STUDI PENGUKURAN
TINGKAT KEBAHAGIAAN
(SPTK) 2013
Buku ini merupakan panduan bagi pelaksana kegiatan Studi Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2013. Buku ini memuat informasi berkaitan dengan metodologi, organisasi lapangan, tugas dan tanggung jawab petugas, strategi pendataan di lapangan dan konsep serta definisi yang digunakan dalam pencacahan. Buku ini dilengkapi dengan tujuan pertanyaan sehingga petugas dapat memahami setiap pertanyaan yang digunakan.
Ketersediaan data yang berkaitan dengan tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup masyarakat saat ini sangat dibutuhkan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan yang selama ini lebih banyak dievaluasi menggunakan indikator ekonomi. Dikumpulkannya data yang bersifat kualitatif, selain tentunya data kuantitatif dalam SPTK 2013 ini, menjadikan studi ini lebih khas. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang tinggi untuk melakukan pengumpulan data sesuai prosedur dan menjaga kualitas data. Peran semua pihak yang terlibat menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Setiap petugas studi diminta untuk mempelajari secara seksama buku panduan ini. Petunjuk yang ada dalam buku ini harap dilaksanakan dengan sebaik‐baiknya. Selamat bertugas, semoga SPTK 2013 dapat menghasilkan data yang berkualitas.
Jakarta, Juni 2013 Deputi Bidang Statistik Sosial
Badan Pusat Statistik
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR...v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Landasan Hukum ... 2
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ... 2
1.5. Data yang Dikumpulkan ... 2
1.6. Jadwal Kegiatan ... 3
1.7. Dokumen yang Digunakan ... 3
1.8. Arus Dokumen ... 4
1.9. Statistik yang Dihasilkan ... 5
1.10. Pembiayaan ... 6
BAB II METODOLOGI ...7
2.1. Kerangka Sampel... 7
2.2. Desain Sampel ... 8
2.3. Mekanisme Pencacahan ... 9
2.4. Mekanisme Pengolahan Data ...11
BAB III ORGANISASI LAPANGAN ...13
3.1. Struktur Organisasi...13
3.2. Tugas dan Tanggung Jawab...15
3.3. Persyaratan Petugas...17
3.4. Pelatihan Petugas Pencacahan...18
3.5. Pemeriksaan Dokumen...19
3.6. Supervisi...19
BAB IV TEKNIK WAWANCARA DAN TATA CARA PENGISIAN KUESIONER ...21
4.1. Teknik Wawancara...21
4.2. Tata Cara Pengisian Kuesioner...23
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT...23
BLOK II. RINGKASAN KETERANGAN RUMAH TANGGA...24
BLOK III. KETERANGAN PENCACAHAN...25
BLOK IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA...25
BLOK V. KETERANGAN RESPONDEN TERPILIH ...31
BLOK VI. PERUMAHAN DAN ASET...66
BLOK VII. KEPUASAN HIDUP...75
BLOK VIII. PARTISIPASI WARGA NEGARA...76
BLOK IX. KEBAHAGIAAN HIDUP...77
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SPTK 2013 ...3 Tabel 1.2. Nama Dokumen yang Digunakan Dalam SPTK 2013 ...4 Tabel 2.1. Jumlah Sampel Kabupaten/Kota menurut Region dan Urban/Rural yang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Arus Dokumen SPTK 2013 ... 5
Gambar 2.1. Skema Penarikan Sampel Susenas dan SPTK 2013...10
Gambar 2.2. Mekanisme Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan BPS RI...12
Gambar 3.1. Struktur Organisasi SPTK 2013 di BPS Pusat...13
Gambar 3.2. Operasional Lapangan SPTK 2013 di BPS Provinsi...14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alokasi Sampel Kabupaten/Kota, Blok Sensus dan Rumah Tangga SPTK
2013...81
Lampiran 2. Alokasi Petugas, Innas dan Kelas Pelatihan SPTK 2013... 82
Lampiran 3. Alokasi Dokumen menurut Provinsi... 83
Lampiran 4. Peta BS SP2010‐WB... 84
Lampiran 5. SPTK2013.DSBS... 85
Lampiran 6. SPTK2013.DSRT... 86
Lampiran 7. SPTK2013.RT... 88
Lampiran 8. Alat Bantu Pencacahan SPTK 2013 ... 96
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia telah mengalami kemajuan pembangunan yang sangat pesat. Hal ini ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Dalam tiga tahun terakhir (2010-2012), rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,31 persen, padahal pada periode tiga tahun sebelumnya (2007-2009) hanya sekitar 5,63 persen. Begitu pula dengan penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia, pada tahun 2010 sekitar 13,33 persen penduduk termasuk dalam kriteria miskin, namun pada tahun 2011 persentase tersebut berkurang menjadi 12,49 dan berkurang lagi menjadi 11,96 persen pada tahun 2012. Artinya, dalam dua tahun persentase penduduk miskin telah turun sebesar 1,37 persen. Selain itu, kemajuan pembangunan juga telah meningkatkan kualitas penduduk Indonesia yang ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Selama periode tahun 2009-2011, IPM meningkat dari 71,76 menjadi 72,77.
Kemajuan pembangunan yang telah diraih ternyata masih menyisakan berbagai permasalahan sosial, salah satunya kriminalitas. Pada tahun 2011, jumlah tindak kejahatan/pidana yang dilaporkan mencapai 347.605 kasus. Angka ini meningkat 4,55 persen dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar 332.490 kasus (Mabes Polri, 2012). Ditambah lagi, masih rawannya wilayah Indonesia terhadap tindak kejahatan. Setidaknya, pada tahun 2011, sebanyak 34.282 desa (43,6 persen) mengalami kejadian tindak kejahatan selama setahun terakhir (Podes 2011).
Kondisi di atas menunjukkan bahwa evaluasi kemajuan pembangunan tidak cukup hanya dinilai dari indikator ekonomi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), dibutuhkan indikator lainnya untuk melengkapinya. Saat ini, beberapa negara seperti Inggris, Perancis dan Jerman mulai mencoba alternatif lain untuk mengevaluasi pencapaian pembangunan melalui penilaian kesejahteraan secara subjektif seperti tingkat kebahagiaan maupun kepuasan hidup penduduk. Bahkan Bhutan telah menggunakan The Gross National Happiness Index(GNHI) sejak tahun 1970-an.
Pada tahun ini, BPS untuk pertama kalinya melakukan Studi Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang mengumpulkan data terkait kebahagiaan dan kepuasan hidup penduduk secara nasional. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini sedikit berbeda dengan data yang biasa dikumpulkan BPS. Umumnya, survei-survei BPS mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif. Namun, kali ini data yang dikumpulkan dilengkapi dengan data-data yang sifatnya kualitatif sehingga dibutuhkan petugas yang memiliki kemampuan berwawancara yang baik dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya sehingga non sampling errordannon responsdapat ditekan sekecil mungkin.
1.2. Tujuan
Secara umum, buku ini bertujuan menjelaskan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data SPTK 2013. Tujuan khususnya adalah:
1. Menjelaskan kerangka sampel dan desain penarikan sampel yang dilakukan. 2. Memberikan panduan mengenai pelaksanaan teknis pengumpulan data dan
pengorganisasian lapangan bagi penanggung jawab kegiatan SPTK 2013 di daerah, baik BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh data berkualitas.
3. Memberikan panduan cara berwawancara yang baik dan cara pengisian kuesioner bagi petugas pencacah.
4. Memberikan petunjuk mengenai tahapan pengolahan data.
1.3. Landasan Hukum
Studi Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2013 (SPTK 2013) dilaksanakan dengan landasan hukum sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik; 3. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen;
4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Pelaksanaan SPTK 2013 mencakup 11.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 176 Kabupaten/Kota di seluruh provinsi. Rumah tangga tersebut dipilih dari 1.100 blok sensus yang merupakan subsampel Susenas pada Triwulan II. Penarikan sampel dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu 1) Pemilihan Kabupaten/Kota, 2) Pemilihan Blok Sensus Urban dan Rural, 3) Pemilihan rumah tangga sampel. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini hanya dapat disajikan pada tingkat nasional.
1.5. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a.
Keterangan umum anggota rumah tangga (art) meliputi nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan;c.
