• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU SIDOARJO."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI

PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

YAYUK LISNAWATI

D54211109

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

(2)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI

PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

DI KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU

SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

Yayuk Lisnawati

D54211109

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA

POKOK BAHASAN BANGUN DATAR MELALUI

PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL )

DI

KELAS III MI MIFTAHUL ULUM POPOH WONOAYU

SIDOARJO

Oleh:

YAYUK LISNAWATI

ABSTRAK

Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi bangun datar di kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo memicu peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas agar bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep tersebut dengan menggunakan pendekan Contextual Teaching Learning (CTL). Karena CTL merupakan pembelajaran kontekstual yang melibatkan para siswa dalam ativitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan CTL di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Siklus akan dihentikan jika target kinerja yang ditentukan telah tercapai. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan CTL pada pembelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo. Data dari hasil tes pemahaman pada siklus 1 menunjukkan pemahaman konsep siswa berada pada tingkat 1 dan 2. Data dari hasil tes pemahaman pada siklus 2 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan karena ada 83,33 % siswa yang mengalami peningkatan dan mayoritas berada pada tingkat 3. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan II tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.

(7)

ix DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN MOTTO... ii

LEMAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tindakan Yang dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Upaya Peningkatan Pembelajaran ... 13

B. Pemahaman ... 14

C. Definisi Konsep ... 18

D. Bangun Datar ... 22

(8)

x

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 39

A. Metode Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 41 C. Variabel yang Diselidiki ... 45

D. Rencana Tindakan ... 45

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 48

F. Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 83

C. Kendala Yang Dihadapi Peneliti ... 88

BAB V PENUTUP ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 91

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 94

(9)

xi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tahap – tahap Perkembangan Kognitif Piaget... 43

3.2 Klasifikasi Penilaian... 50

4.1 Tabel Nilai Tes Pemahaman Siklus 1... 58

4.2 Tabel Nilai Akhir Tes Pemahaman Siklus 2... 71

4.3 Tabel Perbandingan Nilai Tes Pemahaman Siklus 1 Dan Siklus Siklus 2... 84

(10)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur PTK ... 40

5.1 Gambar Siklus 1

Siswa Belum Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ... 86

5.2 Gambar Siklus 2

Siswa Sudah Mampu Mengkondisikan Dalam Kelompok ... 86

5.3 Gambar Siklus 1

Siswa Belum Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ... 87

5.4 Gambar Siklus 2

Siswa Sudah Mampu Bekerjasama Dengan Kelompok ... 87

5.5 Gambar Siklus 1

Kegiatan Pembelajaran Belum Berjalan Dengan Tertib ... 87

5.6 Gambar Siklus 2

Kegiatan Pembelajaran Sudah Berjalan Dengan Tertib ... 87

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang

diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh

ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Salah satu tujuan dari

pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri

siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis,

dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu

permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam

kehidupan sehari-hari.1

Dengan kata lain, matematika merupakan suatu ilmu dasar yang

memegang peranan penting dalam upaya penguasaan IPTEK. 2 Berdasarkan

pentingnya peranan matematika dalam sains dan teknologi, maka upaya

meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika selalu

menjadi perhatian para pakar pendidikan. 3 Salah satu upaya yang dapat

ditempuh para pakar pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan

matematika adalah dengan memperbaiki kondisi pembelajaran matematika.

      

1

 http://wawan-junaidi. blogspot. com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses 17 april 2012) 

2

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. Ke-2, h.106.

3

(12)

Hal ini dipandang sangat penting karena pembelajaran merupakan suatu

kegiatan utama di dalam pendidikan. 4

Dari pernyataan di atas, maka dalam pembelajaran seorang guru

diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa

untuk aktif belajar dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa terhadap matematika dan membuat siswa aktif

selama pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran dan

pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Pembelajaran yang tepat akan memperlancar proses pembelajaran dan

memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. 5

Namun kenyataan di lapangan seringkali hasil pemahaman konsep

siswa tidak sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran masih banyak

menghadapi kendala, diantaranya pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal. Banyak

siswa yang mengeluh terhadap materi tersebut, sebagian siswa belum

menguasai dan faham, sebagian siswa menganggap materi sulit, bahkan ada

sekelompok siswa yang pasif, enggan mengeluarkan pendapat tapi bermain

      

4

Eka Nurul Khomariyah, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Pada Sub Pokok Bahasan Aljabar Kelas VIIIA MTs Islamiyah Tulungagung Bojonegoro”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), h.1.t.d

7

(13)

dengan teman sebaya, sebagian menganggap materi tersebut bukan

pembelajaran yang menyenangkan dan sebagian siswa merasa kesulitan dalam

penerapannya.

Begitu pula yang terjadi di MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo,

dari 30 siswa kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo ketika

diberikan soal pada pokok bahasan bangun datar ada 12 siswa yang

mendapatkan nilai 70, sedangkan lainnya di bawah itu.6 Rendahnya hasil

belajar siswa tersebut disebabkan antara lain kurangnya pemahaman konsep

siswa terhadap bangun datar.

Berdasarkan kondisi dilapangan tersebut, peneliti ingin merubah

paradigma siswa dengan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui

pendekatan Contextual Teaching And Leraning (CTL). Karena CTL

merupakan pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas

penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan

konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Sehingga siswa dapat lebih

aktif dalam proses pembelajaran dan paradigma siswa berubah, sehingga

matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan

situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara

      

6

(14)

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami , bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari

pada hasil.

