• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKILAS TENTANG EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL. Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKILAS TENTANG EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL. Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SEKILAS TENTANG EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL Oleh : Chaidir Nasution

A. PENDAHULUAN

ABSTRAK

Dua sistem ekonomi utama (mainstream) yakni ekonomi Kapitalis dan Sosialis, hingga kini masih menguasai ekonomi dunia. Dari dominasi keduanya dan didukung akan beberapa faktor seperti literatur yang mudah ditemukan, juga pembangunan masyarakat yang berorientasi pada materi, berdampak pada minimnya perhatian dan kemauan untuk memahami dan menerapkan sistem ekonomi lain yang lebih adil, manusiawi, berorientasi pada kinerja dan dibangun atas landasan akidah, yaitu ekonomi Islam.

Kata Kunci : Ekonomi Islam, Konvensional

Kemajuan suatu masyarakat (baca : ekonomi), tidak terlepas dari sistem ekonomi yang dipilih. Sistem ekonomi yang diadopsi suatu bangsa tidak terlepas dari kultur dan karakter yang menjiwai bangsa tersebut.

Hingga kini masyarakat dunia umumnya hanya mengenal dua mainstream ekonomi, yaitu Kapitalisme dengan Adam Smith sebagai tokoh utamanya dimana AS dan beberapa negara Eropa merupakan representasinya, dan Sosialismenya Karl Marx yang muncul sebagai kritik terhadap Kapitalisme (kaum Kapitalis) atau disebut kaum borjuis yang mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi kaum buruh. Adapun negara yang dapat direpresentasikan sebagai penganut Sosialis adalah Uni Soviet (Rusia), Cina, dan beberapa negara Eropa. Kedua sistem Ekonomi tersebut disebut juga dengan ekonomi Konvensional. Dan kedua sistem ekonomi tersebut membangun struktur kehidupan masyarakat yang lebih berorientasi pada aspek material semata.

Selain dua mainstream ekonomi Konvensional tersebut, ada sistem ekonomi yang bertujuan membangun kehidupan masyarakat yang adil dan mampu mengakomodir kebutuhan manusia di dunia maupun di akhirat, karena sistem ekonominya dibangun di atas pondasi akidah sehingga mempengaruhi cara berfikir dan bertindak para ekonom dan pelaku bisnis (usaha) khususnya dan masyarakat secara umum dalam aktifitas produksi, investasi, dan distribusinya.

Dengan akidah juga akan terbangun tata nilai moral dan sosial dalam dunia ekonomi. Sistem ekonomi dimaksud adalah sistem ekonomi Islam. Akibat dominasi pemikiran ekonomi Konvensional, menjadikan ekonomi Islam tidak berkembang sebagaimana mestinya, ditambah praktek ekonomi Konvensional sudah lebih akrab dalam masyarakat.

Beberapa point pemikiran di atas, melatar belakangi penulis untuk mengungkap sekilas tentang ekonomi Islam dan Konvensional.

B. Ekonomi Islam 1. Pengertian

Sebelum memaparkan pengertian ekonomi Islam, ada baiknya dipahami apa yang dimaksud dengan ekonomi itu sendiri. Ekonomi adalah upaya manusia dalam memenuhi pilihan kebutuhan yang tidak terbatas dari pilihan sumberdaya yang terbatas.1 Sedang ilmu ekonomi oleh Paul Samnelson and William Northan (2001) dalam bukunya Economic yang dikutip Heri Sudarsono juga, disebutkan adalah suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditis, untuk menyalurkannya baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.2

Bagaimana dengan ekonomi Islam, pembeda yang mendasar dengan ekonomi Konvensional adalah ekonomi yang dikendalikan oleh nilai-nilai akidah Islam. Ekonomi Islam lebih sebagai pandangan Islam yang kompleks sebagai ekspresi akidah Islam dengan nuansa yang luas dan target yang jelas. Ekspresi akidah melahirkan corak pemikiran dan metode aplikasinya, baik dalam konteks Undang-Undang kemasyarakatan, perpolitikan, atau perekonomian.3

Akidah Islam merupakan azas dasar, falsafah pandangan dan bukan merupakan cara individu dalam olah harta atau dalam berekonomi. Hanya azas dasar ini memiliki pengaruh kuat pada perilaku

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung 1

Heri Sudarsono (2003), Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Yogyakarta, hal. 10

2

Heri Sudarsono (2003), Ibid

(2)

individu dalam berekonomi, sehingga kegiatan investasi, produksi, distribusi, pemasaran, dan konsumsi diwarnai akan azas dasar sebagai falsafah.

