• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Alvin All REVISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Skripsi Alvin All REVISI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Badan Pusat Statisitk jumlah angkatan kerja yang menganggur hingga Agustus 2009 mencapai 113,89 juta orang. Bertambah 90.000 orang dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta orang atau bertambah 1,88 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang. Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat apabila tidak disediakan lapangan kerja baru. Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 104,87 juta orang, bertambah 380.000 orang dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang atau bertambah 2,32 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2008 sebesar 102,55 juta orang (http://www.bps.go.id/?news=733).

(2)

karyawan atau wirausaha. Masyarakat Indonesia cenderung lebih percaya diri bekerja pada orang lain dari pada memulai suatu usaha. Selain itu adanya kecenderungan menghindari resiko gagal dan pendapatan yang tidak tetap (Wijaya, 2007).

Hal-hal di atas inilah yang membuat banyak orang takut dan tidak mau untuk berwirausaha apalagi ditambah modal yang terbatas, sehingga mereka cenderung memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri ataupun pegawai swasta. Namun pada jaman sekarang ini persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan. Kedua hal tersebut ditambah lagi dengan lulusan yang tidak siap kerja, tidak masuknya standar IPK dan seleksi awal perusahaan (psikotest, wawancara, dan masa training) untuk syarat masuk ke dalam perusahaan-perusahaan yang ada akan meningkatkan jumlah pengangguran setiap tahunnya. Jika melihat kenyataan seperti ini maka berwirausaha merupakan salah satu pilihan yang rasional mengingat sifatnya yang mandiri, sehingga tidak bergantung pada lapangan kerja yang semakin sedikit (Wijaya, 2007).

(3)

Wirausaha ternyata memiliki banyak keuntungan baik terhadap pelaku wirausaha, orang lain dan negara itu sendiri. Menurut Hendro & Chandra (2006), wirausaha dapat meningkatkan taraf hidup seseorang di masa yang akan datang. Kewirausahaan perlu diupayakan dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, serta meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Jika setiap komponen memiliki kemampuan kewirausahaan yang baik maka dapat menghasilkan efek domino bagi transformasi ekonomi sosial (Ciputra dan Ciputra Enterpreneurship Centre dalam Kurniawan, 2009). McClelland (dalam Wijaya, 2008) juga mengungkapkan suatu negara akan maju jika terdapat wirausaha sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk. Menurut laporan yang dilansir Global Entrepreneurship Monitor, pada tahun 2005, Negara Singapura memiliki Wirausaha sebanyak 7,2% dari jumlah penduduk. Sedangkan Indonesia hanya memiliki wirausaha 0,18% dari jumlah penduduk. Tidak heran jika pendapatan perkapita Singapura puluhan kali lebih tinggi dari Indonesia.

(4)

Menurut Sadino (dalam Hamdani, 2010) di sebuah forum mahasiswa Universitas Indonesia pernah mengatakan, "Siapa yang ingin menjadi wirausaha, keluarlah dari kampus setelah acara ini dan jangan kembali kesini lagi." "Kalo mau jadi wirausaha mulailah dari sekarang. Jangan berencana mulai setelah lulus kuliah. Apalagi, kalau Anda berusaha lulus dengan indeks prestasi tinggi, besar kemungkinan muncul harapan dan iming-iming untuk jadi pegawai. "

Menurut peneliti sendiri jika melihat dari fenomena yang ada, memang benar yang di katakan Sadino (dalam Hamdani, 2010) dimana mereka yang memiliki indeks prestasi tinggi akan sangat cenderung untuk bekerja di perusahaan ternama dan mereka yang memiliki indeks prestasi yang rendah sehingga tidak masuknya standart IPK dan tidak siap kerja cenderung pada akhirnya untuk berwirausaha, namun hal ini bukanlah karena intensi wirausaha yang ada, namun dikarenakan desakan situasional.

Dalam masalah ini tinggi rendahnya prestasi tinggi pada saat kuliah juga dipengaruhi oleh academic self-efficacy yang dimiliki setiap mahasiswa di mana tentunya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Academic self-efficacy menunjuk pada seseorang yang memiliki keyakinan bahwa mereka dapat berhasil dalam mencapai prestasi pada bidang akademik atau mencapai

specific academic goal (Bandura; Eccles & Wigfield; Elias & Loomis; Gresham; Linnenbrink & Pintrich; Schunk & Pajares dalam McGrew, 2008).

(5)

bangku kuliah tentunya memiliki academic self-efficacy yaitu dalam pendidikan psikologi dan mendapati bidang baru yaitu wirausaha.

Karena melihat fenomena yang ada, pentingnya wirausaha, serta latar belakang pendidikan S1 Psikologi terhadap intensi berwirausaha, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada hubungan yang positif antara academic self-efficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW.

B. Masalah Penelitian

Apakah terdapat adanya hubungan yang positif dan signifikan antara academic self-efficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara

academic self-sfficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(6)

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Fakultas Psikologi UKSW (Staff Pengajar) menjadi masukan dan umpan balik:

a) Dapat melihat academic self-efficacy mahasiswa Fakultas psikologi secara umum dan dapat menangani dengan bijak.

b) Dengan mengetahui adanya intensi wirausaha pada mahasiswa Psikologi sehingga lebih memperhatikan pentingnya wirausaha, sehingga Psikologi Wirausaha lebih diperhatikan terutama dalam memotivasi, pengajaran, dan pengaplikasian pada mahasiswa agar tidak takut berwirausaha.

c) Untuk mengembangkan program pendidikan yang tepat terutama dalam bidang Psikologi Wirausaha dalam mendorong semangat kewirausahaan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW.

2. Bagi Mahasiswa Psikologi:

a) UKSW menjadi pengetahuan tentang pentingnya wirausaha sehingga dapat menjadi masukan dan motivasi agar tidak takut dan mau untuk berwirausaha b) Agar lebih berusaha keras dan bersungguh-sungguh

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Intensi Wirausaha

1. Pengertian Intesi Wirausaha

Bandura (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.

Intensi menurut Fishbein & Ajzen (dalam Wijaya, 2007) merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku.

Sukardi (dalam Riyanti, 2007) menyatakan wirausaha adalah seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan, sumberdaya, tenaga kerja, alat produksi, untuk menciptakan sesuatu prodak tertentu, di mana produk untuk meciptakan sesuatu dijual dalam penghasilan untuk kelangsungan hidupnya.

Pekerti (dalam Wijaya, 2007) menjelaskan bahwa wirausaha adalah individu yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan individu yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.

(8)

kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi wirausahaan adalah suatu kebulatan tekat atau keinginan untuk mendirikan, mengelola, mengembangkan sumber daya, tenaga kerja, alat produksi, untuk menciptakan suatu produk tertentu, dimana produk itu dijual untuk kelangsungan hidupnya. Dari situ juga individu yang menjalankan dapat menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

2. Aspek-aspek Intensi Wirausaha

Aspek intensi merupakan aspek-aspek yang mendorong niat individu berperilaku seperti keyakinan dan pengendalian diri. Terbentuknya perilaku dapat diterangkan dengan teori tindakan beralasan yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku (Fisbein & Ajzen dalam Riyanti, 2007). Dalam teorinya mengenai intensi, Shapero & Sokol (dalam Riyanti, 2007) mengadaptasi teori Planned behavior dari Fishbein & Ajzen (dalam Riyanti, 2007) dan mengaplikasikan secara khusus dalam dunia wirausaha menjadi teori entrepreneurial event. Dimana menurut Shapero & Sokol entrepreneurial event memiliki tiga dimensi:

(9)

sejawat, dsb.) Variabel ini merefleksikan afeksi individu terhadap kewirausahaan.

b. Perceived feasibility, elemen ini menunjukkan derajat kepercayaan di mana seseorang memandang dirinya mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan sumber daya-sumber daya (manusia, sosial, finansial) untuk membangun usaha baru.

c. Propensity to act menunjukkan dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku dan intensitasnya sangat bervariasi bagi tiap individu. Determinan ini tidak hanya mempunyai pengaruh langsung terhadap intensi tetapi juga mempunyai pengaruh tidak langsung. Ketika

propensity to act individu rendah, intensi untuk berwirausaha mempunyai kemungkinan yang kecil untuk berkembang, dan perceived desirability menjadi prediktor satu-satunya intensi. Tetapi, jika propensity to act individu tinggi, kuantitas pengalaman berwirausaha sebelumnya sebagai tambahan pada perceived feasibility dan

desirability secara langsung mempengaruhi intensi (Krueger dalam Riyanti, 2007).

(10)

individu terhadap kemampuan mengumpulkan sumber daya yang ada untuk berwirausaha. Kemudian yang terakhir sangat penting yaitu dorongan dalam diri individu untuk berwirausaha dan hal ini memberika pengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Ketika dorongan ini rendah maka intensi wirausaha menjadi rendah, dan kepercayaan diri individu terhadap dimensi kemampuan mengumpulkan sumber-sumber wirausaha menjadi dimensi satu-satunya. Namun jika dorongan ini besar maka secara langsung mempengaruhi dua dimensi sebelumnya.

3. Faktor-faktor Penentu Intensi Kewirausahaan

Faktor-faktor penentu intensi kewirausahaan dengan menggabungkan tiga pendekatan (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008), yaitu 1) faktor kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan self-efficacy; 2) faktor lingkungan yang dilihat dari tiga elemen konstektual: askes kepada modal, informasi dan jaringan sosial; 3) faktor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja. :

1. Faktor kepribadian

Dalam faktor kepribadian dibagi menjadi dua, yaitu need of achievement dan self efficacy:

1.1. Kebutuhan akan prestasi

(11)

suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan. Lebih lanjut, McClelland (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan.

Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu:

a. Menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan;

b. Mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya;

c. Memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

(12)

wirausaha. Lebih spesifik, kebutuhan akan prestasi juga dapat mendorong kemampuan pengambilan keputusan dan kecenderungan untuk mengambil resiko seorang wirausaha. Semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seorang wirausaha, semakin banyak keputusan tepat yang akan diambil. Wirausaha dengan kebutuhan akan prestasi tinggi adalah pengambil resiko yang moderat dan menyukai hal-hal yang menyediakan balikan yang tepat dan cepat.

1.2. Self-efficacy

Bandura (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang. Senada dengan hal tersebut, Cromie (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan.

Lebih rinci, Bandura (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menjelaskan empat cara untuk mencapai efikasi diri, yaitu:

(13)

untuk mengembangkan rasa yang kuat pada efikasi diri.

2. Pembelajaran melalui pengamatan secara langsung. Dengan cara ini, seseorang akan memperkirakan keahlian dan perilaku yang relevan untuk dijadikan contoh dalam mengerjakan sebuah tugas. Penilaian atas keahlian yang dimilikinya juga dilakukan, untuk mengetahui besar usaha yang harus dikeluarkan dalam rangka mencapai keahlian yang dibutuhkan. 3. Persuasi sosial seperti diskusi yang persuasif dan

balikan kinerja yang spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan untuk menyajikan informasi terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

(14)

seseorang sudah terbentuk pada tahapan awal seseorang memulai karirnya.

Lebih lanjut, Betz dan Hacket (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri seseorang pada kewirausahaan di masa-masa awal seseorang dalam berkarir, semakin kuat intensi kewirausahaan yang dimilikinya. Selain itu, Gilles dan Rea (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) membuktikan pentingnya efikasi diri dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan karir seseorang. Efikasi diri terbukti signifikan menjadi penentu intensi seseorang.

2. Faktor Lingkungan

Tiga faktor lingkungan yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

2.1. Akses kepada modal

(15)

kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang (Marsden; Meier dan Pilgrim; Steel; Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

Di negara-negara maju di mana infrastruktur keuangan sangat efisien, akses kepada modal juga dipersepsikan sebagai hambatan untuk menjadi pilihan wirausaha karena tingginya hambatan masuk untuk mendapatkan modal yang besar terhadap rasio tenaga kerja di banyak industri yang ada. Penelitian relatif baru menyebutkan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu usaha (Kristiansen et al.; Indarti; Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

2.2. Ketersediaan informasi

(16)

Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada karakteristik seseorang, seperti tingkat pendidikan dan kualitas infrastruktur, meliputi cakupan media dan sistem telekomunikasi (Kristiansen; Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

2.2. Jaringan sosial

Mazzarol et al. (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi intense kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain, pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak; dan muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang ada.

(17)

antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha.

3. Faktor demografis (jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja) berpengaruh terhadap keinginannya untuk menjadi seorang wirausaha (Mazzarol et al.; Tkachev dan Kolvereid; Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

3.1. Jender

(18)

dengan menggunakan studi longitudinal menemukan bahwa minat laki-laki untuk berwirausaha konsisten dibandingkan minat perempuan yang berubah menurut waktu. Schiller dan Crawson (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kesuksesan usaha dan kesuksesan dalam berwirausaha antara perempuan dan laki-laki.

3.2. Umur

(19)

3.3. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang. Sebuah studi dari India membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting intensi kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan (Sinha; Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008). Penelitian lain, Lee (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) yang mengkaji perempuan wirausaha menemukan bahwa perempuan berpendidikan universitas mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha.

3.4. Pengalaman Kerja

(20)

Namun, Mazzarol et al., (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) tidak menganalisis hubungan antara pengalaman kerja di sektor swasta terhadap intensi kewirausahaan. Scott dan Twomey (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008) meneliti beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja yang akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha.

Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda kondusif untuk kewirausahaan dan seseorang tersebut memiliki pengalaman yang positif terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan.

B. Tinjauan Tentang Academic Self-efficacy (ASE) 1. Pengertian Academic Self-efficacy (ASE)

ASE menjelaskan sejauh mana kepercayaan individu dalam memutuskan perilaku yang dibutuhkan untuk mendapatkan kesuksesan secara akademis (Smith; Downs dalam Golightly, 2007). Menurut definisi ini, ASE adalah derajat kepercayaan seseorang untuk dapat memutuskan perilaku akademis yang bertujuan pada kesuksesan akademis.

(21)

lain, ASE menjelaskan kepercayaan akan kemampuan untuk menuntaskan proses dalam bersekolah dengan sukses.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ASE adalah tingkat kepercayaan idividu dalam mencapai kesuksesan dalam bidang akademik. Kepercayaan tersebut memutuskan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang akademik.

2. Komponen Academic Self-Efficacy (ASE)

Bandura (dalam Golightly, 2007) menerangkan harapan terhadap efficacy “berasal dari empat prinsip sumber informasi: past sucsses, modeling, verbal persuasion dan emotional arousal. Bandura menyarankan pengukuran terhadap kontribusi dari ke empat komponen tersebut akan membantu menjelaskan self-efficacy secara global dan harapan terhadap hasil terapi.

Past sucsses adalah pengalaman individu terhadap kesuksesan mereka akan melakukan suatu tugas di masa lampau, mereka akan mempercayai keputusan mereka berbuah sukses untuk kasus yang serupa.

Modeling adalah pengalaman individu terhadap individiu lain yang serupa dengan mereka yang berhasil dalam suatu bidang, akan menimbulkan keyakinan bahwa mereka juga mampu dalam bidang tersebut.

(22)

anggota keluarga lain atau orang lain yang dekat dengan individu dan memiliki pengaruh terhadap individu

Emotional arousal didefinisikan sebagai tingkat pembangkitan emosi individu ketika mengalami berbagai tingkatan kecemasan. Kesuksesan pemenuhan tugas seringkali tidak terjadi saat individu berada pada level kecemasan tinggi.

Berdasarkan dari teori diatas maka peneliti menyimpulkan empat komponen ASE merupakan hal yang penting dan pasti dimiliki oleh mereka yang mengenyam pendidikan. Kemudian hal ini tergantung dari bagaimana individu menyikapinya.

Self-efficacy secara parsimoni dapat didefinisikan sebagai kemampuan sesorang untuk dapat berhasil dalam menuntaskan tugas. Bandura (dalam Golightly, 2007) pertama kali menyatakan self efficacy sebagai konstruk, yang membantu memahami perilaku dan motivasi. Definisi menurut Bandura adalah “Penilaian individu terhadap kemampuan mereka untuk mengorganisasikan dan memutuskan courses aksi yang dibutuhkan untuk mencapai jenis performa yang diinginkan mereka”. Ia menggaris bawahi pentingnya konstruk ini sebagai berikut “pengharapan efficacy menentukan berapa banyak usaha yang akan dilakukan individu dan berapa lama mereka akan ulet menghadapai rintangan pengalaman aversif”

Bandura (dalam Golightly, 2007) juga mengatakan bahwa

self-efficacy berlaku secara umum untuk setiap tindakan dan perilaku manusia di semua bidang di mana. Berbagai studi menunjukkan individu dengan self-efficacy yang kuat pada area tertentu akan memiliki performa yang baik pada bidang tersebut, contohnya adalah

(23)

2007), academic self efficacy dan study skills acquisition (Zytowski & Luzzo dalam Golightly, 2007), math dan science self efficacy

(Lapan, Boggs, & Morril dalam Golightly, 2007), job seeking self efficacy (Barlow et al. dalam Golightly, 2007). Bandura sendiri menguji efek dari isi secara spesifik keberfungsian akademik dan

self-efficacy (kepercayaan diri seseorang akan kapabilitas mereka untuk sukses dan menyelesaikan tugas-tugas akademik). Penulis memakai referensi ini dalam membangun konstruk mengenai self-efficacy akademik.

C. Hubungan Academic self-efficay Terhadap Intensi Wirausaha Pada Mahasiswa

Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner dalam Indarti & Rostiani, 2008). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Seperti yang dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (dalam Indarti & Rostiani, 2008), intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong dalam Indarti & Rostiani, 2008).

(24)

(Bandura; Eccles & Wigfield; Elias & Loomis; Gresham; Linnenbrink & Pintrich; Schunk & Pajares dalam McGrew, 2008).

Menurut Sadino (dalam Hamdani, 2010) di sebuah forum mahasiswa Universitas Indonesia pernah mengatakan, "Siapa yang ingin menjadi wirausaha, keluarlah dari kampus setelah acara ini dan jangan kembali ke sini lagi." "Kalo mau jadi wirausaha mulailah dari sekarang. Jangan berencana mulai setelah lulus kuliah. Apalagi, kalau Anda berusaha lulus dengan indeks prestasi tinggi, besar kemungkinan muncul harapan dan iming-iming untuk jadi pegawai. "

Menurut peneliti sendiri jika melihat dari fenomena yang ada memang benar yang di katakan Sadino (dalam Hamdani, 2010) dimana mereka yang memiliki indeks prestasi tinggi akan sangat cenderung untuk bekerja di perusahaan ternama dan mereka yang memiliki indeks prestasi yang rendah sehingga tidak masuknya standart IPK dan tidak siap kerja cenderung pada akhirnya untuk berwirausaha, namun hal ini bukanlah karena intensi wirausaha yang ada, namun dikarenakan desakan situasional.

(25)

Berdasarkan konsep-konsep diatas peneliti menghubungkan mahasiswa yang memiliki academic self-efficacy yang tinggi mempunyai perasaan yang tenang dalam mendapati atau menghadapi tugas yang sulit dibidang akademik dan memiliki keyakinan bahwa mereka akan berhasil dalam mencapai prestasi akademik yang baik. Mahasiswa yang memiliki keyakinan berhasil dibidang akademik, hal tersebut akan membantunya untuk menjadi yakin mencapai keberhasilan dalam melakukan wirausaha sehingga memiliki intensi yang tinggi untuk berwirausaha.

Mahasiswa yang memiliki academic self-efficacy yang rendah menunjukkan perasaan bahwa tugas tersebut lebih sulit dari kenyataan sehingga menciptakan perasaan stress, cemas, dan pemikiran yang dangkal untuk menyelesaikan suatu tugas, sehingga mereka memiliki keyakinan akan gagal dalam mencapai prestasi akademik yang baik. Mahasiswa yang memiliki keyakinan yang rendah dalam mencapai prestasi akademik yang baik hal tersebut akan mempengaruhi keyakinan dalam melakukan wirausaha sehingga memiliki intensi yang rendah untuk berwirausaha.

D. Hipotesis

1. Hipotesis Empirik

(26)

efficacy maka semakin rendah intensi berwirausaha pada mahasiswa.

2. Hipotesis Statistik

H

0

:

tidak ada hubungan posotif dan signifikan antara

academic self-efficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW.

H1: ada hubungan positif dan signifikan antara academic

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yang akan diteliti yaitu intensi wirausaha sebagai variabel terikat dan academic self-efficacy (ASE) sebagai variabel bebas.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Academic Self-efficacy (ASE)

Academic self-efficacy adalah keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan tugas tertentu atau dapat dimaknai dengan keyakinan individu bahwa mereka dapat mengatur, melaksanakan, dan mengatur sikap untuk memecahkan dan menyelesaikan suatu tugas dalam bidang akademik yang mungkin dapat membuat mereka malu dan gagal atau sukses. Pengukuran

academic self-efficacy peneliti menggunakan skala yang di adopsi dari skala yang digunakan oleh Golightly (2007), yang menggunakan komponen self-efficacy menurut Bandura (dalam Golightly, 2007) yaitu past success, modeling, verbal persuasion, dan emotional arousal.Past success diukur dengan menggunakan GPA (Grade Point Average) saja. Sedangkan standardized achievement tests (IOWA Tests of Educational Development)

sebagai pengukuran masa lalu tidak peneliti gunakan karena alat tes tersebut hanya di keluarkan oleh IOWA University. Modeling

(28)

Parental Support Scale-Verbal Encouragement scale ( CRPSS-VE), emotional arousal diukur dengan menggunakan My feelings about School (untuk mengetahui tingkat pembangkitan emosi yang berpusat pada sekolah), namun untuk angket yang peneliti gunakan setting sekolah pada item nomor 3, 4, 6, 15, 18, 25, 27 di ubah menjadi seting kuliah dan pada item nomor 26 guru diubah menjadi dosen, karena setting yang digunakan adalah kuliah. Selanjutnya untuk pengolahan data item GPA sebagai dependent

variabel akan dikorelasikan dengan aspek The People I Know, CRPSS-VE, My Feelings About School, di mana ketiga aspek tersebut menjadi variabel independent.

Keempat komponen itu setelah diuji oleh Golightly (2007) melalui analisa regresi dapat menjadi prediktor terhadap SIS dan AHS. Hasilnya mengindikasikan GPA, IOWA rangking skor persentil, CRPSS-VE dan my feelings about school merupakan prediktor signifikan terhadap total skor SIS secara regresi. The people I know dan my feeling about school merupakan prediktor yang signifikan terhadap total skor AHS secara regresi.

Jadi dengan kata lain semakin tinggi GPA, IOWA rangking skor persentil, CRPSS-VE dan my feeling about school

(29)

Tabel 3.1

Tabel Alir Academic Self-Efficacy

2. Intensi wirausaha

Intensi wirausaha adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tindakan berwirausaha. Intensi wirausaha diukur dengan angket intensi akademik yang dikemukakan oleh aspek-aspek intensi wirausaha yang berdasarkan pada teori intensi oleh Shapero & Sokol (dalam Riyanti, 2007) mengadaptasi teori Planned Behavior dari Fishbein & Ajzen (dalam Riyanti, 2007) dan mengaplikasikan secara khusus dalam dunia wirausaha dengan nama teori Entrepreneurial Event. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula intensi wirausaha, semakin rendah skor maka semakin rendah pula intensi wirausaha.

ASE

GPA &

IOWA rangking skor persentil

The poeple I know

CRPSS-VE

My feeling about school Modeling

Emotional Arousal

Verbal Persuasion Past Success

(30)

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang dalam proses pembuatan skripsi dengan pertimbangan karena mahasiswa yang sedang mengikuti proses skripsi diperkirakan sudah memiliki gambaran tentang apa yang akan mereka lakukan setelah lulus dan sudah mengetahui gambaran pekerjaan yang akan dijalani.

Berdasarkan data yang diambil dari daftar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang lolos ujian proposal pada tanggal 24 November 2009 – 14 Desember 2010 terdapat jumlah total populasi sebanyak 114 mahasiswa yang terdiri dari angkatan 2004 - 2010.

2. Sampel

(31)

Tabel 3.2

Tabel Jumlah Populasi dan Sampel

Angkatan Jumlah

Mahasiswa

Jumlah Sampel

2004 3 3

2005 17 17

2006 56 56

2007 36 36

2008 1 1

2009 -

-2010 (Readmisi) 1 1

Total 114 114

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berisi skala Likert yang terdiri dari 2 bentuk, yaitu angket academic self-efficacy dan angket intensi wirausaha. Untuk angket academic self efficacy peneliti mengadopsi angket yang digunakan oleh Golightly (2007) dan untuk angket intesi wirausaha peneliti menggunakan angket yang dibuat oleh peneliti sendiri.

1. Angket academic self efficacy (ASE)

Untuk mengukur ASE, dalam disertasi yang digunakan oleh Golightly (2007) menggunakan teori dari Bandura yang terdiri atas past succes, modeling, verbal persuasion dan emotional arousal.

(32)

pilihan tanggapan yang diberikan subjek yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skor tertinggi untuk pernyataan favorable adalah 4 pada pilihan sangat setuju (SS), 3 pada pilihan setuju (S), 2 pada pilihan tidak setuju (TS) dan 1 pada pilihan sangat tidak setuju (STS), sedangkan skor tertinggi untuk pernyataan unfavorable adalah 4 pada pilihan sangat tidak setuju (STS), 3 pada pilihan tidak setuju (TS), 2 untuk pilihan setuju (S) dan 1 untuk pilihan sangat setuju (SS).

Rancangan blue print angket academic self-efficacy adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

No. ASPEK Alat Ukur Item Proporsi

1 Past success GPA 1 1

No. ASPEK Alat Ukur Item Fav. Proporsi

2 Modeling The People I Know 2 11

persuasion Scale-Verbal Encouragement Career-Related Parental Supportscale (CRPSS-VE)

arousal My feelings about School 41 3

(33)

adalah item yang tidak searah atau yang tidak mendukung variabel. Angket tersebut memberikan 4 pilihan tanggapan yang diberikan subjek yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skor tertinggi untuk pernyataan favorable adalah 4 pada pilihan sangat setuju (SS), 3 pada pilihan setuju (S), 2 pada pilihan tidak setuju (TS) dan 1 pada pilihan sangat tidak setuju (STS), sedangkan skor tertinggi untuk pernyataan unfavorable adalah 4 pada pilihan sangat tidak setuju (STS), 3 pada pilihan tidak setuju (TS), 2 untuk pilihan setuju (S) dan 1 untuk pilihan sangat setuju (SS).

Rancangan blue print angket intensi wirausaha adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

No ASPEK Indikator Item Proporsi

Favorable Unfavorable

1. Perceived desirability

 Wirausaha sebagi sesuatu yang menarik dan di ingikan.

 Pengalaman personal terhadap wirausaha (baik atau buruk)

 Tingkat dukungan dari lingkungan (keluarga,

 Derajat kepercayaan di mana seseorang memandang

3. Propensity to act  Dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah

(34)

Total 24

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas merupakan syarat untuk mengetahui bahwa kita mengukur apa yang hendak kita ukur (Janda, 1997). Pengujian validitas ini dengan menggunakan perhitungan statistik korelasi

Product Moment dari Person (Arikunto, 2002). Pengujiannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(N.∑i2−(∑i)2.(N.∑t2−(∑t)2

rit

N(∑it)− (∑i).(∑t) √{¿}

¿

Keterangan:

Rit = Koefisisen korelasi antara butir soal

i

= Jumlah skor butir total.

t

= Jumlah skor total

it

= Jumlah hasil kali

i

2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

t

2 = Jumlah kuadrat skor butir soal N = Jumlah Subyek

2. Uji Reliabilitas

Menurut Azwar (2008) reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan pada prinsipnya pengukuran itu dapat memberikan hasil pengukuran kembali terhadap subyek yang sama.

(35)

variabel yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan

SPSS windows versi12.00.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

α : Koefisien Alpha Cronbach

N : Jumlah item

S2 : Varians dari seluruh skor (skor total)

Si2 : Varians dari setiap item

Adapun standar reliabilitas yang digunakan adalah (Azwar, 2000):

α < 0,7 : Tidak Reliabel 0,7 ≤ α < 0,8 : Cukup

0,8 ≤ α < 0,9 : Baik

0.9 ≤ α ≤ 0,9 : Sangat Reliabel

F. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis antara Academic Self-Efficacy (ASE) dengan intensi wirausaha, digunakan analisa korelasi. Metode analisa yang digunakan adalah korelasi product moment.

Teknik perhitungan korelasi product moment dari Pearson yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiono, 2006):

(36)

rxy = Koefisisen korelasi antara X dan Y.

x = Skor butir.

y = Skor Total

x2 = Jumlah kuadrat nilai X

y2 = Jumlah kuadrat nilai Y N = Jumlah Subyek

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kancah Penelitian

Pelaksanaan dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 17 Maret - 5 April 2011. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh populasi dimana terdapat 114 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang lolos ujian proposal pada tanggal 24 November 2009 - 14 Desember 2010 yang terbagi menjadi tujuh angkatan dan dimulai dari mahasiswa angkatan 2004 sebanyak 3 orang, mahasiswa angkatan 2005 sebanyak 17 orang, mahasiswa angkatan 2006 sebanyak 56 orang, mahasiswa angkatan 2007 sebanyak 36 orang, mahasiswa angkatan 2008 sebanyak 1 orang, mahasiswa angkatan 2009 tidak ada yang ujian proposal sehingga dipastikan tidak ada yang mengambil skripsi, mahasiswa angkatan 2010 (readmisi) sebanyak 1 orang. Dasar pertimbangan yang digunakan untuk pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian tentang hubungan academic self-efficacy

dengan intensi wirausaha pada mahasiswa belum pernah dilakukan di Fakultas Psikologi UKSW.

2. Populasi memenuhi syarat untuk dilakukannya penelitian.

B. Persiapan Penelitian

(38)

1. Perijinan Penelitian

Perijinan penelitian agar dapat dilakukannya penelitian ini dengan meminta ijin kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, pada tanggal 16 Maret 2011 Dengan nomor surat 022/PU-F.Psi/III/2011.

2. Penyusunan Alat Ukur

Alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket yang digunakan ada dua macam, yaitu angket

Academic Self-Efficacy dan angket intensi wirausaha. Rincian penyusunan alat ukur peneliti jelaskan sebagai berikut:

a. Academic self-efficacy (ASE)

Alat ukur academic self-efficacy dengan mengadopsi skala likert dengan item favorable seperti yang digunakan Golightly (2007) dengan menggunakan komponen academic self-efficacy yang berdasar pada teori self-efficacy dari Bandura.

Komponen academic self-efficacy yaitu past success,

modeling, verbal persuasion dan Emotional Arousal. Past success

diukur dengan menggunakan GPA (Grade Point Average). Modeling

(39)

guru diubah menjadi dosen, karena setting yang digunakan adalah kuliah.

Sebaran item angket Academic Self-Efficacy dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Sebaran Item Angket Academic Self-Efficacy

No. ASPEK Indikator Item Proporsi

1 Past success GPA 1 1

No. ASPEK Indikator Item Fav. Proporsi

2 Modeling The People I Know 2 11

persuasion Scale-Verbal Encouragement Career-Related Parental Supportscale (CRPSS-VE)

My feelings about School 4 1

Alat ukur intensi wirausaha berbentuk angket dengan 24 item yang terdiri dari 12 item favorable dan 12 item unfavorable. Item-item tersebut diukur berdasarkan tiga dimensi dasar dari teori

(40)

Sebaran item intensi wirausaha dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Sebaran Item Angket Intensi Wirausaha

No ASPEK Indikator Item Proporsi

Favorable Unfavorable

1. Perceived desirability

 Wirausaha sebagi sesuatu yang menarik dan diingikan.

 Pengalaman personal terhadap wirausaha (baik atau buruk)

 Tingkat dukungan dari lingkungan (keluarga,

3. Propensity to act  Dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku

3, 9, 15 6, 12, 18 6

Total 24

3. Uji Coba Alat Ukur

(41)

C. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 17 Maret - 5 April 2011, di Universitas Kristen Satya Wacana. Angket ini dibagikan kepada seluruh populasi yang terdapat pada daftar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang lolos ujian proposal pada tanggal 24 November 2009 – 14 Desember 2010 terdapat jumlah total sebanyak 114 mahasiswa yang terdiri dari angkatan 2004 - 2010. Di mana terdapat mahasiswa angkatan 2004 sebanyak 3 orang, mahasiswa angkatan 2005 sebanyak 17 orang, mahasiswa angkatan 2006 sebanyak 56 orang, mahasiswa angkatan 2007 sebanyak 36 orang, mahasiswa angkatan 2008 sebanyak 1 orang, mahasiswa angkatan 2009 tidak ada yang ujian proposal sehingga dipastikan tidak ada yang mengambil skripsi, mahasiswa angkatan 2010 sebanyak 1 orang. Dari 114 angket yang dibagikan, semuanya kembali dan memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis. Selanjutnya penulis member skor pada setiap angket yang terkumpul dan kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya.

D. Uji Validitas dan Alat Ukur

1. Uji Validitas Alat Ukur Penelitian a. Academic Self-Efficacy (ASE)

Berdasarkan pada perhitungan uji validitas alat ukur

(42)

dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows version 12.0 dihasilkan koefisien validitasnya bergerak antara 0.283 sampai dengan 0.647. Koefisien korelasi dikatakan

valid, apabila koefisien korelasinya positif (

r

it ) dengan peluang ralat p < 0.05 (Hadi, 2000). Pengujian validitas 26 item dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh 26 item valid. Hasil uji validitas self-efficacy selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Penentuan Item Valid dan Item Gugur Academic Self-Efficacy (ASE)

No. ASPEK Alat Ukur Item Proporsi

1 Past success GPA 1 1

Keterangan : GPA tidak di lakukan uji validitas

No. ASPEK Alat Ukur Item Fav. Proporsi

2 Modeling The People I Know 2 11

arousal My feelings about School 41 3

Keterangan * : item gugur Total item valid : 26

(43)

Uji validitas terhadap 24 item dengan menggunakan SPSS for windows version 12.0 dihaslkan item valid dan item gugur. Koefisien validitasnya bergerak antara 0,273 sampai dengan 0.696. koefisien korelasi yang diperoleh dapat

dikatakan valid apabila koefisien korelasinya positif (

r

it ) dengan peluang ralat p < 0.05 (Hadi, 2000). Pengujian validitas 24 item dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh 21 item valid dan 3 item yang gugur. Hasl uji validitas Intensi Wirausaha selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Penentuan Item Valid dan Item Gugur Intensi Wirausaha

No ASPEK Indikator Item Proporsi

Favorable Unfavorable

1. Perceived desirability

 Wirausaha sebagi sesuatu yang menarik dan diingikan.

 Pengalaman personal terhadap wirausaha (baik atau buruk).

 Tingkat dukungan dari lingkungan (keluarga,

3. Propensity to act  Dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku

3, 9, 15 6, 12*, 18* 6

(44)

Total item valid : 21

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

a. Academic Self-Efficacy (ASE)

Setelah masing-masing item Academic Self-Efficacy

diuji validitasnya selanjutnya dari item-item yang valid dilakukan pengujian reliabilitasnya dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil pengujian diperoleh reliabilitas angket sebesar 0.870. Hal ini dapat dikatakan bahwa angket

Academic Self-Efficacy tersebut reliable dengan katagori baik (Azwar, 2000).

b. Intensi Wirausaha

Setelah keseluruhan item intensi wirausaha diuji validitasnya, selanjutnya item-item yang valid dilakukan penngujian reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil pengujian diperoleh reliabilitas intensi wirausaha sebesar 0.873. Hal ini dapat dikatakan bahwa angket intensi wirausaha reliabel dengan katagori baik. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

E. Uji Asumsi

(45)

distribusi variabel tersebut normal atau tidak. Uji asumsi dilakukan dengan SPSS versi 12.0.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji one sample Kolmogrof-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas terhadap academic self-efficacy, maka dinyatakan bahwa Academic Self-Efficacy

memiliki nilai Kolmogrov Smirnov sebesar 1,152 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal.

Pada intensi wirausaha besarnya nilai Kolmogrov Smirnov

adalah 1,197 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Academic Self-Efficacy berhubungan linear dengan intensi wirausaha. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas menggunakan teknik anova menghasilkan F beda sebesar 1,675 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Academic Self-Efficacy berhubungan linear dengan intensi wirausaha.

F. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif

a. Academic Self-Efficacy

Dari hasil analisa deskriptif menunjukan bahwa variabel Academic Self-Efficacy memiliki nilai mean sebesar 76,9298 dan nilai standart deviasi sebesar 7,96754. Kemudian dilakukan pengkatagorian terhadap skor nilai dan rata-rata

(46)

Berikut adalah pengkatagorian tinggi rendahnya atau interval academic self-efficacy:

interval academic selfefficacy=104−26

5 =15,6

Tabel 4.5

Interval Academic Self-Efficacy (ASE)

Skor Kriteria Frekuensi

(F) Presentase(%) Min. Max. Mean

26≤ x<41,6 sangat rendah 0 0 26 41,6≤ x<57,2 rendah 0 0

57,2≤ x <72,8 sedang 28 24,56

72,8≤ x<88,4 tinggi 76 66,66 76,9298 88,4≤ x<104 sangat tinggi 10 8,78 104

Jumlah 114 100 SD = 7,96754

x = skor academic self-efficacy

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa 24,56% mahasiswa fakultas psikologi UKSW memiliki tingkat

academic self-efficacy yang sedang. 66,66% mahasiswa yang memiliki academic self-efficacy yang tinggi. Kemudian terdapat 8,78% mahasiswa yang memiliki academic self-efficacy yang sangat tinggi. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 76,9298 yang termasuk dalam katagori tinggi dalam tingkat

academic self-efficacy. Skor minimum adalah 26 dan skor maksimal adalah 104 dengan standar deviasi 7,96754.

(47)

Dari hasil analisa deskriptif menunjukan bahwa variabel intensi wirausaha memiliki nilai mean sebesar 62,1404 dan nilai standart deviasi sebesar 7,47252. Kemudian dilakukan pengkatagorian terhadap skor nilai dan rata-rata intensi wirausaha. Dari 21 item valid diketahui skor terendah 21 dan skor tertinggi adalah 84 dengan 5 katagori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Berikut adalah rumus pengkatagorian tinggi rendahnya atau interval intensi wirausaha:

Intervalintensi wirausaha=skor tertingiskor terendah

jumlahkatagori

intervalintensi Wirausaha=84−21

5 =12,6

21≤ x<33,6 sangat rendah 0 0 21 33,6≤ x<46,2 rendah 1 0,88

46,2≤ x <58,8 sedang 27 23,68

58,8≤ x<71,4 tinggi 72 63,15 62,1404 71,4≤ x<84 sangat tinggi 14 12,28 84

Jumlah 114 100 SD = 7,47252

x = skor intensi wirausaha

(48)

Psikologi UKSW memiliki intensi wirausaha yang tinggi. Kemudian 12,28% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW memiliki intensi wirausaha yang sangat tinggi. Nilai rata-rata yang diperoleh 62,1404 yang termasuk dalam katagori intensi wirausaha tinggi. Skor minimum adalah 21 dan skor maksimal adalah 84 dengan standar deviasi 7,47252.

2. Uji Analisis Korelasi

Untuk perhitungan digunakan korelasi Pearson Product Momment. Data dihitung dengan menggunakan korelasi Pearson Product Momment karena uji asumsi untuk menghitung dengan korelasi Pearson Product Momment terpenuhi.

Untuk korelasi antara GPA dan The People I Know, CRPSS-VE, My Feelings About School diperoleh nilai korelasi sebesar r = 0,240 (p < 0.05). Hal ini ada hubungan positif dan signifikan antara

The People I Know, CRPSS-VE, My Feelings About School dan GPA. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai korelasi antara

Academic Self-Efficacy (ASE) adalah r = 0,324 (p < 0.05). Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Ini berarti ada hubungan positif

dan signifikan antara academic self-efficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil analisis korelasi maka diketahui sumbangan efektif dari academic self-efficacy

(49)

pendidikan dan pengalaman kerja (Indarti dalam Indarti & Rostiani, 2008).

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara academic self-efficacy dan intensi wirausaha dengan menggunakan SPSS version 12.0 for windows dengan pengujian korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil rxy = 0,324 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan

hubungan positif dan signifikan antara academic self-efficacy dengan intensi wirausaha, maka semakin tinggi tingkat academic self-efficacy maka semakin tinggi tingkat intensi wirausaha.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori self-efficacy Bandura di mana teori tersebut menjadi dasar dari academic self-efficacy. Bandura mengatakan bahwa self-efficacy berlaku secara umum untuk setiap tindakan dan perilaku manusia di semua bidang (dalam Golightly, 2007). Miner menyatakan (Luthans dalam Riyanti, 2007) bahwa individu yang memiliki high self-efficacy memiliki harapan-harapan yang kuat mengenai kemampuan diri untuk menunjukkan prestasi secara sukses dalam situasi yang sama sekali baru. Hal baru menurut Miner (Luthans dalam Riyanti, 2007) tersebut peneliti hubungkan dengan wirausaha, dimana mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW selama menempuh pendidikan di bangku kuliah tentunya memiliki academic self-efficacy yaitu dalam pendidikan psikologi dan mendapati bidang baru yaitu wirausaha.

(50)

semakin tinggi academic self-efficacy maka semakin tinggi intensi wirausaha.

Menurut hasil deskriptif academic self-efficacy, nilai rata-rata yang diperoleh dari penelitian ini adalah 76,9298 dengan presentase sebesar 66,66%. Hal ini berarti tingkat rata-rata academic self-efficacy dari 114 mahasiswa Fakultas Psikologi berada dalam katagori tinggi. Dalam hal ini berarti rata-rata mahasiswa Fakultas Psikologi dalam penelitian ini merasa percaya diri memiliki kemampuan dalam penyelesaian tugas untuk mengatur, melaksanakan, dan mengontrol sikap mereka dalam pemecahan masalah akademik (academic problem solving) menunjukan

academic self-efficacy yang kurang (McGrew, 2008).

Dalam penelitian ini mendapati 66,66% mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki tingkat academic self-efficacy yang tinggi.

Academic self-efficacy menunjuk pada seseorang yang memiliki keyakinan bahwa mereka dapat berhasil dalam mencapai prestasi pada bidang akademik atau mencapai specific academic goal

(Bandura; Eccles & Wigfield; Elias & Loomis; Gresham; Linnenbrink & Pintrich; Schunk & Pajares dalam McGrew, 2008).

(51)

Berdasar tabel deskriptif intensi wirausaha diperoleh nilai rata-rata intensi wirausaha sebesar 62,1404 dengan presentase 63,15% dalam katagori tinggi dan 12,28% dalam katagori sangat tinggi. Adanya intensi wirausaha ini sangat memungkinkan untuk melihat kenyataan perilaku wirausaha di masa yang akan datang. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (dalam Indarti & Rostiani, 2008), intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong dalam Indarti & Rostiani, 2008). Karena itulah wirausaha perlu mendapat perhatian khusus dan dapat diwujudkan salah satunya dengan memberikan kosentrasi khusus pada mata kuliah psikologi wirausaha.

Wirausaha perlu diberikan konsentrasi khusus karena wirausaha ternyata memiliki banyak keuntungan baik terhadap pelaku wirausaha, orang lain dan negara itu sendiri. Menurut Hendro & Chandra (2006), wirausaha dapat meningkatkan taraf hidup seseorang di masa yang akan datang. Kewirausahaan perlu diupayakan dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, serta meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Jika setiap komponen memiliki kemampuan kewirausahaan yang baik maka dapat menghasilkan efek domino bagi transformasi ekonomi sosial (Ciputra dan Ciputra Enterpreneurship Centre dalam Kurniawan, 2009).

(52)
(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara academic self-efficacy dengan intensi wirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar r = 0,324 (p < 0.05). Hal ini berarti semakin tinggi

academic self-efficacy maka semakin tinggi intensi wirausaha.

2. Academic self-efficacy menghasilkan nilai rata-rata (mean) sebesar 76,9298 yang termasuk dalam katagori tinggi.

3. Intensi wirausaha menghasilkan nilai rata-rata (mean) sebesar 62,1404 yang termasuk dalam katagori tinggi.

4. Sumbangan efektif academic self-efficacy terhadap intensi wirausaha sebesar 10,5%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti mengajukan saran bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Mahasiswa sangat diharapkan memiliki dan mengembangkan academic self-efficacy (ASE) mereka agar dapar mencapai specific academic goal atau dengan kata lain mencapai prestasi dalam bidang akademik.

(54)

menadjikanya hanya sebatas intensi saja, namun mau untuk berwirausaha minimal bisa dimulai dengan belajar terlebih dahulu untuk berwirausaha dengan cara mencari tahu informasi jenis usaha yang menjajikan dengan cara bertanya pada orang yang berpengalaman, menonton acara-acara yang mengulas jenis usaha dan mencari informasi usaha lewat internet, teman dan televisi.

2. Bagi Fakultas Psikologi UKSW

Dari hasil penelitian ini jumlah mahasiswa yang memiliki tingkat academic self-efficacy yang tinggi sebanyak 66,66%, hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dukungan positif serta

feedback bagi mahasiswa yang memiliki academic self-efficacy

yang tinggi untuk meningkatkan keyakinan mereka dalam bidang akademik. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk kedua belah pihak, yaitu agar mahasiswa Fakultas Psikologi dapat mencapai prestasi akademik yang baik dan Fakultas Psikologi UKSW dapat membantu meningkatkan akreditasi.

(55)

3. Bagi peneliti selanjutnya

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Edisi kelima. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifudin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Golightly. (2007). DEFINING THE COMPONENTS OF ACADEMIC SELF-EFFICACY IN NAVAJO AMERICAN INDIAN HIGH SCHOOL STUDENTS. Department of Counseling Psychology and Special

Education Brigham Young University

(http://contentdm.lib.byu.edu/ETD/image/etd1592.pdf).

Hamdani. (2010). Entrepreneurship Kiat Melihat & Memberdayakan Potensi Bisnis. Star Books. Yogyakarta.

Hendro, Chandra. (2006). Be a Smart and Good Enterpreneur. Argo Media Pustaka. Jakarta Barat.

Massachusetss : Allyn & Bacon.

Kasmir. (2006). Kewirausahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuriawan Ellya. (2009). Perbedaan Karakter Wirausaha Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Proceeding Temu Ilmiah Nasional: Presentasi Makalah / Poster Towards The Health Of Mind, Body, and Soul and Workshop Souldrama. Fakultas Psikologi UKSW. Salatiga.

(57)

Riyanti, (2007). Metode Experiential Learning Berbasis Pada Peningkatan Rasa Diri Mampu, Kreatif & Berani Beresiko dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan untuk SMK. Jurnal Fakultas Psikologi Unika

Atmajaya Jakarta. Jakarta

(http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/47_Benedicta %20Prihatin%20Dwi%20Riyanti_Metode%20experiential

%20Learning%20Pelajaran%20Kewirausahaan.pdf)

Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wijaya. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta).

JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.10, NO. 2,

SEPTEMBER 2008: 93-104.

(http://directory.umm.ac.id/Wirausaha/MAN07090204.pdf)

Wijaya. (2008). Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.10, NO. 2, SEPTEMBER 2008: 93-104. (http://www.google.co.id/search?

q=4.%09Kajian+Model+Empiris+Perilaku+Berwirausaha+UKM+DI

Y+dan+Jawa+Tengah&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a). http://www.bps.go.id/?news=733

(58)
(59)

LAMPIRAN A

(60)
(61)

LAMPIRAN C

(62)

Reliability

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

item2 73.6842 60.236 .328 . .868

item3 74.5175 59.349 .329 . .869

item4 73.9211 60.480 .322 . .868

item5 73.7719 60.142 .363 . .867

item6 73.7018 59.379 .408 . .866

item7 74.1053 58.502 .433 . .865

item8 73.7368 59.435 .314 . .869

item9 73.5877 60.174 .369 . .867

item10 73.8947 58.148 .550 . .862

item11 73.7895 60.044 .336 . .868

item12 73.8684 56.770 .494 . .864

item13 74.5789 58.918 .377 . .867

item14 73.8333 59.945 .336 . .868

item15 73.4298 60.654 .283 . .869

item16 74.1140 56.615 .634 . .859

item17 74.0877 59.178 .401 . .866

item18 73.9123 58.116 .474 . .864

item19 73.9035 59.221 .398 . .866

item20 74.3421 59.254 .413 . .866

(63)

item22 73.8509 60.924 .359 . .867

item23 74.4298 58.265 .447 . .865

item24 73.9123 59.231 .545 . .863

item25 73.6930 59.418 .426 . .866

item26 74.1579 57.019 .528 . .862

(64)

LAMPIRAN D

(65)

Reliability 1 Angket Intensi Wirausaha

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

item1 67.0000 55.540 -.066 . .847

item2 66.4561 49.277 .526 . .822

item3 66.2807 49.425 .525 . .822

item4 66.4123 52.581 .278 . .832

item5 66.1491 51.562 .350 . .829

item6 66.3509 50.672 .440 . .826

item7 66.5877 51.713 .297 . .832

item8 67.0789 51.985 .265 . .833

item9 66.1140 48.863 .595 . .819

item10 66.3333 51.286 .415 . .827

item11 66.5175 52.075 .337 . .830

item12 66.9298 54.597 .020 . .843

item13 66.3596 49.117 .566 . .820

item14 66.3070 50.816 .466 . .825

item15 66.6053 49.480 .548 . .821

item16 66.3246 51.212 .522 . .824

item17 66.4123 50.138 .542 . .822

item18 66.9825 55.504 -.062 . .847

(66)

item22 66.4298 49.504 .651 . .819

item23 66.6667 49.959 .489 . .824

(67)

Reliability 2 Angket Intensi Wirausaha

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(68)

LAMPIRAN E

UJI ASUMSI PENELITIAN Uji Normalitas Tes

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASE 114 76.9298 7.96754 59.00 104.00

wirausaha 114 62.1404 7.47252 41.00 80.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ASE wirausaha

N 114 114

Normal Parameters(a,b) MeanStd. Deviation 76.9298 62.1404 7.96754 7.47252

Asymp. Sig. (2-tailed) .141 .114

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

wirausaha * ASE Between Groups (Combined) 2807.048 31 90.550 2.120 .004

Linearity 660.752 1 660.752 15.469 .000 Deviation from

Linearity 2146.296 30 71.543 1.675 .035

Within Groups 3502.706 82 42.716

(69)

LAMPIRAN F DESKRIPSI STATISTIK

VARIABEL ACADEMIC SELF-EFFICACY & INTENSI WIRAUSAHA

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASE 114 76.9298 7.96754 59.00 104.00

(70)

LAMPIRAN G

UJI KORELASI ANTARA VARIABEL

ACADEMIC SELF-EFFICACY & INTENSI WIRAUSAHA

Correlations

wirusaha ASE

wirusaha Pearson

Correlation 1 .324(**)

Sig. (1-tailed) . .000

N 114 114

ASE Pearson

Correlation .324(**) 1

Sig. (1-tailed) .000 .

N 114 114

(71)

Uji Korelasi Antara GPA & The People I Know, CRPSS-VE, My Feelings About School

Correlations

Correlations

ASE GPA

The People I Know, CRPSS-VE, My Feelings About School

Pearson

Correlation 1 .240(**)

Sig. (1-tailed) . .005

N

114 114

GPA Pearson

Correlation .240(**) 1

Sig. (1-tailed) .005 .

N 114 114

(72)

Gambar

Tabel Alir Tabel 3.1Academic Self-Efficacy
Tabel Jumlah Populasi dan Sampel
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian dilakukan secara sungguh- sungguh dan terus-menerus fokus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal di

Berdasarkan Hasil evaluasi adminsitrasi, teknis dan harga pelelangan sederhana pekerjaan Jasa Konstruksi Penggantian Chiller AC Sentral Gedung F Kantor Pusat Kementerian

Dari hasil penelitian dan pengolahan data juga dapat disimpulkan bahwa faktor individual memiliki hubungan dengan inovasi produk pada indikator jenjang

Untuk menentukan layak atau tidaknya masalah sosial dalam kumpulan cerpen Juragan Haji karya Helvy Tiana Rosa sebagai bahan ajar sastra di SMA harus sesuai dengan kognisi

Ilmu Pendidikan Islam, suatu Tinjauan Teoritis dan praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta : Bumi Aksara, 2000.. Arifin, Muzayyin Filsafat Pendidikan

2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. 3) Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat

Timur, Sumatera Selatan Nilo Suseno, S.Si., M.Si.. Ogan

Apabila dikaitkan antara proyeksi pendapatan daerah dengan proyeksi belanja daerah Kabupaten Barru, maka jumlah pendapatan yang ada tidak mencukupi untuk mendanai