Keterangan perumahan dan aset rumah tangga mencakup status penguasaan dan luas bangunan tempat tinggal, kualitas bangunan (lantai, dinding dan atap), fasilitas rumah (sumber penerangan utama, bahan bakar utama untuk memasak, tempat buang air besar dan sumber air minum) dan kepemilikan aset rumah tangga.1.6. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan SPTK 2013 mencakup berbagai kegiatan yang dilaksanakan di BPS RI dan daerah. Jadwal pelaksanaan seluruh kegiatan SPTK 2013 secara rinci disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SPTK 2013
No. Uraian Kegiatan Jadwal Pelaksanaan
(1) (2) (3)
Persiapan
1. Rancangan Instrumen 26 April – 17 Mei
2. Uji Coba Instrumen 20 – 22 Mei
3. Finalisasi Instrumen 3 – 6 Juni
4. Workshop Intama 11 – 14 Juni
5. Pelatihan Innas 25 – 28 Juni
6. Pelatihan Petugas Lapangan 1 – 12 Juli
Supervisi Pelatihan
Pelaksanaan
7. Pencacahan 15 – 26 Juli
Supervisi Lapangan
Pengolahan
8. Pengolahan data di BPS Kabupaten/Kota 29 Juli – 16 Agustus 9. Pengecekan kelengkapan dan pengiriman
data ke BPS Provinsi 14-19 Agustus
10. Pengecekan kelengkapan dan kompilasi
oleh BPS Provinsi 15-20 Agustus
11. Pengiriman data ke BPS RI 19 – 23 Agustus
12. Pengecekan kelengkapan dan kompilasi
oleh BPS RI 26 – 30 Agustus
Evaluasi Hasil dan Publikasi
13. Evaluasi dan pembahasan hasil 2-27 September
14. Penyusunan Publikasi Oktober
15. Pencetakan Publikasi November
1.7. Dokumen yang Digunakan
Tabel 1.2. Nama Dokumen yang Digunakan Dalam SPTK 2013
No. InstrumenNama Uraian PenanggungJawab Disimpan di Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Peta BS
SP2010-WB Peta wilayah bloksensus BPS Kab/Kota BPS Kab/Kota Di-daerahprintdi 2. SPTK2013.DSBS Daftar sampel blok
sensus yang sudah
BPS Kab/Kota Di-printdi daerah
3. SPTK2013.DSRT Daftar sampel rumah tangga terpilih SPTK 2013 (2 rangkap)
Pengawas BPS Kab/Kota Di-printdi daerah
4. Instrumen
SPTK2013.RT Kuesioner SPTK 2013 Pencacah BPS Kab/Kota Dikirim dariBPS RI
5. Alat bantu Alat peraga yang
berisi pilihan jawaban pertanyaan dalam 10 skala
Pencacah Pencacah Dikirim dari
BPS RI
6. Buku Pedoman Penjelasan umum
SPTK 2013, metodologi dan organisasi lapangan serta tata cara pengisian kuesioner
BPS RI Pencacah Dikirim dari
BPS RI
1.8. Arus Dokumen
BPS RI sudah mengirimkan dokumen SPTK2013.DSBS dan SPTK2013.DSRT dalam bentuk softcopy yang dapat diunduh dari file-lib. Instrumen SPTK 2013, alat bantu pencacahan dan buku pedoman pencacahan akan dikirimkan melalui instruktur nasional (innas) pada saat pelatihan innas dan selanjutnya dialokasikan kepada pencacah pada saat pelatihan petugas di masing-masing provinsi. Sementara peta blok sensus SP2010-WB disediakan oleh BPS Kabupaten/Kota.
BPS RI
BPS PROVINSI
BPS KAB/KOTA
Pencacah/Pengawas
Gambar 1.1. Arus Dokumen SPTK 2013
1.9. Statistik yang Dihasilkan
Statistik yang dihasilkan dari SPTK 2013 adalah statistik/indikator kepuasan hidup dan kebahagiaan yang dapat dianalisis berdasarkan karakteristik demografi penduduk, pendidikan, kondisi kesehatan, ekonomi dan perumahan dan sebagainya.
a. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut karakteristik demografi responden. Indikator ini dapat diperoleh dengan membandingkan tingkat kepuasan dan kebahagiaan penduduk yang terhadap beberapa kriteria, seperti klasifikasi wilayah, kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan dan pendidikan.
b. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut kondisi kesehatan. Indikator ini dapat disusun dengan membandingkan persentase penduduk dengan tingkat kepuasan hidup dan tingkat kebahagiaan tertentu menurut kesehatan fisik (status kesehatan dan kesulitan fungsional) dan kesehatan mental (intensitas emosi positif dan gejala depresi).
c. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut kondisi ekonomi. Dengan melihat dan membandingkan tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan penduduk menurut pendapatan, status pekerjaan dan lapangan usaha, serta kondisi perumahan maka dapat diketahui pola dan tingkat kepuasan hidup serta kebahagiaan penduduk dengan status ekonomi yang berbeda.
d. Indikator kepuasan hidup/kebahagiaan menurut jumlah waktu luang. Indikator ini dapat disusun dengan membandingkan persentase penduduk dengan tingkat kepuasan hidup dan tingkat kebahagiaan tertentu menurut banyaknya waktu luang yang dimiliki.
1.10. Pembiayaan
BAB II
METODOLOGI
2.1. Kerangka Sampel
Kerangka sampel Studi Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2013 (SPTK 2013) merupakan bagian (subset) dari kerangka sampel Susenas 2013 triwulan 2. Meskipun demikian, sampel rumah tangga antara SPTK 2013 dan Susenas 2013 triwulan 2 berbeda (independent). Kerangka sampel yang digunakan pada SPTK 2013 terdiri dari empat jenis, yaitu:
1. Kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama adalah daftar kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga hasil listing SP2010 yang dibedakan menurut klasifikasi daerah perkotaan/perdesaan.
Jumlah sampel kabupaten/kota yang harus dipilih sudah ditentukan, yaitu sebanyak 200 kabupaten/kota. Sebelum dilaksanakan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan 497 kabupaten/kota ke dalam 5 strata berdasarkan region dan 2 strata daerah urban dan rural, yaitu:
1. Pulau Sumatera; 2. Pulau Jawa dan Bali; 3. Pulau Kalimantan; 4. Pulau Sulawesi;
5. Lainnya (Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua).
Selanjutnya, jumlah sampel dialokasikan ke dalam setiap strata dengan compromise allocation. Secara lebih lengkap, berikut dijelaskan proses pemilihan sampel kabupaten/kota tersebut.
Formula yang digunakan:
; dimana:
Keterangan:
: Jumlah sampel kabupaten/kota di strata ke-g berdasarkan alokasi proporsional;
, yaitu jumlah sampel kabupaten/kota di strata ke-g berdasarkan alokasi sama;
: Jumlah sampel kabupaten/kota di strata ke-g berdasarkan compromise allocation;
Melalui formula di atas, diperoleh 200 kabupaten/kota yang terpilih sebagai sampel kabupaten/kota SPTK 2013. Tabel 2.1 menyajikan jumlah sampel kabupaten/kota terpilih menurut wilayah dan klasifikasi urban-rural.
Tabel 2.1. Jumlah Sampel Kabupaten/Kota menurut Region dan Urban/Rural yang Digunakan sebagai Kerangka Sampel SPTK 2013
No Wilayah Kab/KotaJumlah Populasi Rumah Tangga
Jumlah Sampel Kab/Kota Urban Rural Total Urban Rural Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Sumatera 151 4.706.043 7.551.864 12.257.907 15 25 40 2 Jawa Bali 127 21.820.087 16.079.337 37.899.424 43 31 74 3 Kalimantan 55 1.442.825 1.970.394 3.413.219 12 16 28
4 Sulawesi 73 1.359.573 2.692.810 4.052.383 10 19 29
5 Lainnya 91 1.115.353 2.498.711 3.614.064 9 20 29
Total 497 30.443.881 30.793.116 61.236.997 89 111 200 2. Kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua merupakan daftar blok sensus
terpilih Susenas 2013 triwulan 2 di masing-masing kabupaten/kota terpilih.
3. Kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap ketiga adalah daftar rumah tangga pada blok sensus terpilih SPTK 2013 yang sudah dimutakhirkan oleh petugas Susenas pada akhir bulan Mei 2013. Selain itu kerangka sampel yang digunakan diusahakan telah mengeluarkan nama-nama rumah tangga yang telah terpilih sebagai sampel pada kegiatan Susenas Triwulan 2 dan SPPLH 2013.
4. Kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap keempat adalah daftar nama kepala rumah tangga dan pasangannya pada setiap rumah tangga terpilih.
Untuk memberikan gambaran secara lebih jelas mengenai hubungan kerangka sampel SPTK 2013 dan Susenas 2013 triwulan 2, dapat dilihat pada Gambar 2.1 terkait skema penarikan sampel antara kedua kegiatan tersebut.
2.2. Desain Sampel
Pengambilan sampel dilakukan melalui metode Multistages Two Phase Sampling. Secara lengkap, proses pengambilan sampel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS sistematik with replacementdengansizejumlah rumah tangga SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan perdesaan secara independent. Dengan metode ini, kabupaten/kota yang terpilih sebagai sampel ada yang mewakili untuk urban saja, rural saja, atau keduanya. Suatu kabupaten/kota yang memiliki wilayah urban dan rural mempunyai peluang untuk terpilih dua kali, yaitu mewakili urban dan mewakili rural. Jika hal ini terjadi maka kabupaten/kota tersebut akan memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak. Dari 200 kabupaten/kota yang dipilih dari sampel kabupaten/kota Susenas triwulan 2 terdapat 24 kabupaten/kota yang terpilih dua kali sehingga secara umum sampel SPTK 2013 hanya terdapat di 176 kabupaten/kota.
dilakukan sedemikian rupa dengan proporsi 48:52. Identitas blok sensus yang terpilih terdapat pada SPTK2013.DSBS (Lampiran 5).
3. Ketiga, pada blok sensus terpilih SPTK 2013, dilakukan penarikan sampel sebanyak 10 rumah tangga secara sistematik oleh Subdit Pengembangan Kerangka Sampel BPS RI. Oleh karena itu BPS daerah harus mengirimkan hasilupdatingrumah tangga pada blok sensus terpilih SPTK 2013 dengan menambahkan informasi terkait rumah tangga yang sudah terpilih sebagai sampel Susenas Triwulan 2 dan SPPLH 2013. Selanjutnya daftar nama rumah tangga terpilih sampel SPTK 2013 akan dikirimkan oleh BPS RI kepada BPS daerah dalam bentuksoftcopySPTK2013.DSRT (Lampiran 6). 4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih selanjutnya ditentukan satu orang sebagai
responden terpilih. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan Tabel Kish. Cara pemilihan responden akan dijelaskan secara rinci pada bagian tata cara pengisian kuesioner di Bab IV.
2.3. Mekanisme Pencacahan
Pengumpulan data pada rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung (tatap muka) antara pencacah dengan responden dengan menggunakan kuesioner SPTK 2013. Responden adalah salah satu anggota rumah tangga yang telah dewasa dan kompeten untuk memberikan informasi mengenai keterangan anggota rumah tangga pada Blok IV. Sedangkan pertanyaan terkait keterangan kebahagiaan pada Blok V dan blok VI hanya ditanyakan kepada kepala rumah tangga atau pasangannya yang terpilih sebagai responden. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan Tabel Kish. Responden terpilih tidak boleh diganti dengan alasan apapun juga. Jika responden yang terpilih tidak dapat ditemui, pencacah wajib menjadwalkan kunjungan ulang dengan terlebih dahulu membuat perjanjian dengan responden.
Sebelum melakukan wawancara, pencacah harus mencari rumah tangga sampel yang tercantum pada SPTK2013.DSRT dengan berbekal peta blok sensus SP2010-WB. Adanya selang waktu antara pemutakhiran rumah tangga yang dilakukan oleh petugas Susenas dan saat pencacahan lapangan SPTK 2013 memungkinkan tidak ditemuinya rumah tangga karena berbagai alasan. Berikut beberapa kasus yang mungkin ditemui pada saat pencacahan:
a. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun masih dalam blok sensus yang sama maka rumah tangga tersebut tetap diwawancarai.
b. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun berdasarkan informasi yang diperoleh sudah berbeda blok sensus, maka rumah tangga tersebut dianggap tidak dapat ditemukan dan tidak boleh dilakukan penggantian sampel rumah tangga, c. Rumah tangga sampel tidak dapat ditemukan atau non respon maka tidak boleh
melakukan penggantian sampel rumah tangga. Perhatian:
Pencacah tidak boleh melakukan penggantian sampel rumah tangga maupun penggantian
Gambar 2.1. Skema Penarikan Sampel Susenas dan SPTK 2013
PPS size ruta Sistematik
Master Sampel 30.000 PSU
Susenas dan
Riskesdas 12.000 18.000 PSUSusenas
Susenas dan Riskesdas
@ 2 Blok Sensus @ 1 Blok SensusSusenas
Riskesdas
@ 1 Blok Sensus @ 1 Blok SensusSusenas
Susenas 30.000 BS
Susenas Trw 1
7.500 BS Susenas Trw 27.500 BS
10 Ruta Susenas Trw2
Susenas Trw 4 7.500 BS
6.400 BS - Susenas Trw2
- SPPLH 2013
6.400 BS - Susenas Trw2
- SPPLH 2013 SPTK 2013
30 Ruta pada masing-masing BS
10 Ruta
SPPLH 2013 SPTK 201310 Ruta Susenas Trw 3
2.4. Mekanisme Pengolahan Data
Pengolahan data hasil pencacahan lapangan SPTK 2013 dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Pengolahan dilakukan segera setelah dokumen hasil pencacahan lapangan telah selesai diperiksa oleh pengawas. Terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengolahan data SPTK 2013, yaitu:
1. Pengolahan data akan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dalam pengawasan Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) berkoordinasi dengan Seksi Statistik Sosial.
Petugas melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan editing-coding untukmemperlancar proses peng-entry-an data.
Petugas melakukan entry dan validasi data menggunakan aplikasi pengolahan data yang telah disiapkan dan diberikan oleh Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah. Jika pada proses validasi data ditemukan adanya kesalahan atau ketidakkonsistenan isian, maka petugas entry melakukan konfirmasi kepada pencacah melalui kasie statistik sosial.
2. Data yang sudah cleandikirimkan oleh Kasie Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) Kab/Kota ke Bidang IPDS provinsi, cc ke Bidang Statistik Sosial. 3. Bidang IPDS berkoordinasi dengan Bidang Statistik Sosial melakukan kompilasi
seluruh data dari BPS Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Bidang Statistik Sosial mengirimkan data hasil kompilasi ke Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah melalui e-mail: [email protected].
4. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah melakukan kompilasi dan pengolahan data SPTK 2013.
BPS Kab/Kota BPS Provinsi BPS RI
Gambar 2.2. Mekanisme Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan BPS RI Editing
Coding
Entrydan Validasi Data
Wajar
Kirim ke BPS Provinsi Konfirmasi
Pencacah
Kompilasi dan Validasi Data
Provinsi
Data Kabupaten Kirim ke BPS
RI
Ya Tidak
Kompilasi dan Validasi Data
Nasional
Data SPTK 2013
BAB III
ORGANISASI LAPANGAN
3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi lapangan disusun dengan tujuan agar setiap pelaku dalam organisasi mengetahui dengan pasti tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya masing-masing. Kegiatan SPTK 2013 di tingkat pusat (BPS RI) dilaksanakan oleh Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tim Pengarah BPS bertugas menentukan arah kebijakan dan strategi yang digunakan dalam keseluruhan tahapan kegiatan SPTK 2013 serta memberikan saran dan masukan baik teknis maupun non teknis kepada Tim Teknis BPS. Tugas pokok Tim Teknis BPS adalah menyusun rencana operasional dan implementasi kegiatan serta menyelenggarakan kegiatan persiapan di tingkat pusat.
Kegiatan SPTK 2013 di tingkat daerah dilaksanakan oleh BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota menjalankan fungsi persiapan lapangan dan pelaksanaan pengumpulan data. Struktur organisasi SPTK 2013 mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1 – Gambar 3.3.