Dalam Islam, ada tiga faktor yang mempengaruhi individu dalam tindak ekonomi, yaitu: 1. Faktor akidah, faktor ini berpengaruh kuat pada jiwa dan sikap seseorang dalam hidupnya.

2. Faktor moral, faktor ini sebagai refleksi akidah seseorang, sehingga menjadikan seseorang mempunyai rasa kemanusiaan (humanis) dan bertanggung jawab pada perilakunya.

3. Faktor syariah (hukum), faktor ini sebagai penentu bagi seseorang dalam berSosialisasi di masyarakat luas.4

Ketiga faktor tersebut bersinergi, misalnya dalam konteks jual beli, syariah mengatur ketentuan-ketentuan jual beli yang sah yakni adanya akad dan tidak gharar (penipuan), tapi syariah tidak mengatur/menyentuh aspek motif seseorang dalam berbuat. Disinilah fungsi moral sebagai pembimbing hati dalam bertindak (jual beli/bertasarruf). Keterikatan pada ketentuan hukum (syariah) dan sikap moral pada dasarnya adalah merupakan refleksi akidah. Oleh karenanya kegiatan investasi, produksi, distribusi, dan pemasaran dalam ekonomi Islam tetap harus mengacu pada tatanan moral dan tidak boleh merugikan umum. Dengan demikian dapat dipahami relevansi institusi infak, zakat, sedekah dalam ekonomi Islam, selain ajaran Islam memandang hidup bukan sebagai tujuan final dan kepemilikan individu tidak mutlak dan bukan tanpa aturan, juga guna membangun kehidupan sejahtera, harmonis dalam masyarakat luas. Oleh karenanya perilaku tabzdzir, isrof (berlebihan), taqrir (kikir), ihtikar (monopoli), maghrib (maisir, ghoror, riba, dan bathil) dalam ekonomi Islam dilarang (harus dihindari), dan sebaliknya kegiatan ekonomi harus dibangun atas landasan keadilan (fairness), kejujuran (sincerity), dan keterbukaan (tranparancy).

2. Masalah yang dihadapi

Idealnya rambu-rambu dan tujuan ekonomi Islam, ternyata tidak serta merta dijadikan pilihan ekonomi dunia. Dengan kata lain, perkembangan penerapan ekonomi Islam belum sesuai dengan harapan, dan sistem ekonomi Kapitalis dan Sosialis masih tetap mewarnai ekonomi masyarakat luas.

Beberapa masalah yang dihadapi ekonomi Islam seperti, antar lain:5 a. Dominasi literatur ekonomi Konvensional

Terbangun opini masyarakat bahwa tidak ada ekonomi yang mampu mejawab masalah-masalah aktual kecuali ekonomi Konvensional. Akibatnya masyarakat seolah-olah mendapatkan pembenaran, sehingga mengesampingkan ide pengetahuan lain seperti ekonomi Islam.

Pengaruh dominasi literatur ekonomi Konvensional membangun suatu keyakinan akan kebenaran ekonomi Konvensional pada ruang bawah sadar masyarakat, dan dampaknya sebagaian masyarakat beramai-ramai menggunakan/menerapkan praktek ekonomi Konvensional, dengan apriori mereka menilai ekonomi Islam tidak mampu memberikan keyakinan untuk dapat hidup lebih baik. Pada akhirnya mereka beranggapan bahwa ekonomi Islam tidak lain sama dengan ekonomi Konvensional yang dipoles dengan doktrin dan nilai-nilai keagamaan.

b. Masyakat sudah lebih dahulu mengenal ekonomi Konvensional

Kegiatan ekonomi masyarakat terkait dengan investasi, produksi, distribusi, pemasaran, dan konsumsi sudah lama berlangsung mengacu pada ekonomi Konvensional dengan orientasinya keuntungan materi (profit oriented) semata dan mengabaikan nilai-nilai moral. Masyarakat pendukung ekonomi Konvensional, berat untuk meninggalkan sistem bunga dalam transaksi ekonominya, sementara ekonomi Islam tidak melegitimasi adanya bunga dalam transaksi ekonomi tapi yang dikenal adalah nisbah (prosentase) bagi hasil.

c. Belum adanya representasi ideal negara yang menerapkan ekonomi Islam

Beberapa negara yang menjadikan Islam sebagai dasar kenegaraannya, sebut saja seperti Pakistan, Irak, Iran, Palestina, Arab Saudi, Yaman dan sebagainya, ternyata kemakmurannya jauh di bawah negara yang menerapkan sistem ekonomi Konvensional.6

d. Pandangan hidup masyarakat materialistis

Kenyataan ini memperkuat masyarakat tidak yakin dengan sistem ekonomi Islam yang diharapkan mampu mensejahterakan dibandingkan sistem ekonomi Konvensional.

