• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Service Excellence Training Bagi Staf Administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang Terhadap Service Excellence Skill | Puswiartika | Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan 2376 7113 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Service Excellence Training Bagi Staf Administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang Terhadap Service Excellence Skill | Puswiartika | Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan 2376 7113 1 PB"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHSERVICE EXCELLENCE TRAINING

BAGI STAF ADMINISTRASI BAAK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

TERHADAPSERVICE EXCELLENCE SKILL

Dhevy Puswiartika

Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Abstract.

This research intended to understand the effect of service excellence training for administrative staffs of BAAK Politeknik X to service excellence skill. The number of participants who attented training were 8 administrative staffs. The results showed that service excellence training have a significant effect to service excellence skill. There was a difference between service excellence skill before and after service excellence training for administrative staffs of BAAK Politeknik X. This conclusion based on the z value = - 2,598 (p=0,009 ; p<0,05 ). Service excellence skill after service excellence training was higher than service excellence skill before service excellence training.

Key words:service excellence training, service excellence skill

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jumlah perguruan tinggi membuat persaingan tersendiri bagi

pengelola perguruan tinggi dalam memberikan kualitas pelayanan yang terbaik.

Salah satu unsur yang berpengaruh terhadap keberhasilan upaya perguruan tinggi

dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas adalah sumber daya manusia.

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan sebuah

program pelatihan yang efektif sehingga mampu meningkatkan kinerja,

memperbaiki semangat kerja, dan mendongkrak potensi organisasi. Noe (2003)

mengemukakan bahwa pelatihan adalah usaha terencana yang dilakukan oleh

institusi dalam memfasilitasi karyawannya untuk mempelajari pekerjaan yang

berhubungan dengan kompetensi. Suatu pelatihan dikatakan efektif jika hasil dari

pelatihan tersebut dapat mencapai tujuan organisasi, meningkatkan kemampuan

(2)

Politeknik Negeri Semarang sebagai lembaga pendidikan tinggi Vokasi

Diploma Tiga yang terdepan di Semarang, berupaya menyajikan pendidikan bagi

mahasiswa yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, sehingga diharapkan dapat

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap pakai di masyarakat. Dalam rangka

menjamin kepuasan pelanggan, maka Politeknik Negeri Semarang berusaha

memberikan pelayanan akademik dan administrasi yang bermutu sesuai dengan

standar ISO 9001 : 2000 yang telah diterapkan sejak tahun 2008. Sistem

penjaminan mutu telah diterapkan dan dikembangkan pada semua unit kerja di

lingkungan Politeknik Negeri Semarang.

Pemberian pelayanan administrasi di Politeknik Negeri Semarang mengacu

pada standar pelayanan prima, merupakan terjemahan dari istilah“excellent

service”berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik (Iqbal,

2004), sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi

yang memberikan pelayanan.

Meskipun demikian, keluhan dari pihak pelanggan, khususnya mahasiswa

masih tetap ada, seperti : mahasiswa masih merasakan kurang puas dengan

pelayanan administrasi akademik yang diberikan. Tuntutan ini ditujukan terhadap

pelayanan para staf administrasi bagian pelayanan administrasi akademik dan

kemahasiswaan.

Ketidakpuasan mahasiswa terhadap pelayanan staf administrasi ini tertuang

dalam tulisan yang berisi keluhan mahasiswa sebagai pelanggan (Irma, 2012).

Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) Dimensi sebagai wadah aspirasi mahasiswa

Politeknik Negeri Semarang pun telah mengadakan survei persepsi mahasiswa

terhadap pelayanan staf administrasi di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan

(BAAK) dan telah dimuat di buletin kampus “Ekspose” Volume 2 Agustus 2012.

Survei ini melibatkan 100 orang mahasiswa sebagai responden yang dipilih secara

proporsional mewakili 5 jurusan yang ada di Politeknik Negeri Semarang, yaitu:

jurusan teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, akuntansi dan administrasi niaga.

