaluasi yang menekankan hasil evaluasinya pada dua matriks; yakni matriks deskripsi dan matriks pertimbangan. Matriks deskripsi menggambarkan bagaimana keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Sedangkan, matriks pertimbangan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian) dengan standar yang dipertunjukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai. Sementara standar yang dipakai adalah hasil prestasi kognitif sebagai tujuan yang akan dicapai.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika penelitian.

Bab 2 : Kajian pustaka berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan konsep, pengertian prestasi kognitif, ruang lingkup prestasi kognitif, materi untuk perkembangan prestasi kognitif, evaluasi model countenance stake, dan kerangka berfikir tentang keterkaitan hubungan antara prestasi kognitif dengan hasil evaluasi model countenance stake.

Bab 3 : Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian beserta alur pemilihannya, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab 4: Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil tes kemampuan kognitif, dan hasil evaluasi pembelajaran matematika, analisis dan deskripsi data, serta pembahasan.

(14)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Kognitif

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.1 Kognitif merupakan kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Menurut Anas Sudijono, ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Robert M. Gagne menyatakan

bahwa “ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri.” Lebih lanjut Gagne juga menjelaskan bahwa pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu

problem.”

Ade Block menyatakan bahwa:

“Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah ketercapaian/kesanggupan individu atau kelompok yang dapat diamati sebagai hasil atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman belajar. Kognitif dalam peneletian ini menggunakan level kognitif yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dengan enam jenjang kemampuan, yaitu:2

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

1 Tim penyusun, Kamus besar Bahasa Indonesia, diakses di http://kbbi.web.id/mampu,

pada tanggal 19 Februari 2016.

2

(15)

2. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

3. Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

4. Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentunya.

5. Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor, hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.

6. Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.

Sehingga untuk mengetahui kemampuan kognitif dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang disandarkan pada jenjang kognitif yang dikembangakan oleh Benyamin S. Bloom. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 terdapat beberapa penilaian salah satunya ialah penilaian aspek kognitif terhadap siswa dimana dalam penilaian aspek kognitif ini dapat mengukur kemampuan kognitif siswa di ranah pengetahuan selama pembelajaran.

B. Ranah Kemampuan Kognitif

Dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, antara lain:

1. Pengetahuan Hafalan-C1 (Knowledge)

(16)

mengetahui juga dapat diartikan kemampuan mengenai fakta, konsep, prinsip, dan skill.3

Dalam kegiatan belajar perkembangan kemampuan kognitif level C1 dapat ditunjukan melalui: mengemukakan arti, memberi nama, memuat daftar, menentukan lokasi tempat, dan mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang terjadi, dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif pengetahuan (C1) meliputi: mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, menandai, memilih, memberi kode, menghafal, menyatakan, dan menulis.

2. Pemahaman-C2 (Comprehension)

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahamai sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan demikian, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai aspek.4 Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberiakan uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan atau ingatan. Kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan faktor, prinsip, antar-data, hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.5

Wujud kegiatan belajar perkembangan kemampuan kognitif level C2 dapat ditujukkan melalui mengungkapkan gagasan, atau pendapat dengan kata-kata sendiri, membedakan, membandingkan, menginterpretasikan data, mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, dan menceritakan kembali dengan kata-kata

3

Endah Loeloek Poerwati, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), 64.

4 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), 132.

5Latifatul Mida Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 (Kelebihan dan Kekurangan

(17)

sendiri. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif pemahaman (C2) meliputi: mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan, membandingkan, menghitung, menguraikan, menyimpulkan, mencontohkan, membedakan, menjabarkan.

3. Penerapan-C3 (Application)

Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara taupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.6 Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.

Kemampuan mengaplikasikan sesuatu juga dapat diartikan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.7 Dalam kegiatan belajar perkembangan kemampuan kognitif level C3 dapat ditunjukkan melalui: menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan merancang strategi penyelesaian masalah. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif penerapan (C3) meliputi: mengubah, menugaskan, mengurutkan, menentukan, mengkalkulasi, mengklasifikasi, membangun, menilai, menggunakan, mengadaptasi, memproses, memecahkan dan menyusun.

