PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI BENTONIT
UNTUK ANALISIS LOGAM Co(II) PADA DAGING IKAN MUJAIR
(Oreochromis
mossambicus)
DENGAN METODE VOLTAMETRI SIKLIK
(PRODUCING CARBON ELECTRODE MODIFIED BENTONIT FOR ANALYZE
Co(II) METAL IN TILAPIA FISH (
Oreochromis mossambicus
) BY CYCLIC
VOLTAMMETRY METHOD
M. Agus Nurul F.* dan Pirim Setiarso
Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya, Jl. Ketintang, Surabaya, 60231
*e-mail: [email protected]
Abstrak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan perbandingan komposisi elektroda pasta karbon termodifikasi bentonit terbaik, menentukan kondisi pH terbaik, dan mengetahui perbandingan kemampuan analisi antara metode voltametri siklik dengan metode AAS. Pengujian perbandingan komposisi elektroda pasta karbon termodifikasi bentonit terbaik dilakukan dengan perbandingan karbon: paraffin: bentonit yaitu 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, dan 3:5:2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
komposisi EPK bentonit terbaik adalah perbandingan 3:3:4 dengan puncak Ipc sebesar -7,4451 x 10
-4 A. Kemudian kondisi pH yang paling optimum untuk pengujian logam Co(II) adalah pH 4.63.
Penentuan konsentrasi logam Co(II) pada daging ikan mujair dilakukan dengan metode voltametri siklik dan diperoleh konsentrasi sebesar 0,406 ppm. Sedangkan penentuan konsentrasi logam Co(II) pada sampel yang dilakukan dengan metode AAS didapatkan konsentrasi sebesar 0,648 ppm.
Kata kunci: voltametri siklik, elektroda pasta karbon termodifikasi bentonit, Co(II)
Abstract.This research’s goals is to determine the best composition ratio of carbon paste electrode modified bentonite, determine the best pH conditions, and determine the ratio between the analytical capability of cyclic voltammetry method with the analytical capability of AAS method. Testing the best composition ratio of carbon paste electrode modified bentonite do with the ratio of carbon: paraffin: bentonite which is 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, and 3:5:2. The result showed that the best composition of
carbon paste electrode modified bentonite is 3:3:4 with Ipc’s peak is -7.4451 x 10-4 A. Then, the most
optimum pH condition for Co(II) metals test is pH4.63. Determining the concentration of Co(II) metals in tilapia fish performed by cyclic voltammetry method and obtained 0.406 ppm. While determining the concentration of Co(II) metals in the sample performed by AAS method obtained 0.648 ppm.
PENDAHULUAN Pada zaman modern
pemcemaran adalah suatu masalah yang sangat komplek terjadi di berbagai Negara di dunia.Seiring berjalannya waktu pencemaran sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan kurang sadarnya masyarakat suatu negara akan dampak dari pencemaran yang akan timbul akibat perilaku mereka. Pencemaran lingkungan dapat terjadi pada udara, tanah, dan air.Pencemaran air adalah salah satu pencemaran yang sering
diperbincangkan. Salah satu yang dapat dijadikan indikator adalah ikan mujair.Pada
penelitian ini mengggunakan mujair karena ikan tersebut memiliki kemampuan dapat bertahan dalam perubahan kondisi lingkungan
perairan.Dengan kemampuan adaptasi mujair tersebut
dimungkinkan mujair dapat
terkontaminasi logam berat dalam jumlah banyak.
Logam berat yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah logam Co. Konsumsi Kobalt berjumlah besar dalam waktu lama dapat berpengaruh pada jantung dan mungkin
menurunkan fertilitas pada pria [1]. Sementara itu, ambang batas untuk asupan kobalt belum ditentukan
peraturan baku mutunya oleh Dirjen POM. Tetapi menurut ADI (Acceptable Daily Intake) dari FAO/WHO, batas toleransi kobalt yang
diperbolehkan masuk ke dalam tubuh sebesar 1000 µg/hari [2].
