UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
YAYUK LISNAWATI
D54211109
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh
Yayuk Lisnawati
D54211109
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
vi
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA
POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL )
DI
KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU
SIDOARJO
Oleh:
YAYUK LISNAWATI
ABSTRAK
Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi bangun datar di kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo memicu peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas agar bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep tersebut dengan menggunakan pendekan Contextual Teaching Learning (CTL). Karena CTL merupakan pembelajaran kontekstual yang melibatkan para siswa dalam ativitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan CTL di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Siklus akan dihentikan jika target kinerja yang ditentukan telah tercapai. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan CTL pada pembelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo. Data dari hasil tes pemahaman pada siklus 1 menunjukkan pemahaman konsep siswa berada pada tingkat 1 dan 2. Data dari hasil tes pemahaman pada siklus 2 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan karena ada 83,33 % siswa yang mengalami peningkatan dan mayoritas berada pada tingkat 3. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan II tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.
ix DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN MOTTO... ii
LEMAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tindakan Yang dipilih ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Upaya Peningkatan Pembelajaran ... 13
B. Pemahaman ... 14
C. Definisi Konsep ... 18
D. Bangun Datar ... 22
x
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 39
A. Metode Penelitian ... 39
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 41 C. Variabel yang Diselidiki ... 45
D. Rencana Tindakan ... 45
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 48
F. Analisis Data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan ... 83
C. Kendala Yang Dihadapi Peneliti ... 88
BAB V PENUTUP ... 91
A. Simpulan ... 91
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 91
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 94
xi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tahap – tahap Perkembangan Kognitif Piaget... 43
3.2 Klasifikasi Penilaian... 50
4.1 Tabel Nilai Tes Pemahaman Siklus 1... 58
4.2 Tabel Nilai Akhir Tes Pemahaman Siklus 2... 71
4.3 Tabel Perbandingan Nilai Tes Pemahaman Siklus 1 Dan Siklus Siklus 2... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Alur PTK ... 40
5.1 Gambar Siklus 1
Siswa Belum Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ... 86
5.2 Gambar Siklus 2
Siswa Sudah Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ... 86
5.3 Gambar Siklus 1
Siswa Belum Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ... 87
5.4 Gambar Siklus 2
Siswa Sudah Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ... 87
5.5 Gambar Siklus 1
Kegiatan Pembelajaran Belum Berjalan Dengan Tertib ... 87
5.6 Gambar Siklus 2
Kegiatan Pembelajaran Sudah Berjalan Dengan Tertib ... 87
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh
ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri
siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis,
dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu
permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam
kehidupan sehari-hari.1
Dengan kata lain, matematika merupakan suatu ilmu dasar yang
memegang peranan penting dalam upaya penguasaan IPTEK. 2 Berdasarkan
pentingnya peranan matematika dalam sains dan teknologi, maka upaya
meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika selalu
menjadi perhatian para pakar pendidikan. 3 Salah satu upaya yang dapat
ditempuh para pakar pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika adalah dengan memperbaiki kondisi pembelajaran matematika.
1
http://wawan-junaidi. blogspot. com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses 17 april 2012)
2
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. Ke-2, h.106.
3
Hal ini dipandang sangat penting karena pembelajaran merupakan suatu
kegiatan utama di dalam pendidikan. 4
Dari pernyataan di atas, maka dalam pembelajaran seorang guru
diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa
untuk aktif belajar dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap matematika dan membuat siswa aktif
selama pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran dan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Pembelajaran yang tepat akan memperlancar proses pembelajaran dan
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. 5
Namun kenyataan di lapangan seringkali hasil pemahaman konsep
siswa tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak
menghadapi kendala, diantaranya pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal. Banyak
siswa yang mengeluh terhadap materi tersebut, sebagian siswa belum
menguasai dan faham, sebagian siswa menganggap materi sulit, bahkan ada
sekelompok siswa yang pasif, enggan mengeluarkan pendapat tapi bermain
4
Eka Nurul Khomariyah, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Pada Sub Pokok Bahasan Aljabar Kelas VIIIA MTs Islamiyah Tulungagung Bojonegoro”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), h.1.t.d
7
dengan teman sebaya, sebagian menganggap materi tersebut bukan
pembelajaran yang menyenangkan dan sebagian siswa merasa kesulitan dalam
penerapannya.
Begitu pula yang terjadi di MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo,
dari 30 siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo ketika
diberikan soal pada pokok bahasan bangun datar ada 12 siswa yang
mendapatkan nilai 70, sedangkan lainnya di bawah itu.6 Rendahnya hasil
belajar siswa tersebut disebabkan antara lain kurangnya pemahaman konsep
siswa terhadap bangun datar.
