KABU
PROGRAM
JURUSAN PEND
FAKULTAS KEGU
U
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NURLAILI HIDAYATI A 351 08 018
JURNAL
AM STUDI PENDIDIKAN GEOGRA
ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
S KEGURUAN DAN ILMU PENDIDI
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2014
AFI
ABSTRAK
Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Rumusan masalah yang ada dalam skripsi ini adalah pertama, Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Kedua, faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Ketiga apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan anak.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe yang berjumlah 15 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat tempe adalah karena keadaan ekonomi, karena kurangnya penghasilan suami maka ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keahlian sebagai pembuat tempe mereka membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan dengan bekerja sebagai pembuat tempe. Semangat anak untuk sekolah juga menjadi faktor pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu tersebut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan dan membiayai pendidikan anak. Selain faktor pendorong tersebut ada juga faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga tersebut di dalam membuat tempe yaitu, Menurunnya Tingkat Kesehatan, Kenaikkan Harga Bahan Baku, Pemadaman Listrik, dan Air yang Keruh.
ABSTRACT
Formulation of the problem in this research is first, What are the roles of the housewives as tempe maker in Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District. Second, what are the factors that drive and inhibit the housewife as tempe maker in Sausu village, Sausu subdistrict, Parigi Moutong District. Third, whether the income as tempe makers can support children's education fees. The purpose of this study was to determine what are the roles of the housewives as tempe makers in Sausu village, Suasu subdistrict, Parigi Moutong District, to determine the factors driving and inhibiting housewives as tempeh maker in Sausu village, Sausu sub-district Parigi
Moutong District, to determine whether housewives’ incomes as tempe makers can
support children's education fee.
This research method is descriptive qualitative. The population of this research was 15 housewives who work as a maker of tempe. The data was collected through interview and documentation. Interview results were analyzed through three stages, namely: reduction, presentation, and conclusion/verification.
The results showed that the role of the housewives as tempe makers in the Sausu village, Sausu sub-districts, Parigi Moutong District which have double role as a mother or a wife of a husband's duty to take care of not only domestic but also has the duty to fulfill the needs, especially at the low income groups, the driving factors of housewives work as tempe makers was because of the economic reason that was lack of husband's income, housewives who have expertise as tempe makers can support their husbands in fulfilling the needs of their family. The spirit of their children to school was also a driving factor of the housewives at Sausu village, Sausu sub-district, Parigi Moutong District to work and pay for the education of theirchildren. In addition to these drivings factors, there were also inhibiting factors of housewives in producing tempe, namely: a decreased level of health, the increased price of raw materials, power outages, and dirty water.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara Sosiologis, dalam kehidupan masyarakat Indonesia ada dua hal yang
terjadi mengenai peran perempuan, yang pertama secara tekstual peran perempuan masih
dipermasalahkan sebagian orang dengan mengatakan bahwa peran perempuan hanya di
sekitar rumah dan membesarkan anak, yang kedua secara kontekstual kondisi
perekonomian keluarga memaksa perempuan untuk turut mencari nafkah tambahan di
luar rumah. Kedua asumsi ini didasari pada kenyataan bahwa perempuan diperhadapkan
pada dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan dalam
profesi apapun. Seorang ibu rumah tangga, guru, dosen, pengusaha, memiliki posisi
sama yang pada akhirnya adalah sebuah konsekuensi logis yang harus diterima. (Andi
Nurfitri Balasong. 2006:39).Wanita merupakan suatu golongan yang sangat berperan
penting dalam sektor pembangunan, wanita mempunyai persamaan dan kedudukan yang
tinggi dengan pria, yaitu sebagai tempat untuk mengembangkan suatu pembangunan
nasional suatu Negara.Wanita memerlukan perhatian penting dari pemerintah sebab ia
dapat dikatakan sebagai tokoh yang luar biasa karena selain mengurus keluarga banyak
wanita yang berhasil dalam berbagai bidang. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap
warga negara laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
kegiatan pembangunan, upaya untuk dilaksanakannya keberhasilan nasional sebagai
pengamalan pancasila yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Sugiono (2011 : 34) ada dua tipe peranan wanita yaitu :