Dengan menggunakan pendekatan CTL, di MI Miftahul Ulum Popoh

Wonoayu Sidoarjo khususnya kelas III di harapkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar menjadi lebih

optimal, siswa yang mendapat nilai dibawah 70 akan berkurang setelah adanya

perubahan paradigma pembelajaran, karena siswa menjadi termotivasi untuk

melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga pemahaman konsep siswa

semakin meningkat dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks masalah diatas, maka yang menjadi fokus masalah

dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan bangun

datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoatu Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan

(15)

C. Tindakan Yang Dipilih

Berdasarkan hasil diskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran

matematika Kelas III MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo, sebagaimana

telah dijelaskan pada latar belakang, diketahui terdapat masalah dalam

pembelajaran matematika. Masalah tersebut adalah tingkat pemahaman konsep

siswa pada pokok bahasan bangun datar masih rendah. Selama ini pembelajaran

belum terfokus pada pemahaman siswa, hanya berupa latihan latihan yang belum

mengena pada pemahaman konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat

efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih rendah dalam

meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu dalam penelitian

tindakan kelas ini dipilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun datar.

D. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian PTK kami

adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa dalam pokok bahasan

bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok

bahasan bangun datar di Kelas III MI Miftahul Ulum Popoh Wonoayu

(16)

E. Manfaat Hasil Penelitian.

1. Bagi Siswa

Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning (CTL)

sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan

suasana pembelajaran yang menyenangkan.

2. Bagi Guru

Dapat mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai, serta

menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan metode pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL) sehingga akan meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pkok bahasan bangun datar.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guru mata

pelajaran matematika akan pentingnya menciptakan pembelajaran yang

bermakna bagi siswa inovasi dan kreasi pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan jika mengalami hambatan dalam penyelenggaraan

pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah

(17)

F. Ruang Lingkup

1. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa

Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang

mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.”

Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental

yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny”.7

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah

sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar 8 , sehingga

dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami,

cara mempelajari sesuatu dengan baik supaya paham dan mempunyai

pengetahuan.

Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari

unsur psikologi yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi maka

subyek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill

dengan semua unsur tersebut. Pemahaman dapat juga diartikan menguasai

sesuatu dengan pikiran, karena itu belajar berarti harus mengerti secara

mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta

aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.

      

7

Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Tesis (UNESA:2013) h. 10

8

(18)

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia

memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

Berkaitan dengan pentingnya komponen dalam matematika,

pendekatan NCTM melihat dari kemampuan siswa dalam:

a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

b. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan non contoh.

c. Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk

mempresentasikan suatu konsep.

d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya.

e. Mengenal berbagai makna dari interpretasi konsep.

f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang

membentuk suatu konsep.

g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.9

2. Konsep

Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan

untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.10

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan

bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu

mengklasifikasikan objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan

      

9

Subagiyana, Peningkatan kemampuan pemahaman dan Kominikasi Matematis Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis UPI:Bandung, 2011 

10

(19)

apakah objek-objek atau benda-benda adalah contoh atau bukan contoh

dari ide abstrak.11

Menurut Bahri pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki

konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi,

sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek

dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak

berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu

kata (lambang bahasa).12

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai

untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan

suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang

dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai

dengan maksud kita memakainya.13

Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang

memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau

kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan

contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

      

11

Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK,1998), h.93 

12  Ibid 

(20)

3. Contextual Teaching Learning (CTL)

Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar

yang didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan

mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna

dari dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan

pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 14

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

      

14

(21)

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan

dari guru dan ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada

hasil. 15

Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan

kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang,

gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,

menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak

membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses

kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu

kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi

pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun

pengalaman dalam lingkungan.

4. Bangun Datar

Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang

mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai

tinggi dan tebal. Macam-macam dari bangun datar yaitu:

a. Persegi panjang

b. Persegi

c. Segitiga

      

15

(22)

d. Belah ketupat

e. Trapesium

f. Jajar genjang, dll

Dalam penelitian ini hanya membahas bangun datar bangun persegi

dan persegi panjang dengan ruang lingkup pembahasannya adalah pada

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Peningkatan Pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar di pengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam

kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam

kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata

sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki

manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mewujudkan pembelajaran menjadi bermakna dibutuhkan

strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan : 1

1. Menekankan pemecahan masalah

2. Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam

berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan.

3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka

sendiri sehingga menjadi siswa mandiri.

      

1

(24)

4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang

berbeda-beda.

B. Pemahaman

1. Definisi Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “faham” dalam kamus bahasa

Indonesia diartikan menjadi benar. Dikatakan faham apabila seseorang

mengerti dengan benar dan mampu menjelaskan terhadap sesuatu hal.