Berdasarkan kondisi dilapangan tersebut, peneliti ingin merubah
paradigma siswa dengan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui
pendekatan Contextual Teaching And Leraning (CTL). Karena CTL
merupakan pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas
penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Sehingga siswa dapat lebih
aktif dalam proses pembelajaran dan paradigma siswa berubah, sehingga
matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
6
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami , bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari
pada hasil.
Dengan menggunakan pendekatan CTL, di MI Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo khususnya kelas III di harapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar menjadi lebih
optimal, siswa yang mendapat nilai dibawah 70 akan berkurang setelah adanya
perubahan paradigma pembelajaran, karena siswa menjadi termotivasi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga pemahaman konsep siswa
semakin meningkat dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah diatas, maka yang menjadi fokus masalah
dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan bangun
datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoatu Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan
C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan hasil diskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran
matematika Kelas III MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo, sebagaimana
telah dijelaskan pada latar belakang, diketahui terdapat masalah dalam
pembelajaran matematika. Masalah tersebut adalah tingkat pemahaman konsep
siswa pada pokok bahasan bangun datar masih rendah. Selama ini pembelajaran
belum terfokus pada pemahaman siswa, hanya berupa latihan latihan yang belum
mengena pada pemahaman konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih rendah dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu dalam penelitian
tindakan kelas ini dipilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar.
D. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian PTK kami
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan
bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu
E. Manfaat Hasil Penelitian.
1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning (CTL)
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
Dapat mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai, serta
menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan metode pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) sehingga akan meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pkok bahasan bangun datar.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guru mata
pelajaran matematika akan pentingnya menciptakan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa inovasi dan kreasi pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sebagai masukan jika mengalami hambatan dalam penyelenggaraan
pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah
F. Ruang Lingkup
1. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang
mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.”
Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental
yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny”.7
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah
sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar 8 , sehingga
dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami,
cara mempelajari sesuatu dengan baik supaya paham dan mempunyai
pengetahuan.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari
unsur psikologi yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi maka
subyek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill
dengan semua unsur tersebut. Pemahaman dapat juga diartikan menguasai
sesuatu dengan pikiran, karena itu belajar berarti harus mengerti secara
mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta
aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
7
Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Tesis (UNESA:2013) h. 10
8
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
Berkaitan dengan pentingnya komponen dalam matematika,
pendekatan NCTM melihat dari kemampuan siswa dalam:
a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
b. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan non contoh.
c. Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya.
e. Mengenal berbagai makna dari interpretasi konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang
membentuk suatu konsep.
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.9
2. Konsep
Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.10
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan
bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu
mengklasifikasikan objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan
9
Subagiyana, Peningkatan kemampuan pemahaman dan Kominikasi Matematis Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis UPI:Bandung, 2011
10
apakah objek-objek atau benda-benda adalah contoh atau bukan contoh
dari ide abstrak.11
Menurut Bahri pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki
konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi,
sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu
kata (lambang bahasa).12
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai
untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan
suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai
dengan maksud kita memakainya.13
Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau
kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan
contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.
11
Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK,1998), h.93
12 Ibid
3. Contextual Teaching Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar
yang didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan
mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna
dari dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 14
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
14
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru dan ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada
hasil. 15
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang,
gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak
membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses
kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu
kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi
pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun
pengalaman dalam lingkungan.
4. Bangun Datar
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang
mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai
tinggi dan tebal. Macam-macam dari bangun datar yaitu:
a. Persegi panjang
b. Persegi
c. Segitiga
15
d. Belah ketupat
e. Trapesium
f. Jajar genjang, dll
Dalam penelitian ini hanya membahas bangun datar bangun persegi
dan persegi panjang dengan ruang lingkup pembahasannya adalah pada
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Upaya Peningkatan Pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar di pengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam
kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam
kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata
sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki
manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan pembelajaran menjadi bermakna dibutuhkan
strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan : 1
1. Menekankan pemecahan masalah
2. Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan.
3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri sehingga menjadi siswa mandiri.
1
4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda.
B. Pemahaman
1. Definisi Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang
mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.
” Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental
yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny.”2
Michener menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu
aspek dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan
arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu obyek
secara mendalam seseorang mengetahui: (1) obyek itu sendiri, (2) relasinya
dengan obyek lain yang sejenis, (3) relasinya dengan obyek lain yang tidak
sejenis, (4) relasi-dual dengan obyek lain yang sejenis, (5) relasi dengan
obyek dalam teori lainnya.3
2
Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Tesis(UNESA:2013)h.. 10
3
2. Tingkatan-Tingkatan Dalam Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang
dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses
pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam memahami apa yang telah dia pelajari. Ada yang mampu
memahami materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak
dapat mengambil makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang
dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itulah terdapat
timgkatan-tingkatan dalam memahami.