Gambar 3.2. Operasional Lapangan SPTK 2013 di BPS Provinsi
Gambar 3.3. Operasional Lapangan SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota
Pengarah SPTK 2013 di pusat adalah Kepala BPS, Deputi Bidang Statistik Sosial dan Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Penanggung jawab SPTK 2013 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial dan Penanggung jawab metodologi sensus adalah Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu anggota lainnya mencakup kepala subdirektorat dan kepala seksi dari beberapa direktorat terkait.
Penanggung jawab SPTK 2013 secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi, penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Sosial, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik dan penanggung jawab administratif adalah Kepala Bagian Tata Usaha.
3.2. Tugas dan Tanggung Jawab
A. Direktur Statistik Ketahanan Sosial (Hansos)
1) Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan SPTK 2013.
2) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan. 3) Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan SPTK 2013.
4) Menyusun rencana studi beserta seluruh tahapan kegiatannya. 5) Menyusun jadwal kegiatan.
6) Memantau manajemen pengolahan data yang dilaksanakan di pusat dan di daerah.
7) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
B. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei 1) Bertanggung jawab atas metodologi SPTK 2013.
2) Merancang metodologi sampling dan penarikan sampel blok sensus dan rumah tangga SPTK 2013.
3) Mengirimkan daftar alokasi sampel blok sensus (SPTK2013.DSBS) dan rumah tangga (SPTK2013.DSRT) ke BPS Provinsi untuk diteruskan ke BPS Kab/Kota. 4) Membuat penimbang bagi sampel rumah tangga.
C. Kepala BPS Provinsi
1) Kepala BPS Provinsi agar dapat memberi arahan baik teknis maupun administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota.
2) Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi.
3) Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah. 4) Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan
lapangan.
5) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengolahan di BPS Provinsi.
D. Kepala Bidang Statistik Sosial
1) Melakukan koordinasi pelaksanaan pendataan SPTK 2013.
2) Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen petugas.
3) Menyelenggarakan pelatihan petugas pencacah dan pengawas berkoordinasi dengan Kepala Bagian Tata Usaha.
4) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil pendataan SPTK 2013.
5) Mengirimkan data SPTK 2013 hasil kompilasi dari setiap BPS Kabupaten/Kota ke Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah.
E. Kepala Bagian Tata Usaha
1) Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota.
2) Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas dan pengawas.
3) Membuat laporan administrasi penyelenggaraan kegiatan SPTK 2013.
F. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
1) Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (SPTK2013.DSBS) dan rumah tangga (SPTK2013.DSRT) untuk diteruskan ke masing-masing BPS Kab/Kota 2) Menerima data hasil pengolahan SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
3) Melakukan kompilasi data hasil SPTK 2013 dari setiap BPS Kabupaten/Kota bersama Kepala Bidang Statistik Sosial.
4) Membuat laporan teknis pengolahan SPTK 2013.
G. Kepala BPS Kabupaten/Kota
1) Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan SPTK 2013 secara keseluruhan di BPS Kabupaten/Kota.
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengolahan di BPS Kabupaten/Kota. 4) Melakukan rekruitmen petugas lapangan di BPS Kabupaten/Kota.
5) Membuat laporan pelaksanaan pendataan SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
H. Kepala Seksi Statistik Sosial
1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SPTK 2012.
2) Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (SPTK2013.DSBS) dan rumah tangga (SPTK2013.DSRT).
3) Memberikan Daftar Sampel Rumah Tangga (SPTK2013.DSRT) kepada petugas pencacah.
4) Memastikan jadwal kegiatan, wilayah kerja dan alokasi petugas pencacahan. 5) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. 6) Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pencacahan lapangan untuk menjamin
kehandalan mutu data yang dihasilkan.
7) Berkoordinasi dengan Kasie IPDS untuk melakukan pengolahan data SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
8) Secara rutin melaporkan hasil perkembangan pendataan SPTK 2013 ke BPS Kabupaten/Kota.
I. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengolahan data SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
4) Melakukan validasi dan kompilasi data dari setiap petugas pengolahan.
5) Berkoordinasi dengan Kasie statistik sosial dalam rangka pengolahan data SPTK 2013 di BPS Kabupaten/Kota.
6) Mengirimkan data SPTK 2013 yang sudahcleanke Bidang IPDS provinsi, cc ke Bidang Statistik Sosial.
7) Memberikan laporan hasil perkembangan pengolahan SPTK 2013 ke BPS Kabupaten/Kota.
J. Pencacah (PCL) SPTK 2013
1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SPTK 2013.
2) Menerima Daftar Sampel Rumah Tangga (SPTK2013.DSRT) dari Kasie Statistik Sosial.
3) Melaksanakan pendataan SPTK 2013 sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan.
4) Memeriksa kembali hasil pendataan SPTK 2013 (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh).
5) Menyerahkan dokumen SPTK 2013 yang telah diisi dan diperiksa kepada pemeriksa.
3.3. Persyaratan Petugas
A. Pemeriksa
Pemeriksa SPTK 2013 adalah adalah Kasie Statistik Sosial BPS Kab./Kota.
B. Petugas Pencacah
Pencacah SPTK 2013 adalah KSK/staf BPS Kab./Kota. Syarat petugas pencacah: 1) Berpendidikan minimal DIV/S1.
2) Berumur antara 25 – 35 tahun.
3) Diutamakan pernah memiliki pengalaman terkait beberapa survei atau sensus yang dilakukan oleh BPS.
4) Mengenal wilayah tugas dengan baik.
5) Diutamakan memiliki kemampuan berkomunkasi secara persuasif dengan orang lain.
C. Petugas Pengolahan
Petugas pengolahan dokumen SPTK dilakukan oleh KSK, staf atau mitra BPS Kabupaten/Kota yang ditunjuk dengan syarat:
1) Bisa mengoperasikan komputer. 2) Bertanggung jawab.
3) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan supervisor pengolahan. 4) Mampu menerima dan memahami aturan-aturan dalam pengolahan.
3.4. Pelatihan Petugas Pencacahan
Pelatihan petugas pencacahan dalam SPTK 2013 ini melibatkan Petugas Pengajar (Master Intama, Intama dan Innas) dan petugas lapangan (pemeriksa dan pencacah). Pelatihan petugas pencacahan dilaksanakan sebelum pelaksanaan lapangan, dengan tujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep dan definisi operasional dari variabel-variabel yang akan dikumpulkan dalam kuesioner SPTK 2013 serta teknik wawancara dengan responden. Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan sangat menentukan keberhasilan kegiatan pencacahan di lapangan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelatihan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada SPTK 2013, pelatihan petugas dilakukan secara berjenjang dari Workshop Intama, pelatihan calon Instruktur Nasional (Innas) dan pelatihan calon petugas lapangan. Workshop Intama dan pelatihan calon Innas dilaksanakan di Pusat, sementara pelatihan calon petugas lapangan dilaksanakan di daerah. Hal-hal penting terkait penyelenggaraan pelatihan tersebut dijelaskan dalam poin-poin berikut.
A. Workshop Intama dan Pelatihan calon Innas
Workshop Intama dan Pelatihan calon Innas SPTK 2013 dilaksanakan oleh BPS RI pada minggu II dan IV bulan Juni 2013 selama 4 (empat) hari. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Subdirektorat. Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei BPS RI. Workshop intama diikuti oleh peserta dari Direktorat Statistik Ketahanan Sosial, dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei.
Sementara peserta pelatihan calon innas SPTK 2013 berasal dari BPS RI maupun BPS Provinsi. Metode pelatihan dilakukan dengan cara lokakarya (workshop) yang lebih banyak ditekankan pada diskusi mengenai konsep dan definisi serta operasional lapangan. Syarat calon Innas antara lain:
1. Diutamakan Kepala Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi dan staf inti di lingkungan Direktorat Statistik Ketahanan Sosial BPS RI.
2. Mampu mengajar dengan baik. 3. Berpendidikan minimal DIV/S1.
4. Diutamakan yang sudah berpengalaman sebagai Innas atau instruktur lainnya pada sensus atau survei yang pernah dilaksanakan oleh BPS.
Alokasi kebutuhan jumlah innas dapat dilihat pada Lampiran 2.
B. Pelatihan Petugas
3.5. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan lapangan. Kegiatan ini merupakan faktor penting dalam upaya menjaga kualitas data yang dikumpulkan. Proses pemeriksaan tidak hanya mencakup kelengkapan dokumen, tetapi sekaligus akurasi, kewajaran dan konsistensi isian.