1. Peran wanita seluruhnya dalam pekerjaan rumah tangga atau pemeliharaan
kebutuhan
2. Wanita mempunyai peranan dalam rumah tangga dan bekerja mencari nafkah.
Hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 18 November 2012
menunjukkan bahwa aktifitas ibu rumah tangga di Desa Sausu yang bekerja sebagai
pembuat tempe mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri dari suami tidak
hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas dalam pemenuhan
kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Akibat dari
rendahnya tingkat pendapatan dari suami sehingga ibu atau istri juga turut serta untuk
mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
Kondisi di Desa Sausu dari kurangnya pendapatan suami untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan membiayai pendidikan anak maka istri sebagai ibu rumah
tangga berperan meningkatkan kesejahteraan keluarga melakukan aktifitas-aktifitas
seperti petani, pedagang, guru, pembantu rumah tangga dan sebagainya, yang penting
menurut pendapat mereka mendapatkan uang dan mendapatkan nilai tambah dalam
meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga. Masyarakat Desa Sausu
mempunyai semangat kerja yang begitu tinggi dimana masyarakatnya sebagian besar
adalah bermata pencaharian sebagai petani, begitu pula istri (ibu rumah tangga)
semangat kerja demi meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menyekolahkan anak
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak kalah dengan laki-laki, mereka melakukan
pekerjaan dengan semangat yang tinggi apabila dengan pesatnya arus modernisasi dan
perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan primer dan sekunder yang harus
dipenuhi masyarakat utamanya kaum wanita.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukanpenelitian tentang “Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Tempe di
Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian akan memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu
Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.
2. Faktor apa yang mendorong dan penghambat ibu rumah tangga tersebut bekerja
sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi
Moutong.
3. Apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe
dapat menunjang biaya pendidikan anak.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di
Desa Sausu Kecamata Sausu Kabupaten Parigi Moutong.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat ibu rumah tangga sebagai
pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.
3. Untuk mengetahui apakah penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, minimal sebagai bahan masukan
bagi pengambil kebijakan dalam rangka menentukan upah minimum bagi tenaga
kerja.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peminat masalah –masalah sosial,
terutama di bidang ketenaga kerjaan, lebih khusus lagi pada masalah Tenaga Kerja
Perempuan.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif melalui pendekatan
deskriptif. Menurut West dalam Sukardi (2003 : 157) “penelitian kualitatif melalui
pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterprestasi objek sesuai apa adanya”. Dalam hal ini peneliti ingin menggambarkan
tentang peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dalam memenuhi
kebutuhan dan terutama membiayai pendidikan anak. Penelitian dilakukan di Desa Sausu
Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.Lokasi dipilih karena Desa Sausu merupakan
salah satu desa di Kabupaten Parigi Moutong yang memproduksi tempe dengan bahan baku
kedelai.
Di dalam bidang ilmu Geografi sering dijumpai mengenai keadaan lokasi suatu
daerah dan kependudukan, dimana dalam hal ini akan dijelaskan mengenai keadaan
geografis wilayah Desa Sausu dan Keadaan Demografis Desa Sausu.