Hasil dari survei ini menunjukkan bahwa staf administrasi BAAK kurang mampu

melakukan pelayanan sesuai harapan mahasiswa. Pada aspek daya tanggap saat

(3)

BAAK lambat dan bertele-tele, 21% responden menyatakan pelayanan administrasi

BAAK cepat, dan 3% responden menyatakan abstain. Pada aspek jaminan sebanyak

75% responden menyatakan petugas yang melayani tidak ramah, 22% responden

menyatakan petugas yang melayani ramah, dan 3% responden menyatakan abstain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden merasa tidak puas dengan

pelayanan yang diberikan staf administrasi BAAK.

Hasil wawancara peneliti dengan Kepala BAAK menunjukkan bahwa staf

administrasi memiliki motivasi kerja yang sedang, apabila diberikan tugas oleh

atasan staf administrasi BAAK dapat menyelesaikannya dengan penuh tanggung

jawab. Namun menurut Kepala BAAK, staf administrasi kurang memahami

fungsinya sebagai pelayan bagi pelanggannya. Pelayanan yang lambat dan sikap

melayani yang sesungguhnya belum terbentuk. Staf administrasi sering bersikap

ketus dan tidak bersahabat dengan mahasiswa. Kepala BAAK telah mengadakan

diskusi kecil dengan staf administrasi BAAK dan menyimpulkan bahwa hal ini

disebabkan oleh pengetahuan staf administrasi BAAK dalam melayani tergolong

minim. Jarang sekali diadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan

melayani. Hal ini tentu saja berdampak pada tingkat kepuasan mahasiswa sebagai

pelanggan yang rendah terhadap pelayanan staf administrasi BAAK.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan yang rendah ini disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang melayani dengan baik. Staf

administrasi pernah mendapat pelatihan mutu pelayanan pada tahun 2009, namun

tidak ditindaklanjuti dengan penerapan dan evaluasi pelatihan tersebut dalam

pekerjaan sehari-hari.

Pemberian training kepada pegawai yang langsung menghadapi pelanggan

dapat menanamkan perasaan mendalam dalam diri pegawai bahwa tugas utamanya

adalah memberi service excellence terhadap pelanggan (Alma, 2004). Sedangkan

menurut Huque&Vyas (2008) service excellence training menjadi kebutuhan

mutlak guna meningkatkan mutu pelayanan publik yang dapat memuaskan

pelanggan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

(4)

dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan yang berhubungan dengan

peningkatan keterampilan dalam memberikan pelayanan yang memuaskan

pelanggan, yaituservice excellence training.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh service excellence

trainingbagi staf administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang terhadapservice

excellence skill.

II. Kajian Pustaka

A. PengertianService Excellence

Sentana (2006) dan Rahmayanty (2010) mengemukakan service excellence

adalah pelayanan yang sangat baik dan melampaui harapan pelanggan, pelayanan

yang memiliki ciri khas kualitas (quality nice), pelayanan dengan standar mutu

yang tinggi dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan pelanggan.

Parasuraman, dkk (dalam Tjiptono, 2003) menyebutkan dimensi-dimensi kualitas

jasa atau mutu pelayanan yang merupakan aspek-aspekservice excellence. Service

excellence tidak dapat terwujud jika salah satu aspek ada yang lemah, karena

service excellence ini terbentuk melalui pengintegrasian aspek-aspek yang saling

berkaitan (Tsinidou, et.al, 2010), antara lain :

1. Reliabilitas (reliability) : memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali

tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan

waktu yang telah disepakati.

2. Daya tanggap (responsiveness) : kesediaan dan kemampuan para pegawai untuk

membantu para pelanggan dan memproses permintaan mereka, serta

menginformasikan kapan jasa akan diberikan.

3. Jaminan (assurance): perilaku para pegawai mampu menumbuhkan kepercayaan

pelanggannya, selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah

(5)

4. Empati (emphaty): institusi memahami masalah pelanggannya dan bertindak

demi kepentingan pelanggan serta memberikan perhatian personal kepada para

pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangibles) : daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang

digunakan instansi, serta penampilan pegawai.

