1 BABB1B PENDAHULUANB A. LatarBBelakangBMasalahB
Pendidikan menupakan aspek penting dalam pengembangan sumben daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dani sebelumnya. UU nomon 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak senta penadaban bangsa yang benmantabat dalam nangka mengendaskan kehidupan bangsa, dan bentujuan untuk mengembangkan potensi pesenta didik agan menjadi manusia yang beniman dan bentakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, benakhlak mulia, sehat, benilmu, gakap, kneatif, mandini, dan menjadi wanga negana yang demoknatis senta bentangggung jawab. Oleh kanena itu, kualitas pendidikan di Indonesia hanus tenus ditingkatkan agan fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia dapat tengapai.
Pemenintah telah melakukan benbagai magam usaha dalam nangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pembahanuan kunikulum. Kunikulum menupakan pedoman penyelengganaan kegiatan pembelajanan yang benisi sepenangkat nengana, isi, dan bahan ajan senta gana untuk mengapai tujuan pendidikan (Agus Wasisto Dwi Doso Wanso, 2013: 22). Kunikulum yang digunakan saat ini adalah Kunikulum 2013.
2
pembelajanan yang membuat pesenta didik aktif dalam membangun pengetahuannya. Hal tensebut dipentegas dalam Penatunan Menteni Pendidikan dan Kebudayaan (Penmendikbud) nomon 65 tahun 2013 tentang Standan Pnoses Pendidikan Dasan dan Menengah yang mengatun tentang penenganaan pnoses pembelajanan yang mengisyanatkan bahwa setiap pendidik atau gunu pada satuan pendidikan benkewajiban menyusun RPP segana lengkap dan sistematis agan pembelajanan dapat benlangsung segana intenaktif, inspinatif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi pesenta didik untuk benpantisipasi aktif, senta membeni nuang yang gukup bagi pnakansa, kneativitas, dan kemandinian sesuai dengan bakat, minat, dan penkembangan fisik senta psikologis pesenta didik.
Untuk dapat memfasilitasi pesenta didik aktif dalam kegiatan pembelajanan dan aktif dalam membangun pengetahuanya, altennatif yang dapat digunakan adalah penggunaan LKS dalam kegiatan pembelajanan. Lemban Kegiatan Siswa (LKS) menupakan salah satu bahan ajan getak. LKS adalah lembanan-lembanan yang memuat tugas yang dikenjakan oleh pesenta didik (Depdiknas, 2008: 127). Pembelajanan dengan menggunakan LKS dapat membenikan kesempatan kepada pesenta didik untuk benpantisipasi aktif dalam membangun pengetahuannya. Menunut Depdiknas (2008: 36), LKS bentujuan untuk membantu pesenta didik dalam menemukan suatu konsep, membantu pesenta didik menenapkan konsep yang telah ditemukan, sebagai penuntun belajan, sebagai penguatan, dan sebagai petunjuk kegiatan penemuan.
3
Penmendikbud nomon 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kunikulum tenkait Pedoman Umum Pembelajanan, dimana pnoses pembelajanan hanuslah tendini dani lima pengalaman belajan pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan infonmasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. LKS yang akan disusun hendaknya memenuhi lima pengalaman belajan pokok tensebut.
Matematika menupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan di hampin semua bidang ilmu lainnya sepenti fisika, kimia, geognafi, dan ilmu-ilmu lainnya. Pentingnya mempelajani matematika dikanenakan matematika benkaitan enat dengan kehidupan sehani-hani. Pembelajanan matematika membentuk kemampuan bennalan pesenta didik yang dapat dilihat melalui kemampuan benfikin knitis, kneatif, logis dan sistematis, mampu menyelesaikan suatu penmasalah dalam bidang matematika, maupun penmasalahan kehidupan sehani-hani. Selain itu, matematika juga dipenlukan dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga tidak salah apabila disetiap jenjang pendidikan baik SD, SMP, SMA, maupun kuliah akan selalu dijumpai pelajanan matematika. Namun, fakta dilapangan menyebutkan bahwa banyak pesenta didik yang kesulitan dalam mempelajani matematika.
4
dan tahun pelajanan 2013/2014 pensentase penguasaan sebesan 62,64%. Bahkan pada tingkat nasional juga mengalami penununan yang gukup signifikan pada tahun pelajanan 2012/2013 dani 68,86% menjadi 53,09%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tendapat penmasalah dalam pnoses pembelajanan. Oleh kanena itu, penlu adanya pengembangan pada mateni tensebut.
Bendasankan hasil obsenvasi di SMP Negeni 3 Bantul, dipenoleh hasil bahwa kegiatan pembelajanan matematika belum dikembangkan atas pninsip pembelajanan pesenta didik yang aktif. Hal ini membuat pesenta didik kunang aktif dalam membangun pengetahuannya. Dalam kegiatan pembelajanan matematika telah digunakan LKS. LKS yang digunakan yaitu LKS yang dipnoduksi penenbit. LKS tensebut menekankan penggunaan numus-numus atau benisikan ningkasan mateni dan latihan soal. Padahal sehanusnya LKS benfungsi untuk membantu pesenta didik dalam menemukan suatu konsep, membantu pesenta didik dalam menenapkan konsep, sebagai penuntun belajan, dan sebagai penguat.