Menurut Daryanto kemampuan pemahaman berdasarkan tingkatan
kepekaan dan derajad penyerapan materi dapat dijabarkan kedalam 3
tingkatan, yaitu:4
a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti
dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi
abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Dengan kata lain, pemahaman translasi digunakan dalam
menyampaikan informasi menggunakan bahasa sendiri dan menyangkut
pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Dan kemampuan
4
siswa dikatakan berada pada tingkat menerjemahkan ketika memenuhi
komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan iterpretasi konsep.5
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menterjemahkan, ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan
yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi
yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak
pokok dalam pembahasan. Dan kemampuan siswa dikatakan berada pada
tingkat menafsirkan ketika memenuhi komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
5
c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep.
f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.6
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi
karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis.
Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Dan kemampuan siswa
dikatakan berada pada tingkat mengekstrapolasi ketika memenuhi
komponen berikut:
a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.
b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep.
c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lain.
d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
6
e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep.
f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
g) Mampu mengestiminasi.
h) Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.7
C. Definisi konsep
Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.8 Pendapat
ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan bahwa konsep
dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu mengklasifikasikan
objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan apakah objek-objek atau
benda-benda adalah contoh atau bukan contoh dari ide abstrak.9
Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau
kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh
atau bukan contoh dari pengertian tersebut.
7
Subagiyana, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis UPI:Bandung, 2011
8
Mega Teguh Budiarto, Op. Cit, H. 12
9
Penekanan utama pembelajaran matematika yang baik adalah
bagaimana agar siswa memahami konsep-konsep matematika dengan baik
karena siswa yang memahami konsep akan mampu mengeneralisasikan
pengetahuanya. Untuk memahami sebuah konsep, seorang siswa harus
mengetahui nama konsep, atribut konsep dan suatu definisi yang membatasi
konsep tersebut. Menurut Dahar, untuk memahami konsep perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini: 10
a. Nama Konsep
Untuk mempermudah dalam mengkomunikasikannya, konsep perlu
diberi nama. Nama itu simbol arbitrar (sembarang) yang digunakan dalam
menyatakan konsep. Dengan menyetujui nama konsep, maka orang dapat
berkomunikasi tentang konsep tersebut.
b. Atribut Konsep
Atribut konsep adalah ciri-ciri konsep yang diperlukan untuk
membedakan contoh dan non contoh konsep.
c. Definisi
Menurut Soedjadi definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu
konsep. 11 Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau
10
Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK, 1998), h. 124
11
gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi
semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.
d. Contoh dan non contoh
Dengan membuat daftar atribut-atribut suatu konsep,
pengembangan konsep dapat diperlancar. Untuk mempermudah siswa
dalam memahami konsep, hendaklah contoh konsep dipasangkan dengan
noncontoh konsep. Dengan memperhatikan contoh dan noncontoh konsep,
siswa dapat memahami arti konsep melalui pengalamanya. Bagi guru, hal
terpenting adalah bagaimana dapat menyediakan contoh dan noncontoh
konsep yang relevan, cukup dan bervariasi contoh :
“Segitiga” merupakan contoh sebuah konsep, sedangkan “segitiga adalah
bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi yang membentuk tiga titik sudut”
merupakan contoh dari definisi dan atributnya adalah memiliki tiga sisi
dan tiga titik sudut. Dengan mengetahui atribut-atribut konsep siswa akan
dapat membedakan bangun datar yang termasuk dalam segitiga atau
bukan.
Proses pencapaian pemahaman siswa dalam memahami sebuah
konsep matematika terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkat-tingkat
klasifikatori dan tingkat formal.12 Berikut uraian keempat tingkat
pencapaian konsep tersebut:
a) Tingkat konkrit
Seorang anak dikatakan mencapai konsep pada tingkat konkrit
apabila dia mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk
mencapai konsep tingkat konkrit siswa harus dapat memperhatikan benda
itu dan dapat membedakannya dari stimulus-stimulus lain yang ada
disekitarnya. Selanjutnya dia harus menyajikan benda itu sebagai
gambaran mental dan menyimpan gambaran mental itu. Jadi kegiatan yang
harus dilakukan anak untuk mencapai konsep tingkat konkrit adalah
memperhatikan, mendeskriminasi dan mengingat.
b) Tingkat identitas
Seorang siswa yang berada pada tingkat identitas akan mengenal
suatu objek sesudah selang waktu tertentu atau ruang yang berbeda atau
dengan indera yang berbeda. Pada tingkatan ini juga siswa sudah dapat
melakukan generalisasi atau mengenal dua atau lebih bentuk identik dari
objek yang sama adalah merupakan anggota dari kelas yang sama.