3.6. Supervisi
Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh BPS RI. Petugas supervisi adalah pejabat setingkat eselon I sampai IV di BPS RI. Beberapa kegiatan penting yang akan dilaksanakan oleh BPS RI dalam rangka supervisi adalah:
1. Supervisi terhadap pelatihan petugas terkait materi, rencana pelatihan di daerah dan kelancaran pelaksanaan pelatihan.
BAB IV
TEKNIK WAWANCARA DAN
TATA CARA PENGISIAN KUESIONER
4.1. Teknik Wawancara
SPTK 2013 adalah survei yang bersifat khas karena data yang dikumpulkan tidak hanya berupa data kuantitatif namun juga dilengkapi dengan data-data yang bersifat kualitatif sehingga dibutuhkan pencacah yang memiliki penguasaan materi yang bagus, mempunyai kemampuan berwawancara yang baik, dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dalam pengumpulan data kualitatif terdapat beberapa kendala yang akan ditemui pencacah, seperti: (1) responden belum tentu langsung memahami maksud pertanyaan sehingga mereka akan memberikan reaksi jawaban yang berbeda-beda; (2) pencacah belum tentu langsung dapat memahami maksud dari jawaban responden sehingga belum tentu jawaban responden tersebut dapat dikelompokkan sesuai pilihan jawaban yang tersedia, dsb.
Secara umum, keberhasilan pengumpulan data ditentukan oleh empat hal, yaitu: instrumen yang digunakan, suasana wawancara, pencacah dan responden. Pertama, instrumen sederhana yang didukung dengan konsep dan definisi yang jelas dapat memudahkan pengumpulan data di lapangan, kedua, suasana wawancara yang kondusif juga dibutuhkan untuk mendukung proses wawancara yang efektif dan efisien. Ketiga, pencacah yang mampu bekerja dengan baik dan menguasai materi sangat penting demi menjaga kualitas data dan keempat, responden dengan penuh kesadaran mau menjawab pertanyaan dengan jujur dan benar.
Berikut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pencacah dalam melakukan wawancara:
1. Pada saat berkunjung ke responden hendaknya pencacah berpakaian yang wajar, rapi dan sopan. Sebelum memasuki rumah untuk mengadakan wawacara, mintalah izin terlebih dahulu dengan cara mengucapkan salam, mengetuk pintu, atau melakukan cara-cara lain yang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan dan budaya setempat. 2. Perhatikan situasi rumah tangga saat itu sebelum melakukan wawancara. Jangan
melakukan wawancara di saat yang kurang tepat seperti: sedang ada kegiatan pesta/upacara, rumah tangga sedang mengalami musibah seperti kematian, kesakitan dsb.
3. Usahakan agar waktu kunjungan telah diatur sedemikian rupa sehingga responden dapat ditemui dan diwawancarai.
4. Awali wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan kepada responden secara sopan dan tegas. Pencacah adalah petugas BPS yang melaksanakan tugas pendataan yang dilindungi oleh UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Kemudian jelaskan pentingnya kegiatan studi ini dan yakinkan responden bahwa keterangan yang diberikan akan dijamin kerahasiaanya. Bila dibutuhkan, tunjukkan surat tugas dan tanda pengenal pencacah;
6. Lakukan wawancara dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Jika responden lebih menyukai menggunakan bahasa daerah, sebaiknya diikuti saja agar responden tidak merasa segan/canggung untuk memberikan jawaban yang tepat dan benar.
7.
Lakukan wawancara dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Maksud setiap pertanyaan dalam kuesioner harus dipahami secara baik oleh pencacah sehingga dapat melakukan probing dengan benar jika responden tidak memahami maksud pertanyaan yang diajukan.8. Awali proses wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang umum dan ringan seperti kegiatan sehari-hari dsb. Hal ini diperlukan untuk memberikan rasa santai dan nyaman bagi responden. Tidak semua jawaban dari responden dapat langsung dicatat dalam kuesioner: pencacah harus teliti dalam memilah jawaban yang bisa langsung dicatat dan pertanyaan yang membutuhkan probing.
9. Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan responden selama proses wawancara, pencacah harus memiliki keterampilan dan cara bijak dalam menghadapi berbagai sikap dan perilaku responden. Misalnya:
- Ada responden yang suka berterus terang (jujur) dan senang membantu, namun ada sebagian responden yang lain akan ragu-ragu, curiga dan bersikap tidak kooperatif (tidak bekerja sama). Gunakan kecerdikan, kesabaran dan keramahan selama berwawancara.
- Petugas pencacah harus selalu mengarahkan pembicaraan ke substansi pertanyaan pada kuesioner. Jangan biarkan responden mengalihkan percakapan pada hal-hal yang menyimpang dari pertanyaan yang diajukan. Selain itu, petugas pencacah hendaknya sabar terhadap rasa keingintahuan responden dan jawablah pertanyaan responden dengan tepat dan jelas.
- Petugas pencacah jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap apapun jawaban yang diberikan oleh responden dan jangan kehilangan kesabaran.
- Perhatikan bahasa tubuh responden. Berusahalah sensitif untuk menghindari pertanyaan yang sekiranya dapat memojokkan responden. Jangan mengarahkan jawaban responden dalam bertanya atau memberi tanggapan terhadap jawaban responden.
- Apabila jawaban responden masih kurang lengkap atau belum tepat, maka lakukan probing. Probing juga diperlukan untuk memandu atau memilah jawaban yang relevan.
Perhatian:
Pencacah sebaiknya mampu menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk melakukan wawancara. Awali wawancara dengan pertanyaan umum dan ringan seperti kegiatan sehari-hari responden. Setelah suasana cair, barulah mulai wawancara secara teratur dengan
- Catatlah semua jawaban lisan dari responden dengan teliti, lengkap dan jelas atau cantumkan kode sesuai petunjuk pengisian kuesioner. Sangat dianjurkan agar pencacah menyiapkan kertas catatan.
10. Periksa kembali semua pertanyaan dan pastikan semua pertanyaan telah terisi jawaban yang konsisten. Bila masih ditemukan adanya jawaban yangbelum lengkap
atau tidak konsisten, maka ulangi pertanyaan tersebut (kalau perlu lakukan
probing) sehingga mendapat jawaban yang benar dari responden.
Setelah selesai melakukan wawancara, jangan lupa mengucapkan terima kasih dan memberitahukan kepada responden tentang kemungkinan kunjungan ulang bila masih ada keterangan yang diperlukan dari responden.
4.2. Tata Cara Pengisian Kuesioner
Teknik wawacara secara umum yang disampaikan di atas dapat membantu diperolehnya informasi yang benar dan akurat dari responden. Namun tetap harus didukung oleh penguasaan materi yang ditanyakan dalam kuesioner sehingga pencacah dapat secara runtun dan alami dalam melakukan wawancara.
Kuesioner SPTK 2013 terdiri atas 4 (empat) bagian, yaitu: (1) identitas rumah tangga dan keterangan pencacahan, (2) lembar pemilihan responden, (3) lembar pengukuran kebahagiaan. Identitas rumah tangga yang dicatat pada pada blok I mencakup informasi mengenai wilayah tempat tinggal rumah tangga. Blok II berisi ringkasan terkait jumlah anggota rumah tangga (ART) dan jumlah ART yang eligible. Keterangan pencacahan pada blok III mencakup informasi mengenai identitas petugas pencacahan dan pemeriksa serta waktu pencacahan. Lembar pemilihan responden terpilih menggunakan pertanyaan pada blok IV yang bertujuan untuk mendapatkan satu responden pada rumah tangga tersebut yang selanjutnya akan diwawancarai terkait pertanyaan kebahagiaan. Pengukuran kebahagiaan responden menggunakan pertanyaan pada blok V sampai dengan Blok IX. Blok V mencakup informasi mengenai kesehatan, pendidikan dan keterampilan, pekerjaan dan pendapatan, lingkungan dan keamanan, hubungan sosial dan keluarga, perumahan dan aset, kepuasan hidup, partisipasi warga negara serta kebahagiaan. Berikut penjelasan rinci terkait pengisian kuesioner pada setiap blok.