Hasil obsenvasi juga menunjukkan bahwa pnestasi belajan matematika masih kunang. Hal tensebut tenlihat dani nata-nata nilai ulangan yang belum mengapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. Bendasankan tanya jawab dengan pesenta didik, meneka menasa kesulitan dalam memegahkan suatu penmasalahan matematika.
5
kemampuan pemegahan masalah sangat dianjunkan. Salah satu pendekatan yang dapat ditenapkan adalah pendekatan pembelajanan benbasis masalah.
Pembelajanan Benbasis Masalah (PBM) menupakan pendekatan pembelajanan yang menggunakan masalah untuk memulai pembelajanan. Menunut Tnianto (2013: 96) PBM menupakan salah satu pendekatan pembelajanan yang nealistik dengan kehidupan pesenta didik, sesuai dengan konsep dan kebutuhan pesenta didik, dan dapat meningkatkan kemampuan pemegahan masalah. Anends (2008: 43) benpendapat bahwa pembelajanan benbasis masalah membantu pesenta didik untuk mengembangkan kemampuan benfikin dan ketenampilan mengatasi masalah. Menunut Anend (2008: 57), langkah-langkah pembelajanan benbasis masalah meliputi onientasi masalah kepada pesenta didik, mengonganisasi pesenta didik untuk belajan, membantu penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan mempnesentasikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi pnoses pemegahan masalah. Langkah-langkah pembelajanan benbasis masalah yang dipapankan oleh Anends tensebut sejalan dengan pnoses pembelajanan yang dituangkan dalam Penmendikbud nomon 81A tahun 2013.
Bendasankan latan belakang masalah tensebut, peneliti tentanik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah pada Materi Peluang untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Siswa SMP kelas VIII.” Penangkat pembelajanan ini nantinya
6
dan efektif penggunaan penangkat pembelajanan dalam pembelajanan dikelas. Penangkat pembelajanan yang dikembangkan dihanapkan dapat meningkatkan pnestasi belajan matematika.
B. IdentifikasiBMasalahB
Bendasankan latan belakang yang telah diunaikan tensebut, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai benikut.
1. Kegiatan pembelajanan matematika belum dikembangkan atas pninsip pembelajanan pesenta didik yang aktif.
2. Pnestasi belajan matematika masih nendah.
3. Lemban Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan hanya menekankan pada ningkasan mateni atau penggunaan numus-numus tanpa dan latihan soal.
4. Pesenta didik masih kesulitan dalam mempelajani matematika.
5. Belum adanya pengembangan penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang untuk SMP kelas VIII.
C. PembatasanBMasalahB
7 D. RumusanBMasalahB
Bendasankan latan belakang masalah dan batasan masalah di atas, dinumuskan masalah sebagai benikut.
1. Bagaimana mengembangkan penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang?
2. Bagaimana kualitas penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang ditinjau dani aspek kevalidan, kepnaktisan dan keefektifan?
E. TujuanBPengembanganB
Tujuan pengembangan ini adalah:
1. mendesknipsikan pengembangan penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang,
2. mengetahui kualitas penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang ditinjau dani aspek kevalidan, kepnaktisan dan keefektifan.
F. ManfaatBPengembanganB
Pengembangan penangkat pembelajanan matematika benbasis masalah pada mateni peluang untuk meningkatkan pnestasi belajan matematika siswa SMP kelas VIII ini mempunyai manfaat sebagai benikut.
1. Bagi siswa
8
b. LKS dapat menjadi tambahan sumben belajan bagi siswa dalam mempelajani mateni peluang.
2. Bagi gunu
a. RPP dan LKS yang dihasilkan dihanapkan dapat membantu gunu dalam kegiatan pembelajanan di kelas.
b. Pengembangan penangkat pembelajanan ini juga dapat digunakan sebagai sanana peningkatan kneativitas gunu dalam mengembangkan RPP dan LKS. 3. Bagi peneliti
9 BABBIIB
LANDASANBTEORIB A. KajianBTeoriB
1. PembelajaranBMatematikaB
Matematika merupakan disiplin ilmu tentang cara berfikir dan mengolah logika (Erman Suherman dkk, 2003: 253). Menurut Herman Hudojo (1988: 3), matematika merupakan ide-ide atau gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungannya diatur secara logik sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak.
Dalam dunia pendidikan, matematika didefinisikan sebagai matematika sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah (Erman Suherman, 2001: 54). Belajar matematika bagi peserta didik berfungsi untuk melatih cara berfikir serta melatih dalam pemecahan masalah. Matematika sekolah memiliki perbedaan dengan matematika murni. Ebbut dan Strater (Marsigit, 2012: 8-9) berpendapat bahwa matematika sekolah adalah sebagai berikut.
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
10
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan
Kegiatan ini mendorong peserta didik agar berinisiatif, berpikir beda, mendorong rasa ingin tahu, bertanya, menyanggah, memperkirakan, serta menghargai penemuan yang diluar perkiraannya.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah
Kegiatan ini dapat mendorong peserta didik dalam memecahkan masalah dalam matematika menggunakan caranya sendiri, serta mendorong untuk berfikir logis, konsisten, dan sistematis.
d. Matematika sebagai alat komunikasi
Kegiatan ini mendorong peserta didik untuk membicarakan permasalahan matematika, mengenal sifat matematika, menjelaskan sifat matematika, membaca dan menulis matematika.