c) Tingkat klasifikatori
Pada tingkat klasifikatori siswa mengenal kesamaan (ekivalensi)
dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Meskipun siswa itu
12
tidak dapat menentukan atribut kata yang dapat mewakili konsep itu, tetapi
dia dapat mengklasifikasikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh
dari konsep, sekalipun contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh tersebut
mempunyai banyak atribut yang mirip. Pada tingkatan ini siswa
melakukan kegiatan mental tambahan yaitu melakukan generelisasi bahwa
dua atau lebih contoh sampai batas-batas tertentu itu ekivalen. Dalam hal
ini siswa mengebstraksikan kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh
objek-objek itu.
d) Tingkat formal
Untuk mencapai konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat
menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Dengan demikian
dapat disimpulkan, bahwa seorang siswa telah mencapai suatu konsep
pada tingkat formal jika siswa itu dapat memberi nama konsep itu,
mendefinisikan konsep itu dalam atribu-atribut kriterianya,
mendeskriminasikan dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi,
dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh-contoh dan
noncontoh-noncontoh konsep.
D.Bangun Datar
Bangun datar adalah sebuah bangun yang berupa bidang datar
yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. 13 Jumlah dan model yang membatasi
13
bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Bangun
datar adalah bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang
dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal.14
Bangun datar adalah bangun dua demensi yang hanya memiliki
panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
Bangun-bangun geometri baik dalam kelompok Bangun-bangun datar maupun Bangun-bangun ruang
merupakan sebuah konsep abstrak. Artinya bangun-bangun tersebut bukan
merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang.
Demikian pula dengan konsep bangun geometri, bangun-bangun tersebut
merupakan suatu sifat, sedangkan yang konkret, yang biasa dilihat maupun
dipegang, adalah benda-benda yang memiliki sifat bangun geometri.
Misalnya persegi panjang, konsep persegi panjang merupakan sebuah konsep
abstrak yang diidentifikasikan melalui sebuah karakteristik.
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang
mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai
tinggi dan tebal. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak.
Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua
jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi
lengkung antara lain lingkaran, ellips. Bangun datar yang bersisi lurus antara
14
lain segitiga, persegi, persegi panjang, layang-layang, jajaran genjang dan
lain-lain.
Untuk memperkenalkan gambar bangun datar dapat kita perkenalkan
beberapa potongan kertas berbentuk bangun datar atau juga dengan
menggunakan benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk bangun
datar.15
Macam-macam bangun datar:
1. Persegi adalah segi empat dengan sisi-sisi sama panjang dan empat sudut
siku-siku.
Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut:
a. Luas persegi adalah hasil kuadrat dari panjang sisinya dengan rumus :
L = S x S atau S ²
b. Keliling = S + S + S +S atau 4 x S
c. Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900
d. Sisi yang berhadapan sama panjang.
e. Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang
2. Persegi panjang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki 4 buah sisi segi
15
empat dengan 2 panjang sisi yang sama panjang dan saling sejajar serta 4
sudut siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut:
a) Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900.
b) Sisi yang berhadapan sama panjang.
c) Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang.
d) Mempunyai dua simetri lipat dan simetri dua simetri putar.
e) Rumus Luas = panjang x lebar.
f) Rumus Kelilingnya = ( 2 x panjang ) + ( 2 x lebar ).
3. Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis dengan
mempunyai tiga titik sudut. Luas segi tiga adalah hasil perkalian panjang
sisi alas dengan tinggi segi tiga yang kemudian dikalikan lagi ½, dengan
rumus :
- Luas = ½ x alas x tinggi.
- Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3
Menurut panjang sisinya :
a. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan
b. Mempunyai 2 simeteri putar.
c. Mempunyai 4 titik sudut.
d. Sudut yang berhadapan besarnya sama.
e. Sisinya tidak tegak lurus.
f. Mempunyai 2 diagonal yang berbeda panjangnya
6. Trapesium adalah bangun datar yang memiliki 4 buah sisi segi empat
dengan sepasang sisi sejajar dan sepasang sisi lain yang tidak sejajar.
Rumusnya :
- Luas = ½ ( a + b ) x tinggi
- Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3 + sisi 4
Jenis-jenis trapesium:
a. Trapesium Sembarang
- mempunyai sisi-sisi yang berbeda.
b. Trapesium Siku-Siku
- mempunyai sudut siku-siku.
c. Trapesium Sama Kaki
7. Jajar Genjang adalah bangun datar yang memiliki 4 sisi segi empat
dimana masing-masing sisi yang berlawanan sama panjang dan sejajar
dan sudut-sudut yang berlawanan sama besar.
Rumus :
- Luas = alas x tinggi
- Keliling = ( 2 x sisi miring ) + ( 2 x sisi panjang )
Sifat-Sifat:
a. Tidak mempunyai simetri lipat dan simetri putar.
b. Sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
c. Dua sisi lainnya tidak saling tegak lurus.
d. Mempunyai 4 sudut, 2 sudut berpasangan dan berhadapan.
e. Sudut yang saling berdekatan besarnya 180 .
f. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang.
8. Layang-layang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki4 buah sisi
segiempat , 2 sisi yang pendek memiliki panjang yang sama , begitu juga
2 sisi yang panjang.16
Rumusnya :
16
b. Lingkaran mempunyai 1 titik pusat.
c. Mempunyai simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tidak
terhingga.
d. Istilah-istilah dalam lingkaran:
- Diameter lingkaran (d) yaitu ruas garis yang menghubungkan
dua titik pada busur lingkaran melalui titik pusat lingkaran.
- Jari-jari lingkaran (r) yaitu ruas garis yang menghubungkan
titik pada busur lingkaran dengan titik pusat lingkaran.
- Tali busur yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada
busur lingkaran dan tidak melewati titik pusat lingkaran.
- Busur yaitu bagian lingkaran yang dibagi oleh tali busur.
- Juring yaitu daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh 2 jari-jari
maupun busur lingkaran.
- Susut pusat yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah jari-jari.
E. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan mampu
tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 17
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru dan ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. 18
17
Jhonson Elene, B.PHD Cotextual Teaching Learning,Bandung MLC, 2009, h.65-66
18
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapinya. Mereka
sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dengan
begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi
dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan
guru sebagai pengarah dan pembimbing..
Sementara itu menurut Nurhadi kunci dalam pembelajaran
kontekstual adalah : (1) real word learning, (2) mengutamakan pengalaman
nyata, (3) berpikir tingkat tinggi, (4) berpusat pada siswa, (5) siswa aktif,
kritis dan kreatif, (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (7) pendidikan
atau education bukan pengajaran atau instruction, (8) memecahkan masalah,
(9) siswa acting, guru mengarahkan, bukan guru acting, siswa menonton, (10)
hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira,
belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai
sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih
bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
1. Komponen Utama atau Aspek-aspek Pembelajaran Kontekstual
Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), permodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment). Kelas dapat dikatakan menggunakan
pendekatan kontekstual jika komponen-komponen tersebut dalam
pembelajarannya.19
1. Konstruktivisme
Adalah suatu aliran filsafat pengetahuan yang menjelaskan bahwa
pengetahuan merupakan hasil kontruksi seseorang. Pengetahuan itu
merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi
merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman,
maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di
sana dan orang tinggal menggambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan
terus-menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi
karena munculnya pemahaman yang baru.
19
Dalam komponen konstruktivisme sebagai filosofi dapat
dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Dengan demikian siswa
belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas, siswa mengkonstruksi
sendiri pemahamannya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui
pengalaman belajar yang bermakna.
Landasan berpikir kontruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan kontruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri,
c. Menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.
Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia melalui dua
cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur
pengetahuan baru dibuat atau baru dibangun atas dasar struktur
pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan
yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan
hadirnya pengalaman baru.
2. Komponen menemukan ( Inquiry )
Strategi belajar dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya,
menganalisis dan merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok.
Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/
fenomena. Dalam hal ini mengembangkan dan menggunakan keterampilan
berpikir kritis.
3 Komponen bertanya (Questioning)
Sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya sebagai alat
belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa untuk
mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
siswa untuk berpikir kritis. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk:
a. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis.
b. Untuk mengecek pemahaman siswa.
c. Untuk membangkitkan respon kepada siswa.
d. Untuk mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
e. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru.
f. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan bagi siswa.
g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan bagi siswa.
4 Komponen masyarakat belajar (Learning Community)
Sebagai penciptaan lingkungan belajar yaitu menciptakan
masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam hal ini
berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama
dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan belajar sendiri.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk
bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau
memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang
perlu dipelajari.
Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya
dengan pengetahuan dan pengalaman.Metode pembelajaran dengan teknik
“Learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas.
Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam:
a. Pembentukan kelompok kecil.
b. Pembentukan kelompok besar.
c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat,
petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu).
d. Bekerja dengan kelas sederajat.
e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
f. Bekerja dengan masyarakat.
5 Komponen pemodelan, (Modeling)
Sebagai acuan pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model
sebagai contoh pembelajaran (benda-benda, guru, siswa lain, karya
inovasi). Membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana menginginkan siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang
matematika di kelas adalah guru matematika membawa alat peraga sebagai
media pembelajaran.
6 Komponen refleksi
Sebagai langkah ahkir dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhiri
pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu.
Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang apa yang telah
dipelajari. Menelaah dan merasakan ide kejadian, aktivitas dan
pengalaman. Mencatat apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide
baru.
7 Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)
Suatu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perli dilakukan guru
untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Dan apabila hasil dari assassment ini
diketahui siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi, maka
guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research)
karena penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
pemahaman konsep siswa menjadi meningkat.1
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran
matematika dengan harapan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
tugas dan memperdalam pemahaman tindakan-tindakan yang dilakukan serta
memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan.2
Penelitian akan dihentikan apabila hasil belajar klasikal telah mencapai
75% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak langsung pada jumlah
siklus yang harus dilalui.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan
kelas, maka penelitian ini menggunakan penelitian dari Kemmis dan Taggart yaitu
1
Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Bogor, Ghalia Indonesia, 2008) h. 5
2
penelitian berbentuk spiral dari satu siklus ke siklus berikutnya, setiap siklus
meliputi rencana pengamatan dan refleksi. 3
Sebelum masuk pada siklus spiral 1 dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas adalah meliputi planning (perencanaan), action (tindakan),
observation (pengamatan) dan reflection (refleksi) yang bisa dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 3.1 Alur PTK
3
Muchim M Saekhon, Pembelajaran Kontekstual, ... h.76
Refleksi
Tindakan/ Observasi Refleksi
Tindakan/ Observasi
Penjelasan dari alur diatas adalah:
a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan
termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
b. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkan metode pembelajaran
penemuan konsep.
c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimnbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang akan dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi dilaksanakan pada siklus berikutnya.
d. Observasi dibagi 2 putaran yaitu putaran 1 dan 2 dimana
masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan sama) dan
membahas satu pokok bahasan yang diakhiri dengan test formatif
diakhir masing-masing putaran. Dibuat dalam 2 putaran dimaksudkan
untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
B.Setting Penelitian dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu
a. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI.Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo untuk mata pelajaran matematika kelas III.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan Semester Genap
yaitu bulan April sampai bulan Mei 2015. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik madrasah, karena PTK memerlukan
beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang
efektif di kelas.
c. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan pada 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Melalui 2 siklus tersebut dapat diamati peningkatan pemahaman konsep
siswa pada pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan CTL.
2. Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas III tahun ajaran
2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri dari 18 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Dalam meneliti karakteristik subyek penelitian ini, peneliti
Karena Teori Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang
membagi perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahap:
sensorimotor, pra operasional, operasi konkrit, dan operasi formal.
Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dapat diperhatikan dalam tabel 2.4
berikut: 4
Tabel 3.1
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Perkiraan Usia
Kemampuan-kemampuan utama
Sensorimotor Lahir sampai
2 tahun
Terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan
Proposional 2 sampai 7
tahun
Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia.
Pemikiran masih egosentris dan sentrasi
Operasi Konkrit
7 sampai 11 tahun
Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh
keegosentrisan.
Operasi 11 tahun Pemikiran abstrak dan murni simbolis
4
Formal Mungkin dilakukan memecahkan
masalah-masalah melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
Perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini adalah
berbeda. Akan tetapi tidak ada individu yang melompati salah satu dari
tahap tersebut. Perkembangan sebagian bergantung pada sejauh mana anak
aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini
mengindikasikan bahwa lingkungan anak belajar sangat menentukan proses
perkembangan kognitif anak.
Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu,
juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada
akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
Dipilihnya kelas III ini dengan alasan sebagai berikut:
a) Masih dalam tahap perkembangan golden ages atau masa perkembangan
yang utama.
b) Karena ditemukan rendahnya pemahaman pada mata pelajaran
c) Adanya keinginan untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada
mata pelajaran Matematika.
Berdasarkan pengamatan pada kelas III MI Miftahul Ulum Popoh
Wonoayu Sidoarjo menemui kesulitan belajar dan kurang semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran matematika khususnya pada pokok
bahasan bangun datar.
C. Variabel Yang Diselidiki
Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Variabel Input : siswa kelas III MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu
Sidoarjo.
2. Variabel Proses : Pendekatan CTL.
3. Variabel Output : Peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan bangun datar.
D. Rencana Tindakan
Adapun rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra Peneliitian
Kegiatan pra penelitian berupa diskusi antara penulis dengan
teman sejawat di MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo tentang
sejawat melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika di kelas III. Peneliti melakukan refleksi tentang teknik
pembelajaran pokok bahasan bangun datar, dalam hal ini peneliti tidak
menggunakan media pembelajaran, sehingga dari 30 siswa hanya 12 anak
yang menyukai materi pokok bahasan bangun datar ini.
Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, cenderung diam dan tidak mampu mengungkapkan ide atau
gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, tidak berani
bertanya dan mengungkapkan pendapat, guru aktif menjelaskan materi
sedangkan siswa hanya sebagai pendengar, serta penguasaan keterampilan
proses dan pemahaman siswa rendah. Berdasarkan hasil observasi tersebut
kemudian peneliti bersama teman sejawat berdiskusi untuk mencari solusi
agar pembelajaran matematika berlangsung menarik, siswa bersermangat,
siswa mampu mengungkapkan ide/gagasan tentang topik yang dibahas
dalam pembelajaran.
2. Implementasi Tindakan
Berdasarkan temuan pada tahap pra tindakan. Akhirnya peneliti
bersama teman sejawat merumuskan tindakan dan menyusun rancangan
pembelajaran dengan menggunakan media benda konkrit.
a. Pembelajaran disajikan tetap mengacu pada kurikulum dan
diselaraskan dengan buku teks yang digunakan guru yakni materi
yang benar-benar diminati siswa yang menantang kreatifitas berfikir
siswa.
b. Media benda konkrit sebagai variasi media pembelajaran yang
menarik perhatian siswa.
c. Pada tahap awal guru mengulas kejadian sehari-hari yang sering
dialami siswa untuk mengingat siswa pada pengalaman mereka.
d. Peneliti memberikan panduan dalam kegiatan pembelajaran pada
pokok bahasan pengukuran.
Hasil diskusi tersebut, peneliti memberikan tindakan
pembelajaran terhadap subyek penelitian dengan tindakan pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman siswa.
3. Tindakan atau Siklus 1
Tindakan 1 atau siklus 1 setelah kegiatan pratindakan
dianalisis dan direfleksi:
a. Perencanaan Tindakan 1
Pembuatan skenario pembelajaran serta membuat format
pembelajaran, mempersiapkan alat-alat atau bahan yang dibutuhkan
b. Pelaksanaan Tindakan 1
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu:
1. Merancang teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2. Bekerjasama dengan guru dalam melaksanakan tindakan.
3. Peneliti berperan sebagai pendamping guru dalam kegiatan
mengajar untuk memberi pengarahan, motivasi dan stimulus
sesuai rencana.
c. Refleksi
Temuan-temuan pada saat melaksanakan tindakan kemudian
dilaksanakan refleksi atas apa yang telah dicapai. Apakah refleksi
tersebut ada kendala-kendala pada saat pelaksanaan atau sebaliknya.
Kemudian refleksi tersebut dijadikan acuan untuk menentukan
perencanaan tindakan di siklus-siklus berikutnya.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data Dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah lembar hasil
observasi guru, lembar hasil observasi siswa dan tes pemahaman.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum
2. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk penumpulan data dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Lembar observasi aktivitas guru
Lembar observasi ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas
guru dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dengan
pokok bahasan persegi dan persegi panjang dengan pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL). Hasil dari lembar observasi
aktivitas guru ini akan digunakan sebagai bahan untuk refleksi
terhadap pelaksanaan pembelajaran di setiap siklus. Lembar observasi
aktivitas guru ini dilakukan oleh pengamat/observer di setiap
pertemuan.
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dengan
pokok bahasan persegi dan persegi panjang dengan pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL). Lembar observasi aktivitas
siswa ini dilakukan oleh pengamat /observer disetiap pertemuan.
c. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Objek Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di MI Miftahul Ulum Desa Popoh
kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Desa Popoh terletak di daerah
pedesaan yang padat penduduknya tetapi sempit wilayahnya. Sebenarnya
prestasi yang diperoleh MI Miftahul Ulum sangat banyak, dikarenakan
letak MI Miftahul Ulum yang ada di dalam perkampungan sehingga
kurang diketahui keberadaannya oleh masyarakat luas. Hal itulah yang
menyebabkan MI Miftahul Ulum agak mengalami kesulitan dalam
mendapatkan jumlah siswa dengan jumlah yang diinginkan.
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum didirikan oleh tokoh-tokoh
agama yang ada di desa Popoh yang pada saat itu. Pembangunan MI
Miftahul Ulum pada awalnya dilakukan dengan gotong royong oleh
penduduk desa. Pada awalnya, pembelajaran siswa dilakukan dengan dua
gelombang yaitu pagi dan siang hari. Tetapi sekarang ini pembelajaran
siswa dapat dilakukan dengan serempak yaitu masuk pagi semua.
Seiring dengan perkembangan zaman, yayasan mulai mendirikan
lembaga pendidikan Raudhatul Athfal (RA) . Sehingga menunjang
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum
yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam pembelajaran sebelum
pelaksanaan tindakan kelas diperoleh permasalahan tentang rendahnya
pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum khususnya pada
mata pelajaran matematika. Untuk itu peneliti mencoba mengganti
pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan diterapkan dalam
kehidupan sehari hari yaitu Pendekatan Kontextual Teaching Learning (
CTL).