” Sierpinska mengatakan bahwa pemahaman merupakan pengalaman mental

yang menghubungkan antara obyek satu dengan obyek yang lainny.”2

Michener menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu

aspek dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan

arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu obyek

secara mendalam seseorang mengetahui: (1) obyek itu sendiri, (2) relasinya

dengan obyek lain yang sejenis, (3) relasinya dengan obyek lain yang tidak

sejenis, (4) relasi-dual dengan obyek lain yang sejenis, (5) relasi dengan

obyek dalam teori lainnya.3

      

2

Anzora, Pemahaman siswa SD Dalam Menyelesaikan Tugas Klasifikasi Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Tesis(UNESA:2013)h.. 10 

3

(25)

2. Tingkatan-Tingkatan Dalam Pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang

dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses

pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam memahami apa yang telah dia pelajari. Ada yang mampu

memahami materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak

dapat mengambil makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang

dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itulah terdapat

timgkatan-tingkatan dalam memahami.

Menurut Daryanto kemampuan pemahaman berdasarkan tingkatan

kepekaan dan derajad penyerapan materi dapat dijabarkan kedalam 3

tingkatan, yaitu:4

a. Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti

dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi

abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang

mempelajarinya. Dengan kata lain, pemahaman translasi digunakan dalam

menyampaikan informasi menggunakan bahasa sendiri dan menyangkut

pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Dan kemampuan

      

4

(26)

siswa dikatakan berada pada tingkat menerjemahkan ketika memenuhi

komponen berikut:

a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.

b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk

mempresentasikan suatu konsep.

c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.

d) Mampu mengenal berbagai makna dan iterpretasi konsep.5

b. Menafsirkan (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menterjemahkan, ini adalah

kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan

dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan

yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi

yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak

pokok dalam pembahasan. Dan kemampuan siswa dikatakan berada pada

tingkat menafsirkan ketika memenuhi komponen berikut:

a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.

b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk

mempresentasikan suatu konsep.

      

5

(27)

c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lainnya.

d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat

yang menentukan suatu konsep.

f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.6

c. Mengekstrapolasi (extrapolation)

Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi

karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis.

Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti

waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Dan kemampuan siswa

dikatakan berada pada tingkat mengekstrapolasi ketika memenuhi

komponen berikut:

a) Mampu mendefinisikan konsep verbal dan tulisan.

b) Mampu menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk

mempresentasikan suatu konsep.

c) Mampu mengubah suatu bentuk representasi kebentuk lain.

d) Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

      

6

(28)

e) Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat

yang menentukan suatu konsep.

f) Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

g) Mampu mengestiminasi.

h) Mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.7

C. Definisi konsep

Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan

untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.8 Pendapat

ini sejalan dengan pendapat Mega Teguh yang mengatakan bahwa konsep

dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu mengklasifikasikan

objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan apakah objek-objek atau

benda-benda adalah contoh atau bukan contoh dari ide abstrak.9

Jadi, konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang

memungkinkan kita untuk mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau

kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh

atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

      

7

Subagiyana, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis UPI:Bandung, 2011 

8

Mega Teguh Budiarto, Op. Cit, H. 12 

9

(29)

Penekanan utama pembelajaran matematika yang baik adalah

bagaimana agar siswa memahami konsep-konsep matematika dengan baik

karena siswa yang memahami konsep akan mampu mengeneralisasikan

pengetahuanya. Untuk memahami sebuah konsep, seorang siswa harus

mengetahui nama konsep, atribut konsep dan suatu definisi yang membatasi

konsep tersebut. Menurut Dahar, untuk memahami konsep perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini: 10

a. Nama Konsep

Untuk mempermudah dalam mengkomunikasikannya, konsep perlu

diberi nama. Nama itu simbol arbitrar (sembarang) yang digunakan dalam

menyatakan konsep. Dengan menyetujui nama konsep, maka orang dapat

berkomunikasi tentang konsep tersebut.

b. Atribut Konsep

Atribut konsep adalah ciri-ciri konsep yang diperlukan untuk

membedakan contoh dan non contoh konsep.

c. Definisi

Menurut Soedjadi definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu

konsep. 11 Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau

      

10

Dahar. Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, (Jakarta:LPTK, 1998), h. 124 

11

(30)

gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi

semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.

d. Contoh dan non contoh

Dengan membuat daftar atribut-atribut suatu konsep,

pengembangan konsep dapat diperlancar. Untuk mempermudah siswa

dalam memahami konsep, hendaklah contoh konsep dipasangkan dengan

noncontoh konsep. Dengan memperhatikan contoh dan noncontoh konsep,

siswa dapat memahami arti konsep melalui pengalamanya. Bagi guru, hal

terpenting adalah bagaimana dapat menyediakan contoh dan noncontoh

konsep yang relevan, cukup dan bervariasi contoh :

“Segitiga” merupakan contoh sebuah konsep, sedangkan “segitiga adalah

bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi yang membentuk tiga titik sudut”

merupakan contoh dari definisi dan atributnya adalah memiliki tiga sisi

dan tiga titik sudut. Dengan mengetahui atribut-atribut konsep siswa akan

dapat membedakan bangun datar yang termasuk dalam segitiga atau

bukan.