Masyarakat menilai baik tidaknya usaha dimaknai usaha tertentu yang dipersempit dengan batas-batas materi, seperti jenis usaha dan besar pendapatannya, sehingga yang namanya pedagang kaki lima (PKL), loper koran, tukang rongsokan, tukang bangunan, tukang bakso dan sebagainya dipandang remeh (kurang dihargai) karena secara materi tidak menghasilkan banyak pendapatan.

4 Ibid, hal.3 5

Heri Sudarsono (2003), Loc Cit, hal. 19

6

Amerika Serikat dan beberapa negara eropa untuk ekonomi Kapitalis, dan Rusia, cina dan beberapa negara eropa untuk ekonomi Sosialis

(3)

Dengan kata lain, kemuliaan dalam masyarakat dilihat dari sisi jenis usaha dan berapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut.

Kondisi tersebut membentuk masyarakat pragmatis, pengetahuan dan keterampilan yang menjanjikan penghasilan tinggi sangat diminati, sedang pengetahuan dan keterampilan yang dianggap/dipahami kurang mnejanjikan masa depan dan penghasilan seperti pengetahuan tentang ekonomi Islam yang relatif baru berkembang, kurang mendapat tanggapan.

C. Ekonomi Konvensional

Dimaksud dengan ekonomi Konvensional di sini adalah ekonomi Kapitalis dengan Adam Smith (1723-1790) tokoh utamanya, dan ekonomi Sosialis dimana Karl Marx (1818-1883) sebagai tokohnya. Kedua sistem ekonomi tersebut hingga kini masih merupakan sistem ekonomi utama (mainstream) dunia, sekalipun keduanya tidak lepas dari evalusai internal penganutnya dan melahirakan aliran-aliran baru, namun tidak mutlak lepas dari ajaran utamanya.

Kegagalan sistem Kapitalis Adam Smith dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, memunculkan sistem Kapitalis yang dikendalikan negara (state Kapitalism) dengan Friedrich List (1789-1846) sebagai tokohnya, sekalipun kemudian disempurkan menjadi welfare state (negara kemakmuran) oleh Adolf Wagner.

Hal yang sama juga terjadi pada ekonomi Sosialis. Sosialis Karl Heindrich Marx (Karl Marx) dikembangkan oleh Al thusser yang dikenal dengan teori struk turalismenya, Samir Amin dan Andre Grander Frank dengan teori ketergantungannya, dan Antonio Gramsci dengan teori hegemoninya.7

1. Ekonomi Kapitalis

Prinsip Ekonomi Konvensional

Ajaran Kapitalis memberikan kebebasan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. Maka, dengan sumber daya terbatas dalam ekonomi Kapitalis berupaya mendapatkan keuntungan yang maksimal. Menurut Kapitalisme kebebasan manusia tidak tak terbatas, kebebasan manusia dibatasi oleh kebebasan manusia lain. Salah satu sikap hidup Kapitalis adalah kebebasan dalam mengungkapkan pendapat atas dasar hak asasi manusia. Pembenaran akan kebebasan menimbulkan persaingan yang tinggi diantara sesama dalam rangka agar tidak tersingkir dari pasar. Sistem Kapitalis yang cenderung mendorong berfikir opportunis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, menimbulkan pembenaran perilaku dalam usaha mendapatkan keuntungan, terlepas apakah sesuai dengan moral atau tidak. Dalam sistem ekonomi Kapitalis ada beberapa prinsip yang dikenal:

a. Ekspansi kekayaan dan produksi maksimal guna pemenuhan keinginan secara individual hal yang esensial bagi kesejahteraan manusia.

b. Kebebasan individu dalam mengaktualkan kepentingan dan kepemilikan serta pengelolaan kekayaan pribadi, merupakan hal penting bagi inisiatif individu.

c. Inisiatif individual ditambah dengan keputusan yang desenteralisasi dalam pasar yang kompetitif, merupakan syarat utama dalam mewujudkan efisiensi alokasi sumber daya.

d. Peran pemerintah atau penilaian kolektif tidak penting, baik dalam efisiensi alokatif maupun pemerataan distributif.

e. Melayani kepentingan diri sendiri, secara otomatis melayani kepentingan sosial kolektif.8

Dengan prinsip tersebut di atas, terdapat nilai-nilai positif/kebaikan dari ekonomi Kapitalis. Kebaikan dimaksud antara lain:

1. Kebebasan

Adanya kebebasan ekonomi menurut Kapitalis sangat baik bagi masyarakat. Kebebasan merupakan dasar hukum ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.9

2. Meningkatkan produksi

Kebebasan merupakan fitrah manusia, dengannya akan mendukung munculnya daya kreatif dalam mengelola sumber daya ekonomi. Dengan fitrah kebebasan manusia akan berani menyikapi segala hal.

Persaingan bebas antar individu mewujudkan tingkat produksi dan harga pada batas wajar. Persaingan akan mempertahankan tahap keuntungan dan upah pada tingkat yang dapat diterima

7 Dawam Rahardjo (1995), Islam dan Transpormasi sosio ekonomi, yogyakarta, hal.78 8

M. Umer Chapra (2000), Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta, hal.18. lihat juga Heri Sudarsono (2003), Loc Cit, hal.92

(4)

pasar. Keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar merupakan mekanisme yang diperlukan sebagai wujud berjalannya ekonomi secara fair.

3. Profit motif

Keuntungan merupakan faktor yang menentukan keberlangsungan usaha pada sistem Kapitalis. Kesempatan usaha dan perolehan keuntungan memiliki korelatif, dan motif keuntungan inilah yang memotivasi kehidupan Kapitalis lebih dinamis.10

1. Ketimpangan sosial

Dibalik hal-hal positif dari ekonomi Kapitalis, ada juga beberapa kelemahan yang terjadi antara lain:

Dengan persaingan bebas mendorong setiap orang untuk lebih mengutamakan kepentingannya sendiri. Orang yang berkecukupan tidak menaruh peduli pada orang kurang mampu, karena kepedulian bukan merupakan kewajiban seseorang. Kelompok kaya (pengusaha) menjadikan kekayaannya sebagai alasan untuk mendapat banyak fasilitas dari pemerintah karena merasa dengan kekayaannya (melalui kewajiban pajak) telah andil besar dalam pembangunan.

2. Krisis moral

Karena setiap orang berusaha mengejar kekayaan agar mendapat mendapat peran lebih di masyarakat, mengakibatkan kesempatan berinteraksi dengan warga masyarakat sekitarnya hilang. Dari hari ke hari kehidupan disibukkan dengan menjalankan jadwal/rencana untuk mendapatkan kekayaan.

3. Materialistis

Dalam kehidupan Kapitalis, nilai-nilai sosial seperti kerjasama, saling membantu dan sebagainya, kurang mendapat tempat. Setiap kegiatan ekonomi didasarkan atas terpenuhinya optimalisasi produksi guna mencapai output dan keuntungan produksi. Dampaknya kehidupan bermasyarakat sekedar memenuhi aspek-aspek produksi sehingga masyarakat selalu berhitung untung rugi secara material, keadaan ini menjadikan perilaku transaksional dalam kehidupan masyarakat.

4. Mengesampingkan kesejahteraan

Bagi masyarakat Kapitalis pertumbuhan ekonomi lebih mendapat perhatian daripada pemerataan ekonomi, dengan alasan pemerataan ekonomi dengan sendirinya terwujud dengan adanya pertumbuhan (tricle down effect). Hal ini sebagai dampak dari mekanisme modal yang berputar pada kalangan pengusaha saja.11

2. Ekonomi Sosialis

Kemakmuran bersama merupakan tujuan bagi ekonomi Sosialis. Filosofinya adalah bagaimana bersama-sama memperoleh kesejahteraan. Alat-alat produksi harus dikuasai negara guna melindungi rakyat. Sosialis meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi paling tinggi dibanding alat produksi, sehingga manusia tidak kehilangan esensi kemanusiaannya.

Beberapa hal yang menjadi prinsip ekonomi Sosialis adalah: a. Harta milik negara

Rakyat tidak mempunyai hak untuk memiliki harta, kecuali harta-harta tertentu yang ditetapkan negara. Atas dasar itu, seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik dan diatur negara.12

b. Kesamaan ekonomi

Masyarakat bekerja bukan karena kepemilikan yang akan diperoleh dari kerjanya, tapi lebih pada keterikatan aturan apa yang harus mereka kerjakan. Rakyat mendapatkan hasil melalui pembagian yang rata oleh negara.

Menurut ekonomi Sosialis, hak-hak individu dalam bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip persamaan berdasarkan kebutuhan minimal perorang perharinya. Dan kesamaan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya didasarkan atas asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas pelayanan.13

1. Kebutuhan pokok disediakan negara

Dengan prinsip ekonomi Sosialis tersebut, terdapat beberapa hal positif antara lain seperti:

Kebutuhan pokok warga negara seperti pakaian, makanan/minuman, rumah, fasilitas kesehatan dan lainnya, disediakan oleh negara. Setiap orang mendapatkan pekerjaan yang ditentukan oleh negara.

10 Heri Sudarsono (2003), Loc Cit, hal.94 11

Heri Sudarsono (2003), Ibid, hal.98

12

Afzalur Rahman (1995), Doktrin Ekonomi Islam (terj), yogyakarta, hal.6

(5)

Untuk orang tua dan orang yang cacat fisik dan atau mental dirawat dan diawasi negara, negara merasa memiliki sepenuhnya atas rakyatnya.14

2. Negara menguasai/memiliki produksi

Kepemilikan dan pengelolaan setiap bentuk produksi dikuasai oleh negara, dan keuntungan yang diperoleh digunakan untuk kepentingan negara, seperti kebutuhan rakyat akan makan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Sekalipun distribusi sarana kebutuhan masyarakat oleh pemerintah ada kalanya tidak adil, karena pemerintah lebih fokus pada sarana produksi yang berhubungan dengan kepentingan negara.15

1. Transaksi sulit

Adapun kelemahan yang terdapat pada ekonomi Sosialis, antara lain adalah:

Warga/individu sulit melakukan tawar menawar, warga terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak atas harta milik sekedar untuk mendapatkan makanan. Sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya dikelola oleh negara. Transaksi yang dilakukan warga bisa melanggar hukum. Jual beli dan harga ditentukan oleh pemerintah. Kestabilan perekonomian disebabkan tingkat harga ditentukan pemerintah, bukan oleh mekanisme pasar.16

2. Membatasi kebebasan

Ekonomi Sosialis menolak sifat mementingkan diri sendiri dan kepentingan golongan. Kebebasan warga sangat terbatas selain tidak ada hak untuk berkumpul dan berserikat, untuk melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kepentingan pribadi saja sangat terbatas. Sistim Sosialis sangat membelenggu kehidupan masyarakat pada kegiatan yang lebih mekanistik, masyarakat dikondisikan untuk berhadapan dengan pola kerja yang sama dari hari ke hari.17

D. Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan: bahwa ekonomi Konvensional (Kapitalis dan Sosialis) dibangun atas landasan filosofi manusia/tokohnya-Adam Smith dengan ajaran Kapitalisnya, dan Karl Marx dengan Sosialisnya. Sedang ekonomi Islam didasarkan pada filosofi Ketuhanan (Akidah/Tauhid), sehingga berpengaruh pada perilaku individu dan masyarakat dalam kegiatan ekonomi (investasi, produksi, distribusi, pemasaran dan konsumsi).

DAFTAR PUSTAKA

A. Karim, Adiwarman (2001), Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press. Chapra, M. Umer (2000), Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani.

Mannan, M. Abdul (1997), Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Nabahan, M. Faruq (2000), Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: UII Press.

Qardhawi, Yusuf (1997), Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta: Robbani Press.

Qardhawi, Yusuf (1997), Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gemma Insani Press.

Rahardja, Dawam (1999), Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat.

Rahman, Afzalur (1995), Doktrin Ekonomi Islam (terj), Jilid 1, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. Sudarsono, Heri (2003), Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia. Zaky Al kaaf, Abdullah (2002), Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia.

14 Ibid 15

M. Umer Chapra (2000), Loc Cit, hal.84

16

Afzalur Rahman (1995), Loc Cit, hal.7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, untuk memperjelas permasalahan yang diteliti, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychological well-being dengan kepuasan kerja wiraniaga Nasmoco Grup di Semarang dan untuk

Untuk itu maka pada penelitian ini akan dilakukan analisis ruas jalan rawan kecelakaan lalulintas di Kota Kupang, khususnya pada ruas jalan arteri dan kolektor, serta

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan menentukan jarak antara titik dan

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Model pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara

[r]

۲۱۱ ), hlm.. ةغللا ةيبرعلا سيل نع ةفرعم دعاوق نكلو ،طقف لصفلا في رشابم ةيبرعلا ةغللاب ملكتت ةيسمر لصفلا جرالخا في وأ ةيسمر. بحأس ةيفللخا هذه نم ث

Atas hal tersebut bahwa atribut produk bank bjb syariah dengan memperhatikan indikator produk mulai dari informasi produk, pilihan produk dan pengembangan produk,