1) Keadaan Geografis Desa Sausu:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sausu Piore
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sausu Salobanga
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sausu Torono
- Sebelah Barat berbatasan dengan Sausu Taliabo
2) Keadaan Demografis Desa Sausu:
Penduduk Desa Sausu secara keseluruhan adalah 5.848 jiwa yang terdiri atas
laki-laki 3.006 jiwa dan perempuan 2.842 jiwa. Untuk lebih jelasnya keadaan Desa Sausu
diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Keadaan Jumlah Penduduk Desa Sausu Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 3.066 Perempuan 2.842
Jumlah 5.908
Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012
Selain jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin juga dapat dilihat tabel jumlah
penduduk berdasarkan kelompok usia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada tabel
berikut :
Jumlah Penduduk Menurut
Sumber: Kantor Desa Sausu dalam angka, Desember 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk Desa Sausu baik
laki-laki maupun perempuan yang masih berusia produktif. Menurut Sumbarg dalam Hadiyati
(2011:10) menggolongkan tentang usia produktif bagi kelompok usia kerja, yakni “ usia 0 –
15 tahun usia belum produktif, usia 16 – 65 tahun usia produktif dan usia di atas 65 tahun
golongan tidak produktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa
Sausu yang masih tergolong produktif dalam bekerja yakni sebanyak 2.016 jiwa, usia belum
produktif sebanyak 916 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 134 jiwa. Adapun jumlah
penduduk perempuan Desa Sausu yang masih tergolong produktif sebanyak 1.836 jiwa, usia
belum produktif sebanyak 894 jiwa dan usia tidak produktif sebanyak 112 jiwa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif, Belum Produktif, dan Tidak
Produktif
Sumber : Hasil pengolahan data primer 2013
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 April sampai dengan 07 Mei yang
menyiapkan instrumen penelitian berupa data wawancara yang berisi pertanyaan sebanyak
11 butir.
Menurut Suharsimi (2006 : 130) mengemukakan bahwa : “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.” Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa populasi
merupakan individu-individu keseluruhan subjek yang akan diteliti.Berdasarkan pengertian
tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu-ibu
rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu
Kabupaten Parigi Moutong. Setelah diadakan penelusuran dan pencatatan ditemukan
sebanyak 15 orang yang bekerja sebagai pembuat tempe. (sumber : Kantor Desa Sausu :
2013).
Sampel merupakan wakil dari populasi atau bagian dari populasi. Untuk menentukan
jumlah sampel dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada Suharsimi (2002:112). Yang
mengatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10 - 15% atau 20–25% atau lebih. Oleh karena itu karena jumlah populasi
dalam penelitian ini kurang dari 100 dengan jumlah 15 orang maka penentuan sampelnya
ditetapkan 15 orang dengan 2 informan kunci yakni Kepala Desa dan salah seorang
pembuat tempe yakni ibu Adem.
Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni
teknik wawancara maka penetapan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu
penentuan sampel dengan sengaja. Adapun jumlah sampel yang dimaksud yaitu 15 orang
Ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe dan 2 informan kunci yakni Kepala
Desa dan salah satu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe.
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara
sebagaimana metode yang akan dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan yang merupakan data
yang diolah yaitu berupa dokumen-dokumen yang memuat tentang keadaan geografis,
keadaan demografis, keadaan kondisi ekonomi serta sosial budaya dan
keterangan-keterangan yang erat kaitannya dengan kasus yang diteliti.
Untuk data yang akan terkumpul melalui observasi dan wawancara, akan dianalisis secara
kualitatif melalui:
Reduksi data dilakukan sebagai proses memilih, menyederhanakan data dan
transformasi data primer yang terdapat dalam catatan penelitian, mengelompokkan,
mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data
menurut permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
2) Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan adalah penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
penyajian data.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh informasi dari data yang
tersusun melalui penyajian data.
Ketiga analisis data tersebut berlangsung secara terus menerus sepanjang penelitian
berlangsung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di lokasi penelitian yakni Desa
Sausu melalui teknik wawancara yang diajukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang
bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu :Menurut wawancara yang dilakukan
peneliti, selain dari penghasilan suami yang masih serba kekurangan untuk memenuhi
kebutuhan dan membiayai pendidikan anak, maka istri juga turut serta dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangganya.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa anak dari ibu-ibu
rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe semua memiliki
semangat yang besar untuk meraih cita-cita. Mereka tidak memandang latar belakang
apa orang tuanya. Latar belakang orang tua justru membuat sang anak menjadi
termotivasi untuk menuntut ilmu hingga meraih cita-cita yang diinginkan. Disamping
karena latar belakang orang tua anak juga mendapatkan dorongan dari orang tua itu
sendiri untuk rajin belajar dan tetap sekolah. Masalah pekerjaan orang tua terutama orang
tua perempuan itu sama sekali tidak menghambat atau menggangu proses belajar anak.