1. PengertianService Excellence Training

Simamora (2001), Ming Chieh, et.al (2012), dan Khanfar (2011) menyatakan

bahwa training mengarah pada perubahan-perubahan keahlian, pengetahuan, sikap

dan perilaku. Service excellence training adalah pelatihan yang bertujuan untuk

memberikan wawasan dan pengetahuan baru yang terfokus kepada upaya

peningkatan kompetensi dan keterampilan teknis para peserta dalam melayani

pelanggan dengan kualitas optimal, dengan memberikan materi menekankan pada

peningkatan kesadaran peserta tentang kepuasan pelanggan, keterampilan yang

dibutuhkan dalam memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan, dan cara

menghadapi keluhan pelanggan (Tjiptono, 2003).

B. Model Evaluasi Pelatihan

Model yang digunakan dalam mengevaluasi training dan mengukur

efektivitasnya adalah model evaluasi empat level yang dikembangkan oleh

Kirkpatrick (2007) yaitu :

1. Reaction(Reaksi)

Level ini mengevaluasi reaksi dan pendapat dari peserta mengenai training dan

pembelajaran yang mereka terima, yang diukur melalui isian feedback atau

kuesioner yang dibagikan pada saattrainingberakhir.

2. Learning(Belajar)

Level ini bertujuan untuk mengukur perolehan pengetahuan setelah berakhirnya

masatrainingyang dilakukan sebelum dan sesudahtraining.

3. Behavior(Perilaku)

Pada level ini yang dievaluasi adalah behavior atau perilaku yang

(6)

C. Hipotesis

Ada perbedaan service excellence skill sebelum dan sesudah service

excellence training bagi staf administrasi BAAK. Setelah staf administrasi BAAK

mengikuti service excellence training, maka service excellence skill akan lebih

tinggi dibandingkan sebelum staf administrasi BAAK mengikuti service excellence

training.

III. Metode Penelitian

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung :service excellence skill

2. Variabel bebas :service excellence training

B. Definisi Operasional

1. Service excellence skill

Service excellence skilladalah keterampilan peserta pelatihan dalam memberikan

service excellence bagi pelanggan, diukur dengan menggunakan rating scale

service excellence skill yang diisi oleh 3 rater sebelum dan sesudah service

excellence training.

2. Service excellence training

Service excellence training adalah kegiatan pelatihan yang dirancang untuk

meningkatkan keterampilan staf administrasi dalam memberikan pelayanan

terbaik yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan aspek-aspek,

sebagai berikut : daya tanggap, empati, jaminan, keandalan dan bukti fisik.

Dalam hal ini service excellence training akan diadakan selama 1 hari, terdiri

dari 2 sesi yang berlangsung selama 8 jam, dengan peserta 8 orang staf

administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah staf administrasi BAAK Politeknik Negeri

Semarang yang berjumlah 8 orang. Penentuan peserta berdasarkan hasil Training

Need Analysis pada level individu dan tugas yang menunjukkan performa

pelayanan masing-masing yang dianggap masih kurang dan harus ditingkatkan,

(7)

metode purposive non random sampling, yaitu pemilihan sampel sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki (Umar, 2003).

D. Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang digunakan adalah quasi experiment one group pre

test-post test design. Desain ini merupakan desain eksperimen yang hanya

menggunakan satu kelompok subjek (kasus tunggal) dan melakukan pengukuran

sebelum dan sesudah perlakuan pada subjek. Perbedaan kedua hasil pengukuran

tersebut dianggap sebagai efek perlakuan.

Desain :

Keterangan :

O1 : pengukuran (pretest)

X : intervensiservice excellence training(treatment)

O2 : pengukuran (posttest)

1. Pengukuranpretest(O1)

Dilakukan 2 minggu sebelum pelatihan, yaitu : pemberian rating scaleobservasi

yang diisi oleh atasan dan dua rater terlatih untuk menilaiservice excellence skill

dari staf administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang.

2. Perlakuan (X)

Perlakuan yang diberikan adalah service excellence training yang dilaksanakan

selama satu hari bagi staf administrasi dengan metode diskusi, refleksi, ceramah

dan permainan.