4. Analisis-C4 (Analysis)

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor lainnya. Analisis merupakan proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari

6 Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara, 2013), 78.

7

(18)

penerapan atau aplikasi. Kemampuan menganalisis juga dapat diartikan menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar-bagian itu.8

Dalam pembelajaran perkembangan kemampuan kognitif level C4 dapat ditunjukkan melalui: mengidentifikasikan faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik, dan mengkaji ulang. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif analisis (C4) meliputi: menganalisis, mengaudit, memecahkan, mendeteksi, mengkorelasikan, menyimpulkan, mengaitkan, mengukur, mentransfer, dan melatih.

5. Sintesis-C5 (Synthesis)

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Berpikir sintesis merupakan proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari berpikir analisis.9

Kemampuan melakukan sintesis juga dapat diartikan menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.10 Dalam kegiatan pembelajaran perkembangan kemampuan kognitif level C5 dapat ditunjukkan melalui: membuat desain, menemukan penyelesaian atau solusi masalah, memprediksi, merancang model produk tertentu, dan menciptakan produk tertentu. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif sintesis (C5) meliputi: mengumpulkan, mengkategorikan, menghubungkan, menciptakan,

8 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013), 66.

9 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 58

10 Latifatul Mida Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 (Kelebihan dan Kekurangan

(19)

mengkreasikan, merencanakan, membentuk, merumuskan, menampilkan, memproduksi, menggabungkan, menggeneralisasikan, dan merangkum.

6. Evaluasi-C6 (Evaluation)

Evaluasi (evaluation) adalah kemmapuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yag terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi juga dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat dan tidak bermanfaat.11

Dalam pelajaran perkembangan kemampuan kognitif level C6 dapat ditunjukkan melalui: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif evaluasi (C6) meliputi: mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memutuskan, memisahkan, mempertahankan, memperjelas, membuktikan, memvalidasi, memilih, dan memproyeksikan.

C. Materi

Untuk mengukur tingkat prestasi kognitif siswa peneliti menggunakan kompetensi inti 3 dan 4 sebagai acuan dalam pengembangan materi tes. Materi yang digunakan ialah materi kelas VII dan kelas VIII SMP. Sebagai bahan evaluasi, prestasi kognitif siswa ini di standarkan dengan kompetensi dasar yang telah dikembangkan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang

11Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja

(20)

dinyatakan sedemikian rupa, dijabarkan dalam kompetensiinti dan kompetensi dasar berikut:12

Kompetensi Inti-3:

Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Kelas VII

Kompetensi Dasar:

3.1 Membandingkan dan mengurutkan berbagai jenis bilangan serta menerapkan operasi hitung bilangan bulat dan bilangan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi.

3.2 Memahami pengertian himpunan, himpunan bagian, komplemen himpunan, operasi himpunan dan menunjukkan contoh dan bukan contoh.

3.3 Menentukan nilai variabel dalam persamaan dan pertaksamaan linear satu variabel.

3.4 Memahami konsep perbandingan dan menggunakan bahasa perbandingan dalam mendeskripsikan hubungan dua besaran.

3.5 Memahami pola dan menggunakannya untuk menduga dan membuat generalisasi (kesimpulan).

3.6 Memahami sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas. 3.7 Mendeskripsikan lokasi benda dalam koordinat

Kartesius.

3.8 Menaksir dan menghitung luas permukaan bangun datar yang tidak beraturan dengan menerapkan prinsip-prinsip geometri.

3.9 Memahami konsep transformasi (dilatasi, translasi, pencerminan, rotasi) menggunakan objek-objek geometri.

12Khairil Anwar, Permendikbud “Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

(21)

3.10 Menemukan peluang empirik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh berdasarkan sekelompok data. 3.11 Memahami teknik penataan data dari dua variabel

menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis.

Kelas VIII Kompetensi Dasar

3.1 Menerapkan operasi aljabar yang melibatkan bilangan rasional dan pecahan.

3.2 Menentukan nilai variabel persamaan linear dua variabel dalam konteks nyata.

3.3 Menentukan nilai persamaan kuadrat dengan satu variabel yang tidak diketahui.

3.4 Menentukan gradien persamaan dari grafik garis lurus. 3.5 Menyajikan fungsi dalam berbagai bentuk relasi,

pasangan berurut, rumus fungsi, tabel, grafik, dan diagram.

3.6 Memahami unsur, keliling, dan luas dari lingkaran 3.7 Memahami hubungan sudut pusat, panjang busur, dan

luas juring.

3.8 Memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga dan penyelidikan berbagai pola bilangan.

3.9 Menentukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.

3.10 Menerapkan lokasi benda dalam koordinat kartesius dalam menjelaskan posisi relatif terhadap acuan tertentu. 3.11 Menaksir dan menghitung volume permukaan bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya.

3.12 Memahami konsep perbandingan dengan menggunakan tabel, grafik, dan persamaan.

3.13 Menemukan peluang empirik dan teoritik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh berdasarkan sekelompok data nyata.

(22)

Kompetensi Inti-4:

Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Kelas VII

Kompetensi Dasar

4.1 Menggunakan konsep aljabar dalam menyelesaikan masalah aritmatika sosial sederhana.

4.2 Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

4.3 Menggunakan pola dan generalisasi untuk menyelesaikan masalah.

4.4 Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan tabel dan grafik.

4.5 Menyelesaikan permasalahan dengan menaksir besaran yang tidak diketahui menggunakan grafik.

4.6 Menerapkan prinsip-prinsip transformasi (dilatasi, translasi, pencerminan, rotasi) dalam memecahkan permasalahan nyata.

4.7 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.

4.8 Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik.

4.9 melakukan percobaan untuk menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik.

Kelas VIII Kompetensi Dasar

(23)

4.2 Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan tabel, grafik, dan persamaan.

4.3 Menggunakan pola dan generalisasi untuk menyelesaikan masalah nyata.

4.4 Menyelesaikan permasalahan dengan menaksir besaran yang tidak diketahui menggunakan grafik, aljabar, dan aritmatika.

4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan berbagai masalah.

4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring.

4.7 Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menampilkan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik dari dua variabel serta mengidentifikasi hubungan antar variabel.

4.8 Melakukan percobaan untuk menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta membandingkannya dengan peluang teoritik.

D. Evaluasi Model Countenance Stake

Countenance stake merupakan salah satu model evaluasi kuantitatif.13 Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake.14 Evaluasi Model Countenance stake ini menitikberatkan pada dua hal pokok, yaitu matriks deskripsi dan matriks Pertimbangan.15 Evaluasi model ini disajikan dalam bentuk diagram, seperti berikut:

13 Zainal Arifin, Op.Cit., 73.

14 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009), 187.

15

(24)

Tiga tahapan dalam matriks deskripsi, menunjukkan objek atau sasaran evaluasi. Dalam setiap program yang dievaluasi, evaluator harus mampu mengidektifikasi tiga tahapan tersebut. Kolom intents mendaftar semua prioritas yang mungkin terjadi dalam tiga tahapan tersebut16, berikut tiga tahapan intents dalam

countenance stake:

1. Tahap Antecedent (Perencanaan Pembelajaran)

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan digunakan.

Perencanaan pembelajaran dibuat atau disusun bukan hanya sekedar untuk memenuhi kelengkapan administrasi

16 Robert E. Stake, The Coutenance Of Educational Evaluation, diakses di

(25)

sebagai pendidik. Tetapi hal itu merupakan bagian integral proses pekerjaan professional, sehingga berfungsi sebagai arah dan pedoman yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru tercantum dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam merencanakan pembelajaran yang baik, seorang guru harus memiliki kompetensi kemampuan, sebagai berikut : (1) mampu mendeskripsikan tujuan/kompetensi pembelajaran; (2) mampu memilih atau menentukan materi; (3) mampu mengorganisir materi pelajaran; (4) mampu menentukan metode atau strategi pembelajaran; (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran; (6) mampu menyusun perangkat penilaian pembelajaran; (7) mampu menentukan teknik penilaian; dan (8) mampu mengalokasikan waktu pembelajaran dengan baik.

2. Tahap Transaction (Pelaksanaan Proses Pembelajaran) Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.

Dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses menjelaskan bahwa persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, meliputi :

a. Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar untuk SMP/MTS adalah 32 peserta didik.

(26)

dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan.

c. Buku teks pelajaran. d. Pengelolaan kelas.

1) Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan; 2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses

pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;

3) Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.

4) Guru menghargai pendapat peserta didik.

5) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;

7) Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;

8) Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan 9) Guru memulai dan mengakhiri proses

pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

e. Prosedur Pembelajaran

Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran konsisten yang berbentuk alur proses pembelajaran merupakan prosedur pembelajaran.

(27)

(RPP). Dalam melaksanakan kegiatan/proses pembelajaran, seorang guru harus memiliki kemampuan sebagai beikut : (1) mampu membuka pelajaran; (2) mampu menyajikan materi; (3) mampu menggunakan media/metode; (4) mampu menggunakan alat peraga; (5) mampu menggunakan bahasan yang komunikatif; (6) mampu memotivasi peserta didik; (7) mampu mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; (8) mampu berinteraksi dengan peserta didik secara komunikatif; (9) mampu menyimpulkan pembelajaran; (10) mampu memberikan umpan balik; (11) mampu melaksanakan penilaian pembelajaran; dan (12) mampu menggunakan waktu semaksimal mungkin.

Pelaksanaan pembelajaran ini meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk lebih jelasnya tentang pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akandicapai;

d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(28)

mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

(1)Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

(2)Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

(3)Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

(4)Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

(5)Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(1)Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

(2)Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

(3)Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

(4)Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif; (5)Memfasilitasi peserta didik berkompetisi

(29)

(6)Menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan atau tertulis, secara individual/kelompok; (7)Memfasilitasi peserta didik untuk

menyajikan variasi; kerja individual maupun kelompok;

(8)Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

(9)Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(1)Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

(2)Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

(3)Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

(4)Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

(5)Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

(6)Membantu menyelesaikan masalah;

(7)Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukanpengecekan hasil eksplorasi; (8)Memberi informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh;

(30)

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

3. Tahap Outcome (Penilaian Hasil Pembelajaran)

Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku yang direncanakan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah hasil yangdicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri.

(31)

merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran yang juga harus direncanakan. Ini berarti, alat ukur atau instrumen evaluasi hasil belajar perlu lebih dahulu dipersiapkan sebelum proses pembelajaran dilakukan. Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penyusunan instrumen evaluasi hasil belajar di awal, dan bukan setelah proses pembelajaran selesai, akan dapat berfungsi untuk memperjelas arah pembelajaran. Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran, baik tujuan umum maupun khusus, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Evaluasi/penilaian hasil pembelajaran peserta didik, seorang guru harus memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran; (2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda; (3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid; (4) mampu memeriksa jawaban; (5) mampu mengklasifikasikan hasil-hasil pembelajaran; (6) mampu mengolah hasil-hasil pembelajaran; (7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian; (8) mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan hasil penilaian; (9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian; dan (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis.

E. Kerangka berpikir

(32)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini disebabkan penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang mendalam dan terperinci mengenai tingkat prestasi kognitif siswa dan evaluasi pembelajaran matematika di dalam kelas. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan sejauh mana hubungan prestasi kognitif siswa dengan keterlaksanaan pembelajaran matematika di dalam kelas. Peneliti memilih menggunakan evaluasi model countenance stake

yang menekankan pada dua jenis operasional, yaitu deskripsi dan pertimbangan untuk menentukan keputusan selanjutnya. Matriks deskripsi menyajikan keterlaksanaan pembelajaran matematika di dalam kelas mulai dari perencanaan (antecedent), pelaksanaan pembelajaran (transaction), dan penilaian (outcome), sementara hasil prestasi kognitif dijadikan standard untuk pengambilan keputusan dalam matriks pertimbangan dengan memperhatikan kongruensi data dan kontingensi datanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Surabaya.Penelitian dilakukan pada tanggal 14 dan 15 Desember 2015, mulai pada pukul 08.00 sampai pukul 10.00 WIB.

C. Subyek penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan judul penelitian ini, maka yang menjadi populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1 Driyorejo.

2. Sampel

(33)

populasi, maka dalam pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah random sampling, dengan alasan kelas VII naik tingkat kelas VIII siswa mengalami rolling class atau perpindahan kelas secara acak, berdasarkan saran guru mata pelajaran matematika, peneliti mengambil sampel kelas VIII-A, yang berjumlah 32 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis dan objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang mendukung suatu penelitian bias disebut instrumen penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes dan angket. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui prestasi level kognitif siswa. Sementara angket digunakan untuk mengetahui hasil evaluasi menggunakan model countenance stake dari pembelajaran kurikulum 2013 dengan ratting scala.

1. Lembar KemampuanKognitif Siswa

(34)

revisi sesuai pendapat-pendapat dan pertimbangan dari validator tersebut. Lembar validasi tes kemampuan kognitif ini terdapat pada lampiran 2, sementara lembar tes kemampuan kognitif siswa terdapat pada lampiran 3

2. Lembar Penilaian Dokumentasi

Lembar penilaian ini digunakan untuk mengetahui kelengkapan RPP dan silabus sebagai perangkat pembelajaran yang telah dipersiapkan guru matematika (antecdent) sebelum menyampaikan materi pembelajaran matematika. Lembar penilaian berbentuk check list dengan menggunakan ratting scale. Lembar penilaian ini diisi oleh rekan guru yang mengamati dokumen RPP dan silabus terdapat pada lampiran 6, dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penilaian Lembar Dokumentasi

Tahapan Countenance

3. Lembar angket siswa

(35)

Semuanya dirangkum dalam kisi-kisi instrumen

c. Mengetahui penguasaan materi pembelajaran

d. Penggunaan sumber atau media pembelajaran

e. Mengelola interaksi kelas

f. Pemberian tugas g. Memberikan umpan balik

1, 2, 3, 4 b. Penilaian perilaku siswa dalam

pembelajaran matematika c. Hasil pembelajaran matematika

29, 30, 31

32, 33

34, 35, 36

(36)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data dengan menggunakan metode-metode tertentu.

1. Tes Kemampuan Kognitif

Tes kemampuan kognitif digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan menggunakan catatan berhitung siswa sebagai pendukung untuk mendeskripsikan hasil penelitian dari berdasarkan jenjang kemampuan kognitif siswa. Tes kemampuan kognitif siswa ini dilakukan pada tanggal 14 Desember 2015, pada pukul 08.00-10.00 WIB. Siswa mengerjakan secara mandiri dengan menggunakan kertas yang tersedia sebagai catatan berhitung siswa yang kemudian dijadikan sebagai deskripsi data dari hasil tes kemampuan kognitif siswa. Kemudian pada tanggal 15 Desember 2015 beberapa siswa terpilih ditanyai tentang pendapat siswa tentang soal yang dikerjakan. Letak kesulitan soal dan penyebab-penyebab yang memungkinkan siswa mengerjakan soal dengan mudah atau sebaliknya dalam kesulitan.

2. Dokumentasi

Dokumen RPP dan silabus yang telah dibuat oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII Selama mengajar siswa dalam pembelajaran kurikulum 2013. Untuk diamati dan dilakukan penilaian oleh beberapa rekan guru sebagai data

antecedent.

3. Angket

Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana keterlaksanaan pembelajaran meliputi transaction dan

(37)

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Tes Prestasi Kognitif

a. Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentase jawaban siswa pada tiap soal yang tidak dijawab

Rumus : 0 = × 100%

Dengan keterangan:

Ro= Persentase jawaban pada soal ke-i (1,2,3,…. 20)

dengan kategori tidak dijawab so = Banyak siswa yang tidak menjawab

S= Banyak siswa seluruhnya

b. Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentasejawaban siswa pada tiap soal yang dijawab salah

Rumus : = × 100%

Dengan keterangan:

Rs= Persentase jawaban pada soal ke-i (1,2,3,…. 20)

dengan kategori dijawab salah ss = Banyak siswa yang menjawab salah

S = Banyak siswa seluruhnya

c. Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentase jawaban siswa pada tiap soal yang dijawab benar

Rumus : = × 100%

Dengan keterangan:

Rb= Persentase jawaban pada soal ke-i (1,2,3,…. 20)

dengan kategori dijawab benar Sb = Banyak siswa yang menjawab benar

S= Banyak siswa seluruhnya

d. Selanjutnya, soal dikelompokkan dalam tingkatan prestasi kognitif C1, C2 C3, C4, C5, C6untuk mencari persentase tingkat kognitif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentase tingkat kognitif (C1, C2, C3, C4. C5 dan C6) siswa yang tidak dijawab

(38)

Dengan keterangan:

Cno= Persentase tingkat kognitif C ke-n ( n

merupakan tingkatan dari C1, C2, C3, C4. C5 dan C6) yang tidak dijawab

Ro= Persentase jawabanpada soal yang tidak

dijawab pada tiap kelompok N= Banyak soal pada tiap kelompok

2) Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentase tingkat kognitif (C1, C2, C3, C4. C5 dan C6) siswa yang dijawab salah

Rumus :� = �=0

Dengan keterangan:

Cns= Persentase tingkat kognitif C ke-n ( n

merupakan tingkatan dari C1,C2, C3, C4. C5 dan C6) yang dijawab salah

Rs= Persentase jawaban pada soal yang dijawab

salah pada tiap kelompok N = Banyak soal pada tiap kelompok

3) Teknik berikut digunakan untuk mengetahui persentase tingkat kognitif (C1, C2, C3, C4. C5 dan C6) siswa yang dijawab benar

Rumus :� �=0

Denganketerangan :

Cnb= Persentase tingkat kognitif C ke-n ( n

merupakantingkatan dari C1,C2, C3, C4. C5 dan C6) yang dijawab benar

Rb= Persentase jawaban pada soal yang dijawab

(39)

Dari perhitungan deskriptif persentase kemudian dapat di tafsirkan dalam bentuk kalimat. Klasifikasi kategori tingkatan dalam bentuk persentase adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interval Kategori Kemampuan Kognitif No. Rentangan Keterangan 1. 80% ≤C≤100% Sangat Tinggi

2. 60% ≤ C <80% Tinggi

3. 40% ≤ C < 60% Sedang

4. 20% ≤ C <40% Rendah

5. 1% ≤ C <20% Sangat Rendah

2. Teknik Analisis Data Penilaian Dokumentasi

Menganalisis data dokumentasi berupa dokumen-dokumenRPP dan silabus yang dibuat oleh guru dijadikan sebagai data utama mengisi lembar penilaian antecedent yang dilakukan oleh rekan guru dengan cara sebagai berikut: a. Memberi skor masing-masing jawaban berdasarkan

kriteria sebagai berikut:

SL = 5, SR =4, K = 3, P = 2, dan TP = 1. Dengan keterangan:

SL= Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dijumpai dalam dalam perangkat pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru

SR= Sering, jika pernyataan tersebut sering dijumpai dalam dalam perangkat pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, minimal 5 kali.

K= Kadang-kadang, jika pernyataan tersebut jarang dijumpai dalam dalam perangkat pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru minimal 3 kali. P= Pernah, jika pernyataan tersebut jika dijumpai

dalam dalam perangkat pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru minimal 1 kali.

(40)

b. Menghitung besar presentase tiap indikator pada

antecedent dari 3 observer menggunakan rumus sebagai berikut:

= × 100%

Dengan keterangan:

Pan= Besarpersentase setiap indikator pada antecedent

ke-n (1, 2, 3, 4)

n = Jumlah skor yang diperoleh dari data penilaian rekan guru

N= Jumlah skor maksimal c. Menghitung persentase antecedent

�= �

4

Keterangan:

A = Besar persentase penilaian antecedent (persiapan pembelajaran oleh guru)

Pan = Besar persentase masing-masing penilaian dari

pertanyaan ke-n (1,2,3,4)

3. Teknik Analisis Data Angket

Untuk menganalisis sejauhmana keterlaksanaan pembelajaran yang meliputi transaction dan outcome yang dilakukan oleh guru dalam kacamata siswa.dengan cara sebagai berikut:

a. Memberi skor masing-masing jawaban berdasarkan kriteria SL = 5, SR =4, K = 3, P = 2, dan TP = 1. Dengan keterangan:

SL = Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh guru dalam setiap pembelajaran. SR = Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan oleh guru dalampembelajaran, minimal 5 kali.

K = Kadang-kadang, jika pernyataan tersebut jarang dilakukan oleh gurudalam pembelajaran, minimal 3 kali.

(41)

TP = Tidak Pernah, jika pernyataan tersebut tidak pernah sekalipundilakukan oleh guru dalam pembelajaran

b. Menghitung besar presentase tiap indikator pada

transaction dari subyek penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:

= × 100%

Dengan keterangan:

Ptn = Besar persentase tiap indikator pada transaction

ke-n(1, 2, 3... n)

tn = Jumlah skor yang diperoleh dari penilaian 32 siswa pada indikator transaction

tN= Jumlah skor maksimal dalam indikator

transaction oleh 32 siswa c. Menghitung persentase transaction

= �

32

Dengan keterangan:

T = Besar persentase penilaian transaction

(pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru) Ptn = Besar persentase tiap indikator ke-n (1,2,3 … n)

dalam transaction

d. Menghitung besar presentase tiap indikator pada

outcome dari subyek penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:

= × 100%

Dengan keterangan:

Pon = Besar persentase tiap indikator pada outcome

ke-n(1, 2, 3... n)

on = Jumlah skor yang diperoleh dari penilaian 32 siswa pada indikator outcome

oN= Jumlah skor maksimal dalamindikator outcome

oleh 32 siswa

e. Menghitung persentase outcome

= �

(42)

Keterangan:

O = Besar persentase penilaian outcome (penilaian pembelajaran oleh guru)

Pon = Besar persentase tiap indikator ke-n (1,2,3 … n)

dalam outcome

f. Menghitung persentase rata-rata hasil evaluasi menggunakan model dari countenance stake

��= �

+ +

3

Keterangan:

Ev = Besar persentase keterlaksanaan pembelajaran ditinjau dari countenance stake

A = Besar persentase antecedent

T = Besar persentase transaction

O = Besar persentase outcome

Selanjutnya, untuk memberi kategori masing-masing tahapan, digunakan pengkategoriansebagaiberikut:

Tabel 3.4

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, akan dideskripsikan hasil penelitian secara presentase, baik hasil dari penelitian tes kemampuan kognitif maupun angket.

A. Hasil Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua pembahasan. Dimana data yang dimaksudkan adalah data tes kemampuan kognitif dan data angket. Data tes kemampuan kognitif merupakan data primer yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dari variabel penelitian tentang bagaimana kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran matematika (kurikulum 2013) dan data angket merupakan data primer yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dari variabel penelitian tentang bagaimana evaluasi pembelajaran matematika (kurikulum 2013) menggunakan model countenance stake berikut deskripsi masing-masing data.

1. Hasil Analisis Data Kemampuan Kognitif Siswa

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan kognitif. Bentuk soal dalam penelitian ini adalah 15 pilihan ganda, dan 5 uraian dengan persentase soal 15% untuk C1, 25% untuk C2, 25% untuk C3 , 15% untuk C4, 10% untuk C5, dan 10% untuk C6. Lembar tes disusun berdasarkan instrumen tes kognitif yang telah divalidasi. Peneliti akan mendeskripsikan sejauh mana kemampuan kognitif siswa berdasarkan data tes yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 32 siswa sebagai sampel penelitian di SMP Negeri 1 Driyorejo.

Soal memuat materi yang telah disampaikan dalam pembelajaran yang telah dijalani semenjak kelas VII hingga kelas VIII semester ganjil. Sejak itu pula siswa telah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 yang memiliki berbagai kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran, berikut adalah deskripsi kemampuan kognitif siswa berdasarkan indikator-indikator dalam kompetensi dasar kurikulum 2013.

(44)

disampaikan dan level C1 ini merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah. Untuk mengetahui level C1 kemampuan pada level ini peneliti menggunakan tiga soal, dengan rincian sebagai beikut: jawaban benar untuk nomor 1 sebesar 100% , jawaban benar untuk nomor 3 adalah 87,5% artinya masih terdapat 12,5% yang menjawab salah, dan menjawab pertanyaan nomor 4 dengan benar 100% persen. Jadi, dapat disimpulkan rata-rata kemampuan kognitif siswa pada level ini sangat tinggi dengan persentase sebesar 95,8%. Berikut merupakan kemampuan kognitif level C1 dalam tujuan pembelajaran kurikulum 2013.

