• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TAMAN BATU DI KELURAHAN BALLEANGIN KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TAMAN BATU DI KELURAHAN BALLEANGIN KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas

Muhammadiyah Makassar

Oleh: HERLINDA 10538276413

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

vi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 9022

www.fkip-unismuh.info

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :Herlinda

Nim : 105382 764 13 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2017 Yang membuat pernyataan

Herlinda

(5)

vii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Alamat : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 9022 www fkip-unismuh.info

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Herlinda

Nim : 105382 764 13 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober2017 Yang Membuat Perjanjian

Herlinda

Diketahui;

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam, M.Si. NBM: 951 829

(6)

MOTTO

Hidup itu seperti sepeda

Agar tetap seimbang

Kau harus terus bergerak

~ Albert Einstein

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati

Kupersembahkan karya sederhana

Ini kepada Ayah dan Ibu atas segala doa dan kasih sayangnya

Serta keluarga dan sahabat-sahabat

Yang senantiasa berdoa serta membantu dengan tulus

Ikhlas baik moral maupun moril untuk kesuksesan penulis

(7)

Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di Bimbing Oleh Nurdin sebagai pembimbing I dan Tasrif Akib sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) strategi pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep, (ii) Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Batudi Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa atau perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi, dengan menekankan pada sifat kealamiahan sumber data sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif itu sendiri. Instrumen penelitian ini yaitu, pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan mengenai partisipasi masyarakat. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi atas 2 yaitu : data primer dan data sekunder. Dalam penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman batu peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Analisis Interaktif. Teknik analis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triagulasi sumber, waktu dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (i) dalam pengembangan objek wisata taman batu menunjukkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam setempat atau pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk objek wisata Taman Batu. (ii) Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang wisata tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri untuk penyediaan fasilitas untuk menunjang objek wisata.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah titik dari sederhana berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatarmorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua H. Idris dan Hj. Atirah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis

(9)

x

bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesai skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE, M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. H. Nursalam, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Ibu Nur Ida, S.Ag selaku lurah Balleangin yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuanganku Sri Reski yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.

(10)

xi

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, Oktober 2017

(11)

xiii

Tabel4.1 : Ibu Kota Kabupaten Pangkep ... 36 Tabel4.2 : Jumlah Fasilitas Pendidikan ... 39 Tabel 5.1 : Nilai Kebaharuan / Novelti Hasil Penelitian ... . 64

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)
(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan objek wisata saat ini mengalami berbagai perubahan, baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di negara maju pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan merupakan kebutuhan hidup suatu manusia. Namun demikian di negara-negara sedang berkembang atau yang sering disebut negara dunia ketiga pariwisata baru dalam taraf perkembangan. Pengembangan objek wisata di dunia ketiga lebih berorientasi ke objek wisata alternatif dan objek wisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengujungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung.

Salah satu potensi sumber-sumber penerimaan daerah yang memilki peluang dan prospek yang tinggi adalah sektor objek wisata. Semenjak merosotnya pendapatan negara terutama dari sumber alam minyak dan gas bumi pada periode tahun 1980-an, pemerintah serta pakar mulai mengarahkan pandangan dan perhatian untuk mencari potensi dan memanfaatkan potensi dari sektor lain yang dirasakan cukup potensial.

(15)

Spillane (1992) dalam Amdani (2008) berpendapat mengenai keutamaan pariwisata bahwa “Temuan dari sumber alam yang lain selain dari sektor migas diharapkan mampu membantu bahkan mengalih fungsikan sebagai dukungan perekonomian dan diperkirakan mempunyai peluang besar, baik di pasaran nasional maupun internasional adalah sektor pariwisata atau industri”.

Secara sederhana berkaitan dengan pengembangan partisifasi masyarakat lokal terhadap objek wisata yang dimiliki terutama pada daerah yang tidak pernah tersentuh oleh para wisatawan hanya karena tidak adanya pengembangan partisifasi masyarakat lokal sebenarnya sangat penting sekali pengembangan partisipasi masyarakat lokal untuk meningkatkan daya tarik para wisatawan dengan itu akan membawa dampak positif bagi masyarakatnya baik dalam perekonomian, sosial. Maupun menyadarkan bahwa pentingnya melestarikan objek wisata yang telah di karuniai Tuhan.