3. Pengukuranposttest(O2)

Dilakukan setelah pemberian training berakhir, dengan melakukan hal yang

sama dengan pada saat pengukuran pretest (O1), yaitu : pengisian rating scale

observasi oleh atasan dan 2 rater terlatih. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh training terhadap peningkatan service excellence skill dari peserta

pelatihan.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 8 tahap, yaitu :

1. Identifikasi kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis)

(8)

Training Need Analysis dilakukan dengan cara wawancara kepada Kepala

BAAK dan data keluhan mahasiswa yang dimuat di buletin Ekspose dan

kuesioner kebutuhan pelatihan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Analisis level organisasi : berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur

Politeknik Negeri Semarang dan Kepala BAAK ditemukan bahwa institusi

berupaya memberikan pelayanan administrasi yang berkualitas prima (service

excellence) kepada pelanggan, sesuai standar manajemen mutu ISO 9001 :

2000 yang telah diterapkan di Politeknik Negeri Semarang sejak tahun 2008.

Namun kenyataannya pelayanan yang diberikan oleh staf administrasi BAAK

belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan oleh

masih banyaknya keluhan dari mahasiswa yang disampaikan pada pimpinan

mengenai pelayanan staf administrasi yang tidak memberikan kepuasan pada

pelanggan.

b. Analisis level tugas : berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BAAK dan

10 orang pelanggan, ditemukan bahwa staf administrasi kurang memahami

fungsinya sebagai pelayan bagi pelanggannya sehingga mutu pelayanan yang

diberikan rendah.

c. Analisis level individu : berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BAAK

dan hasil survei LPM Dimensi yang menunjukkan bahwa terdapat keluhan

dari pelanggan terhadap pelayanan dari seluruh staf administrasi di BAAK.

Staf administrasi BAAK kurang memiliki pengetahuan yang memadai dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan

menjadi rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa staf administrasi

BAAK membutuhkan training yang berorientasi pada peningkatan

pengetahuan dan keterampilan terkait pelayanan prima (service excellence)

yang mendatangkan kepuasan bagi pelanggan.

2. Penyusunan materi

Penyusunan materi pelatihan disesuaikan dengan hasil TNA yang didapat

sebelumnya dengan berkonsultasi kepada pembimbing dan atasan staf

administrasi yang akan mengikuti pelatihan. Peneliti menitikberatkan materi

(9)

gejala-gejala rendahnya kualitas pelayanan, yaitu pada aspek daya tanggap

(responsiveness), empati (emphaty), dan jaminan (assurance). Aspek keandalan

(reliability) dan bukti fisik (tangibles) juga akan diberikan dalam pelatihan

service excellence ini agar peserta memiliki pemahaman tentang service

excellencesecara utuh dan menyeluruh.

3. Penyusunan alat ukur

Penyusunan alat ukur untuk penelitian dikonsultasikan juga dengan pembimbing

dan atasan staf administrasi, yaitu tes pengetahuanservice excellence.

4. Tahappretest

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan data pretest yang mencakup data hasil

rating scale observasi service excellence skill yang diisi oleh atasan dan dua

rater terlatih 2 minggu sebelum pelaksanaantraining.

5. Pelaksanaantraining

Tahap intervensi berupaservice excellence training yang dilaksanakan selama 1

hari dan terdiri dari 2 sesi. Peserta training sebanyak 8 orang staf administrasi

BAAK Politeknik Negeri Semarang. Selain itu di akhir sesi training lembar

evaluasi reaksi juga diberikan kepada peserta training untuk mendapatkan data

evaluasi reaksi. Sedangkan informed consent diberikan pada tahap ini di awal

sesitraining.

6. Tahapposttest

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan data posttest yang mencakup data hasil

rating scale observasi service excellence skill yang diisi oleh atasan dan dua

rater terlatih 2 bulan sesudah pelaksanaantraining.

7. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis data kuantitatif dengan mengacu pada data

hasil pengukuran yang dilakukan pada tahap pretest dan posttest untuk melihat

berhasil atau tidaknya intervensi yang telah dilakukan.

