• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

21 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG

TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

Amir Hamzah Isa1, Eldina Fatimah2, Azmeri3

1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia

Email : amirhamzah_isa@yahoo.co.id

Abstract: Sabang City is an area a tourist destination, so it needs a representative drainage

treatment. Sabang city population growth is increasing and the number of conversion of land use that is not followed by proper drainage handling feared to cause various problems, in addition to the unavailability of data systems both macro and micro drainage in the city of Sabang. The aim of the study was to analyze the condition of all 73 primary channels and the amount of discharge runoff to changes in land use in the year 2032, this research using quantitative approach by conducting a survey of spaciousness and rational method. With a rational method can be calculated discharge runoff in the City of Sabang, From the calculation that not all sub-basins were able to accommodate discharge runoff due to changes in land use in the City of Sabang Year 2032. To minimize runoff discharge the need for conservation efforts with the creation of retention ponds, especially in the region industrial and residential areas so that it can be accommodated and not directly in the waste into the sea or river.

Keywords: City of Sabang, land use, discharge runoff, the primary channel, sub-basin,

retention pond

Abstrak : Kota Sabang merupakan wilayah tujuan wisata, sehingga perlu penanganan

drainase yang representatif. Pertumbuhan penduduk kota Sabang yang terus meningkat dan banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang tepat dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah, disamping belum tersedianya data sistem drainase baik makro maupun mikro di Kota Sabang. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis kondisi ke-73 saluran primer dan besarnya debit limpasan terhadap perubahan tata guna lahan di Tahun 2032, Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan melakukan survey kelapangan dan metode rasional. Dengan metode rasional dapat dihitung debit limpasan di Kota Sabang, Dari hasil perhitungan bahwa tidak semua sub DAS mampu untuk menampung debit limpasan akibat perubahan tata guna lahan di Kota Sabang Tahun 2032. Untuk memperkecil debit limpasan perlu adanya upaya konservasi dengan pembuatan kolam retensi terutama di kawasan industri dan kawasan permukiman sehingga dapat ditampung dan tidak langsung di buang ke laut atau sungai.

Kata kunci: Kota Sabang, tata guna lahan, debit limpasan, saluran primer, Sub DAS,

kolam retensi

PENDAHULUAN

Kota Sabang terletak di pesisir pulau Sumatera dan berada di koordinat 5°46’28” hingga 5°54’28” Lintang Utara dan 95°13’12” hingga 95°22’36” Bujur Timur. Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh

(Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako, dan Pulau Klah dengan luas sebesar 122,14 Km2 (BPS Kota Sabang, 2013).

Kota Sabang yang merupakan kota tujuan wisata tentu berkepentingan untuk menjaga kenyamanan wilayahnya terhadap banjir

(2)

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 22 genangan, ditambah dengan peningkatan sarana

dan prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan. Data yang diperoleh pada tahun 2011 banjir pernah melanda Gampong Cot Ba’u, Ie Meulee, Ujoeng Kareung, Kuta Ateuh, Kuta Timu, Kuta Barat, dan Aneuk Laot. Terakhir di penghujung tahun 2014 banjir melanda1kembali1yang menyebabkan warga Gampong Balohan, Ie Meulee, Jurong Keuramat, Batee Shok, dan Paya Keunekai terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman (Serambi Indonesia, 2014)

Banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang tepat dikhawatirkan akan tergangunya keseimbangan pemanfaatan ruang terhadap siklus hidrologi yang tidak mampu meresapkan air kedalam tanah. Sebagai contoh Gampong Cot Ba’u, Cot Abeuk, dan Ujoeng Kareung, yang berada di zona perbukitan yang juga terdapat cekungan dan rencana kota baru

KAJIAN KEPUSTAKAAN Metode Rasional

Debit banjir rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh sungai/saluran1untuk menjelaskan bahwa penilaian terhadap kondisi perkerasan cegah terjadinya genangan. Besar debit dapat ditentukan dengan metode rasional yang didasarkan pada hubungan rasional antara air hujan limpasan, (Suripin 2004) yang di formulasikan sebagai berikut :

Q1 =110.278.C.Cs.I.A (1)

Dimana :

Q1 =11Debit rencana (m3/det); C1 =11Koefisien aliran; Cs1=11Koefisien tampungan. I1 =11Intensitas hujan selama waktu

konsentrasi (mm/jam) A1=11Luas daerah aliran (Km2)

Koefisien Tampungan

Yulianur (2003:15), menyatakan daerah yang memiliki lekukan untuk menampung air hujan relatif mengalirkan lebih sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang yang tidak memiliki lekukan sama sekali. Efek tampungan oleh lekukan ini terhadap debit rencana diperkirakan dengan koefisien tampungan yang diperoleh dengan rumus berikut ini :

Cs1111= Td Tc Tc  2 2 (2) Dimana:

Tc11=1 Waktu konsentrasi (jam);

Td1=1conduit time, waktu yang diperlukan air

hujan mengalir didalam saluran sampai ke tempat pengukuran (jam).

Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu ke waktu yang diperlukan air untuk mengalir untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di dalam saluran ke tempat pengukuran (conduilt time) sebagaimana diuraikan (Chow 1989).

Tc11111=11To + Td (3)

Dimana :

Tc =1Waktu konsentrasi (jam);

(3)

23 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

Td11 = conduit time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir didalam saluran sampai ke empat pengukuran (jam).

Intensitas Hujan

Menurut Suripin (2004), sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitas cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin besar pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan biasanya diinterpretasikan dalam lengkung Intensitas

Durasi Frequency (IDF). Untuk mendapatkan

intensitas hujan selama waktu konsentrasi digunakan rumus Mononobe (Sosrodarsono, 1983:145) : 3 2 24 24 24       Tc R I (4) Dengan:

R24111= curah hujan maksimum harian dalam 24

jam1(mm);

I1111=1intensitas hujan (mm/jam).

Dimensi Saluran

Menurut Suripin (2004:145), dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit rencana (QT). Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:

Qs = V . A (5)

V1 = 1/n . R2/3 . S1/2 (6) Dimana :

Q1 = kapasitas saluran (m3/dt);

A1 = luas penampang basah (m2); N1 = koefisien kekasaran Manning; R1 = jari-jari hidrolis (m).

Distribusi Gumbel

Yulianur (2003:21), dari beberapa tipe sebaran nilai ekstrim yang ada, tipe sebaran Gumbel merupakan tipe sebaran yang sering digunakan di Indonesia untuk menyelesaikan analisis statistik nilai-nilai ekstrim komponen hidrologi. Faktor frekuensi (K) tipe sebaran Gumbel ini untuk periode ulang1T tahun dapat diperoleh dengan rumus berikut ini.

11 ) 1 T T lnln (0,5772 π 6 K    (7) Dimana :

K1 = faktor frekuensi sebaran Gumbel; T11= periode ulang T tahun.

METODE PENELITIAN Proses Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi ke lapangan untuk mendapatkan kondisi dan dimensi eksisting saluran primer. Tahapan survey pendahuluan dengan melakukan pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka, literature buku-buku, jurnal, hasil penelitian, media elektronik, dan standar/pedoman pemerintah. Survey ke instansi terkait dilakukan untuk mendapatkan data seperti shapefile Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2012-2032 Kota Sabang, yang didalamnya berisi data1peta citra satelit, peta administrasi, peta topografi, peta jaringan jalan, peta Sub-DAS, peta jenis tanah, dan data curah hujan.

(4)

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 24 Proses Pengolahan Data

Penentuan segmen saluran pada setiap Sub-DAS dilakukan pengukuran di lapangan untuk mengetahui dimensi saluran eksisting, mendapatkan perhitungan luas penampang basah saluran (A), menghitung keliling basah

(P), perhitungan jari-jari hidrolis (R),

menetapkan koefisien manning (n) untuk dataran banjir berumput pendek-tinggi (normal) adalah 0,03, slope (S), dan kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (V), sehingga diketahui berapa debit setiap penampang saluran1(Qs) tersebut.

Perhitungan koefisien aliran dilakukan pada setiap zona aliran menurut masing-masing zona layanan. Perhitungan koefisien aliran berdasarkan Peta Sebaran Pola Ruang Tahun 2012-2032 di Kota Sabang. Dari peta tersebut di analisis menggunakan program Arc-GIS untuk mengetahui luas penggunaan lahan pada setiap cathment area pada masing-masing saluran primer, yaitu kawasan permukiman, industri, perdagangan, jalan aspal, dan daerah tak terbangun. Dimensi saluran harus mampu menampung atau mengalirkan debit hujan rencana atau (Qs) sama atau lebih besar dari debir rencana (Qt). Apabila dalam perhitungan didapatkan hasil (Qs) lebih kecil dari debit rencana (Qt) maka akan di evaluasi kembali dimensi saluran eksistingnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem jaringan utama (major urban