Voltametri adalah metode elektrokimia yang mengamati kurva
arus-potensial.Potensial divariasi secara sistematis dari spesi kimia yang mengalami
oksidasi-reduksi di permukaan
elektroda
kerja.Arus yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi spesi kimia di dalam larutan [3].Salah
satu elektroda kerja yang sering digunakan adalah elektroda pasta karbon.
Bentonit merupakan clay yang memiliki lapisan silikat bermuatan negatif dengan kation-kation di dalam antar lapisnya
(interlayer) yang
mampu mengikat logam yang bermuatan positif dan memiliki kemampuan mengembang
(swellability), sifat
penukar ion, luas permukaan yang besar serta mengakomodasi ion-ion atau molekul terhidrat dengan ukuran tertentu [4].
Pada
penelitian ini akan dilakukan analisis Co dalam daging ikan mujair dari sungai Brantas menggunakan EPK termodifikasi bentonit secara
Cyclic
Voltammetry. EPK
bentonit dibuat dengan
mencampurkan karbon, parafin, dan bentonit.
EPK bentonit dibuat dengan perbandingan grafit:minyak paraffin:bentonit adalah 3:5:2; 3:4:3; 3:3:4: dan 3:2:5. Pada penelitian ini
pengukuran pH optimum dilakukan dengan
penambahan larutan buffer sitrat pH asam yaitu 3, 4, 5, dan 6, dikarenakan ion Co2+ mudah larut
dalam keadaan asam. Dalam keadaan basa, logam Co2+ akan
mengendap membentuk
Co(OH)2 yang
berwarna merah jambu [5].Dalam keadaan endapan maka logam berat akan sulit untuk diukur dengan metode voltametri. Dari beberapa penjelasan yang sebelumnya penelitian ingin mengetahui berapa kadar Co2+ pada
daging ikan muajir dengan
menggunakan metode voltametri siklik dimana elektroda kerjanya menggunakan elektroda pasta karbon yang termodifikasi bentonit.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
100, elektroda pembantu
(elektroda platina), elektroda
pembanding (elektroda Ag/AgCl)(KCl jenuh), gelas kimia, labu ukur, pipet volume, fial kaca, spatula, kaca arloji, ph meter, neraca analitik, penjepit buaya, kabel listrik kecil, kawat tembaga, ampelas
Bahan yang digunakan adalah ikan mujair, karbon aktif, minyak paraffin, bentonit, padatan KCl, larutan HNO3
pekat, H2SO4
pekat, larutan HCl pekat, asam sitrat, natrium sitrat, Co(NO3)3.6H2O,
dan akuademin. Pembuatan Larutan Sampel
Sampel mujair diambil
dagingnya.Kemudi an dicuci sampai 3 kali
pencucian.Setelah dicuci kemudian ditanur sampai suhu 700 oC
selama ± 3 jam. Setelah itu ditimbang 500 mg. Sampel ikan mujair yang telah ditanur ditambahkan 3 ml HNO3 pekat, 3 ml
H2SO4 pekat dan
kemudian
dibiarkan semalam. Setelah itu ditambahkan 10 ml
aquades dan diaduk sampai kelarutannya sempurna.Kemudia n didinginkan dan disaring
menggunakan kertas
saring.Larutan sampel yang telah disaring
diencerkan sampai volume 100 ml menggunakan aquades [6]. Perlakuan pada Bentonit
25 gram bentonit
didispersikan dalam 250 ml larutan HCl 5 N. kemudian
dipanaskan selama 2 jam pada suhu ± 70 oC sambil
diaduk. Setelah itu disaring dan dicuci dengan air panas sampai pH air ≥ 3.Dikeringkan pada suhu 105 oC
sampai beratnya konstan. Kemudian dihancurkan dan diayak sampai ukuran 100 mesh [7].
Pembuatan Elektroda Pasta Karbon
Termodifikasi Bentonit
Kawat
tembaga dipotong 10 cm dan kedua ujung kawat dikupas karet kabelnya ± 2 mm dan 2 cm. Kemudian kedua
ujung kawat tembaga yang telah dikupas di gosok rata sampai mmengkilap.Setela h itu ujung yang berukuran ±2 mm dibungkus dengan plastik sedotan. Kemudian ujung elektroda yang telah dibungkus ditotolkan pada campuran
komposisi
elektroda dengan perbandingan karbon : paraffin : bentonit = 3:5:2, 3:4:3, 3:3:4, dan 3:2:5 pada kaca arloji yang telah diaduk rata sampai ujung elektroda terisi penuh. Penentuan Komposisi Elektroda Terbaik.
Larutan 5 ml Co(II) 5 ppm dengan 10 ml KCl 500 ppm dalam larutan buffer sitrat pH 4,63 sebanyak 5 ml simasukkan dalam sel voltametri. Setelah itu secara bergantian
elektroda yang telah dibuat dimasukkan ke dalam voltametri. Kemudian
dilakukan
pengukuran pada potensial -1,5 V sampai 1,5 V dengan scan rate
0,05 V. Setelah itu voltamogram yang
diperoleh dibandingkan untuk mengetahui elektroda terbaik. Penentuan pH Optimum
Dimasukkan 5 ml larutan Co(II) 5 ppm dan ditambah 10 ml larutan KCl 500 ppm kedalam sel voltametri. Kemudian
ditambahkan buffer sitrat sehingga pH analit menjadi 2,70, 3,86, 4,63, dan 5,8 sebanyak 5 ml. Setelah itu dilakukan
pengukuran
dengan komposisi elektroda terbaik pada potensial -1,5 V sampai 1,5 V dan scan rate 0,05 V. Hasil voltamogram yang diperoleh
dibandingkan untuk
mendapatkan kondisi pH terbaik. Penentuan Kadar Co (II) dalam Ikan Mujair
Pengujian sampel
menggunakan metode adisi standar.. Larutan sampel diambil 10 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia 1 dan dimasukkan 2 mL kedalam gelas kimia 2-6. Kemudian
ppm, 8 ppm, dan 10 ppm pada gelas kimia 2-6. Kemudian
ditambahkan 10 ml larutan KCl 0,1 M dan buffer sitrat pH optimum sebanyak 5 ml. Kemudian
dimasukkan dalam sel voltametri. Pengujian
dilakukan dengan komposisi
elektroda terbaik dengan potensial -1,5 V sampai 1,5 V dan scan rate
0,05 V. Hasil voltamogram yang diperoleh adalah kadar Co dalam ikan mujair.
Penentuan Kadar
Co dengan
Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS).
Larutan sampel diukur dengan metode AAS pada panjang gelombang 240,7 nm. Pengujian ini dilakukan dengan metoda adisi standar.Pengujian sampel
menggunakan metode adisi standar.Larutan sampel diambil 10 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia 1 dan dimasukkan 2 mL kedalam gelas kimia 2-6. Kemudian
ditambahkan
larutan standar 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm pada gelas kimia 2-6. Keenam larutan sampel dengan
penambahan konsentrasi standar yang berbeda diukur dengan metode AAS pada panjang
gelombang 240,7 nm. Didapatkan absorbansi setiap larutan
sampel.Setelah diketahui absorbansinya dibuat kurva adisi standar Co yang dibuat dari absorbansi Vs konsentrasi
standar.Dari kurva tersebut dapat diperoleh
konsentrasi sampel.
HASIL DAN
PEMBAHASAN Penentuan komposisi
elektroda terbaik Penentuan komposisi
elektroda terbaik dilakukan dengan metode pengujian voltametri siklik. Larutan yang diuji adalah larutan 10 mL Co(II) 5ppm dalam 10 mL KCl 500 ppm dan 5 mL buffer sitrat sehingga pH analit sebesar 4,63..
Pada
pengujian ini, masing-masing
elektroda dimasukkan kedalam sel voltametri yang telah diisi larutan analit secara bergantian.
Pengujian
dilakukan pada batas potensial -1,5 V sampai 1,5 V dengan waktu deposisi 10 detik, potensial deposisi sebesar 0,8 V, dan
sweep rate 0,05 V.
Elektroda pasta karbon
termodifikasi bentonit digunakan sebagai elektroda kerja, sedangkan untuk elektroda pembanding adalah elektroda Ag/AgCl dan elektroda pendukung adalah elektroda Pt.
Pertama, pengujian
dilakukan dengan mengukur EPK bentonit yang diaktivasi dengan komposisi karbon : paraffin : bentonit adalah 3:2:5, 3:3:4, 3:4:3, dan 3:5:2. Masing-masing elektroda diukur dengan hasil sebagai berikut:
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
-0.0010 -0.0008 -0.0006 -0.0004 -0.0002 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.0010 0.0012
A
ru
s
(A
)
Potensial (V)
EPK bentonit teraktivasi
5:5 (EPK) 3:5:2 (EPKB) 3:4:3 (EPKB) 3:3:4 (EPKB) 3:2:5 (EPKB)
Gambar 1. Voltamogram EPK
Bentonit Puncak arus yang diperoleh dari semua komposisi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ipc dari Voltamogram
EPK Bentonit Perbandingan EPK
Bentonit
Ipc
5:5
-3:2:5 -6,5532 x 10 3:3:4 -7,4451 x 10 3:4:3 -7,1688 x 10 3:5:2 -5,6739 x 10
Pada tabel 1 didapatkan puncak dari voltamogram EPK bentonit teraktivasi yang terbaik dengan komposisi karbon: paraffin: bentonit adalah 3:3:4. Hal ini dikarenakan pada komposisi 3:3:4 memiliki komposisi paraffin yang cukup untuk merekatkan
komposisi
padat. Selain itu perbandingan 3:3:4 memiliki
komposisi bentonit yang banyak sehingga dapat menghasilkan respon arus puncak yang lebih maksimal. Jika komposisi paraffin pada EPK terlalu banyak maka akan menghambat transfer electron antara ion analit dengan elektroda dan jika komposisi paraffin terlalu sedikit maka elektroda akan mudah rusak. Hal itu dapat mempengaruhi hasil
voltamogramnya. Penentuan pH Optimum
Pada
penentuan pH optimum
digunakan perbandingan komposisi elektroda
terbaik.pH dapat mempengaruhi kemampuan dan sesnsitifitas
elektroda dalam melakukan uji larutan analit. Pada kondisi pH tertentu dapat membuat banyak ion Co(II) dalam bentuk ion bebasnya.
Akibatnya ion-ion tersebut terjebak pada permukaan elektroda dan membentuk
kompleks logam-bentonit, sehingga arus yang dihasilkan
meningkat
[8].Penentuan pH optimum dilakukan dengan
menggunakan perbandingan komposisi
elektroda terbaik karbon:paraffin:be ntonit teraktivasi yaitu 3:3:4. Pengujian
dilakukan dengan larutan Co(II) 5ppm 10 mL, KCl 500ppm 10mL, dan buffer sitrat masing-masing 5 mL sehingga pH analit sebesar 2,70, 3,86, 4,63, dan 5,78.. Potensial yang digunakan sama dengan yang dilakukan pada penentuan
komposisi
elektroda terbaik yaitu -1,5 V sampai 1,5 V dengan waktu deposisi 10 detik dan sweep rate
0,05. hasil voltamogram dari pengujian pH terbaik dapat dilihat pada gambar 2
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
-0.0008 -0.0006 -0.0004 -0.0002 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008
A
ru
s
(A
)
Potensial (V)
pH6 pH5 pH4 pH3
Gambar 2. Voltamogram Penentuan pH
Optimum Arus puncak voltamogram penentuan pH optimum dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Ipc Voltamogram Penentuan pH
Optimum pH 2,70 3,86 4,63 5,78 Pada tabel 2 arus yang paling tinggi adalah pengujian pada penambahan buffer pH 5 dimana kondisi pH analit menjadi 4,63. Pada pH tersebut ion Co(II) pada larutan analit banyak yang terdapat dalam bentuk ion bebasnya yang kemudian ion bebas tersebut membentuk
komplek dengan bentonit sehingga
arus puncak yang dihasilkan tinggi. Penentuan Kadar Co pada Sampel dengan Metode Voltametri Siklik.
Pada
penelitian ini pengujian sampel menggunakan metode adisi standar, dimana metode ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan memiliki tingkat akurasi > 95% [9]. 10 mL larutan
dimasukkan kedalam vial 1 dan 2 mL larutan sampel
dimasukkan 5 botol vial yang masing-masing sudah ditambahkan 8 mL larutan standar 1, 2, 5, 8, dan 10 ppm. Kemudian
ditambahkan 10 mL larutan KCl 0.1 M dan buffer sitrat pH optimum yaitu pH 5 sebanyak 5
mL maka
didapatkan larutan analit konsentrasi 0, 1, 2, 5, 8, dan 10.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan elektroda terbaik yaitu 3:3:4 pada potensial -1,5 V sampai 1,5 V dengan waktu deposisi 10 detik
dan sweep rate
dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 3.
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Potensial (V) Konsentrasi standar
0 ppm
Konsentrasi (ppm)
y = 4.226078 x 10-5x + 1.473496 x 10-5 R2 = 0.996863
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Potensial (V) Konsentrasi standar
0 ppm
Konsentrasi (ppm)
y = 4.214295 x 10-5x + 1.471721 x 10-5
R2 = 0.995974
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Potensial (V) Konsentrasi standar
0 ppm
Konsentrasi (ppm)
y = 4.209158 x 10-5x + 2.1498 x 10-5
R2 = 0.998935
Gambar 3. Voltamogram Hasil
Uji Sampel. A. Sampel 1, B. Sampel 2, C. Sampel 3. Pada gambar 3 puncak Ipc pada masing-masing konsentrasi terlihat jelas sedangkan puncak Ipa tidak terlihat sehingga dapat disimpulkan reaksi yang terjadi termasuk reaksi ireversibel. Hasil puncak Ipc dari voltamogram pada gambar 3 dapat sampel dapat diperoleh dari gambar Ipc vs Konsentrasi pada gambar 3 dengan melihat titik perpotongan antara garis linier sampel dengan axis x pada kurva
tersebut.Rentan antara Konsentrasi 0 ppm sampai titik perpotongan tersebut
merupakan nilai dari konsentrasi sampel.Hasil konsentrasi sampel dengan uji voltametri siklik dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Konsentrasi Sampel dengan
Metode Voltametri
Siklik.
Sampel Konsentrasi (ppm)
1 0,349
2 0,355
3 0,514
Rata-rata 0,406
Penentuan Kadar Co pada Sampel dengan Metode AAS.
Penentua n kadar Co pada sampel daging selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan instrumen AAS yang bertujuan sebagai validasi metode voltametri siklik yang digunakan
sebelumnya. Pada penentuan kadar Co pada sampel ini juga menggunakan teknik adisi standar. Larutan sampel pada pengujian ini juga ditambahkan pada larutan standar dengan konsentrasi 0, 1, 2, 5, 8, dan 10 dan diuji pada panjang
gelombang 240,7 nm. Pengujian ini dilakukan dengan replikasi sebanyak 3 kali dan hasil absorbansi dari setiap konsentrasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.Absorbansi pada
Masing-masing Sampel.
Sampel Konsentrasi (ppm) Aborbansi A.
B.
1
0 1 2 5 8 10
2
0 1 2 5 8 10
3
0 1 2 5 8 10 Kemudian
data tabel 5 dibuat dalam bentuk kurva adisi standar konsentrasi vs absorbansi untuk mendapatkan persamaan garisnya.Kurva adisi standar dapat dilihat pada gambar 4.
0 4 8
0.0 0.1 0.2 0.3
A
bs
Konsentrasi (ppm)
y = 0.012273 + 0.025714x R2 = 0.998945
Gambar 4.Kurva Adisi Standar dari
Sampel 1 dengan Metode AAS.
0 4 8
0.00 0.09 0.18 0.27
A
bs
Konsentrasi (ppm)
y = 0.012332 + 0.023793x R2 = 0.998897
Gambar 5.Kurva Adisi Standar dari
Sampel 2 dengan Metode AAS.
0 4 8
0.00 0.06 0.12 0.18
A
bs
Konsentrasi (ppm)
y = 0.014531 + 0.015466x R2 = 0.997581
Gambar 6.Kurva Adisi Standar dari
Sampel 3 dengan Metode AAS.
Dari kurva pada gambar 4.didapatkan kosentrasi dari masing-masing sampel dengan melihat titik potong antara axis-x dengan garis linier sampel. Konsentrasi dari masing-masing sampel dapat
dilihat pada tabel IV.7.
Tabel IV.7. Konsentrasi Sampel dengan
Metode AAS
sampel Konsentrasi (ppm)
1 0,485
2 0,523
3 0,936
Rata-rata 0,648 Konsentrasi
Co pada daging ikan mujair yang diperoleh dengan metode AAS sebesar 0.648 ppm lebih besar dari pada konsentrasi sampel dengan metode voltametri siklik sebesar 0.406 ppm. Hal tersebut
dikarenakan proses analisis Co pada instrument AAS dalam bentuk atom sedangkan pada metode voltametri dalam bentuk ion yaitu ion Co2+.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan rangkaian
penelitian adalah Komopisi terbaik elektroda pasta karbon
termodifikasi bentonit adalah perbandingan karbon: paraffin: bentonit sebesar 3:3:4. Kemudian pH optimum untuk analisis logam Co
dengan metode voltametri siklik adalah pH 4,63. Rata-rata
konsentrasi logam Co pada daging ikan mujair adalah 0,406 ppm dengan menggunakan metode voltametri siklik sedangkan rata-rata
konsentrasi logam Co pada daging ikan mujair dengan metode AAS adalah 0,648 ppm.Hasil analisis voltametri lebih rendah karena analisis sampel dengan metode voltametri dalam bentuk ionnya dan analisis dengan metode AAS dalam bentuk atom sehingga dapat disimpulkan hasil dari kedua metode tersebut berbeda. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan penulis
menyarankan untuk:
1. Mengemban gkan
2. Jika ingin menggunaka n elektroda pasta karbon termodifikas i bentonit sangat disarankan untuk membanding kan berbagai cara aktivasi dan
kemudian dicoba pada elektroda. DAFTAR PUSTAKA
[1] Santoso, Heru. 2008. Mineral. Ponorogo: Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo [2] Muniarsih, Sri
dan Tanjaya, Agus (2013). “Evaluasi Hg, Co, Cr, dan As Dalam Sampel Produk
Agroindustri Berdasarkan Keputusan Bpom dan Adi (Acceptable Daily Intake)”.J. Iptek Nuklir Ganendra Vol.
16 No 1 ,
26-37.
[3] Saryati dan Siti Wardiyati. 2007. Aplikasi Voltametri untuk Penentuan Logam Berat dalam Bahan
Lingkungan.
Tanggerang:
Pusat Teknologi Industri Nuklir.
[4] Suliana, Ayu dan Pirim Setiarso. 2014. “Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Bentonit untuk Analisis Kadmium (II) dengan Ion Pengganggu Aluminium (III) dan Tembaga (II) Secara
Voltametri”. UNESA Journal of
Chemistry Vol.
3, No 1. Januari 2014. [5] Svehla, G.
1985. Vogel | Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. [6] Rohmaniyah,
Anisatur. 2014. “Membuat Elektroda Termodifikasi Bentonit untuk Menganalisis Logam Pb pada Daging Kupang Putih dengan Metode Diferensial Pulsa Voltametri”.
UNESA Journal of
Chemistry, Vol.
3, No1. [7] Tanjaya,
Ailen., Subondo., Indraswati, Nani., dan Suryadi
Ismadji. 2006. “Aktivasi Bentonit Alam Pacitan
Sebagai Bahan Penjerap pada Proses
Pemurnian Minyak Sawit”. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, Vol.
5, No. 2 Agustus 2006: 429 – 434. [8] Deswati. 2013.
Optimasi Analisis Fe, Co, dan Ni Secara
Simultan dengan Voltametri Stripping Adsorptive (Adsv) untuk penentuan Logam dalam Konsentrasi
Runut. Padang:
Universitas Andalas [9] Djuhariningru
m, Tyas. 2015.
Uji Validasi Unsur Cu dalam Standar Referensi Material Menggunakan Metoda Adisi dengan
Spektroskopi Serapan Atom.
Pusat