F. Analisis Data

Untuk menguji pengetahuan service excellence data dianalisis dengan

(10)

hasil rating scaleobservasi service excellence skill yang diisi oleh atasan dan dua

rater terlatih yang diberikan pada awal (pretest) dan akhir sesi training (posttest)

yang dianalisis denganWilcoxon Signed Ranks Test.

IV. Hasil Dan Pembahasan

1. Tahap Reaksi (Reaction)

Evaluasi tahap reaksi dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan

pelatihan. Evaluasi tahap reaksi mencoba melihat penilaian peserta pelatihan

terhadap trainer yang memberikan pelatihan, metode yang digunakan, materi

pelatihan, dan fasilitas serta sarana pendukung dalam pelatihan. Berdasarkan data

dari kuesioner yang diisi oleh peserta pelatihan, diperoleh hasil yang dapat dilihat

[image:10.612.170.469.346.523.2]

pada gambar berikut ini :

Gambar 1. Evaluasi Reaksi terhadapService Excellence Training

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian

beranggapan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan sangat memuaskan. Hal ini

nampak pada distribusi penilaian subjek terhadap seluruh aspek, yaitu : trainer,

metode, materi dan fasilitas, yang berada pada kategori Sangat Baik.

2. Tahap Belajar (Learning)

Evaluasi tahap belajar (learning) bertujuan untuk mengetahui seberapa

banyak para peserta mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang terdapat

(11)

staf administrasi BAAK Polines sebelum dan sesudah mengikutiservice excellence

[image:11.612.145.427.160.273.2]

trainingdapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Hasil Evaluasi PengetahuanService Excellence

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data statistik dengan Wilcoxon Signed

Rank Testdiketahui bahwa nilai z = - 2,546, asymp.sig(2-tailed) = 0,011 dengan p

< 0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tahap

pengetahuan antara sebelum dan sesudah service excellence training pada staf

administrasi BAAK Polines. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 1. Hasil Analisis Data Tes Pengetahuan (Wilcoxon)

Test Statisticsb

Sesudah_pelatihan - Sebelum_pelatihan

Z -2.546a

Asymp. Sig. (2-tailed)

.011

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

3. Tahap Perilaku (Behavior)

Evaluasi pelatihan pada tahap perilaku (behavior) diukur dengan

membandingkan skor service excellence skill pada tahap pre test, monitoring, dan

[image:11.612.130.472.444.601.2]
(12)

diisi oleh tiga orang rater (satu orang atasan dan dua rater / observer yang terlatih).

Observasi untuk satu orang dilakukan dengan frekuensi 6 kali pengamatan oleh

masing-masing rater / observer, yaitu : 1 kalipre test, 4 kalimonitoring dan 1 kali

post test.

Berdasarkan observasi perilaku selama pre test, monitoring, post test

diperoleh hasil bahwa service excellence skill meningkat atau lebih baik sesudah

mengikuti training dibandingkan sebelum training. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 4 (terlampir). Sedangkan perbandingan service excellence skill

sebelum dan sesudah pelatihan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3

PerbandinganService Excellence Skill(PretestdanPosttest)

Analisis data menggunakan teknik Wilcoxon Signed Rank Testuntuk menguji

perbedaanservice excellence skillselamapretestdanposttestberdasarkan data hasil

observasiservice excellence skill. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh nilai Z =

-2,598 (p=0,009;p<0,05), menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada service

excellence skill staf administrasi BAAK Politeknik X, antara sebelum dan sesudah

service excellence training. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Hasil Analisis DataService Excellence Skill

Test Statisticsb

Sesudah_pelatihan -Sebelum_pelatihan

Z -2.598a

(13)

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil analisis pretest–posttest pada grafik skor rata-rata service

excellence skill, dapat disimpulkan bahwa dari 5 aspek yang digunakan dalam

penelitian ini, 4 aspek mengalami kenaikan rata-rata yang signifikan (daya tanggap,

empati, keandalan dan bukti fisik) dan 1 aspek memiliki rata-rata yang tetap

(jaminan), sehingga aspek-aspek ini mendukung pada perubahanservice excellence

skillpara staf administrasi BAAK Politeknik X antara sebelum dan sesudahservice

excellence training.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

[image:13.612.82.477.313.550.2]