Proses pencapaian pemahaman siswa dalam memahami sebuah

konsep matematika terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkat-tingkat

(31)

klasifikatori dan tingkat formal.12 Berikut uraian keempat tingkat

pencapaian konsep tersebut:

a) Tingkat konkrit

Seorang anak dikatakan mencapai konsep pada tingkat konkrit

apabila dia mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk

mencapai konsep tingkat konkrit siswa harus dapat memperhatikan benda

itu dan dapat membedakannya dari stimulus-stimulus lain yang ada

disekitarnya. Selanjutnya dia harus menyajikan benda itu sebagai

gambaran mental dan menyimpan gambaran mental itu. Jadi kegiatan yang

harus dilakukan anak untuk mencapai konsep tingkat konkrit adalah

memperhatikan, mendeskriminasi dan mengingat.

b) Tingkat identitas

Seorang siswa yang berada pada tingkat identitas akan mengenal

suatu objek sesudah selang waktu tertentu atau ruang yang berbeda atau

dengan indera yang berbeda. Pada tingkatan ini juga siswa sudah dapat

melakukan generalisasi atau mengenal dua atau lebih bentuk identik dari

objek yang sama adalah merupakan anggota dari kelas yang sama.

c) Tingkat klasifikatori

Pada tingkat klasifikatori siswa mengenal kesamaan (ekivalensi)

dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Meskipun siswa itu       

12

(32)

tidak dapat menentukan atribut kata yang dapat mewakili konsep itu, tetapi

dia dapat mengklasifikasikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh

dari konsep, sekalipun contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh tersebut

mempunyai banyak atribut yang mirip. Pada tingkatan ini siswa

melakukan kegiatan mental tambahan yaitu melakukan generelisasi bahwa

dua atau lebih contoh sampai batas-batas tertentu itu ekivalen. Dalam hal

ini siswa mengebstraksikan kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh

objek-objek itu.

d) Tingkat formal

Untuk mencapai konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat

menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Dengan demikian

dapat disimpulkan, bahwa seorang siswa telah mencapai suatu konsep

pada tingkat formal jika siswa itu dapat memberi nama konsep itu,

mendefinisikan konsep itu dalam atribu-atribut kriterianya,

mendeskriminasikan dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi,

dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh-contoh dan

noncontoh-noncontoh konsep.

D.Bangun Datar

Bangun datar adalah sebuah bangun yang berupa bidang datar

yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. 13 Jumlah dan model yang membatasi

      

13

(33)

bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Bangun

datar adalah bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang

dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal.14

Bangun datar adalah bangun dua demensi yang hanya memiliki

panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

Bangun-bangun geometri baik dalam kelompok Bangun-bangun datar maupun Bangun-bangun ruang

merupakan sebuah konsep abstrak. Artinya bangun-bangun tersebut bukan

merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang.

Demikian pula dengan konsep bangun geometri, bangun-bangun tersebut

merupakan suatu sifat, sedangkan yang konkret, yang biasa dilihat maupun

dipegang, adalah benda-benda yang memiliki sifat bangun geometri.

Misalnya persegi panjang, konsep persegi panjang merupakan sebuah konsep

abstrak yang diidentifikasikan melalui sebuah karakteristik.

Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang

mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai

tinggi dan tebal. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak.

Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua

jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi

lengkung antara lain lingkaran, ellips. Bangun datar yang bersisi lurus antara

      

14

(34)

lain segitiga, persegi, persegi panjang, layang-layang, jajaran genjang dan

lain-lain.

Untuk memperkenalkan gambar bangun datar dapat kita perkenalkan

beberapa potongan kertas berbentuk bangun datar atau juga dengan

menggunakan benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk bangun

datar.15

Macam-macam bangun datar:

1. Persegi adalah segi empat dengan sisi-sisi sama panjang dan empat sudut

siku-siku.

Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut:

a. Luas persegi adalah hasil kuadrat dari panjang sisinya dengan rumus :

L = S x S atau S ²

b. Keliling = S + S + S +S atau 4 x S

c. Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900

d. Sisi yang berhadapan sama panjang.

e. Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang

2. Persegi panjang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki 4 buah sisi segi

      

15

(35)

empat dengan 2 panjang sisi yang sama panjang dan saling sejajar serta 4

sudut siku-siku.

Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut:

a) Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900.

b) Sisi yang berhadapan sama panjang.

c) Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang.

d) Mempunyai dua simetri lipat dan simetri dua simetri putar.

e) Rumus Luas = panjang x lebar.

f) Rumus Kelilingnya = ( 2 x panjang ) + ( 2 x lebar ).

3. Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis dengan

mempunyai tiga titik sudut. Luas segi tiga adalah hasil perkalian panjang

sisi alas dengan tinggi segi tiga yang kemudian dikalikan lagi ½, dengan

rumus :

- Luas = ½ x alas x tinggi.

- Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3

Menurut panjang sisinya :

a. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan

(36)
(37)

b. Mempunyai 2 simeteri putar.

c. Mempunyai 4 titik sudut.

d. Sudut yang berhadapan besarnya sama.

e. Sisinya tidak tegak lurus.

f. Mempunyai 2 diagonal yang berbeda panjangnya

6. Trapesium adalah bangun datar yang memiliki 4 buah sisi segi empat

dengan sepasang sisi sejajar dan sepasang sisi lain yang tidak sejajar.

Rumusnya :

- Luas = ½ ( a + b ) x tinggi

- Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3 + sisi 4

Jenis-jenis trapesium:

a. Trapesium Sembarang

- mempunyai sisi-sisi yang berbeda.

b. Trapesium Siku-Siku

- mempunyai sudut siku-siku.

c. Trapesium Sama Kaki

(38)

7. Jajar Genjang adalah bangun datar yang memiliki 4 sisi segi empat

dimana masing-masing sisi yang berlawanan sama panjang dan sejajar

dan sudut-sudut yang berlawanan sama besar.

Rumus :

- Luas = alas x tinggi

- Keliling = ( 2 x sisi miring ) + ( 2 x sisi panjang )

Sifat-Sifat:

a. Tidak mempunyai simetri lipat dan simetri putar.

b. Sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

c. Dua sisi lainnya tidak saling tegak lurus.

d. Mempunyai 4 sudut, 2 sudut berpasangan dan berhadapan.

e. Sudut yang saling berdekatan besarnya 180 .

f. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang.

8. Layang-layang adalah bangun 2 dimensi yang memiliki4 buah sisi

segiempat , 2 sisi yang pendek memiliki panjang yang sama , begitu juga

2 sisi yang panjang.16

Rumusnya :

      

16

(39)
(40)

b. Lingkaran mempunyai 1 titik pusat.

c. Mempunyai simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tidak

terhingga.

d. Istilah-istilah dalam lingkaran:

- Diameter lingkaran (d) yaitu ruas garis yang menghubungkan

dua titik pada busur lingkaran melalui titik pusat lingkaran.

- Jari-jari lingkaran (r) yaitu ruas garis yang menghubungkan

titik pada busur lingkaran dengan titik pusat lingkaran.

- Tali busur yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada

busur lingkaran dan tidak melewati titik pusat lingkaran.

- Busur yaitu bagian lingkaran yang dibagi oleh tali busur.

- Juring yaitu daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh 2 jari-jari

maupun busur lingkaran.

- Susut pusat yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah jari-jari.

E. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)

Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem belajar yang

didasarkan pada filosofi bahwa seseorang pembelajar akan mau dan mampu

(41)

tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan dengan pengetahuan dan

pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 17

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,

atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Filosofi itulah yang mendasari pengembangan kontekstual Contextual

Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep

itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru dan ke siswa. Strategi

pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. 18

      

17

Jhonson Elene, B.PHD Cotextual Teaching Learning,Bandung MLC, 2009, h.65-66 

18

(42)

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapinya. Mereka

sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dengan

begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu

bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi

dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan

guru sebagai pengarah dan pembimbing..

Sementara itu menurut Nurhadi kunci dalam pembelajaran

kontekstual adalah : (1) real word learning, (2) mengutamakan pengalaman

nyata, (3) berpikir tingkat tinggi, (4) berpusat pada siswa, (5) siswa aktif,

kritis dan kreatif, (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (7) pendidikan

atau education bukan pengajaran atau instruction, (8) memecahkan masalah,

(9) siswa acting, guru mengarahkan, bukan guru acting, siswa menonton, (10)

hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan

kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira,

belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai

sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan

teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih

bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari

(43)

dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman

dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.

1. Komponen Utama atau Aspek-aspek Pembelajaran Kontekstual

Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

pembelajaran kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (constructivism),

bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

community), permodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment). Kelas dapat dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika komponen-komponen tersebut dalam

pembelajarannya.19

1. Konstruktivisme

Adalah suatu aliran filsafat pengetahuan yang menjelaskan bahwa

pengetahuan merupakan hasil kontruksi seseorang. Pengetahuan itu

merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan

bukanlah kumpulan fakta dari kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi

merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman,

maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di

sana dan orang tinggal menggambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan

terus-menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi

karena munculnya pemahaman yang baru.       

19

(44)

Dalam komponen konstruktivisme sebagai filosofi dapat

dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Dengan demikian siswa

belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas, siswa mengkonstruksi

sendiri pemahamannya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui

pengalaman belajar yang bermakna.

Landasan berpikir kontruktivisme agak berbeda dengan pandangan

kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam

pandangan kontruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut

dengan:

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri,

c. Menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.

Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu

(45)

dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi

bermakna yang berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan

dalam kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia melalui dua

cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur

pengetahuan baru dibuat atau baru dibangun atas dasar struktur

pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan

yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan

hadirnya pengalaman baru.

2. Komponen menemukan ( Inquiry )

Strategi belajar dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi

yang diinginkan. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya,

menganalisis dan merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok.

Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/

fenomena. Dalam hal ini mengembangkan dan menggunakan keterampilan

berpikir kritis.

3 Komponen bertanya (Questioning)

Sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya sebagai alat

belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa untuk

mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,

(46)

siswa untuk berpikir kritis. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,

kegiatan bertanya berguna untuk:

a. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis.

b. Untuk mengecek pemahaman siswa.

c. Untuk membangkitkan respon kepada siswa.

d. Untuk mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

e. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki

guru.

f. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan bagi siswa.

g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan bagi siswa.

4 Komponen masyarakat belajar (Learning Community)

Sebagai penciptaan lingkungan belajar yaitu menciptakan

masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam hal ini

berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama

dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik

dibandingkan dengan belajar sendiri.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang

dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk

bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau

(47)

memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang

perlu dipelajari.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang

bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya

dengan pengetahuan dan pengalaman.Metode pembelajaran dengan teknik

“Learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas.

Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam:

a. Pembentukan kelompok kecil.

b. Pembentukan kelompok besar.

c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat,

petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu).

d. Bekerja dengan kelas sederajat.

e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.

f. Bekerja dengan masyarakat.

5 Komponen pemodelan, (Modeling)

Sebagai acuan pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model

sebagai contoh pembelajaran (benda-benda, guru, siswa lain, karya

inovasi). Membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan

bagaimana menginginkan siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang

(48)

matematika di kelas adalah guru matematika membawa alat peraga sebagai

media pembelajaran.

6 Komponen refleksi

Sebagai langkah ahkir dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhiri

pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu.

Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang apa yang telah

dipelajari. Menelaah dan merasakan ide kejadian, aktivitas dan

pengalaman. Mencatat apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide

baru.

7 Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)

Suatu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perli dilakukan guru

untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses

pembelajaran dengan benar. Dan apabila hasil dari assassment ini

diketahui siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi, maka

guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research)

karena penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

pemahaman konsep siswa menjadi meningkat.1

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran

matematika dengan harapan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

tugas dan memperdalam pemahaman tindakan-tindakan yang dilakukan serta

memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan.2

Penelitian akan dihentikan apabila hasil belajar klasikal telah mencapai

75% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak langsung pada jumlah

siklus yang harus dilalui.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan

kelas, maka penelitian ini menggunakan penelitian dari Kemmis dan Taggart yaitu

      

1

Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Bogor, Ghalia Indonesia, 2008) h. 5 

2

(50)

penelitian berbentuk spiral dari satu siklus ke siklus berikutnya, setiap siklus

meliputi rencana pengamatan dan refleksi. 3

Sebelum masuk pada siklus spiral 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas adalah meliputi planning (perencanaan), action (tindakan),

observation (pengamatan) dan reflection (refleksi) yang bisa dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 3.1 Alur PTK

      

3

Muchim M Saekhon, Pembelajaran Kontekstual, ... h.76

 

Refleksi

Tindakan/ Observasi Refleksi

Tindakan/ Observasi

(51)

Penjelasan dari alur diatas adalah:

a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan

termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

b. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkan metode pembelajaran

penemuan konsep.

c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimnbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang akan dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi dilaksanakan pada siklus berikutnya.

d. Observasi dibagi 2 putaran yaitu putaran 1 dan 2 dimana

masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan sama) dan

membahas satu pokok bahasan yang diakhiri dengan test formatif

diakhir masing-masing putaran. Dibuat dalam 2 putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

B.Setting Penelitian dan Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu

(52)

a. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI.Miftahul Ulum Popoh

Wonoayu Sidoarjo untuk mata pelajaran matematika kelas III.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan Semester Genap

yaitu bulan April sampai bulan Mei 2015. Penentuan waktu penelitian

mengacu pada kalender akademik madrasah, karena PTK memerlukan

beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang

efektif di kelas.

c. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan pada 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan

mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Melalui 2 siklus tersebut dapat diamati peningkatan pemahaman konsep

siswa pada pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan CTL.

2. Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas III tahun ajaran

2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri dari 18 siswa

laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Dalam meneliti karakteristik subyek penelitian ini, peneliti

(53)

Karena Teori Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang

membagi perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahap:

sensorimotor, pra operasional, operasi konkrit, dan operasi formal.

Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dapat diperhatikan dalam tabel 2.4

berikut: 4

Tabel 3.1

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia

Kemampuan-kemampuan utama

Sensorimotor Lahir sampai

2 tahun

Terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan

Proposional 2 sampai 7

tahun

Perkembangan kemampuan

menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia.

Pemikiran masih egosentris dan sentrasi

Operasi Konkrit

7 sampai 11 tahun

Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh

keegosentrisan.

Operasi 11 tahun Pemikiran abstrak dan murni simbolis

      

4

(54)

Formal Mungkin dilakukan memecahkan

masalah-masalah melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini adalah

berbeda. Akan tetapi tidak ada individu yang melompati salah satu dari

tahap tersebut. Perkembangan sebagian bergantung pada sejauh mana anak

aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini

mengindikasikan bahwa lingkungan anak belajar sangat menentukan proses

perkembangan kognitif anak.

Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu,

juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya

berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada

akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

Dipilihnya kelas III ini dengan alasan sebagai berikut:

a) Masih dalam tahap perkembangan golden ages atau masa perkembangan

yang utama.

b) Karena ditemukan rendahnya pemahaman pada mata pelajaran

(55)

c) Adanya keinginan untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada

mata pelajaran Matematika.

Berdasarkan pengamatan pada kelas III MI Miftahul Ulum Popoh

Wonoayu Sidoarjo menemui kesulitan belajar dan kurang semangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran matematika khususnya pada pokok

bahasan bangun datar.

C. Variabel Yang Diselidiki

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab

permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Variabel Input : siswa kelas III MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu

Sidoarjo.

2. Variabel Proses : Pendekatan CTL.

3. Variabel Output : Peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok

bahasan bangun datar.

D. Rencana Tindakan

Adapun rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Peneliitian

Kegiatan pra penelitian berupa diskusi antara penulis dengan

teman sejawat di MI.Miftahul Ulum Popoh Wonoayu Sidoarjo tentang

(56)

sejawat melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

matematika di kelas III. Peneliti melakukan refleksi tentang teknik

pembelajaran pokok bahasan bangun datar, dalam hal ini peneliti tidak

menggunakan media pembelajaran, sehingga dari 30 siswa hanya 12 anak

yang menyukai materi pokok bahasan bangun datar ini.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam

pembelajaran, cenderung diam dan tidak mampu mengungkapkan ide atau

gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, tidak berani

bertanya dan mengungkapkan pendapat, guru aktif menjelaskan materi

sedangkan siswa hanya sebagai pendengar, serta penguasaan keterampilan

proses dan pemahaman siswa rendah. Berdasarkan hasil observasi tersebut

kemudian peneliti bersama teman sejawat berdiskusi untuk mencari solusi

agar pembelajaran matematika berlangsung menarik, siswa bersermangat,

siswa mampu mengungkapkan ide/gagasan tentang topik yang dibahas

dalam pembelajaran.

2. Implementasi Tindakan

Berdasarkan temuan pada tahap pra tindakan. Akhirnya peneliti

bersama teman sejawat merumuskan tindakan dan menyusun rancangan

pembelajaran dengan menggunakan media benda konkrit.

(57)

a. Pembelajaran disajikan tetap mengacu pada kurikulum dan

diselaraskan dengan buku teks yang digunakan guru yakni materi

yang benar-benar diminati siswa yang menantang kreatifitas berfikir

siswa.

b. Media benda konkrit sebagai variasi media pembelajaran yang

menarik perhatian siswa.

c. Pada tahap awal guru mengulas kejadian sehari-hari yang sering

dialami siswa untuk mengingat siswa pada pengalaman mereka.

d. Peneliti memberikan panduan dalam kegiatan pembelajaran pada

pokok bahasan pengukuran.

Hasil diskusi tersebut, peneliti memberikan tindakan

pembelajaran terhadap subyek penelitian dengan tindakan pembelajaran

untuk meningkatkan pemahaman siswa.

3. Tindakan atau Siklus 1

Tindakan 1 atau siklus 1 setelah kegiatan pratindakan

dianalisis dan direfleksi:

a. Perencanaan Tindakan 1

Pembuatan skenario pembelajaran serta membuat format

pembelajaran, mempersiapkan alat-alat atau bahan yang dibutuhkan

(58)

b. Pelaksanaan Tindakan 1

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu:

1. Merancang teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2. Bekerjasama dengan guru dalam melaksanakan tindakan.

3. Peneliti berperan sebagai pendamping guru dalam kegiatan

mengajar untuk memberi pengarahan, motivasi dan stimulus

sesuai rencana.

c. Refleksi

Temuan-temuan pada saat melaksanakan tindakan kemudian

dilaksanakan refleksi atas apa yang telah dicapai. Apakah refleksi

tersebut ada kendala-kendala pada saat pelaksanaan atau sebaliknya.

Kemudian refleksi tersebut dijadikan acuan untuk menentukan

perencanaan tindakan di siklus-siklus berikutnya.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Data Dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah lembar hasil

observasi guru, lembar hasil observasi siswa dan tes pemahaman.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum

(59)

2. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk penumpulan data dalam penelitian ini

terdiri dari:

a. Lembar observasi aktivitas guru

Lembar observasi ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas

guru dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dengan

pokok bahasan persegi dan persegi panjang dengan pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL). Hasil dari lembar observasi

aktivitas guru ini akan digunakan sebagai bahan untuk refleksi

terhadap pelaksanaan pembelajaran di setiap siklus. Lembar observasi

aktivitas guru ini dilakukan oleh pengamat/observer di setiap

pertemuan.

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas

siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dengan

pokok bahasan persegi dan persegi panjang dengan pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL). Lembar observasi aktivitas

siswa ini dilakukan oleh pengamat /observer disetiap pertemuan.

c. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman

(60)
(61)
(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum Objek Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di MI Miftahul Ulum Desa Popoh

kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Desa Popoh terletak di daerah

pedesaan yang padat penduduknya tetapi sempit wilayahnya. Sebenarnya

prestasi yang diperoleh MI Miftahul Ulum sangat banyak, dikarenakan

letak MI Miftahul Ulum yang ada di dalam perkampungan sehingga

kurang diketahui keberadaannya oleh masyarakat luas. Hal itulah yang

menyebabkan MI Miftahul Ulum agak mengalami kesulitan dalam

mendapatkan jumlah siswa dengan jumlah yang diinginkan.

Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum didirikan oleh tokoh-tokoh

agama yang ada di desa Popoh yang pada saat itu. Pembangunan MI

Miftahul Ulum pada awalnya dilakukan dengan gotong royong oleh

penduduk desa. Pada awalnya, pembelajaran siswa dilakukan dengan dua

gelombang yaitu pagi dan siang hari. Tetapi sekarang ini pembelajaran

siswa dapat dilakukan dengan serempak yaitu masuk pagi semua.

Seiring dengan perkembangan zaman, yayasan mulai mendirikan

lembaga pendidikan Raudhatul Athfal (RA) . Sehingga menunjang

(63)

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Miftahul Ulum

yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam pembelajaran sebelum

pelaksanaan tindakan kelas diperoleh permasalahan tentang rendahnya

pemahaman konsep siswa kelas III MI Miftahul Ulum khususnya pada

mata pelajaran matematika. Untuk itu peneliti mencoba mengganti

pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan diterapkan dalam

kehidupan sehari hari yaitu Pendekatan Kontextual Teaching Learning (

CTL).