Karena partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya serta bagaimana meningkatkan daya tarik wisatawan. Selama ini kita ketahui bahwa keterlibatan partisifasi masyarakat terhadap objek wisata sangat minim hal ini dikarenakan pengetahuan serta bagaimana cara mengelolanya yang menjadi kebinggungan bagi masyarakat tersebut oleh karenanya betapa pentingnya pemerintah dan swasta sebagai pendorong yang memberikan pendidikan bagi

(16)

3

masyarakat untuk menjadi stakeholders yang nanti akan mengelola dan mengekspous objek wisata yang jauh dari sentuhan wisatawan.

Oleh karenanya kita ketahui bahwa keterlibatan masyarakat terhadap objek wisata sangat minim maka perlunya masyarakat setempat dijadikan sebagai peran utama dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta mendidik, memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan objek wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya pendidikan itupun bisa dilakukan antara lain dengan cara tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat. Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya. Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa pengembangan di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata.

Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan. Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan

(17)

ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat, memberdayakan masyarakat desa wisata Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut.

Sehubungan dengan pengembangan partisipasi masyarakat lokal terhadap objek wisata yang belum tersentuh oleh wisatawan akan memberikan dampak positif seperti memperluas pasar bagi produk Indonesia kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Menambah devisa negara perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara, memperluas lapangan kerja dengan demikian dalam pengembangan partisifasi masyarakat local untuk meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap objek wisata yang belum tersentuh oleh para wisatawan sangatlah penting agar tepat-tempat wisata tidak banyak tertinggal padahal dengan keeksotisannya sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya serta meningkatkan devisa perekonomian masyarakat lokal.

Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Perencanaan Nasional Pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di dunia internasional.

(18)

5

Dalam konteks pengembangan ekonomi, sosial dan budaya di daerah, pengembangan sektor pariwisata memiliki pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu sektor pariwisata dapat membantu pelestarian nilai dan budaya lokal, serta berpotensi menjembatani perbedaan sosial budaya dan kesenjangan ekonomi. Namun jika tidak dikembangkan secara terencana dan hati-hati, industri pariwisata juga memberikan peluang bagi munculnya berbagai dampak negatif yang merugikan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di daerah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, kebijakan pengembangan sektor pariwisata daerah haruslah memperhitungkan secara cermat baik dampak positif maupun negatifnya. Peran pemerintah daerah sebagai inisiator, motivator, fasilitator dan advokator dalam konteks ini sangat menentukan kebarhasilan pengembangan pariwisata. Selain itu sub sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan atau Community Based Tourism Development (CBTD).

Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32 tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan

(19)

pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik wisata.

Menurut Nurmawati (2006), pengembangan wisata alam dan wisata budaya dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saat ini perencanaan pengembangan pariwisata menggunakan community approach atau community based

development. Dalam hal ini masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki dan

mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi urbanisasi (Nurhayati, 2005).

(20)

7

Menurut Panji (2005), usaha-usaha pengembangan objek wisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengembangan desa wisata.

Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan “keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson (2001) partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya.

Selama ini pengembangan objek wisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih

(21)

memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan objek wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan objek wisata.

Desa wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisatanya. Selanjutnya desa wisata adalah suatu bentuk integrasiantara atraksi, akomodasi dan fasilitaspendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993).

Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi:

1. Berawal dari masyarakat 2. Memiliki muatan lokal

3. Memiliki komitmen bersama masyarakat 4. Memiliki kelembagaan

(22)

9

6. Adanya pendampingan dan pembinaan 7. Adanya motivasi

8. Adanya kemitraan

9. Adanya forum Komunikasi 10. Adanya studi orientasi.

Salah satu dearah yang berpotensi besar dalam sektor pariwisata dan membutuhkan pengembangan partisipatif adalah daerah Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan Indonesia. Kabupaten Pangkep memiliki potensi 11 objek wisata yang cukup potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam, goa, sumber air terjun, seni budaya dan peninggalan sejarah. Potensi 11 objek wisata itu diantaranya, Leang Pa’niki, Leang Lonrong, Mata Air Ka’lobang Kalengkere, Air Terjun Kampoang, Leang Kassi, Pulau Cangke, Kalibbong Alloa, Bukit Sorongan, Pulau Pannambungan, Permandian Mattampa dan Pulau Camba–cambang.