3.2 PEMBAHASAN
1. Peran Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat Tempe di Desa
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga di Desa
Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe sangat berperan dalam meningkatkan
pendapatan keluarga. Tingginya tingkat kebutuhan hidup, serta terbatasnya lapangan
kerja ditambah ketatnya persaingan kerja, membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut
harus turut serta berperan dalam lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan
pendapatan keluarga.Berdasarkan hasil pengolahan data nomor demi nomor pada hasil
wawancara bahwa analisis peran ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat
tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong yaitu mengenai:
1. Cara Mendapatkan Bahan Baku
Hasil wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat
tempe di Desa Sausu, semua mengatakan bahwa bahan baku yang mereka peroleh
semua berasal dari pasar. Bahan baku tempe yang dijual di pasar tersebut semua berasal
dari Desa lain bukan dari Desa Sausu itu sendiri, yang disebabkan karena di Desa
Sausu tidak ada yang menanam kedelai.
2. Penggunaan Waktu Kerja
Dari data penelitian ditemukan bahwa para informan memiliki penggunaan
waktu kerja yang berbeda. Hasil penelitian yang peneliti lakukan lamanya proses
pembuatan tempe ibu-ibu Desa Sausu itu tergantung dari banyaknya tempe yang akan
dibuat.
3. Pembagian Waktu
Dari hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa pada umumnya
informan yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat membagi waktunya dengan tugas
rumah. Kemampuan pengaturan waktu kerja ini merupakan sebuah indikator, batapa
ibi-ibu sangat perperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga.
4. Cara Pemasaran
Menurut wawancara yang dilakukan peneliti, cara pemasaran tempe selain
dipasarkan sendiri di rumah, para informan juga memasarkan tempenya pada
pedagang-pedagang sayur keliling yang dijualnya kembali dan ada juga yang
memasarkan tempenya dengan cara berdagang keliling. Berikut peta distribusi
5. Pendapatan Perbulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa pendapatan ibu-ibu
rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe setiap bulannya berkisar antara
Rp.2000.000-Rp.4000.000
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Pekerjaan
Membuat Tempe
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi
pendorong ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka memilih
pekerjaan tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor ekonomi dan faktor keinginan
menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi. Faktor ekonomi merupakan faktor
penunjang dalam kehidupan rumah tangga. Ketika faktor ini tidak mendukung maka
kebutuhan rumah tangga akan tidak terpenuhi segalanya termasuk kebutuhan
menempuh pendidikan. Penghasilan yang minim ditengah mahalnya pendidikan saat ini
sangat sulit dirasakan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.
Keinginan menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi itu selalu dirasakan
oleh setiap orang tua, karena pendidikan itu sangat penting bagi orang tua yang
mengerti betapa pentingnya arti pendidikan. Hal tersebut yang dirasakan oleh semua
ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe, mereka rela
bantig tulang demi membantu suami dalam menyekolahkan anak-anaknya dengan
kenal lelah, meskipun harus bersusah payah dalam proses pembuatan tempe tersebut
mereka tidak peduli.
Selain faktor pendorong di atas ada juga yang menjadi faktor penghambat
ibu-ibu tersebut di dalam bekerja membuat tempe. Berdasarkan hasil penelitian di Desa
Sausu menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat ibu-ibu rumah tangga
yang bekerja sebagai pembuat tempe adalah:
1. Menurunnya Tingkat Kesehatan
Di bagian awal pembahasan telah dipaparkan bahwa salah satu yang menjadi
faktor penghambat dalam pembuatan tempe adalah menurunnya tingkat kesehatan. Hal
ini merupakan faktor penghambat dalam usaha pembuatan tempe, hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua pelaku usaha yaitu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pembuat tempe sudah menginjak usia tua yang relatif sangat rentan oleh
penyakit.
2. Kenaikan Harga Bahan Baku
Naik turun harga suatu barang itu sudah biasa terjadi di Negara kita ini. Naiknya
bahan baku tempe atau kedelai ternyata bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pembuat tempe itu merupakan faktor penghambat didalam pembuatan tempe.
Harga kedelai yang tiba-tiba naik membuat ibu-ibu rumah tangga tersebut
cenderung untuk membelinya.Jika harga kedelai naik ibu-ibu rumah tangga tersebut
lebih memilih untuk membeli kedelai yang biasa dan jika tidak ada kedelai yang biasa
ibu-ibu lebih memilih untuk istirahat sejenak sampai harga kedelai normal kembali.
3. Pemadaman Listrik
Dengan melihat data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe menunjukkan
bahwa air yang ibu-ibu rumah tangga tersebut gunakan dalam membuat tempe adalah
air Dap. Air tersebut dapat digunakan jika ada daya listrik dan jika listrik tidak ada atau
padam maka air tersebut tidak bisa digunakan.Oleh karena itu, ibu-ibu rumah tangga
tersebut selalu menampung air dalam bak yang cukup besar untuk digunakan pada saat
listrik padam.Namun yang jadi masalah disini adalah apabila air hasil tampungan
tersebut habis dan listrik mulai padam, ibu-ibu cenderung tidak bisa bekerja.
4. Air yang Keruh
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sausu Kecamatan Sausu
Kabupaten Parigi Moutong telah membuktikan bahwa sebenarnya air yang keruh
hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Air yang keruh dapat
mengakibatkan hasil tempe yang tidak baik atau bahkan tempe yang dibuat cenderung
tidak akan jadi.
3. Apakah Penghasilan Ibu-ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Pembuat
Tempe Di Desa Sausu dapat Menunjang Biaya Pendidikan Anak
Berdasarkan hasil penelitian telah membuktikan bahwa penghasilan dari ibu-ibu
rumah tangga Desa Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe tersebut dapat
menunjang biaya pendidikan anak. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari besarnya
pendapatan perbulan, yang mana pendapatan tersebut sebagian besar dipergunakn ibu
rumah tangga untuk memenuhi fasilitas pendidikan anak, seperti perlengkapan
sekolah.Alhasil anak menjadi termotifasi untuk belajar. Melihat hal tersebut ibu rumah
tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa Sausu tak ingin mengganti
usahanya sebagai pembuat tempe.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Desa Sausu
Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong jika dibandingkan dengan Desa Auma
Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong terdapat persamaan dan perbedaan.Adapun
perbedaannya yakni pada Desa Sausu ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai
pembuat tempe dalam memproduksi tempe mereka mengerjakannya dengan sendiri
tanpa menyewa tenaga kerja. Sedangkan pada Desa Auma ibu-ibu rumah tangga yang
bekerja sebagai pembuat tempe mereka mengerjakannya dengan menggunakan tenaga
kerja yang disewa dan digaji sebesar Rp.500.000 per bulan. Adapun persamaannya yakni
pada pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat pada setiap
bulannya berkisar Rp.2000.000–Rp.400.000.
Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menunjang biaya
pendidikan anak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembuat tempe di Desa
Sausu lebih berperan dibandingkan dengan ibu-ibu rumah tangga Desa Auma. Hal
tersebut disebabkan karena pendapatan ibu-ibu rumah tangga di Desa Auma sebagian
pendapatan dipergunakan untuk membayar tenaga kerja sehingga pendapatan yang
diperoleh hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu juga
anak-anak dari ibu-ibu rumah tangga Desa Auma yang bekerja sebagai pembuat tempe
semangat untuk bersekolah sangat rendah. Sedangkan ibu-ibu rumah tangga di Desa
Sausu penghasilannya semata-mata untuk membantu suami dalam membiayai
tersebut memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Hal itu juga yang menjadi faktor
pendorong ibu-ibu rumah tangga Desa Sausu memilih pekerjaan sebagai pembuat tempe.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini
berdasarkan atas data yang ditemui di lapangan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Peranan ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu
Kabupaten Parigi Moutong mempunyai peran ganda dimana sebagai ibu atau istri
dari suami tidak hanya bertugas mengurus rumah tangga tapi juga mempunyai tugas
dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pendapatan suami sehingga
ibu atau istri juga turut serta dalam mencari nafkah agar pendapatan bertambah guna
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Faktor pendorong dan penghambat ibu-ibu rumah tangga bekerja sebagai pembuat
tempe di Desa Sausu kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Meliputi: faktor
pendorong: a) Faktor ekonomi, b) Faktor Keinginan Menyekolahkan Anak
Kejenjang yang Lebih Tinggi. Faktor penghambat: a) Menurunnya Tingkat
Kesehatan, b) Kenaikkan Harga Bahan Baku, c) Pemadaman Listrik, d) Air yang
Keruh.
3. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari penghasilan ibu-ibu rumah tangga Desa
Sausu yang bekerja sebagai pembuat tempe dapat menunjang biaya pendidikan
anak.
4.2 Saran
Beberapa saran yang perlu dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan
pembahasan sebagai berikut :
1. Sehubungan dengan peran ibu rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu
Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, maka disarankan kepada ibu-ibu
rumah tangga Desa Sausu tersebut agar tetap menjaga peranannya sebagai ibu
rumah tangga juga sebagai peranannya dalam menunjang biaya kehidupan rumah
2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat menyediakan lapangan pekerjaan kepada
masyarakat.
V. DAFATAR PUSTAKA
Andi Nurfitri Balasong, (2006). Perempuan Untuk Perempuan. Jakarta:Agatama Media Prestasi.
Aslama.(2004). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Tenaga Kerja dalam Usaha Kue
Jalankote di Kelurahan Ujuna.Skripsi. Palu: Universitas Tadulako.
Bagus Sugyono.(2011). http://www.kacangkedelai.com/cara-budidaya-kacang-kedelai/(Online).(Diakses 06 Juli 2013).
Hadiyati.(2011). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Irmawati.(2000).http://www.menegpp.go.id//Aplikasidata/Index.php?option:com_conten&v iew:article&id:go:peran-gender&catid:37:91ossary-gender&Itemid:101.(Online). Diakses 21 Maret 2013).
Marhumah. (2006). Peranan Ibu Rumah Tangga Sebagai Pembuat Gula Aren dalam
Menunjang Biaya Pendidikan Anak di Desa Salugan Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: Fkip Universitas Tadulako.
Munandar, Sukarni Catur Utami. (1985). Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Purwaningsih, Eko. (2007). Cara Pembuatan Tempe dan Manfaatnya.Jakarta : Redaksi Agromedia.
Sabab Jalal. (2011). http://esq news.com/2012/berita/07/31/kara-bahan-baku-awal-tempe.html bahan baku untuk memproduksi tempe. (Online).(Diakses 21 Maret 2013).
Soewondo, Nani. (1984). Kedudukan Wanita Dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Jakarta Timur: Galia Indonesia.
Sugiono.(2011). Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta :Gajah Mada University Press.
Suharsimi, (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Suheni, Neni. (2007). Membuat Tahu dan Tempe.Bandung: Redaksi Agromedia.
Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Taufik.(2009). http://blogspot.com/2011/03/pemasaran-tempe.html.(Online).(Diakses 21 Maret 2013.