drainage) kota Sabang adalah sistem jaringan

drainase yang mengikuti pola radial, seluruh

salurannya berpencar menuju ke laut. Hal ini disebabkan kondisi topografi kota Sabang yang berpegunungan, berbukit, dan sedikit yang dataran rendah. Kondisi ini di satu sisi menguntungkan, karena semua aliran mengalir secara gravitasi. Namun disisi lain perlu pertimbangan disain yang khusus, karena hampir semua saluran memiliki dasar saluran yang terjal, sehingga perlu kehati-hatian dalam menentukan kecepatan aliran.1

Dari hasil survey telah diidentifikasi jumlah saluran primer yang ada di kota Sabang, yaitu sebanyak 73 (tujuh puluh tiga) buah. Seluruh saluran tersebut berorde tunggal dan hampir seluruh saluran tidak memiliki anak-anak sungai atau alur yang berhubungan langsung dengan saluran primer. Saluran-saluran tersebut adalah sungai-sungai alam maupun alur-alur yang terbentuk secara alamiah mengikuti perubahan topografi dan merupakan outlet-outlet dari subdas yang ada.

Gambar 1. Pembagian Sub-DAS Kota Sabang Kota Sabang dibagi atas 12 (dua belas) subdas, setiap subdas memiliki alur atau saluran alam yang langsung bermuara ke laut. Dalam peta terlihat bahwa aliran permukaan dari setiap sub-DAS mengalir ke langsung ke laut melalui

(5)

25 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 alur-alur alam yang ada. Berikut hasil analisis setiap saluran primer untuk setiap sub DAS yang ditinjau.

Sub DAS Aneuk Laot No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Keterangan 1 Primer 01 Aneuk Laot 1 25,29 67,13 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa Primer 01 Aneuk Laot yang berada di Sub DAS Aneuk Laot tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Ceuhum No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasita s 2032, m3/d Keterangan 2 Primer 01 Ceuhum 38,93 32,25 Mampu 3 Primer 02 Ceuhum 36,39 31,11 Mampu 4 Primer 03 Ceuhum 33,24 27,04 Mampu 5 Primer 04 Ceuhum 15,55 10,15 Mampu 6 Primer 05 Ceuhum 15,53 7,59 Mampu 7 Primer 06 Ceuhum 20,34 17,28 Mampu 8 Primer 07 Ceuhum 16,85 1,28 Mampu 9 Primer 08 Ceuhum 10,66 9,82 Mampu 10 Primer 09 Ceuhum 12,65 7,65 Mampu 11 Primer 10 Ceuhum 17,43 4,98 Mam p

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Ceuhum mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Anoi Itam No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Keterangan 12 Primer Tapak Gajah 56,96 17,8 3 Mampu 13 Primer Ie Meule Hilir 6,17 118, 47 Tidak mampu 14 Primer Kuta Timu 13,07 16,9 0 Tidak mampu 15 Primer Ie Meule 10,59 15,3 2 Tidak mampu 16 Primer Kuta Ateuh 10,00 15,3 5 Tidak mampu 17 Primer B-Anoi Itam 29,37 11,3 5 Mampu 18 Primer A-Anoi Itam 20,38 31,4 4 Tidak mampu 19 Primer 01 Anoi Itam 51,22 19,5 4 Mampu 20 Primer 02 Anoi Itam 23,68 38,7 9 Tidak mampu 21 Primer 03 Anoi Itam 14,42 23,8 5 Tidak mampu 22 Primer 04 Anoi Itam 13,83 40,9 0 Tidak mampu 23 Primer 05 Anoi Itam 34,99 79,3 2 Tidak mampu 24 Primer 06

Anoi Itam 22,09 59,17 Tidak mampu 25 Primer 07

Anoi Itam 10,44 16,67 Tidak mampu 26 Primer 08

Anoi Itam 43,24 73,06 Tidak mampu 27 Primer 01 Ujong Kareung 17,60 29,70 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran primer Ie Meulee Hilir, Kuta Timu, Kuta Ateuh, Anoi Itam 02, Anoi Itam, 03 Anoi Itam, 04 Anoi Itam, 05 Anoi Itam, 06 Anoi Itam, Anoi Itam 07, Anoi Itam 08, dan primer 01 Ujong Kareung yang berada di Sub DAS Anoi Itam tidak mampu menampung

(6)

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 26 kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang

lainnya masih aman.

Sub DAS Gua Sarang

No Segmen Saluran Kapasit as eksisitin g Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Keterangan 28 Prime r 01 Gua Sarang 31,40 25,38 Mampu 29 Primer 02 Gua Sarang 36,44 15,26 Mampu 30 Primer 03 Gua Sarang 35,18 14,95 Mampu 31 Primer11 041 Gua Sarang 111 48,52 26,98 Mampu 32 Primer11 05Gua Sarang 111 30,87 18,09 Mampu 33 Primer11 06Gua Sarang 111 37,74 6,11 Mampu 34 Primer11 07Gua Sarang 111 49,82 19,81 Mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Gua Sarang mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Iboih No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasi tas 2032, m3/d 11 Keterangan 35 Primer 01

Iboih 23,71 Tidak mampu

36 Primer 02

Iboih 20,86 Tidak mampu

37 Primer 03 Iboih 11,15 Mampu 38 Primer 04 Iboih 17,55 11Mampu No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasi tas 2032, m3/d 11 Keterangan 39 Primer 05

Iboih 16,51 Tidak mampu

40 Primer 06

Iboih 11,19 Mampu

41 Primer 07 Iboih 5,17 Mampu 42 Primer 08 Iboih 5,11 Tidak mampu 43 Primer 09 Iboih 9,65 Tidak mampu 44 Primer 10 Iboih 65,53 44,12 Mampu 45 Primer 11 Iboih 169,17 319,27 Tidak mampu 46 Primer 12 Iboih 31,85 35,93 Tidak mampu 47 Primer 13 Iboih 27,79 27,60 Mampu 48 Primer 14 Iboih 2,55 1,78 Mampu 49 Primer 15 Iboih 7,66 9,05 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran Primer 05 Iboih, Primer 08 Iboih, Primer 09 Iboih, Primer 11 Iboih Primer 12 Iboih, dan Primer 15 Iboih, yang berada di Sub DAS Iboih yang tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang lainnya masih mampu menampungnya.

Sub DAS Keunekai No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasita s 2032, m3/d Keterangan 50 Primer Beurawang 1 1116,26 26,28 Tidak mampu 51 Primer Beurawang 2 13,35 6,21 Mampu 52 Primer Keunekai 4 16,41 25,58 Tidak mampu 53 Primer Keunekai 3 24,80 8,68 Mampu 54 Primer Keunekai 2 7,92 5,15 Mampu 55 Primer Keunekai 1 67,78 78,46 Tidak mampu 56 Primer A – Keunekai 69,53 179,51 Tidak mampu

(7)

27 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran primer Beurawang 1, Beurawang 4, Primer Keunekai 1, dan primer A-Keunekai yang berada di Sub DAS Keunekai tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032, sedangkan primer Beurawang 2, Keunekai 3, dan Keunekai 2 masih mampu.

Sub DAS Balohan No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasita s 2032, m3/d Keterangan 57 Primer Balohan 41,51 111,40 Tidak mampu 58 Primer Cot Abeuk 69,57 73,27 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran Primer Balohan dan Primer Cot Abeuk yang berada di Sub DAS Balohan tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Krueng Ceunohot N o Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasita s 2032, m3/d Keteranga n 59 Primer Jaboi 2 1193,08 344,57 Tidak mampu 60 Primer Jaboi 1 56,99 19,45 Mampu 61 Primer Lamkut a 71,79 138,62 Tidak mampu 62 Primer Rubiah 27,80 38,91 Tidak mampu Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa hanya saluran primer Jaboi 1 yang berada di Sub DAS Ceunohot yang mampu

menampung kapasitas di Tahun 2032, sedangkan ketiga lainnya tidak mampu.

Sub DAS Paya Seunara No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Keterangan 63 Primer Paya Seunara 45,36 100,40 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Paya Seunara tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032. Sub DAS Paya Seunara hanya mempunyai satu alur sungai.

Sub DAS Pria Laot No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Keterangan 64 Primer Pria Laot 11 25,92 64,851 1 Tidak mamp u 65 Primer 01 Pria Laot 11,15 14,70 Tidak mamp u 66 Primer 02 Pria Laot 11,71 18,49 Tidak mamp u

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Pria Laot tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

(8)

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 28 Sub DAS Teupin Kareung

No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasitas 2032, m3/d Ketera ngan 67 Primer101 Teupin Kareung 11 41,02 18,73 Mampu 68 Primer102 Teupin Kareung 74,8 9 60,08 Mampu 69 Primer103 Teupin Kareung 78,3 6 66,55 Mampu 70 Primer104 Teupin Kareung 43,6 2 61,33 Tidak mampu 71 Primer105 Teupin Kareung 34,6 7 29,99 Mampu

Gambar 2. Identifikasi saluran Primer Kota

Sabang

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa satu saluran primer yang berada di Sub DAS Teupin Kareung yang tidak mampu menampung kapasitas saluran yaitu Primer 04 Teupin Kareung sedangkan yang lainnya masih mampu .

Sub DAS Ujung Bau No Segmen Saluran Kapasitas eksisiting Qk, m3/d Kapasita s 2032, m3/d 1 Keterangan 72 Primer 01 Ujung Bau 120,31 12,55 Mampu 73 Primer 02 Ujung Bau 74,77 32,82 Mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Ujung Bau mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

Untuk mempermudah verifikasi tersebut kesemua analisis diatas maka dibuat peta tematik sebagai berikut :

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Debit limpasan akibat Perubahan tataguna lahan1pada Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sabang pada tahun 2032 sebagiannya tidak mampu menampung limpasan yang terjadi seiring bertambahnya tata guna lahan kawasan permukiman 13,94%, kawasan industri 5,90%, kawasan khusus bandara (0,89%), dan kawasan perdagangan/jasa (0,66%), terutama Sub DAS Anoi Itam, Balohan, Pria Laot, Keunekai, Paya Seunara, Aneuk Laot, dan Krueng Ceunohot.

2. Hanya Sub-DAS Ceuhum, Ujung Bau, Gua Sarang, Teupin Kareung, dan Iboih yang masih mampu menampung debit limpasan pada saluran primer eksisting.

(9)

29 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 3. Adanya penyempitan saluran primer di

bahagian hilir saluran primer di kawasan pertokoan dan permukiman.

Saran

1. Drainase kota Sabang sebaiknya di tata dengan prinsip eco-drainase sebagaimana yang telah direncanakan dalam Materi Teknis RTRW Kota Sabang Tahun 2012-2032.

2. Peruntukan atau pemanfaatan lahan sebaiknya harus memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.

3 Untuk menghindari konflik sosial perlu mempertimbangkan normalisasi dengan adanya perbaikan saluran primer dan tetap mempertahankan dimensi eksistingnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azmeri, Masimin, Rizalihadi M, Fauzi A, 2011,

Model Indeks Banjir Dan Probabilitas Resiko Pada Daerah Bantaran Banjir Krueng Meureudu Di Pidie Jaya Provinsi Aceh, Jurnal Dinamika Teknik Sipil,

Volume II, No.2, pp.112-117.

Isa , H. A, 2015, Analisis Drainase Kota

Sabang Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan, Tesis, Universitas Syiah Kuala,

Banda Aceh.

Kodoatie, Robert J, 2013, Rekayasa dan

Manajemen Banjir Kota, Penerbit Andi,

Yogjakarta.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang

Berkelanjutan, Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Yulianur, A, 2003, Drainase Perkotaan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Yelza, M, Nugroho, J, & Natasaputra, S, 2010,

Pengaruh Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Debit Limpasan Drainase di Kota Bukit Tinggi, Jurnal Institut

Gambar

Gambar 1. Pembagian Sub-DAS Kota Sabang
Gambar  2.  Identifikasi  saluran  Primer  Kota

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal di atas, permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah menitikberatkan pada “Tingkat Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Berdasarkan observasi langsung bahwa adanya perbedaan pelaksanaan model praktik keperawatan profesional pemula sesudah mendapat pelatihan model praktik keperawatan

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 30 Undang- undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh

tiap madrasah/PPS pada tahun ajaran baru diperkirakan terlambat, disarankan agar jumlah dana BOS periode ini didasarkan pada data periode April Juni. Selanjutnya

Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode

Dalam kemampuan komunikasi matematika misalnya komunikasi tulis terlihat pada indikator menyelesaikan masalah, dan berkomunikasi lisan pada indikator bekerjasama dengan orang

Terputusnya suatu daerah dari pemerintah pusat akan menghambat kemajuan suatu daerah, karena jembatan merupakan salah satu alat yang sangat vital bagi kelancaran lalu

Kandou Manado dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah didapatkan