Tabel 3

Hasil Analisis Data DimensiService Excellence Skill (PretestPosttest)

Daya Tanggap_ Posttest– Daya Tanggap_ Pretest Empati_P osttest-Empati_Pr etest Jaminan_P osttest-Jaminan_P retest Keandalan _ Posttest-Keandalan _ Pretest Bukti_Fisi k_Post test- Bukti Fisik_ Pretest Z Asymph.Sig . (2-tailed) -2.714a .007 -2.640a .008 .000b 1.000 -2.598a .009 -2.460a .014 4. Diskusi

Berdasarkan analisis data dari hasil rating scale service excellence skill

diketahui adanya pengaruh service excellence training terhadap service excellence

skill. Jadi service excellence training efektif dalam meningkatkan keterampilan

peserta pelatihan dalam memberikan service excellence. Hal ini tampak pada

adanya perbedaan yang signifikan (Z=-2,598, dimana p=0,009;p<0,05) pada skor

rating scale service excellence skill sebelum dan sesudah service excellence

(14)

administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang dalam memberikan service

excellence.

Peningkatan skor keterampilan yang signifikan terjadi pada seluruh staf

administrasi yang mengikuti service excellence training dengan prosentase

peningkatan tiap subjek sebesar 18-39%. Berdasarkan hasil wawancara seluruh

peserta pelatihan menyatakan bahwa service excellence training berisi

teknik-teknik pelayanan prima yang menjadi panduan bagi staf administrasi dalam

melakukan pelayanan kepada pelanggan sehari-hari.

Peningkatan service excellence skill dapat terjadi karena adanya peningkatan

pengetahuanservice excellencesesudah pelatihan (Z= -2,546, p=0,011; p<0,05).

Prosentase peningkatan pengetahuan pada subjek berkisar antara 52-60%.

Berdasarkan hasil wawancara seluruh peserta pelatihan menyatakan bahwa

peningkatan pengetahuan dapat terjadi pada staf administrasi karena Politeknik

Negeri Semarang sudah cukup lama tidak mengadakan suatu pelatihan yang

berkaitan dengan service excellence. Seluruh peserta pelatihan menyatakan bahwa

service excellence training sangat dibutuhkan untuk menambah dan memperkaya

pengetahuan staf administrasi dalam memberikan pelayanan yang prima kepada

pelanggan.

Peningkatan pengetahuan service excellence ini disebabkan oleh adanya

reaksi positif dari subjek terhadap pelatihan yang diselenggarakan. Hal ini tampak

dari anggapan subjek bahwa pelatihan juga diselenggarakan memiliki manfaat bagi

pekerjaan mereka dan dilaksanakan relatif baik. Subjek juga tampak terlihat aktif

dalam kegiatan pelatihan, khususnya dalam diskusi dan permainan.

Pelatihan ini mampu mengajarkan pengetahuan dalam memberikan pelayanan

yang optimal bagi pelanggan, yang ditunjukkan oleh reaksi staf administrasi saat

pelatihan. Secara khusus pelatihan ini mendorong munculnya inisiatif dari subjek

yang merupakan bukti adanya reaksi positif dari subjek terhadap pelatihan yang

diselenggarakan. Hal ini tampak dari anggapan subjek bahwa pelatihan juga

diselenggarakan memiliki manfaat bagi pekerjaan mereka dan dilaksanakan relatif

baik. Selain itu subjek juga tampak terlihat aktif dalam kegiatan pelatihan,

(15)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Illias, dkk (2008)

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki hubungan positif yang signifikan

dengan kepuasan mahasiswa di institusi pendidikan swasta di Malaysia. Oleh

karena itu, staf administrasi yang memiliki kemampuan melayani pelanggan yang

baik akan mendorong terjadinya pelayanan prima sehingga kepuasan pelanggan

menjadi meningkat. Hasil penelitian dari Ming Chieh, et.al (2012) tentang

efektivitastrainingbagi karyawan pada industri hotel di Cina, menunjukkan bahwa

keefektifan training bagi karyawan memiliki pengaruh positif terhadap kualitas

pelayanan dan kepuasan pelanggan. Jadi semakin efektif training bagi karyawan,

maka semakin tinggi pula kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan pelanggan.

V. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan

bahwa hipotesis penelitian ini terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

perbedaan service excellence skill antara sebelum dan sesudah service excellence

training diberikan bagi staf administrasi BAAK Politeknik Negeri Semarang.

Setelah staf administrasi mengikuti service excellence training, maka service

excellence skill lebih tinggi dibandingkan sebelum staf administrasi mengikuti

service excellence training.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Perlu diadakan program service excellence training secara berkesinambungan

seiring dengan peningkatan harapan dari pelanggan bagi unit-unit kerja yang

terkait dengan kegiatan pelayanan pelanggan. Pelaksanaan pelatihan sebaiknya

mempertimbangkan waktu pelatihan yang kondusif.

2. Perlu diadakan survei kepuasan pelanggan secara periodik.

3. Perlu adanya forum diskusi mengenai permasalahan dan solusi dalam upaya

menerapkanservice excellence training bagi staf administrasi BAAK Politeknik

(16)

Daftar Pustaka

Alma, B. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta.

Aritonang, L. R. (2005). Kepuasan Pelanggan. Pengukuran dan Penganalisisan Dengan SPSS. Jakarta.: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Azwar, S. (2006).Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Clewes, D. (2003). A Student Centered Conceptual Model of Service Quality in Higher Education.Journal of Quality in Higher Education, 9 (1) : p.69-85.

Durvasula, S., Lysonski, S., & Madhavi, A.D. (2011). Beyond Services Attributes: Do Personal Values Matter?Journal of Services Marketing, 2(1):p.1-35.

Elliott, K.M., & Shin, D. (2002). Student Satisfaction: An Alternative Approach to Assessing This Important Concept.Journal of Higher Education Policy and Management,24 (2): p. 197-209.

Ginting, A.S. (2012). Not Just A Smile : Inovasi Merancang, Melakukan Implementasi serta Evaluasi Service Excellence. Jakarta PT Elex Media Komputindo.

Hardjana, A.M. (2001).Training SDM yang Efektif. Yogyakarta : Kanisius.

Huque, A.S. & Vyas, L. (2008). Expectations and Performance: Assessment of Public Service Training in Hongkong. The International Journal of Human Resource Management. 19 (1):p.188-204.

Illias, A.; Rahman, R.A;&Razak, M.Z.A. (2008). Service Quality and Student Satisfaction: A Case Study at Private Higher Education Institutions.

International Bussiness Research Journal. I (3):p.163-175.

Irma, A. (2012).Ekspose : Mahalnya Sebuah Senyuman di BAAK. Semarang : LPM Dimensi.

Iqbal, M. (2007). Pelayanan yang Memuaskan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

(17)

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. (2003). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Nomor : KEP/63/M.PAN/7/2003). Jakarta : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia.

Khan, H., & Matlay, H. (2009). Implementing Service Excellence in Higher Education.Journal of Education and Training, 51(8/9): p. 769-780.

Khanfar, S.M. (2011). Impact of Training on Improving Hotelling Service Quality.

Journal of Bussiness Study, 2 (3) : p. 84-93.

Kirkpattrick, D.L, & Kirkpattrick, J.D. (2007). Implementing The Four Level, A Practical Guide for Effective Evaluation and Training Programs. San Fransisco : Berrett-Kohler Publisher Inc.

Kotler, P., & Keller, K.L. (2006). Manajemen Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Kotler, P., & Susanto, A.B. (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat.

Krishna Naik, C.N.; Gantasala, S.B;& Prabakhar, G.V. (2010). Service Quality (Servqual) and its Effect on Customer Satisfaction in Retailing. European Journal of Social Sciences. 16 (2):p.231-243.