2. Deskripsi Pembelajaran Siklus I
Siklus I terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi
(reflection).
Adapun tahap-tahap dalam siklus I akan dideskripsikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini diisi dengan menentukan indikator kinerja
yang akan dicapai, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
materi dengan pokok bahasan bangun datar dengan sub pokok
pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL ), menyusun
lembar observasi aktivitas guru, menyusun lembar observasi
aktivitas siswa, menyusun lembar kerja siswa ( LKS ), menyusun
soal tes pemahaman, menyusun kunci jawaban LKS , menyusun
kunci jawaban tes pemahaman, serta menyiapkan media-media yang
akan digunakan pada penelitian yang akan dilakukan.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (observation)
Proses pelaksanaan tindakan bersamaan dengan tahapan
observasi. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Mei 2015 dan
berlangsung selama 2 jam pelajaran dimulai jam 07.00 – 8.10 WIB.
Jumlah siswa yang hadir sebanyak 30 anak. Pada awal pembelajaran
peneliti membuka dengan mengucapkan salam. Kemudian peneliti
mengajak kepada semua siswa untuk berdo’a bersama untuk
mengawali pelajaran. Siswa pun berdo’a bersama seperti biasa.
Setelah itu peneliti melakukan presensi kehadiran siswa dengan
bertanya “Anak-anak, ibu absen dulu ya.... apakah hari ini ada teman
kalian yang tidak masuk?”, secara serentak siswa menjawab “tidak
ada bu”. Kemudian peneliti bertanya kepada semua siswa
“Bagaimana kabar kalian hari ini?” mereka serentak menjawab
“Alhamdulillah, luar biasa Allohu Akbar yes! kabar kami baik-baik
bu guru”. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan
kalian dengan pelajaran di kelas II tentang bangun datar?”
mendengar pertanyaan peneliti, ada siswa yang menjawab “iya bu ”.
Adalagi yang menjawab “persegi, persegi panjang, lingkaran ya bu”.
Kemudian peneliti menyampaikan kepada semua siswa “iya benar,
pelajaran kita di kelas II dulu tentang bangun datar ”. Kemudian
peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan sebuah masalah
yang berhubungan dengan bangun datar, ”anak-anak masih ingat
tidak...apa saja bangun datar itu?”. Beberapa siswa memperhatikan
masalah yang disampaikan oleh peneliti dan mencoba mencari
jawabannya. Peneliti mencoba menggali jawaban dari setiap siswa
dengan bertanya pada beberapa siswa. Siswa menjawab dengan
jawaban yang bervariasi, “ persegi bu” ada yang menjawab “ persegi
panjang” . Kemudian peneliti menegaskan bahwa jawaban mereka
tidak ada yang salah, semuanya benar.
Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan
menyampaikan tentang strategi pembelajaran yang akan dilakukan,
dimana siswa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu pada
kegiatan kelompok nanti. Peneliti juga menyampaikan bahwa
pembelajaran hari itu menggunakan metode Contextual Teaching
Learning ( CTL). Dimana inti dari pembelajaran CTL tersebut adalah
siswa diharap dapat mengaitkan pelajaran akademis disekolah
dalam proses pembelajaran dan akhirnya matematika menjadi mata
pelajaran yang menyenangkan. Peneliti menjelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap, tahap pertama
adalah kerja kelompok. Tahap kedua adalah diskusi kelas, dengan
cara menjelaskaskan hasil kerja masing-masing kelompok.
Peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. Setelah kelompok
terbentuk, peneliti membagikan bahan-bahan yang diperlukan
kepada semua kelompok. Bahan-bahan yang diperlukan adalah
kertas lipat dengan 2 warna yaitu merah dan kuning. Kemudian
peneliti meminta kepada semua kelompok untuk memperhatikan
kertas lipat yang diterima.Stelah itu peneliti membagikan LKS 1 dan
meminta siswa mulai membaca dan mengerjakannya sesuai petunjuk
yang sudah ada di LKS 1.Karena belum terbiasa bekerja sama dalam
kelompok, maka siswa saling berebut untuk mengerjakan sehingga
suasana kelas menjadi sedikit gaduh. Melihat kondisi semacam ini,
peneliti berkeliling untuk memberi bimbingan kepada
masing-masing kelompok. Peneliti juga memberikan motivasi agar terdapat
interaksi timbal balik dalam kerja kelompok. Dengan bimbingan
peneliti, beberapa kelompok mulai bisa mengatur pembagian media
dengan rata. Kerja kelompok dan saling bertukar pendapat