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT
Rincian 110. Hasil Kunjungan
Rincian 110 mengenai hasil kunjungan diisi setelah pencacah melaksanakan wawancara dan telah meninggalkan rumah tangga tersebut. Ada empat macam kode respon berdasarkan sejauh mana kuesioner telah selesai diisi. Berikut penjelasan mengenai berbagai kemungkinan kode hasil kunjungan:
Kode 1, Berhasil, jika pencacah telah menyelesaikan wawancara dengan responden terpilih dan telah memastikan bahwa tidak ada satu pertanyaan pun di kuesioner yang belum terisi (dokumen lengkap).
Kode 2, Menolak, jika responden terpilih menolak untuk diwawancarai. Termasuk pula jika seseorang yang ditemui pencacah pertama kali tidak berkenan untuk bekerja sama. Mintalah berbicara dengan anggota rumah tangga dewasa yang lain (misalnya kepala rumah tangga). Jika usaha ini tidak berhasil dan tidak ada ART yang bisa diajak bekerja sama/menolak untuk diwawancara, lingkari kode 2 dan tuliskan pada kotak yang tersedia.
Kode 3, Responden terpilih tidak dapat diwawancara. Bila responden terpilih mengalami hambatan untuk diwawancara seperti sedang bepergian dan tidak kembali selama waktu pengumpulan data yang dibutuhkan, responden sedang sakit, tuli, atau tidak kompeten secara mental. Termasuk pula jika seluruh ART sedang pergi dalam waktu yang lama. Tanyakan kepada tetangga kira-kira kapan rumah tangga tersebut dapat ditemui. Jika tetangga tidak ada yang tahu atau memberikan informasi bahwa rumah tangga tersebut baru kembali setelah masa pencacahan, usahakan untuk tetap mengecek keberadaan ART di rumah tersebut selama masa pencacahan. Jika usaha ini tidak berhasil untuk menemui responden maka lingkari kode 3 dan tuliskan pada kotak yang tersedia.
Kode 4, Rumah tangga tidak dapat ditemukan, jika alamat bangunan rumah tangga yang terpilih sampel ternyata tempat tinggal kosong atau alamat bukan tempat tinggal, tidak berpenghuni, tempat tinggal telah hancur karena terbakar habis atau sebab yang lainnya, tempat tinggal tidak ditemukan, atau tidak dapat dijangkau. Pastikan secara cermat bahwa tidak ada tempat tinggal dari rumah tangga dimaksud di sekitar wilayah tersebut. Tanyakan pada masyarakat sekitar, apakah mereka mengetahui alamat atau nama kepala rumah tangga tersebut. Jika pencacah masih tidak bisa menemukan rumah tangga yang dimaksud, lingkari kode 5 dan lingkari pada kotak yang tersedia.
BLOK II. RINGKASAN KETERANGAN RUMAH TANGGA
Rincian 202: Banyaknyaeligibleresponden
Informasi banyaknyaeligibleresponden dalam satu rumah tangga.
BLOK III. KETERANGAN PENCACAHAN
Blok ini berisi mengenai identitas petugas dan waktu pencacahan untuk rumah tangga ini. Identitas petugas meliputi nama, jabatan dan tanda tangan pencacah dan pemeriksa. Identitas pencacah diisi sebelum mengunjungi rumah tangga.
BLOK IV.KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
Blok ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai semua ART yang ada dalam rumah tangga. Informasi yang diinginkan mencakup nama, hubungan ART dengan KRT, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pengisian blok ini dapat ditanyakan kepada setiap anggota rumah tangga yang sudah dewasa dan mampu memberikan informasi yang diperlukan. Jika anggota rumah tangga yang sudah dewasa tidak ada, jangan mewawancarai anak kecil, tetapi berpindahlah ke rumah tangga lainnya dan kunjungilah kembali rumah tangga tersebut di lain waktu. Sebelum memulai wawancara, pencacah wajib memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan kedatangan.
Ketika mengunjungi salah satu rumah tangga sesuai dengan alamat yang terdapat dalam SPTK2013.DSRT, pencacah mungkin menemui satu rumah yang dihuni oleh banyak orang. Dalam hal ini, pencacah harus mengidentifikasi secara cermat siapa saja yang merupakan anggota rumah tangga (ART) dari rumah tangga yang terpilih sebagai sampel. Berikut beberapa konsep dan definisi yang wajib dikuasai pencacah:
Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan dari satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama dan menjadi satu.
Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang sedang berada di rumah pada waktu listing maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Kolom (1) sampai Kolom (3)
Saat responden menyebutkan nama-nama orang yang tinggal dan makan di rumah tangga, tuliskan nama-nama tersebut, satu nama pada setiap baris di kolom (2). Urutan penulisan nama-nama ART pada kolom (2) mengacu pada urutan hubungan nama ART dengan KRT pada kolom (3).Usahakan untuk mencatat nama lengkap dari setiap ART yang disebutkan. Ketika semua nama telah dituliskan, pencacah perlu memastikan bahwa nama-nama tersebut sudah mencakup semua ART yang ada di rumah tangga tersebut sebelum melanjutkan ke pertanyaan lain dalam kuesioner. Pastikan tidak ada ART yang terlewat. Penulisan nama tidak boleh disingkat dan tanpa menggunakan kata sebutan atau gelar, misalnya: Ir, Drs, Tuan, Nyonya, Bapak, Ibu, dan lain-lain. Setelah semua selesai dicatat, bacakan kembali nama-nama tersebut kemudian ajukan lagi pertanyaan untuk memastikan adanya:
a. Orang yang namanya belum tercatat karena lupa atau dianggap bukan anggota rumah tangga seperti bayi atau anak kecil, pembantu, teman/tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, keponakan, anak indekos dan sebagainya yang biasa tinggal di rumah tangga tersebut; dan orang yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi biasanya tinggal di rumah tangga tersebut. Tambahkan nama-nama yang tertinggal tersebut pada baris-baris sesuai dengan urutan kode hubungan dengan kepala rumah tangga. b. Orang yang dianggap anggota rumah tangga karena biasanya tinggal di rumah tangga
tersebut tetapi sedang bepergian selama 6 bulan atau lebih. Hapus nama dari daftar, bila sudah terlanjur ditulis pada Blok IV ini. Urutkan kembali nama-nama anggota rumah tangga sesuai dengan urutan kode hubungan dengan kepala rumah tangga.
Berikut penjelasan mengenai kode hubungan dengan KRT pada kolom (3):
Kode 1, Kepala Rumah Tangga adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Kode 2, Istri/suami adalah istri dari KRT (jika KRT laki-laki) atau suami dari KRT (jika KRT perempuan).
Kode 3, Anak mencakup anak kandung, anak tiri dan anak angkat KRT.
Kode 4, Menantu adalah suami/istri dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat. Kode 5, Cucu adalah anak dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat.
Kode 6, Orang tua/mertua adalah bapak/ibu dari KRT atau bapak/ibu dari istri/suami Urutan bertanya:
a. Tanyakan dan tuliskan nama kepala rumah tangga.
b. Isikan Kolom 2 dan 3 secara berturut-turut dengan menanyakan dan menulis nama istri/suami, anak yang belum kawin, anak yang sudah kawin, dan seterusnya sampai dengan anggota rumah tangga terakhir.
Kode 7, Famili lain adalah mereka yang ada hubungan famili dengan KRT atau dengan istri/suami KRT, misalnya adik, kakak, bibi, paman, kakek atau nenek.
Kode 8, Pembantu Rumah Tangga adalah mereka yang tinggal dan makannya bergabung dengan rumah tangga majikan.
Kode 9, Lainnya adalah mereka yang tidak ada hubungan famili dengan KRT atau dengan istri/suami KRT, misalnya mantan menantu dan anak kos.
Kolom (4): Jenis Kelamin
Selanjutnya tanyakan jenis kelamin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya, tanyakan kepada responden apakah ART tersebut laki-laki atau perempuan.
Kolom (5): Umur
Umur dihitung dengan cara menanyakan tanggal, bulan dan tahun kelahiran ART. Umur dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.
Penjelasan:
Jika umur responden 27 tahun 9 bulan, catat 27 tahun.
Jika umurnya kurang dari 1 tahun, dicatat 00 tahun.
Jika umur responden 98 tahun atau lebih dicatat 98 tahun, misalnya umur 100 tahun maka pada kotak umur isikan angka 98, dalam hal ini berarti 98 tahun atau lebih.
Jika umurnya kurang dari 10 tahun (1 digit) agar dituliskan 0 di digit pertama, misalnya 01, 02, ..., 09.
Jika responden tidak tahu sama sekali tanggal, bulan dan tahun kelahirannya maupun umurnya, maka perkirakan umur responden dengan berbagai pendekatan, rujukan dan informasi. Perkiraan umur haruslah perkiraan yang terbaik.
Kolom (6): Status Perkawinan
Tanyakan status kawin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap status perkawinan yang disebutkan responden. Hati-hati jangan salah dalam mengisikan kode status kawin.
Kode 1, Belum kawin adalah status dari mereka yang belum/tidak terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan.
Kode 2, Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.
pekerjaan, atau sedang cekcok. Perempuan yang diketahui belum kawin tetapi sudah mempunyai anak maka status perkawinan orang tersebut dianggap cerai hidup.
Kode 4, Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal dunia dan belum kawin lagi.
Kolom (7): Pendidikan tertinggi yang ditamatkan:
Tanyakan apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap pendidikan tertinggi yang ditamatkan responden. Hati-hati jangan salah dalam mengisikan kode tersebut.
Kode 1, Tidak/belum pernah bersekolah.
Kode 2, Tidak tamat SD/MI adalah kategori bagi mereka yang pernah bersekolah tetapi tidak/belum tamat Sekolah Dasar/MI, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, Paket A1 s.d A100, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan atau SD Indonesia (di Luar Negeri). Mereka yang tamat Sekolah Dasar 3 tahun atau sederajat dianggap tidak tamat SD.
Kode 3, Tamat SD/MI adalah tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A dan memperoleh ijazah persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dan SD Indonesia (di luar negeri). Kode 4, Tamat SMP/MTs adalah tamat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri) dan SLTP Olahraga.
Kode 6, Tamat Diploma I adalah tamat program DI pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma I pada pendidikan formal.
Kode 7, Tamat Diploma II adalah tamat program DII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma II pada pendidikan formal.
Kode 8, Tamat Diploma III adalah tamat program DIII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma III pada pendidikan formal. Misalnya Akademi Seni Musik Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Kimia Analis, Akademi Meteorologi dan Geofisika dsb.
Kode 9, Tamat Diploma IV/S1 adalah tamat program pendidikan Diploma IV atau Sarjana pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, sedangkan Program Akta IV sejajar dengan jenjang Diploma IV.
Kode 10, Tamat S2/S3 adalah tamat program pendidikan Pasca Sarjana (master atau doktor), strata 2 atau 3 pada suatu Universitas atau Perguruan tinggi.
Kolom (8)-Kolom (9): Untuk ART Sebagai Kepala Rumah Tangga atau Pasangannya Informasi pada kolom ini akan digunakan sebagai dasar pemilihan responden terpilih dengan menggunakan Tabel Kish.Eligibleresponden adalah ART yang merupakan kepala rumah tangga ataupun pasangannya. Berikan tanda (√) pada kolom (8) untuk kepala rumah tangga dan pasangannya (kolom (3) berkode 1 atau 2). Kemudian berikan nomor urut pada kolom (9) untukeligibleresponden mulai dari yang paling tua.
Pemilihan Responden
Setelah pengisian kolom (2) sampai dengan kolom (9) terisi dengan benar dan lengkap untuk semua ART di rumah tangga maka pencacah harus memilih satu dari ART yang diberi nomor pada kolom (9) (eligible responden). ART terpilih akan menjadi responden untuk memberikan informasi pada blok V sampai blok IX. Pemilihan responden didasarkan pada jumlah anggota rumah tangga yang memenuhi syarat, yaitu kepala rumah tangga atau pasangannya, dengan menggunakan Tabel Kish yang tersedia di pojok kanan bawah pada Blok IV.
Tabel Kish terdiri dari sebelas kolom. Kolom (1) menunjukkan jumlah ARTeligible dalam rumah tangga. Kolom (2) sampai dengan (11) menunjukkan nomor urut rumah tangga sampel pertama sampai dengan sepuluh. Angka-angka dalam setiap sel pada kolom (2) sampai (11) menunjukkan nomor uruteligibleresponden. Berikut dijelaskan langkah-langkah pemilihan responden dengan Tabel Kish:
a. Perhatikan nomor urut rumah tangga sampel pada Blok I R108 dan jumlah ART eligiblepada kolom (8),
b. Pada Tabel Kish, lingkari sel yang merupakan perpotongan antara kolom nomor urut rumah tangga sampel dan baris jumlah ART eligible. Nomor yang dilingkari tersebut merupakan nomor urut eligible responden yang terpilih sebagai responden untuk diwawancarai selanjutnya,
Contoh: Misalkan dibawah ini merupakan daftar anggota rumah tangga Irianto pada Blok IV kolom (1) sampai kolom (4) serta kolom (8) dan kolom (9). Rumah tangga Irianto merupakan rumah tangga sampel dengan nomor urut 8 yang terdiri atas 6 anggota rumah tangga.
1. Dari daftar tersebut diketahui bahwa rumah tangga Irianto dengan nomor urut rumah tangga adalah 8 mempunyai 2 anggota rumah tangga yang memenuhi syarat terpilih (kepala rumah tangga dan pasangannya).
2. Pada tabel Kish, pilih kolom yang menunjukkan nomor urut ruta sampel, yaitu 8 dan pilih baris yang menunjukkan jumlah anggota rumah tangga yang memenuhi syarat terpilih (eligible responden), yaitu 2. Lingkari sel yang merupakan perpotongan kolom dan baris tersebut, yaitu 2.
3. Lingkari eligible responden bernomor 2 pada Blok IV kolom (9), yaitu Yesi Satyaningrum.
TABEL KISH
Jumlah ART
eligible
Nomor Urut Rumah Tangga Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
Setelah menyelesaikan wawancara, tanyakan apakah pencacah dapat melakukan wawancara dengan responden terpilih (jika responden terpilih bukan orang yang memberikan informasi pada blok ini). Jika responden terpilih tidak ada pada saat wawancara ini, buatlah janji untuk melakukan kunjungan ulang. Pencacah tidak boleh mengganti sampel responden, meskipun ada eligible responden lainnya. Berterimakasihlah kepada pemberi informasi dan akhiri wawancara di sini.
BLOK V. KETERANGAN RESPONDEN TERPILIH
Kebahagiaan hidup responden akan dilihat berdasarkan 11 dimensi penting kesejahteraan manusia yang diusung oleh OECD sebagai Better Life Index(OECD, 2011). Delapan dimensi ditanyakan pada blok ini, sedangkan 3 dimensi lainnya (perumahan, partisipasi warga negara dan kepuasan hidup) akan dijelaskan pada blok berikutnya. Kedelapan dimensi pada blok ini adalah kesehatan, pendidikan dan keterampilan, pekerjaan, pendapatan, lingkungan, waktu luang, keamanan dan hubungan sosial dan keluarga. Bab V dan selanjutnya hanya ditanya hanya kepada responden terpilih yang nomor urut ART pada Blok IV kolom (1) dilingkari.
Ketika pertama kali bertemu dengan responden terpilih, pencacah perlu memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan wawancara (Jika responden terpilih merupakan orang yang berbeda pada saat wawancara di blok IV). Sebelum melanjutkan wawancara, pencacah perlu mencatat mengenai nama dan nomor urut ART, dan lama tinggal/menetap bagi responden terpilih di lingkungan ini. Lama tinggal ditanyakan untuk mengetahui sudah berapa tahun responden tinggal di lingkungan tempat tinggal sebatas desa/kelurahan.
BLOK V.A.KESEHATAN
Blok ini bertujuan untuk memperoleh tingkat kebahagiaan hidup responden menurut dimensi kesehatan yang didekati dengan kepuasan responden terhadap kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan responden akan dilihat menurut kesehatan fisik, kesulitan fungsional, dan kesehatan mental. Dalam analisis, jawaban responden akan digunakan untuk menilai apakah ada kemungkinan hubungan antara kondisi kesehatan dengan kepuasaan hidup responden.
Rincian 501A: Keluhan Kesehatan Satu Bulan Terakhir
Informasi mengenai keluhan kesehatan yang dirasakan oleh responden selama satu bulan terakhir dapat memberikan ukuran mengenai gambaran awal status kesehatan fisik responden. Menurut Kementerian Kesehatan, kesehatan fisik terwujud apabila: (1) seseorang tidak merasa, tidak mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan; (2) memang secara objektif tidak tampak sakit; dan (3) semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Keluhan kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan seseorang yang mengalami gejala gangguan kesehatan, biasanya berupa simtom (gejala) atas penyakit tertentu. Keluhan kesehatan bisa berupa panas, batuk, pilek, asma, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi atau keluhan lainnya.
Batuk adalah bunyi yang timbul akibat terbukanya pita suara secara tiba-tiba disertai keluarnya udara dengan cepat, bertujuan mengeluarkan sesuatu yang merangsang saluran napas bagian tengah atau bawah; bisa sekali-sekali atau beruntun sekali batuk; pendek atau panjang; kering, berdahak atau berdarah; berlangsung beberapa hari, minggu, bulan atau tahunan.
Pilek adalah keadaan yang ditandai dengan adanya ingus, tersumbatnya hidung dan mungkin pula disertai dengan bersin-bersin, ataupun gejala dan tanda lainnya.
Asma/sesak nafas adalah penyakit yang pada waktu serangan muncul, penderitanya sukar bernapas karena penyempitan saluran napas bawah, sehingga napas berbunyi “ngik-ngik” pada waktu mengeluarkan napas; masyarakat mengenalnya dengan istilah bengekataumengi.
Diare/buang-buang air adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar berbentuk tinja encer atau cair, kadang-kadang bercampur darah atau lendir, yang umumnya terjadi 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Diare dapat disertai dengan muntah-muntah, maupun penurunan kesadaran. Istilah lainnya adalahmencretataubocor.
Sakit kepala berulang adalah rasa nyeri, cekot-cekot, senut-senut, seperti diikat, dibor atau ditusuk-tusuk, berat, tertekan atau rasa tidak enak lainnya pada sebagian atau seluruh kepala. Lamanya dari beberapa jam sampai beberapa hari, yang terjadi berulang beberapa kali dalam 1 tahun (minimal 2 kali), dengan sifat-sifat nyeri yang hampir serupa. Sakit kepala pada waktu demam tidak tergolong dalam sakit kepala berulang.
Sakit gigi adalah rasa nyeri pada gigi atau gusi, kadang-kadang disertai dengan pembengkakan, tetapi tidak termasuk sariawan.
Keluhan lainnya seperti kejang-kejang, gatal, lemas, mual, mules, pegal linu, nyeri, ngilu tulang, telinga berair/congek, mata berair, dan lain-lain termasuk juga gangguan kesehatan akibat hal lain seperti kecelakaan/musibah, bencana alam, tidak nafsu makan, sulit buang air besar, sakit kepala karena demam, sakit kepala bukan berulang, gangguan sendi, tuli, katarak, perut mules, masuk angin, tidak bisa kencing, bisul, dan keluhan fisik karena menstruasi atau hamil.
Tanyakan apakah responden mengalami keluhan kesehatan tersebut, dengan cara dibacakan satu-persatu keluhan kesehatan yang ada pada kuesioner. Terkait pertanyaan keluhan lainnya, bisa saja ini merupakan keluhan yang cukup sering pada kehidupan responden. Oleh karena itu, keluhan ini harus tetap ditanyakan walaupun keluhan-keluhan yang ditanyakan sebelumnya tidak ada. Isikan kode 1 bila responden mempunyai keluhan atau kode 2 bila responden tidak mempunyai keluhan untuk setiap jenis keluhan kesehatan. Jika semua rincian berkode 2, maka pertanyaan bisa dilanjutkan ke rincian 502A.
Rincian 501B: Keluhan Yang Mengganggu
kesehatan tersebut sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidak. Isikan kode 1 bila “Ya” dan kode 2 bila “Tidak”.
Contoh keluhan kesehatan yang mengganggu:
a. KRT/ART yang tidak masuk bekerja karena sakit; atau yang masih tetap bekerja, tetapi tidak dapat bekerja dengan baik; atau tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh seperti biasa.
b. ART yang tidak dapat mengikuti pelajaran/tidak masuk sekolah karena sakit gigi. c. Ibu rumah tangga yang tidak dapat melakukan pekerjaan seperti yang biasa dilakukan
sehari-hari karena batuk dan pilek.
d. ART yang tidak dapat bermain seperti biasanya karena diare.
Rincian 502A: Keluhan Kesehatan 6 Bulan Terakhir
Pertanyaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan responden mengalami sakit menahun/kronis. Dalam studi ini, penyakit menahun/kronis tidak secara langsung ditanyakan kepada responden, melainkan didekati dengan cara menanyakan keluhan kesehatan yang responden alami seperti halnya pertanyaan pada rincian 501A dalam rentang waktu 6 bulan terakhir. Jika jawaban dari rincian 501A semua kode ”2” (tidak), pertanyaan ini tetap ditanyakan kepada responden. Isikan kode “1” bila responden mengalami keluhan kesehatan (apapun jenis simtomnya) selama 6 bulan terakhir, dan beri kode “2” bila responden tidak pernah mengalami keluhan kesehatan tersebut selama 6 bulan terakhir. Bila responden tidak mengalami keluhan kesehatan selama 6 bulan terakhir maka pertanyaan bisa dilanjutkan ke rincian 503.
Rincian 502B: Intensitas Keluhan Kesehatan
Pertanyaan ini bertujuan untuk melihat intensitas keluhan kesehatan yang dialami oleh responden selama 6 bulan terakhir. Semakin sering responden mengalami keluhan kesehatan, maka hal tersebut mengindikasikan adanya penyakit kronis/menahun yang diderita oleh responden. Isikan kode 1-4 pada kotak yang tersedia. Batasan ‘sangat jarang’, ‘jarang’, ‘sering’, dan ‘sangat sering’, sepenuhnya berdasarkan persepsi responden.
Rincian 503: Kepemilikan Jaminan Kesehatan Yang Masih Berlaku
Kepemilikan jaminan kesehatan berkaitan erat dengan proteksi (perlindungan) terhadap kesehatan seseorang, seperti perlindungan terhadap seseorang yang harus menjalani perawatan/pelayanan medis. Jaminan kesehatan ini merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kebahagiaan. Kepemilikan jaminan kesehatan ini meliputi jaminan kesehatan yang dimiliki responden baik yang diperoleh dari tempat bekerja, pemerintah maupun dari asuransi atas biaya pribadi yang masih berlaku. Artinya, saat terjadi suatu masalah/musibah, jaminan kesehatan tersebut dapat digunakan.
yang berbeda. Misalnya, pada saat responden sakit, apakah ada pihak yang menanggung biaya kesehatan yang dibayarkan? Setelah diperoleh jawaban yang sesuai, isikan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) adalah jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin yang pembiayaannya berasal dari pemerintah pusat, yang dulu istilahnya dikenal dengan program Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin). Tim Pengelola Jamkesmas melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, meliputi tim pengelola Jamkesmas tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota.
Jamkesda (jaminan kesehatan daerah) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang pembiayaannya berasal dari pemerintah daerah. Peserta Jamkesda bisa penduduk miskin, bisa pula warga daerah tersebut secara umum tergantung dari kebijakan masing-masing pemerintah daerah yang menyelenggarakan. Bentuk Jamkesda bisa bermacam-macam seperti kartu berobat sementara keluarga miskin, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Gakin (keluarga miskin dan kurang mampu), JPK PNS, JPK penghargaan (veteran), Jamkesda JPK Penghargaan/Gakin untuk kader, dsb.
JPK PNS/Veteran/Pensiun (Askes) adalah jaminan pemeliharaan kesehatan bagi PNS/Veteran/Pensiunan yang ditandai dengan memiliki kartu kepesertaan yang dikelola PT Askes (Persero). Istilah ini sering pula digunakan dalam Jamkesda sebagai salah satu program yang terdapat dalam Jamkesda. Sementara Askes (Asuransi Kesehatan) merupakan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT Askes (Persero), yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya. Menurut pasal 60 ayat (1) BPJS tahun 2011, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014, Askes berubah menjadi “Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.
JPK Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial yang dikelola oleh PT Jamsostek, BUMN yang bergerak dalam bidang asuransi sosial yang berperan sebagai pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga kerja. Hal ini ditandai dengan kepemilikan kartu kepesertaan yang dikelola PT Jamsostek. PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.