Lovelock, C., & Wirtz, J. (2009). Services Marketing : People, Technology, Strategy. New Jersey : Pearson Education.

Lupiyoadi, R., & Hamdani, A. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba Empat.

Maddy, K. (2009). Hakikat Dan Pengertian Pelayanan Prima. Jakarta : Chama Digit.

Ming-Chieh, W., Lee, Y.D., & Shun-Yu, C. (2012). The Mediating Effect of Quality of Service on The Effectiveness of Employee Training and Customer Satisfaction. International Research Journal of Finance and Economics, 90 : p. 146-155.

(18)

Myers, A. (2000). Experimental Psychology. California : Brooks/Cole Publishing Company.

Noe, A. R. (2003). Employee Training and Development. New York : Mc Graw Hill.

Panggabean, S.M. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor : Ghalia Indonesia.

Quinn, A., Lemay, G., Larsen, P., & Johnson, D.M. (2009). Service Quality in Higher Education. Journal of Total Quality Management, 20 (2) : p.139-152.

Rahmayanty,N.(2010).Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rangkuti, F. (2006).Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, S. (2005). SPSS Versi 13. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Sentana, A. (2006). Excellent Service & Customer Satisfaction. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Simamora, H.( 2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Stenberg, R.J., & Zhang, L.F. (2000). Perspectives on Cognitive, Learning and Thinking Styles.New York : Lawrence Erlbaum.

Supranto, J. (2006).Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Tjiptono, F. (2003).Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta : Andi Offset.

Tjiptono, F. (2012). Service Management: Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta : Andi Offset.

Tjiptono, F., & Diana, A. (2000). Total Quality Management. Yogyakarta : Andi Offset.

(19)

Tschohl, J. (2003). Achieving Excellence Through Customer Service. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Tsinidou, M., Gerogiannis, V., & Fitsilis, P. (2010). Evaluation of The Factors that Determine Quality in Higher Education : An Empirical Study. Quality Assurance in Education. 18 (3):p.227-244.

Umar, H. (2003).Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Gholia Indonesia.

Wibowo, A.J.I. (2009). Pengaruh Kualitas Layanan, Reputasi, dan Nilai Perguruan Tinggi Terhadap Kepuasan Mahasiswa. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 13 (2):p.59-74.

Wirtz, J.& Johnston, M.Z.A. (2003). Singapore Airlines : What It Takes To Sustain Service Excellence- A Senior Management Perspective. Managing Service Quality. 13 (1):p.10-19.

Gambar

Gambar 1.Evaluasi Reaksi terhadap Service Excellence Training
Tabel 1. Hasil Analisis Data Tes Pengetahuan (Wilcoxon)
Hasil Analisis Data DimensiTabel 3 Service Excellence Skill

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai ketentuan undang-undang hukum pidana militer bahwa yang melaksanakan putusan hakim adalah oditur militer, putusan hakim bisa memuat pidana pokok dan

Berdasarkan mengenai penjelasan yang diutarakan TalcottParsons tersebut dapat digambarkan bahwa para Calon Legislatif Kota Pekanbaru memiliki niat dan tujuan

Kendali aktivitas belajar mengajar seperti memonitor aktivitas peserta pelatiahan, menyajikan materi, memberikan penugasan, membuat kelompok- kelompok belajar, dan

Hubungan yang diperoleh ditunjukkan pada persamaan ( 4.48 ) yang mana besar simpangan maksimum dari sumber getaran merupakan setengah dari besar panjang berkas refleksi.. Dengan

Animasi adalah urutan dari banyak gambar yang disusun dan ditampilkan dengan kecepatan tertentu, sehingga pada saat terjadi perpindahan gambar akan menciptakan

Bedasarkan penilaian tingkat kesehatan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia PT BPR Dana Utama berasa pada kriteria “Tidak Sehat” dan rasio NPL yang

(special journal)perusahaan jasa. 8) Kompeten memposting jurnal ke buku besar (ledger)dan menyusun neraca saldo atau neraca percobaan (trial balance)perusahaan jasa. 9) Kompeten

Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah