• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Ibu Rumah Tangga sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong | Hidayati | GeoTadulako 2626 7897 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Ibu Rumah Tangga sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong | Hidayati | GeoTadulako 2626 7897 1 PB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KABU

PROGRAM

JURUSAN PEND

FAKULTAS KEGU

U

KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NURLAILI HIDAYATI A 351 08 018

JURNAL

AM STUDI PENDIDIKAN GEOGRA

ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

S KEGURUAN DAN ILMU PENDIDI

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2014

AFI

(2)

ABSTRAK

Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Rumusan masalah yang ada dalam skripsi ini adalah pertama, Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Kedua, faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Ketiga apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.

Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe yang berjumlah 15 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat tempe adalah karena keadaan ekonomi, karena kurangnya penghasilan suami maka ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keahlian sebagai pembuat tempe mereka membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan dengan bekerja sebagai pembuat tempe. Semangat anak untuk sekolah juga menjadi faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu tersebut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan dan membiayai pendidikan anak. Selain faktor pendorong tersebut ada juga faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga tersebut di dalam membuat tempe yaitu, Menurunnya Tingkat Kesehatan, Kenaikkan Harga Bahan Baku, Pemadaman Listrik, dan Air yang Keruh.

(3)

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is first, What are the roles of the housewives as tempe maker in Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District. Second, what are the factors that drive and inhibit the housewife as tempe maker in Sausu village, Sausu subdistrict, Parigi Moutong District. Third, whether the income as tempe makers can support children's education fees. The purpose of this study was to determine what are the roles of the housewives as tempe makers in Sausu village, Suasu subdistrict, Parigi Moutong District, to determine the factors driving and inhibiting housewives as tempeh maker in Sausu village, Sausu sub-district Parigi

Moutong District, to determine whether housewives’ incomes as tempe makers can

support children's education fee.

This research method is descriptive qualitative. The population of this research was 15 housewives who work as a maker of tempe. The data was collected through interview and documentation. Interview results were analyzed through three stages, namely: reduction, presentation, and conclusion/verification.

The results showed that the role of the housewives as tempe makers in the Sausu village, Sausu sub-districts, Parigi Moutong District which have double role as a mother or a wife of a husband's duty to take care of not only domestic but also has the duty to fulfill the needs, especially at the low income groups, the driving factors of housewives work as tempe makers was because of the economic reason that was lack of husband's income, housewives who have expertise as tempe makers can support their husbands in fulfilling the needs of their family. The spirit of their children to school was also a driving factor of the housewives at Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District to work and pay for the education of theirchildren. In addition to these drivings factors, there were also inhibiting factors of housewives in producing tempe, namely: a decreased level of health, the increased price of raw materials, power outages, and dirty water.

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara Sosiologis, dalam kehidupan masyarakat Indonesia ada dua hal yang

terjadi mengenai peran perempuan, yang pertama secara tekstual peran perempuan masih

dipermasalahkan sebagian orang dengan mengatakan bahwa peran perempuan hanya di

sekitar rumah dan membesarkan anak, yang kedua secara kontekstual kondisi

perekonomian keluarga memaksa perempuan untuk turut mencari nafkah tambahan di

luar rumah. Kedua asumsi ini didasari pada kenyataan bahwa perempuan diperhadapkan

pada dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan dalam

profesi apapun. Seorang ibu rumah tangga, guru, dosen, pengusaha, memiliki posisi

sama yang pada akhirnya adalah sebuah konsekuensi logis yang harus diterima. (Andi

Nurfitri Balasong. 2006:39).Wanita merupakan suatu golongan yang sangat berperan

penting dalam sektor pembangunan, wanita mempunyai persamaan dan kedudukan yang

tinggi dengan pria, yaitu sebagai tempat untuk mengembangkan suatu pembangunan

nasional suatu Negara.Wanita memerlukan perhatian penting dari pemerintah sebab ia

dapat dikatakan sebagai tokoh yang luar biasa karena selain mengurus keluarga banyak

wanita yang berhasil dalam berbagai bidang. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap

warga negara laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

kegiatan pembangunan, upaya untuk dilaksanakannya keberhasilan nasional sebagai

pengamalan pancasila yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Sugiono (2011 : 34) ada dua tipe peranan wanita yaitu :

1. Peran wanita seluruhnya dalam pekerjaan rumah tangga atau pemeliharaan

kebutuhan

2. Wanita mempunyai peranan dalam rumah tangga dan bekerja mencari nafkah.

Hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 18 November 2012

menunjukkan bahwa aktifitas ibu rumah tangga di Desa Sausu yang bekerja sebagai

pembuat tempe mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak

hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan

kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Akibat dari

rendahnya tingkat pendapatan dari suami sehingga ibu atau istri juga turut serta untuk

mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan

(5)

Kondisi di Desa Sausu dari kurangnya pendapatan suami untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga dan membiayai pendidikan anak maka istri sebagai ibu rumah

tangga berperan meningkatkan kesejahteraan keluarga melakukan aktifitas-aktifitas

seperti petani, pedagang, guru, pembantu rumah tangga dan sebagainya, yang penting

menurut pendapat mereka mendapatkan uang dan mendapatkan nilai tambah dalam

meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga. Masyarakat Desa Sausu

mempunyai semangat kerja yang begitu tinggi dimana masyarakatnya sebagian besar

adalah bermata pencaharian sebagai petani, begitu pula istri (ibu rumah tangga)

semangat kerja demi meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menyekolahkan anak

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak kalah dengan laki-laki, mereka melakukan

pekerjaan dengan semangat yang tinggi apabila dengan pesatnya arus modernisasi dan

perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan primer dan sekunder yang harus

dipenuhi masyarakat utamanya kaum wanita.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukanpenelitian tentang “Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di

Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah

penelitian akan memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu

Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

2. Faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja

sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi

Moutong.

3. Apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe

dapat menunjang biaya pendidikan anak.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di

Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai

pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.

3. Untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, minimal sebagai bahan masukan

bagi pengambil kebijakan dalam rangka menentukan upah minimum bagi tenaga

kerja.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peminat masalah –masalah sosial,

terutama di bidang ketenaga kerjaan, lebih khusus lagi pada masalah Tenaga Kerja

Perempuan.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif melalui pendekatan

deskriptif. Menurut West dalam Sukardi (2003 : 157) “penelitian kualitatif melalui

pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menginterprestasi objek sesuai apa adanya”. Dalam hal ini peneliti ingin menggambarkan

tentang peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dalam memenuhi

kebutuhan dan terutama membiayai pendidikan anak. Penelitian dilakukan di Desa Sausu

Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.Lokasi dipilih karena Desa Sausu merupakan

salah satu desa di Kabupaten Parigi Moutong yang memproduksi tempe dengan bahan baku

kedelai.

Di dalam bidang ilmu Geografi sering dijumpai mengenai keadaan lokasi suatu

daerah dan kependudukan, dimana dalam hal ini akan dijelaskan mengenai keadaan

geografis wilayah Desa Sausu dan Keadaan Demografis Desa Sausu.

1) Keadaan Geografis Desa Sausu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Sausu Piore

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sausu Salobanga

- Sebelah Timur berbatasan dengan Sausu Torono

- Sebelah Barat berbatasan dengan Sausu Taliabo

(7)

2) Keadaan Demografis Desa Sausu:

Penduduk Desa Sausu secara keseluruhan adalah 5.848 jiwa yang terdiri atas

laki-laki 3.006 jiwa dan perempuan 2.842 jiwa. Untuk lebih jelasnya keadaan Desa Sausu

diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Keadaan Jumlah Penduduk Desa Sausu Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 3.066 Perempuan 2.842

Jumlah 5.908

Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012

Selain jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin juga dapat dilihat tabel jumlah

penduduk berdasarkan kelompok usia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada tabel

berikut :