Dari hasil pengamatan, pengembangan pariwisata di Kabupaten Pangkep harus difokuskan pada pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat dengan dukungan fasilitas dan aksesibilitas. Fokus pembangunan kepariwisataan ini akan mampu memposisikan objek wisata yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai destinasi utama pariwisata Kabupaten Pangkep. Fokus pembangunan kepariwisataan ini perlu dibicarakan dan menjadi komitmen seluruh

stakeholders dalam pembangunan kepariwisataan daerah.

Dilihat dari perkembangan pengunjungnya, objek wisata yang cukup berkembang di Kabupaten Pangkep adalah objek wisata Pulau Camba-cambang.

(23)

Selain objek wisata Pulau Camba-cambang, juga masih terdapat objek wisata Permandian Mattampa yang terletak di pinggir jalan poros Kabupaten Pangkep. Tetapi jika dibandingkan dengan Taman Batu, objek wisata ini masih jauh tertinggal sehingga perlu di identifikasi permasalahan yang menghambat pengembangan tersebut. Langkah selanjutnya dapat dikembangkan menggunakan strategi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal karena masyarakat lokal sebagai salah satu faktor vital dalam pengembangan objek wisata.

Taman Batu sebagai salah satu daerah tujuan wisata (tourist destination area) perlu dilakukan pengembangan secara berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung dan faktor penahan wisatawan lebih lama tinggal yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul : “Partisipasi

Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang akan diangkat adalah :

1. Bagaimana strategi pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ?

(24)

11

2. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

2. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Bagi ilmu kepariwisataan diharapkan dapat digunakan sebagai dasar studi lanjutan yang dapat dikaji dan di kembangkan lebih lanjut khususnya optimalisasi kawasan wisata yang terkait karena memberikan manfaat positif bagi partisipasi dalam pengembangan objek wisata.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah dan Lembaga Terkait dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi Pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Pangkep

(25)

dalam upaya perencanaan dan pengembangan pariwisata khususnya pada objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin, Kabupaten Pangkep. b. Bagi Masyarakat

1) Meningkatkan wawasan masyarakat Kabupaten Pangkep khusunya di Kelurahan Balleangin,tentang sektor industri pariwisata. Meningkatkan kesadaran masyarakat agarberpartisipasi dalam pengembangkan, pengelolaan dan menjaga objek-objek wisata di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

2) Memberi masukan kepada tokoh masyarakat, pemerintah, dinaspariwisata, dan seluruh lembaga terkait di Kelurahan BalleanginKabupaten Pangkep, mengenai pentingnya pengembangan sektor industri pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti mengenai perencanaan dan pengembangan sektor industri pariwisata pada objek wisata Taman Batudi Kelurahan Balleangin,Kabupaten Pangkep, sehingga dapat berpartisipasi bersama masyarakat untuk menjaga kelestarian objek wisata tersebut.

(26)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Penelitian Relevan

Adapun penelitian yang relevan yang kaitannya erat dengan penelitianpenulis yaitu :

1. A. Oktami Dewi A. A. P, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Objek Wisata Bahari Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin Makassar, 2013.

2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Farikhah Elida (2005) dengan judul Pola Pengembangan Pariwisata Yang Berbasis Masyarakat Di

Kepulauan Karimunjawa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susanti (2012) dengan judul

Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Goa Tabuhan Sebagai Daerah Tujuan Wisata (Tourist Destination Area) Di Desa Wareng Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.

4. Mona El Sahawi (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Desa Wisata Dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Ekonomi Masyarakat.

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik yang diucapkan oleh para ahli maupun orang awam.Sampai saat ini belum ada

(27)

pengertian atau defenisi yang dapat diterima secara umum tentang partisipasi.Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang yang dipakai dalam memberikan pengertian atau defenisi. Partisipasi merupakan keterlibatan sejumlah besar orang dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial.Partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat dalam segala hal bentuk kegiatan.

Soejono Soekanto (1993) menyebutkan dalam kamus sosiologi participation ialah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Loekman Soetrisno (1995) menyebutkan partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan. Dalam konsep parisipasi masyarakat, ada beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan tentang paritisipasi masyarkat. Seperti yang dijelaskan oleh Veitzel Rivai (2000: 61) Partisipasi adalah keterlibatan mental, pikiran dan emosi (perasaan) seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut serta bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Salah satu faktor yang mampu mendorong keterlibatan masyarakat yaitu terciptanya persepsi positif dari masyarakat, khususnya yang terkait dengan aspeknilai tambah yang mampu diberikan pariwisata pada perekonomian masyarakat. Maka upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan perlu adanya pengembangan peran serta masyarakat baik sebagai pelaku maupun penerima manfaat (Dinas Pariwisata Jawa Tengah, 2002:II: 16). Dalam konteks

(28)

15

pembangunan Adisasmita (2006: 38) mengatakan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek.