2. Deskripsi Pembelajaran Siklus I

Siklus I terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi

(reflection).

Adapun tahap-tahap dalam siklus I akan dideskripsikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan ini diisi dengan menentukan indikator kinerja

yang akan dicapai, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

materi dengan pokok bahasan bangun datar dengan sub pokok

(64)

pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL ), menyusun

lembar observasi aktivitas guru, menyusun lembar observasi

aktivitas siswa, menyusun lembar kerja siswa ( LKS ), menyusun

soal tes pemahaman, menyusun kunci jawaban LKS , menyusun

kunci jawaban tes pemahaman, serta menyiapkan media-media yang

akan digunakan pada penelitian yang akan dilakukan.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (observation)

Proses pelaksanaan tindakan bersamaan dengan tahapan

observasi. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Mei 2015 dan

berlangsung selama 2 jam pelajaran dimulai jam 07.00 – 8.10 WIB.

Jumlah siswa yang hadir sebanyak 30 anak. Pada awal pembelajaran

peneliti membuka dengan mengucapkan salam. Kemudian peneliti

mengajak kepada semua siswa untuk berdo’a bersama untuk

mengawali pelajaran. Siswa pun berdo’a bersama seperti biasa.

Setelah itu peneliti melakukan presensi kehadiran siswa dengan

bertanya “Anak-anak, ibu absen dulu ya.... apakah hari ini ada teman

kalian yang tidak masuk?”, secara serentak siswa menjawab “tidak

ada bu”. Kemudian peneliti bertanya kepada semua siswa

“Bagaimana kabar kalian hari ini?” mereka serentak menjawab

“Alhamdulillah, luar biasa Allohu Akbar yes! kabar kami baik-baik

bu guru”. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan

(65)

kalian dengan pelajaran di kelas II tentang bangun datar?”

mendengar pertanyaan peneliti, ada siswa yang menjawab “iya bu ”.

Adalagi yang menjawab “persegi, persegi panjang, lingkaran ya bu”.

Kemudian peneliti menyampaikan kepada semua siswa “iya benar,

pelajaran kita di kelas II dulu tentang bangun datar ”. Kemudian

peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan sebuah masalah

yang berhubungan dengan bangun datar, ”anak-anak masih ingat

tidak...apa saja bangun datar itu?”. Beberapa siswa memperhatikan

masalah yang disampaikan oleh peneliti dan mencoba mencari

jawabannya. Peneliti mencoba menggali jawaban dari setiap siswa

dengan bertanya pada beberapa siswa. Siswa menjawab dengan

jawaban yang bervariasi, “ persegi bu” ada yang menjawab “ persegi

panjang” . Kemudian peneliti menegaskan bahwa jawaban mereka

tidak ada yang salah, semuanya benar.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan

menyampaikan tentang strategi pembelajaran yang akan dilakukan,

dimana siswa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu pada

kegiatan kelompok nanti. Peneliti juga menyampaikan bahwa

pembelajaran hari itu menggunakan metode Contextual Teaching

Learning ( CTL). Dimana inti dari pembelajaran CTL tersebut adalah

siswa diharap dapat mengaitkan pelajaran akademis disekolah

(66)

dalam proses pembelajaran dan akhirnya matematika menjadi mata

pelajaran yang menyenangkan. Peneliti menjelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap, tahap pertama

adalah kerja kelompok. Tahap kedua adalah diskusi kelas, dengan

cara menjelaskaskan hasil kerja masing-masing kelompok.

Peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,

masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. Setelah kelompok

terbentuk, peneliti membagikan bahan-bahan yang diperlukan

kepada semua kelompok. Bahan-bahan yang diperlukan adalah

kertas lipat dengan 2 warna yaitu merah dan kuning. Kemudian

peneliti meminta kepada semua kelompok untuk memperhatikan

kertas lipat yang diterima.Stelah itu peneliti membagikan LKS 1 dan

meminta siswa mulai membaca dan mengerjakannya sesuai petunjuk

yang sudah ada di LKS 1.Karena belum terbiasa bekerja sama dalam

kelompok, maka siswa saling berebut untuk mengerjakan sehingga

suasana kelas menjadi sedikit gaduh. Melihat kondisi semacam ini,

peneliti berkeliling untuk memberi bimbingan kepada

masing-masing kelompok. Peneliti juga memberikan motivasi agar terdapat

interaksi timbal balik dalam kerja kelompok. Dengan bimbingan

peneliti, beberapa kelompok mulai bisa mengatur pembagian media

dengan rata. Kerja kelompok dan saling bertukar pendapat

Gambar

Tabel
Gambar
gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi
Gambar 3.1 Alur PTK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Tangsi tentara inilah/ waktu itu masih ditempati oleh tentara Jepang// Mereka tidak mau menyerah/ meskipun sudah kalah perang//Para pemuda Yogya tak sabar segera

4.6.3 Pengaruh Motivasi dan Peluang Usaha terhadap Minat Berwirausaha pada Peserta Didik di SMK Purnawarman Purwakarta .... 99

(1) Untuk setiap Kecamatan atau daerah yang disamakan dengan itu (selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : Kecamatan), diangkat seorang pejabat yang bertugas membuat akte

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe kursi roda berupa robot beroda sebagai sarana mempelajari mobilasi secara otomatis orang yang menderita

[r]