Depdiknas (2006: 346) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
11
c. Peserta didik dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Peserta didik dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas masalah.
e. Peserta didik dapat memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran sendiri merupakan perpaduan kata dari belajar dan mengajar. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 75), pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan di sekolah sehingga guru yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut profit tertentu. Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru, yang tujuan untuk perubahan sikap serta pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa (Erman Suherman dkk, 2003: 8). Amin Suyitno (2004: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya atau usaha dalam menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, kompetensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa agar terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik serta antar peserta didik.
12
antara guru dengan peserta didik yang intens dan terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan interaksi dan komunikasi dua arah yang terjadi antara guru dengan peserta didik yang intens dan terarah untuk melatih peserta didik dalam penelusuran pola dan hubungan, berfikir kritis, logis, serta memecahkan suatu permasalahan.
2. PerangkatBPembelajaranB
Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa. Menurut Nazarudin (2007: 133), perangkat pembelajaran adalah sesuatu persiapan yang disusun guru dalam pelaksanaan dan evaluasi agar pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi analisis program efektif, program tahunan, program semester, silabus, rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), kinerja ketuntasan minimum (KKM), dan instrumen evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media petunjuk dan pedoman yang dipersiapkan guru untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang diinginkan.
13
3. RencanaBPelaksanaanBPembelajaranB(RPP)B a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pedoman langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2013: 214). Menurut Masnur Muslich (2007: 45), RPP yaitu rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. RPP merupakan rencana yang enggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2009: 212).
Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses menyatakan bahwa,
Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
14 b. Komponen-komponen RPP
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa komponen-komponen dalam RPP yaitu:
1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema, 3) kelas/semester,
4) materi pokok,
5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai,
6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,
8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi,
9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai, 10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
15
11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan,
12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup,
13) penilaian hasil pembelajaran. c. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
1) RPP disusun berdasarkan perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik,
2) RPP disusun berdasarkan partisipasi aktif peserta didik,
3) kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian,
4) RPP disusun berdasarkan pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan,
16
6) RPP menekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar, 7) RPP mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya,
8) RPP menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
d. Langkah-langkah Penyusunan RPP
Berdasarkan komponen-komponen RPP dan prinsip penyusunan RPP yang diatur dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013, maka langkah-langkah penyusunan RPP antara lain sebagai berikut.
1) Menulis identitas RPP
Identitas RPP meliputi: identitas sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
2) Menuliskan Kompetensi Inti
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti ditulis dengan cara mengutip pada silabus pembelajaran yang telah tersedia.
3) Menuliskan Kompetensi Dasar
17
kompetensi. Kompetensi dasar ditulis dengan cara ditulis dengan cara mengutip pada silabus pembelajaran yang telah tersedia.
4) Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi merupakan perilaku yang diukur dan diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6) Menuliskan Materi Pembelajaran
Materi pelajaran adalah uraian yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan dituliskan dalam bentuk butir-butir sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.
7) Menentukan Metode Pembelajaran yang digunakan
Metode pembelajaran merupakan metode yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.
8) Menentukan Media/Alat/Sumber Belajar
18
bagi peserta didik, baik berupa buku, media cetak dan elektronik, dan sumber lain yang relevan.
9) Merumuskan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, yaitu a) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pembelajaran. Beberapa kegiatan dalam kegiatan pendahuluan adalah sebagai berikut.
(1) Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, baik secara psikis maupun fisik.
(2) Memotivasi peserta didik.
(3) Mengajukan pernyataan yang mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya.
(4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai.
(5) Menjelaskan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
b) Inti
19 (1) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
(2) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
(3) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dimana guru bersama siswa baik secara individu maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
(1) rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil yang telah diperoleh yang selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran;
(2) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
20
(4) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
10) Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar. Hasil penilaian otentik dapat digunakan untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, dan atau pelayanan konseling. Selain itu hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
4. LembarBKegiatanBSiswaB(LKS)B a. Pengertian LKS
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar cetak. Depdiknas (2008: 127) mengemukakan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisikan tugas dan harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS merupakan panduan peserta didik yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2013: 222). Kemp (1977: 65) menyatakan bahwa LKS merupakan lembar kegiatan yang memberikan petunjuk-petunjuk belajar tentang topik/materi pelajaran yang telah dipilih dan disertai dengan pertanyaan/latihan.
21
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan guru kepada siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan bahan ajar cetak yang memuat kegiatan-kegiatan dan memberikan petunjuk belajar disertai pertanyaan atau latihan untuk mencapai tujuan intruksional.
b. Syarat-syarat Penyusunan LKS
Dalam penyusunan sebuah lembar kegiatan siswa, haruslah memenuhi beberapa syarat-syarat penyusunan LKS. Hal ini bertujuan agar LKS yang dihasilkan dapat menunjang pencapaian peserta didik. Beberapa kriteria tersebut seperti yang dikemukakan Hendro Darmodjo dan Jenny R. E Kaligis (1992: 41- 46), adalah sebagai berikut.
1) Syarat didaktik
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu
a) LKS yang baik memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga dapat digunakan oleh siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda,
b) LKS menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep, sehingga LKS berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu,
22
d) LKS dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa. Jadi tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep–konsep materi. Oleh karena itu diperlukan bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orang lain, mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain, dan sebagainya, e) LKS memuat pengalaman belajar yang ditentukan oleh tujuan pengembangan
pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2) Syarat konstruksi
Syarat konstruksi yang dimaksud di sini adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Adapun syarat-syarat konstruksi dari LKS yang disusun adalah sebagai berikut.
a) LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) LKS memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. d) LKS hendaknya menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Dianjurkan
menggunakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.