(8)

Jumlah Penduduk Menurut

Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk Desa Sausu baik

laki-laki maupun perempuan yang masih berusia produktif. Menurut Sumbarg dalam Hadiyati

(2011:10) menggolongkan tentang usia produktif bagi kelompok usia kerja, yakni “ usia 0 –

15 tahun usia belum produktif, usia 16 – 65 tahun usia produktif dan usia di atas 65 tahun

golongan tidak produktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa

Sausu yang masih tergolong produktif dalam bekerja yakni sebanyak 2.016 jiwa, usia belum

produktif sebanyak 916 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 134 jiwa. Adapun jumlah

penduduk perempuan Desa Sausu yang masih tergolong produktif sebanyak 1.836 jiwa, usia

belum produktif sebanyak 894 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 112 jiwa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif, Belum Produktif, dan Tidak

Produktif

Sumber : Hasil pengolahan data primer 2013

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 April sampai dengan 07 Mei yang

(9)

menyiapkan instrumen penelitian berupa data wawancara yang berisi pertanyaan sebanyak

11 butir.

Menurut Suharsimi (2006 : 130) mengemukakan bahwa : “populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian.” Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa populasi

merupakan individu-individu keseluruhan subjek yang akan diteliti.Berdasarkan pengertian

tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu-ibu

rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu

Kabupaten Parigi Moutong. Setelah diadakan penelusuran dan pencatatan ditemukan

sebanyak 15 orang yang bekerja sebagai pembuat tempe. (sumber : Kantor Desa Sausu :

2013).

Sampel merupakan wakil dari populasi atau bagian dari populasi. Untuk menentukan

jumlah sampel dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada Suharsimi (2002:112). Yang

mengatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat

diambil antara 10 - 15% atau 20–25% atau lebih. Oleh karena itu karena jumlah populasi

dalam penelitian ini kurang dari 100 dengan jumlah 15 orang maka penentuan sampelnya

ditetapkan 15 orang dengan 2 informan kunci yakni Kepala Desa dan salah seorang

pembuat tempe yakni ibu Adem.

Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni

teknik wawancara maka penetapan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu

penentuan sampel dengan sengaja. Adapun jumlah sampel yang dimaksud yaitu 15 orang

Ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dan 2 informan kunci yakni Kepala

Desa dan salah satu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe.

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara

sebagaimana metode yang akan dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan yang merupakan data

yang diolah yaitu berupa dokumen-dokumen yang memuat tentang keadaan geografis,

keadaan demografis, keadaan kondisi ekonomi serta sosial budaya dan

keterangan-keterangan yang erat kaitannya dengan kasus yang diteliti.

Untuk data yang akan terkumpul melalui observasi dan wawancara, akan dianalisis secara

kualitatif melalui:

(10)

Reduksi data dilakukan sebagai proses memilih, menyederhanakan data dan

transformasi data primer yang terdapat dalam catatan penelitian, mengelompokkan,

mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data

menurut permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

2) Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan adalah penyusunan sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

penyajian data.

3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh informasi dari data yang

tersusun melalui penyajian data.

Ketiga analisis data tersebut berlangsung secara terus menerus sepanjang penelitian

berlangsung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di lokasi penelitian yakni Desa

Sausu melalui teknik wawancara yang diajukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang

bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu :Menurut wawancara yang dilakukan

peneliti, selain dari penghasilan suami yang masih serba kekurangan untuk memenuhi

kebutuhan dan membiayai pendidikan anak, maka istri juga turut serta dalam memenuhi

kebutuhan rumah tangganya.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa anak dari ibu-ibu

rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe semua memiliki

semangat yang besar untuk meraih cita-cita. Mereka tidak memandang latar belakang

apa orang tuanya. Latar belakang orang tua justru membuat sang anak menjadi

termotivasi untuk menuntut ilmu hingga meraih cita-cita yang diinginkan. Disamping

karena latar belakang orang tua anak juga mendapatkan dorongan dari orang tua itu

sendiri untuk rajin belajar dan tetap sekolah. Masalah pekerjaan orang tua terutama orang

tua perempuan itu sama sekali tidak menghambat atau menggangu proses belajar anak.

3.2 PEMBAHASAN

1. Peran Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat Tempe di Desa

(11)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga di Desa

Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe sangat berperan dalam meningkatkan

pendapatan keluarga. Tingginya tingkat kebutuhan hidup, serta terbatasnya lapangan

kerja ditambah ketatnya persaingan kerja, membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut

harus turut serta berperan dalam lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan

pendapatan keluarga.Berdasarkan hasil pengolahan data nomor demi nomor pada hasil

wawancara bahwa analisis peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat

tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong yaitu mengenai:

1. Cara Mendapatkan Bahan Baku

Hasil wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat

tempe di Desa Sausu, semua mengatakan bahwa bahan baku yang mereka peroleh

semua berasal dari pasar. Bahan baku tempe yang dijual di pasar tersebut semua berasal

dari Desa lain bukan dari Desa Sausu itu sendiri, yang disebabkan karena di Desa

Sausu tidak ada yang menanam kedelai.

2. Penggunaan Waktu Kerja

Dari data penelitian ditemukan bahwa para informan memiliki penggunaan

waktu kerja yang berbeda. Hasil penelitian yang peneliti lakukan lamanya proses

pembuatan tempe ibu-ibu Desa Sausu itu tergantung dari banyaknya tempe yang akan

dibuat.

3. Pembagian Waktu

Dari hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa pada umumnya

informan yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat membagi waktunya dengan tugas

rumah. Kemampuan pengaturan waktu kerja ini merupakan sebuah indikator, batapa

ibi-ibu sangat perperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

4. Cara Pemasaran

Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, cara pemasaran tempe selain

dipasarkan sendiri di rumah, para informan juga memasarkan tempenya pada

pedagang-pedagang sayur keliling yang dijualnya kembali dan ada juga yang

memasarkan tempenya dengan cara berdagang keliling. Berikut peta distribusi

(12)

5. Pendapatan Perbulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa pendapatan ibu-ibu

rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe setiap bulannya berkisar antara

Rp.2000.000-Rp.4000.000

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Pekerjaan

Membuat Tempe

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi

pendorong ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka memilih

pekerjaan tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor ekonomi dan faktor keinginan

menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi. Faktor ekonomi merupakan faktor

penunjang dalam kehidupan rumah tangga. Ketika faktor ini tidak mendukung maka

kebutuhan rumah tangga akan tidak terpenuhi segalanya termasuk kebutuhan

menempuh pendidikan. Penghasilan yang minim ditengah mahalnya pendidikan saat ini

sangat sulit dirasakan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi itu selalu dirasakan

oleh setiap orang tua, karena pendidikan itu sangat penting bagi orang tua yang

mengerti betapa pentingnya arti pendidikan. Hal tersebut yang dirasakan oleh semua

ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka rela

bantig tulang demi membantu suami dalam menyekolahkan anak-anaknya dengan

(13)

kenal lelah, meskipun harus bersusah payah dalam proses pembuatan tempe tersebut

mereka tidak peduli.

Selain faktor pendorong di atas ada juga yang menjadi faktor penghambat

ibu-ibu tersebut di dalam bekerja membuat tempe. Berdasarkan hasil penelitian di Desa

Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga

yang bekerja sebagai pembuat tempe adalah:

1. Menurunnya Tingkat Kesehatan

Di bagian awal pembahasan telah dipaparkan bahwa salah satu yang menjadi

faktor penghambat dalam pembuatan tempe adalah menurunnya tingkat kesehatan. Hal

ini merupakan faktor penghambat dalam usaha pembuatan tempe, hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua pelaku usaha yaitu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai pembuat tempe sudah menginjak usia tua yang relatif sangat rentan oleh

penyakit.

2. Kenaikan Harga Bahan Baku

Naik turun harga suatu barang itu sudah biasa terjadi di Negara kita ini. Naiknya

bahan baku tempe atau kedelai ternyata bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai pembuat tempe itu merupakan faktor penghambat didalam pembuatan tempe.

Harga kedelai yang tiba-tiba naik membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut

cenderung untuk membelinya.Jika harga kedelai naik ibu-ibu rumah tangga tersebut

lebih memilih untuk membeli kedelai yang biasa dan jika tidak ada kedelai yang biasa

ibu-ibu lebih memilih untuk istirahat sejenak sampai harga kedelai normal kembali.

3. Pemadaman Listrik

Dengan melihat data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe menunjukkan

bahwa air yang ibu-ibu rumah tangga tersebut gunakan dalam membuat tempe adalah

air Dap. Air tersebut dapat digunakan jika ada daya listrik dan jika listrik tidak ada atau

padam maka air tersebut tidak bisa digunakan.Oleh karena itu, ibu-ibu rumah tangga

tersebut selalu menampung air dalam bak yang cukup besar untuk digunakan pada saat

listrik padam.Namun yang jadi masalah disini adalah apabila air hasil tampungan

tersebut habis dan listrik mulai padam, ibu-ibu cenderung tidak bisa bekerja.

4. Air yang Keruh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu

Kabupaten Parigi Moutong telah membuktikan bahwa sebenarnya air yang keruh

(14)

hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Air yang keruh dapat

mengakibatkan hasil tempe yang tidak baik atau bahkan tempe yang dibuat cenderung

tidak akan jadi.

3. Apakah Penghasilan Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat

Tempe Di Desa Sausu dapat Menunjang Biaya Pendidikan Anak

Berdasarkan hasil penelitian telah membuktikan bahwa penghasilan dari ibu-ibu

rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe tersebut dapat

menunjang biaya pendidikan anak. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari besarnya

pendapatan perbulan, yang mana pendapatan tersebut sebagian besar dipergunakn ibu

rumah tangga untuk memenuhi fasilitas pendidikan anak, seperti perlengkapan

sekolah.Alhasil anak menjadi termotifasi untuk belajar. Melihat hal tersebut ibu rumah

tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu tak ingin mengganti

usahanya sebagai pembuat tempe.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Desa Sausu

Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong jika dibandingkan dengan Desa Auma

Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong terdapat persamaan dan perbedaan.Adapun

perbedaannya yakni pada Desa Sausu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai

pembuat tempe dalam memproduksi tempe mereka mengerjakannya dengan sendiri

tanpa menyewa tenaga kerja. Sedangkan pada Desa Auma ibu-ibu rumah tangga yang

bekerja sebagai pembuat tempe mereka mengerjakannya dengan menggunakan tenaga

kerja yang disewa dan digaji sebesar Rp.500.000 per bulan. Adapun persamaannya yakni

pada pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat pada setiap

bulannya berkisar Rp.2000.000–Rp.400.000.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menunjang biaya

pendidikan anak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa

Sausu lebih berperan dibandingkan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Auma. Hal

tersebut disebabkan karena pendapatan ibu-ibu rumah tangga di Desa Auma sebagian

pendapatan dipergunakan untuk membayar tenaga kerja sehingga pendapatan yang

diperoleh hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu juga

anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Auma yang bekerja sebagai pembuat tempe

semangat untuk bersekolah sangat rendah. Sedangkan ibu-ibu rumah tangga di Desa

Sausu penghasilannya semata-mata untuk membantu suami dalam membiayai

(15)

tersebut memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Hal itu juga yang menjadi faktor

pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu memilih pekerjaan sebagai pembuat tempe.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini

berdasarkan atas data yang ditemui di lapangan, maka diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu

Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri

dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas

dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang

berpenghasilan rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pendapatan suami sehingga

ibu atau istri juga turut serta dalam mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kejenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

2. Faktor pendorong dan penghambat ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat

tempe di Desa Sausu kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Meliputi: faktor

pendorong: a) Faktor ekonomi, b) Faktor Keinginan Menyekolahkan Anak

Kejenjang yang Lebih Tinggi. Faktor penghambat: a) Menurunnya Tingkat

Kesehatan, b) Kenaikkan Harga Bahan Baku, c) Pemadaman Listrik, d) Air yang

Keruh.

3. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari penghasilan ibu-ibu rumah tangga Desa

Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan

anak.

4.2 Saran

Beberapa saran yang perlu dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan

pembahasan sebagai berikut :

1. Sehubungan dengan peran ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu

Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, maka disarankan kepada ibu-ibu

rumah tangga Desa Sausu tersebut agar tetap menjaga peranannya sebagai ibu

rumah tangga juga sebagai peranannya dalam menunjang biaya kehidupan rumah

(16)

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat menyediakan lapangan pekerjaan kepada

masyarakat.

V. DAFATAR PUSTAKA

Andi Nurfitri Balasong, (2006). Perempuan Untuk Perempuan. Jakarta:Agatama Media Prestasi.

Aslama.(2004). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Tenaga Kerja dalam Usaha Kue

Jalankote di Kelurahan Ujuna.Skripsi. Palu: Universitas Tadulako.

Bagus Sugyono.(2011). http://www.kacangkedelai.com/cara-budidaya-kacang-kedelai/(Online).(Diakses 06 Juli 2013).

Hadiyati.(2011). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma.

Irmawati.(2000).http://www.menegpp.go.id//Aplikasidata/Index.php?option:com_conten&v iew:article&id:go:peran-gender&catid:37:91ossary-gender&Itemid:101.(Online). Diakses 21 Maret 2013).

Marhumah. (2006). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Gula Aren dalam

Menunjang Biaya Pendidikan Anak di Desa Salugan Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: Fkip Universitas Tadulako.

Munandar, Sukarni Catur Utami. (1985). Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Purwaningsih, Eko. (2007). Cara Pembuatan Tempe dan Manfaatnya.Jakarta : Redaksi Agromedia.

Sabab Jalal. (2011). http://esq news.com/2012/berita/07/31/kara-bahan-baku-awal-tempe.html bahan baku untuk memproduksi tempe. (Online).(Diakses 21 Maret 2013).

Soewondo, Nani. (1984). Kedudukan Wanita Dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Jakarta Timur: Galia Indonesia.

Sugiono.(2011). Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta :Gajah Mada University Press.

Suharsimi, (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Suheni, Neni. (2007). Membuat Tahu dan Tempe.Bandung: Redaksi Agromedia.

Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Taufik.(2009). http://blogspot.com/2011/03/pemasaran-tempe.html.(Online).(Diakses 21 Maret 2013.

(17)

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif, Belum Produktif, dan TidakProduktif

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: peranan ibu rumah tangga dalam pembibitan mangrove?, bagaimana produktivitas kerja ibu rumah tangga

Dengan peran ibu yang dominan dan optimal dalam suatu keluarga yang mencakup tugas pokok seorang ibu sebagai pengurus rumah tangga dan juga perannya dalam

Dari sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendampingi suami serta

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran ganda ibu rumah tangga dalam menigkatkan kesejateraan keluarga di desa Allude kecamatan Kalongan kabupaten

Adanya wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga kebanyakan justru mempunyai hubungan yang baik dengan suaminya, pembagian peran dan kerja dalam rumah tangga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan cengkeh di Desa Sausu Torono Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong yaitu kelas S2

Peran wanita nelayan tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga sebagai pencari nafkah, wanita nelayan mempunyai peran ganda dalam keluarganya. Wanita

Perempuan yang bekerja akan memiliki dua peran yaitu, di satu pihak wanita aktif sebagai ibu rumah tangga, banyak dituntut tanggung jawab terhaadap kehidupan, kesejahteraan, maupun