Tabel 4.1

Persentase Rata-rata Kemampuan C1 Siswa

Keterangan:

O = Besar persentase siswa tidak menjawab/ tidak mengerjakan soal.

S = Besar persentase siswa menjawab/ mengerjakan soal tapi salah/tidak menemukan jawaban.

B = Besar persentase siswa menjawab/ mengerjakan soal dengan tepat.

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

Indikator Soal No soal dan Luas (kelas VII)

(45)

b. Kemampuan Kognitif Siswa C2- Pemahaman

Pada level ini soal menuntut siswa untuk mengerti atau memahamai sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberiakan uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hapalan atau ingatan. Untuk mengetahui kemampuan pada level ini peneliti menggunakan 5 soal level C2, dan rincian hasilnya sebagai berikut: Persentase jawaban benar untuk nomor 2 adalah 84,4%, nomor 5 sebesar 84,4%, nomor 8 sebesar 90,6%, nomor 9 dengan 81,3%, dan nomor 12 dengan 93,8% menjawab benar. Jadi, hasil tingkat prestasi kognitif siswa pada level ini juga sangat tinggi dengan rata-rata persentase sebesar 86,9% jawaban benar.

Berikut merupakan kemampuan kognitif level C2 dalam tujuan pembelajaran kurikulum 2013.

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

Indikator Soal No soal dan grafik (kelas VII)

Menentukan

(46)

K soal tapi salah/ tidak menemukan jawaban.

B = Besar persentase siswa menjawab/ mengerjakan soal dengan tepat

c. Tingkat Kemampuan Kognitif Siswa C3- Penerapan Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupn seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara taupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. Untuk mengetahui kemampuan pada level ini peneliti menggunakan 5 soal level C3, dan hasilnya sebagai berikut: siswa menyelesaikan soal nomor 6 dengan 53,1% jawaban benar, nomor 7 dengan 71,9% jawaban benar, nomor 11 dengan 18,8% jawaban benar, nomor 13 hanya 9,4% jawaban benar, dan nomor 20 hanya 46,9%. Jadi, hasil kemampuan kognitif siswa pada level ini rendah dengan rata-rata persentase sebesar 38,8% jawaban benar. Berikut merupakan tingkat prestasi kognitif level C3 dalam tujuan pembelajaran kurikulum 2013.

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

Indikator Soal No soal

O S B

3.6 Memahami Sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya

untuk menentukan

keliling dan luas (kelas VII) dan grafik (kelas VII)

Mengidentifikasi nilai suatu data dari diagram

12 0% 6,3% 93,8%

(47)

Persentase Rata-rata Kemampuan C3 Siswa Tabel 4.3

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

Indikator soal No soal

Gambar

tabel dan grafik.
tabel, grafik, dan persamaan.
 Gambar 2.1 Evaluasi Countenance Stake
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Lembar Dokumentasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap apa kesalahan umum siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran. menurut Taksonomi Bloom ditinjau dari

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis soal-soal pada buku ajar matematika SMP kelas VII kurikulum 2013 yang ditinjau dari aspek kognitif menurut TIMSS

Analisis Tingkat Kognitif Latihan Soal pada Buku Teks Matematika SMP Kelas IX Berdasarkan Taksonomi Bloom, Ice Septiawati, 040210101106, 38 halaman; Jurusan Pendidikan

Menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi, pokok uji tes penguasaan konsep kimia dalam pembelajaran ini berada pada Dimensi Pengetahuan Konseptual serta

Menurut Nana Sudjana (1995:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran IPA kelas IV di SDN 2 Kayen, mendeskripsikan peningkatan pada ranah afektif dan

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada proses kognitif dalam Revisi Taksonomi Bloom pada materi

kognitif maupun pada prestasi afektif, sehingga dapat simpulkan tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar kognitif