23
f) LKS menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Selain itu, LKS hendaknya memberikan tempat atau bingkai untuk menuliskan jawaban atau keperluan lain.
g) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. h) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. i) LKS dapat digunakan siswa yang lamban maupun cepat.
j) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat sebagai sumber motivasi.
k) LKS mempunyai identitas meliputi nama, kelas, tanggal, dan sebagainya untuk memudahkan siswa.
3) Syarat teknis
a) Tulisan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut. (1) Penggunaan huruf yang jelas dibaca meliputi jenis dan ukuran huruf.
(2) Penggunaan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa bila perlu.
(3) Memperhatikan perbandingan ukuran huruf dengan ukuran gambar.
b) Gambar, gambar yang baik adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS untuk mendukung kejelasan konsep.
24 5. PembelajaranBBerbasisBMasalahB
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai sarana peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya. Dalam Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning, masalah autentik memotivasi siswa untuk
mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang perlu diketahui untuk berkembang melalui masalah tersebut.
Menurut Trianto (2013: 90), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang dibutuhkan penyelidikan yang autentik yaitu penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Senada dengan Trianto, Arends (2008: 41) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyuguhkan situasi masalah autentik dan bermakna kepada siswa, dengan tujuan agar siswa dapat melakukan investigasi dan penyelidikan.
Hmelo-Silver, 2004; Sarafino & Cicchelli, 2005 (Eggen, Paul., & Kauchak, Don., 2012: 225) : “Problem-Based Learning is a set of teaching models that uses problems as the focus for developing problem-solving skills, content, and self
regulation, . . .” yang berarti pembelajaran berbasis masalah merupakan
seperangkat model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.
25
masalah sebagai dasar pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan penyelidikan untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai karakteristik yang membedakan dari model pembelajaran lainnya. Gijbelc (Jacobsen, David A., 2009: 242) mengemukakan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut ini.
1) Pelajaran dimulai dengan mengangkat suatu masalah atau suatu pertanyaan yang menjadi focal point untuk keperluan investigasi siswa.
2) Siswa bertanggung jawab dalam menyelidiki masalah karena dalam pembelajaran berbasis masalah siswa secara literasi melakukan learning by doing.
3) Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Eggen, Paul., & Kauchak, Don. (2012: 226) pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut ini.
1) Kegiatan pembelajaran berbasis masalah berawal dari suatu permasalahan dan memecahkannya merupakan fokus pelajaran.
2) Siswa bertanggung jawab dalam menyusun strategi dan pemecahan masalah. 3) Guru sebagai fasilitator memiliki peran untuk menuntun siswa dalam
menyelesaikan masalah.
Sedangkan menurut Savie dan Hughes (Made Wena, 2013: 91), karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain sebagai berikut:
26
2) permasalahan harus berbubungan dengan dunia nyata siswa,
3) permasalahan mengorganisasikan pembelajaran di sekitar permasalahan, 4) siswa bertanggung jawab dalam membentuk dan menjalankan pembelajaran, 5) pembelajaran menggunakan kelompok kecil,
6) siswa dituntut untuk mendemonstrasikan hasil diskusi.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut ini.
1) Masalah digunakan sebagai awal siswa belajar. 2) Siswa belajar dalam kelompok kecil.
3) Siswa betanggung jawab untuk membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajarnya.
4) Siswa mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil atau solusi dari pemecahan masalah yang telah ditemukan.
5) Guru berperan sebagai fasilitator. c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Trianto (2013: 94-96), pembelajaran berbasis masalah memiliki 3 tujuan utama. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir serta mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
27
2) Belajar peran-peran orang dewasa yang autentik.
Model pembelajaran berbasis masalah sangat penting untuk menjembatani antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
3) Meningkatkan kemandirian siswa.
PBM membantu siswa meningkatkan kemandiriannya. Guru yang berperan sebagai fasilitator memotivasi dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, menyelesaikan masalah nyata, serta menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
d. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Fogarty (Made Wena, 2013: 92), tahapan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1) menemukan masalah, 2) mendefinisikan masalah, 3) mengumpulkan fakta, 4) menyusun hipotesis, 5) melakukan penyelidikan,
6) menyempurnakan permasalahan yang didefinisikan,
28
Menurut Arends (2007: 57), pembelajaran berbasis masalah haruslah memenuhi tahapan-tahapan sebagai berikut ini.
1) PBL memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik. 2) PBL mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
3) PBL membimbing penyelidikan mandiri atau kelompok.
4) PBL mengembangkan dan mempresentasikan informasi atau hasil. 5) PBL menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan-masalah.
Pendapat yang dikemukakan oleh Fogarty dan Arends di atas memiliki sedikit perbedaan tentang tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah, namun pada intinya pembelajaran berbasis masalah memiliki tahapan-tahapan yang sama yaitu orientasi masalah, mengorganisasi untuk belajar, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, dan menganalisis atau mengevaluasi proses pemecahan masalah.
6. PrestasiBBelajarBMatematikaB
Prestasi belajar merupakan kemampuan seseorang dalam mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajarnya (Sumadi Suryabrata, 1997: 35). Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Nana Sudjana (2004: 22) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar, yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah memperoleh pengalaman belajar.
29
Prestasi belajar memiliki empat fungsi (Zainal Arifin, 1991: 3), yaitu:
a. indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik,
b. bahan informasi dalam inovasi pendidikan, c. intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan,
d. indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Kawasan belajar menurut Bloom terbagi atas tiga bagian sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Saifudin Azwar, 1987: 58). Pada penelitian ini prestasi belajar matematika yang akan diukur adalah kawasan kognitif yang berkaitan dengan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari.
Mengukur prestasi belajar peserta didik pada kawasan kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan (Muhibbin Syah, 2011: 211). Pada penelitian ini, pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis terdiri pre-test dan post-test. Pre-test yang bertujuan untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan peserta didik
mengenai bahan yang akan disajikan dan post-test yang merupakan evaluasi diakhir penyajian materi dengan tujuan untuk mengetahui taraf penguasaan peserta didik setelah materi diajarkan.
7. TinjauanBMateriBPeluangB
30
matematika kelas VII semester 2 membahas tentang persamaan linier dua variabel, persamaan kuadrat, lingkaran, bangun ruang sisi datar, perbandingan, dan peluang.
Adapun Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dari materi peluang pada Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
TabelB1.BDeskripsiBKIBdanBKDBKurikulumB2013B
KompetensiBIntiB KompetensiBDasarB
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.13 Menemukan peluang empirik dan teoritik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh berdasarkan sekelompok data.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
4.8 Melakukan percobaan untuk menemukan peluang empirik dari masalah nyata serta membandingkannya dengan peluang teoritik.
31
Berdasarkan kompetensi dasar pada materi peluang, maka dapat dirumuskan beberapa indikator sebagai berikut:
a. menyebutkan kejadian yang mungkin dari suatu percobaan, b. menyebutkan ruang sampel dari suatu percobaan,
c. menemukan peluang empirik berdasarkan percobaan, d. menemukan peluang teoritik dari suatu percobaan,
e. membandingkan peluang empirik dan peluang teoritik berdasarkan percobaan.
8. PerangkatB PembelajaranB denganB PendekatanB PembelajaranB BerbasisB MasalahBpadaBMateriBPeluangB
32
9. PenilaianBKualitasBKelayakanBPerangkatBPembelajaranB
Nieveen dan Van den Akker mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan perlu memperhatikan kriteria kualitas (Rochmad, 2012: 68). Perangkat pembelajaran dikatakan berkualitas apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
a. Kevalidan perangkat pembelajaran.
Menurut Nieveen (Rochmad, 2012: 69) kevalidan suatu perangkat pembelajaran dapat merujuk pada dua hal, yaitu apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai teoritiknya serta terdapat konsistensi internal pada setiap komponennya.
RRP dikatakan valid jika RPP dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator. Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan komponen-komponen dan prinsip penyusunan RPP yang diatur Permendikbud nomor 65 tahun 2013, serta disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. LKS dikatakan valid jika LKS dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator. Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan aspek didaktik, kontruksi, teknik (Hendro Darmojo dan Jenny R. E Kaligis, 1999: 41-46), serta kualitas isi materi dan disesuaikan dengan pembelajaran berbasis masalah.
b. Kepraktisan perangkat pembelajaran.
33
pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari tingkat kemudahan dan keterbantuan dalam penggunaannya. Kepraktisan perangkat pembelajaran juga dapat ditinjau dari apakah guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas (Rochmad, 2012: 70).
Dalam penelitian ini RPP dikatakan praktis apabila praktisi atau ahli menyatakan bahwa RPP yang dikembangkan dapat diterapkan dilapangan. Selain itu, kepraktisan RPP ditinjau dari tingkat keterlaksanaan pembelajaran di kelas.
LKS yang dikembangkan dikatakan praktis apabila praktisi atau ahli menyatakan bahwa LKS dapat diterapkan di lapangan. Selain itu, LKS dikatakan praktis apabila peserta didik memberikan respon baik terhadap tingkat kemudahan dan keterbantuan dalam penggunaannya.
c. Keefektifan perangkat pembelajaran.
34 B. KajianBPenelitianByangBRelevanB
Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembang ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Felisitas Sayekti Purnama Utami (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning pada Materi Garis dan Sudut untuk Siswa SMP Kelas VII.” Hasil penelitian pengembangan ini dilihat dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dengan pendektan pembelajaran berbasis masalah efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana Mutia Dewi (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah pada Materi Lingkaran untuk SMP Kelas VIII Bilingual.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dinilai dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan memiliki kriteria baik, dan dapat diterapkan pada proses pembelajaran.
35 C. KerangkaBBerfikirB
Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mengisyaratkan bahwa guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. RPP disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013, yaitu perbedaan individual peserta didik; partisipasi aktif peserta didik; berpusat pada peserta didik; pengembangan budaya membaca dan menulis; pemberian umpan balik dan tindak lanjut; penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan; mengakomodasi pembelajaran terpadu; penerapan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Alternatif yang dapat digunakan agar peserta didik aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya adalah penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS). Penggunaan LKS dapat membantu peserta didik dalam menemukan suatu konsep, membantu peserta didik dalam menerapkan konsep, sebagai penuntun belajar, dan sebagai penguat.
36
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah digunakan sebagai pendekatan dalam penyusunan RPP dan LKS.
37 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and
development), yaitu suatu proses penelitian untuk mengembangkan suatu produk.
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah pada materi peluang untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa SMP kelas VIII. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini
menggunakan model ADDIE yang dikembangkan oleh Dick dan Carry pada tahun
1996 (Endang Mulyatingingsih, 2013: 200-201). Tahapan ADDIE yang ditempuh
dalam model adalah: tahap analisis (analysis), perancangan (design),
pengembangan (development), implementasi (implementation), evaluasi
(evaluation).
B. Prosedur Pengembangan
Berikut adalah langkah-langkah pengembangan dengan mengikuti model
pengembangan ADDIE .
1. Analisis (Analysis)
Analisis awal diperlukan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dengan
tujuan agar menghasilkan sebuah produk yang berkualitas, yaitu produk perangkat
38
digunakan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Tahap analisis memuat
hal-hal sebagai berikut.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam
pembelajaran matematika yang ada di lapangan sehingga dibutuhkan
pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap ini ditentukan perangkat
pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik belajar.
b. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan cara mengkaji karakteristik kurikulum
yang digunakan oleh sekolah. Hal ini bertujuan agar pengembangan perangkat
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan atau yang berlaku.
Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013. Analisis kurikulum
mencakup Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), serta merumuskan
indikator pencapaian pembelajaran.
c. Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis karakteristik peserta didik dilakukan untuk mengetahui bagaimana
karakter peserta didik terhadap pembelajaran matematika. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik yang menggunakannya.
2. Perancangan (Design)
Pada tahap perancangan ini, peneliti mulai merancang perangkat
39
dilakukan sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan diantaranya
sebagai berikut.
a. Mengumpulkan referensi yang digunakan sebagai bahan dalam
mengembangkan RPP dan LKS.
b. Menyusun rancangan perangkat pembelajaran.
Rancangan RPP disusun mengacu pada standar proses dan pada kegiatan inti
serta penutup disertai dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah.
Penyusunan rancangan RPP diawali dengan menentukan komponen RPP,
menentukan indikator pencapaian kompetensi yang diturunkan dari KI dan KD,
merancang proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah, dan menetukan teknik penilaian.
Pada tahap perancangan LKS, peneliti menyusun terlebih dahulu peta
kebutuhan LKS dan kerangka LKS. LKS disusun mengacu pada kesesuaian
dengan syarat didaktis, syarat konstruk, syarat teknis, isi materi, serta disesuaikan
dengan pendekatan pembelajaran berbasisi masalah.
c. Menyusun instrumen penilaian perangkat pembelajaran.
Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang disusun adalah instrumen
yang akan digunakan untuk mendapatkan data nilai kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Sebelum menentukan
instrumen yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan
instrumen berdasarkan tujuan penelitian dan pendekatan yang digunakan. Oleh
karena itu disusun peta konsep pengembangan instrumen penelitian untuk
40
dilihat pada Lampiran A.2. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian RPP, lembar
penilaian LKS, lembar keterlaksanaan pembelajaran, angket respon peserta didik,
pre-test dan post-test. Instrumen yang telah disusun selanjutnya akan divalidasi
terlebih dahulu untuk mendapakan instrumen penilaian yang valid.
3. Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan, perangkat pembelajaran yang dikembangkan
meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Pengembangan rancangan
Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran dilakukan sesuai dengan
perencanaan awal yang telah disusun. Pada tahap ini diperoleh produk awal
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah pada materi peluang.
b. Validasi
Validasi dilakukan untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran.
Validator memberikan penilaian terhadap produk awal yang dikembangkan
berdasarkan aspek kelayakan perangkat pembelajaran serta memberikan masukan
dan saran yang nantinya digunakan sebagai patokan revisi perbaikan serta
pernyempurnaan perangkat pembelajaran. Validator menggunakan instrument
yang sudah dikembangkan pada tahap sebelumnya yaitu lembar penilaian RPP
dan lembar penilaian LKS. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan analisis data
terhadap hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh validator. Hal ini bertujuan
41
c. Revisi
Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh validator selanjutnya
direvisi sesuai masukan dan saran. Setelah dilakukan revisi, maka perangkat
pembelajaran siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Implementasi (Implementation)
Perangkat pembelajaran yang telah dinyatakan valid kemudian
diimplementasikan. Tahap implementasi dilakukan secara terbatas pada sekolah
yang ditunjuk sebagai tempat penelitian yaitu SMP N 3 Bantul.
Pada tahap ini, dilakukan beberapa kegiatan antara lain melakukan pre-test,
pengisian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, penyebaran angket
respon peserta didik, serta melakukan post-test. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran dan angket respon peserta didik dianalisis untuk mengetahui nilai
kepraktisan perangkat pembelajaran. Nilai keefektifan perangkat pembelajaran
didapat dari nilai pre-test dan post-test peserta didik.
5. Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap evaluasi, peneliti melakukan revisi akhir terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan catatan observer pada lembar
keterlaksanaan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar menghasilkan perangkat
pembelajaran yang benar-benar sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah yang
42 C. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran
matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah pada materi peluang untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa SMP kelas VIII.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013
yaitu di SMP 3 Bantul kelas VIIID yang beralamat di Peni, Palbapang, Bantul,
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2015 sampai 30 Mei
2015.
E. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data proses pengembangan perangkat pembelajaran. Data proses merupakan
data deskriptif yang meliputi semua data sesuai dengan model pengembangan
yaitu ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan
Evaluation).
2. Data tentang kualitas RPP dan LKS yang dikembangkan ditinjau dari aspek
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Kevalidan perangkat pembelajaran
diperoleh dari data penilaian validator mengenai perangkat pembelajaran
43
pembelajaran dan angket respon peserta didik terhadap pembelajaran, dan
data hasil pre-test dan post-test peserta didik untuk mengetahui efektifitas
perangkat pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar matematika.
F. Instrumen Penelitian
Berdasarkan lembar kebutuhan intrumen yang sudah dibuat, maka instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa RPP
dan LKS. Lembar penilaian perangkat pembelajaran nantinya digunakan untuk
mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar
penilaian perangkat pembelajaran ini terdiri dari lembar penilaian RPP dan lembar
penilaian LKS.
Lembar penilaian RPP diberikan kepada seorang dosen ahli materi dan
seorang guru matematika untuk memperoleh data kevalidan RPP yang ditinjau
dari aspek identitas RPP, alokasi waktu, rumusan indikator pencapaian materi dan
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran,
media/sumber pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar.
Untuk lembar penilaian LKS nantinya akan diberikan kepada seorang dosen ahli
materi, seorang dosen ahli media, dan seorang guru matematika.. Lembar
penilaian LKS digunakan untuk memperoleh data kevalidan LKS berdasarkan
44
isi materi, kesesuaian syarat didaktik, kesesuaian syarat kontruksi, kesesuaian
syarat teknis.
Lembar penilaian perangkat pembelajaran berupa skala likert dalam bentuk
checklist yang disertai kolom keterangan. Skala likert ini menggunakan skor 1, 2,
3, 4, dan 5 berturut-turut dengan klasifikasi Sangat Kurang (SK), Kurang (K),
Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB).
b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Instrumen lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk
mengukur kepraktisan RPP ditinjau dari tingkat keterlaksanaan pembelajaran.
Lembar observasi ini diisi oleh observer sebagai pengamat kegiatan di kelas.
Terdapat dua alternatif jawaban yaitu “Ya” dengan skor 1, dan “Tidak” dengan
skor 0 yang disertai kolom deskripsi.
c. Angket Respon Peserta Didik
Angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan
dan keterbantuan penggunaan LKS. Terdapat lima alternatif jawaban untuk setiap
pernyataan yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju
(S), dan Sangat Setuju (SS) dengan skor berturut-turut 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk
pernyataan yang bernilai positif dan untuk pernyataan yang bernilai negatif
berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1.
d. Pre-Test dan Post-Test
Soal pre-test dan post-test disusun berdasarkan pada kompetensi inti,
kompetensi dasar, dan indikator yang ingin dicapai, kemudian disesuaikan dengan
45
didik ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui keefektifan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis dilakukan untuk mendapatkan perangkat pembelajaran
matematika yang berkualitas ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan,
keefektifan. Berikut adalah penjelasan analisis data yang dilakukan.
1. Analisis data untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kevalidan perangkat
pembelajaran adalah lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS.
Langkah-langkah analisis dilakukan sebagai berikut.
a. Melakukan tabulasi data dari validator.
b. Menghitung rata-rata skor yang diperoleh dengan rumus
�
̅ =∑��
dengan: �̅ : rata-rata perolehan skor
�� : perolehan skor ke-�
: banyaknya butir pernyataan
c. Mengkonversikan rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif
46
Tabel 2. Pedoman Klasifikasi Penilaian
Rumus Klasifikasi Penilaian �
̅> Mi+ ,8 × ��� Sangat baik Mi+ ,6 × ���< �̅≤ Mi+ ,8 × ��� Baik Mi− ,6 × ���< �̅≤ Mi+ ,6 × ��� Cukup Mi− ,8 × ���< �̅≤ Mi− ,6 × ��� Kurang
�
̅≤ Mi− ,8 × ��� Sangat kurang Keterangan:
Mi : (skor maks ideal + skor min ideal)
��� : 6 (skor maks ideal- skor min ideal)
Maka didapat pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran sebagai
berikut.
Tabel 3. Pedoman Klasifikasi Penilaian Perangkat Pembelajaran Rerata skor Klasifikasi
�
̅ > 4,2 Sangat baik
3,4 < �̅≤ 4,2 Baik
2,6 < �̅≤ 3,4 Cukup
1,8 < �̅ ≤ 2,6 Kurang
�
̅≤ 1,8 Sangat kurang
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan valid jika memenuhi
klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran minimal baik.
2. Analisis data untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kepraktisan perangkat
pembelajaran adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan angket
respon peserta didik.
Langkah-langkah analisis lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
[image:46.595.135.496.314.417.2]47
b. Menghitung persentase keterlaksanaan yang diperoleh dengan rumus
� =∑ �� × %
dengan: � : persentase keterlaksanaan
�� : perolehan skor pada pertemuan ke-�
: banyaknya butir pernyataan
c. Mengkonversikan persentase keterlaksanaan yang diperoleh menjadi nilai
[image:47.595.172.504.299.381.2]kualitatif berdasarkan pada Tabel 4 berikut (Yuni Yamasari, 2010: 4).
Tabel 4. Klasifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran Rentang Persentase Klasifikasi
�≥ 85 Sangat baik
70 ≤� < 85 Baik
50 ≤� < 70 Kurang Baik
� < 50 Tidak Baik
Dalam penelitian ini, RPP dikatakan praktis jika keterlaksanaan pembelajaran
memenuhi klasifikasi minimal baik.
Langkah-langkah analisis angket respon peserta didik adalah sebagai berikut.
a. Melakukan tabulasi data berdasarkan angket respon peserta didik.
b. Menghitung rata-rata skor yang diperoleh dengan rumus
�
̅ =∑��
dengan: �̅ : rata-rata perolehan skor
�� : skor yang diperoleh peserta didik ke-�
: banyaknya butir pernyataan
c. Mengkonversikan rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif
48
Dalam penelitian ini, LKS dikatakan praktis jika memenuhi klasifikasi
penilaian perangkat pembelajaran minimal baik.
3. Analisis data untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keefektifan perangkat
pembelajaran adalah pre-test dan post-test. Langkah-langkah analisis pre-test dan
post-test adalah sebagai berikut.
a. Menghitung rata-rata hasil pre-test yang diperoleh dengan rumus
�
̅ =∑��
dengan: �̅ : rata-rata hasil pre-test
�� : nilai peserta didik ke-�
: banyaknya peserta didik
b. Mengihtung rata-rata hasil post-test yang diperoleh dengan rumus
�
̅ =∑��
dengan: �̅ : rata-rata hasil post-test
�� : nilai peserta didik ke-�
: banyaknya peserta didik
c. Menghitung presentase ketentusan belajar pada post-test yang diperoleh
dengan rumus
�= × %
dengan: � : persentase ketuntasan belajar
m : banyak peserta didik yang tuntas
49
Ketuntasan individu minimal adalah 75, selanjutnya penentuan criteria
[image:49.595.139.507.142.255.2]ketuntasan belajar dapat ditentukan dengan pedoman Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Klasifikasi Ketuntasan Belajar Rentang Persentase Klasifikasi
�≥ 88 Sangat baik
75 ≤� < 85 Baik
65 ≤� < 75 Cukup
55 ≤ � < 65 Kurang
� < 55 Sangat Kurang
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar jika nilai rata-rata post-test mengalami peningkatan
dibanding dengan nilai rata-rata pre-test, serta kriteria ketuntasan belajar pada
93
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wasisto Dwi Doso Warsono. (2013). Proses Pembelajaran & Penilaian. Yogyakarta: Graha Cendekia.
Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Amin Suyitno. (2004). Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika.
Semarang: UNNES
Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Penerjemah: Drs. Helly Prajitno, M.A dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aunurrahman. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
BPSDMPK. (2013). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.
Depdiknas. (2006). Standar Nasional Pendidikan dan Panduan KTSP. Jakarta: BSNP
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar
Sarana dan Prasarana. Jakarta: PB. Mitra Usaha Indonesia.
Dian Andarwati. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Geogebra untuk Membelajarkan Topik Trigonometri pada Siswa Kelas X SMA. Makalah, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY
Eggen, Paul., & Kauchak, Don. (2012). Strategies and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills. Boston: Pearson.
Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endang Mulyatiningsih. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
94
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/25086/ pada tanggal 4 Januari 2015. Jam 20.05 WIB.
Erman Suherman., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.
Erman Suherman., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.
Felisitas Sayekti Purnama Utami. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning pada Materi Garis dan Sudut untuk Siswa SMP Kelas VII. Skripsi. UNY
Hendro Darmodjo & Jenry Kaligis.(1991). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud.
Herman Hudojo. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Jacobsen, David A., Eggen, Paul., & Kauchak, Donald. (2009). Methodes for Teaching: Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA. Penerjemah: Achmad Fawaid & Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamil Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kemendikbud. (2013). Buku Guru Matematika. Jakarta. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2013). Buku Siswa Matematika. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemp, Jerold E. (1977). Instructional Design. Belmont, California: David S. Lake Publishers.
Made Wena. (2013). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Marsigit. (2012). Philosophy of Mathematics Education. Diakses dari
https://www.academia.edu/1809148/Philosophy_of_Mathematics_Educatio n_by_Marsigit pada tanggal 3 Januari 2015, Jam 19.30 WIB.
Masnur Muslich. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontektual. Jakarta: PT Bumi Aksara.
95
Mulyasa. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.
Oktaviana Mutia Dewi. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah pada Materi Lingkaran untuk SMP kelas VII Bilingual. Skripsi. UNY.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika. Jurnal Kreano. Volume 3, nomor 1.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/2613. 23 maret 2015.
Saifudin Azwar. (1987). Test Prestasi: Fungsi dan Pengembangan, Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty
Sukino & Wilson Simangunsong. (2006). MATEMATIKA SMP Jilid 3 Kelas IX.
Jakarta: Erlangga
Sumadi Suryabrata. (1997). Pengembangan Tes Hasil Belajar. Bandung:
Rajawali.
Trianto Ibnu Badar al-Tubany. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenada media Group.
Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
96
Yuni Yamasari. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang berkualitas. Prosiding. Seminar Nasional. Surabaya: Pascasarjana X ITS.