Menurut Adisasmita (2006:42) juga mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi kesedia dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi pembangunan. Menurut Isbandi (2007: 27) Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Rahardjo dalam Mardijono (2008: 19) mengemukakan partisipasidiartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalambentuk pernyataan maupun kegiatan.Lebih lanjut dijelaskan partisipasimerupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan.

(29)

Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat dimobilisasikan. Partisipasi swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain. Menurut koentjaraningrat (2009: 117), ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan.Lagipula, pola itu harus besifat mantap dan kontiniu. Dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat isttiadat yang khas. Warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo(2008:12) membagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ke dalam 4tingkatan, yaitu :

1. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan dan penetapan program pembangunan dan sejauh mana masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk pembangunan.

(30)

17

2. Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa: partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.

4. Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya memberikan saran-saran, kritikan atau protes.

3. Konsep Pengembangan Objek Wisata a. Pengembangan Objek Wisata

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil

(31)

ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik,peninggalan purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002: 20).

Dalam Undang-undang No.9 tahun 1990 disebutkan bahwa obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.Kegiatan wisata biasanya merupakan kegiatan yang bisa memberikan respon yang menyenangkan dan dapat memberikan kepuasan.Oleh karena itu suatu obyek wisata hendaknya dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menimbulkan kesan yang mendalam. Sedangkan objek wisata Menurut Fandeli dalam (Widyasmi 2012: 17), objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumberdaya alam dan tata lingkungannya.

Menurut (Suwantoro 2004: 3) Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, agama, kesehatan maupun kepentingan lainnya seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

(32)

19

Perkembangan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha dan kerja.Peluang tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma,

homestay, restaurant, warung, pedagang asongan, sarana dan olahraga, jasa

dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya (Suwantoro dalam Aziz, 2003: 17).

Dalam pengembangan objek wisata di perlukan strategi pengembangan objek wisata, adapun strategi pengembangan objek wisata bertujuan untuk meningkatkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Beberapa kebijakan pengembangan objek wisata antara lain :

a) Promosi

Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik dalam negeri maupun luar negeri.

b) Aksesibilitas

Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan mencapai kawasan.

c) Kawasan Objek Wisata

(33)

 Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan objek wisata.

 Memperbesar dampak positif pengembangan objek wisata.  Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan. d) Wisata Bahari

Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan.Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.

e) Produk Wisata

Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai daya saing yang tinggi.

f) Sumber Daya Manusia

Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber daya manusia harus memiliki keahlian dan keterampilan yang di perlukan untuk memberi jasa pelayanan pariwisata.

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama, adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial

(34)

21

dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah (Pendit,2002: 20).

4. Strategi Pengembangan Objek Wisata

Menurut Suryono (2004: 80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan: Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan objek wisata, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan objek wisata sarana dan prasarana objek wisata.

Dengan demikian, dari beberapa pendapat para ahli yang di kutip diatas yang berubungan dengan judul proposal ini, penulis dapat menarik suatu kesimpulann, bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata adalah peranan atau keikut sertaan masyarakat dalam proses pengembangan atau pembangunan pada objek wisata tertentu,baik itu secara fisik maupun non fisik. Dalam hal ini masyarakat bukan hanya sebagai penikmat wisata, tapi masyarakat juga berkewajiban memberikan sumbangsi pemikiran, ataupun ikut serta dalam memperhatikan ketertiban dan kenyaman pada objek wisata tertentu.

(35)

5. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan (equilibrium). Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadapa sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Maka jika terjadi konflik, penganut teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan.

Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori (fungsional) senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan.

(36)

23

B. Kerangka Konsep

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu secara umum terbagi atas 3 bagian yaitu:

1. Partisipasi masyarakat dalam penyerapan aspirasi/usulan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam musyawarah rencana pengembangan objek wisata.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan yang didalamnya terdapat partisipasi dalam bentuk tenaga dan partisipasi dalam bentuk uang.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang dimana dalam partisipasi ini masyarakat memanfaatkan pembangunan atau pengembangan yang ada unutk merawat dan mengambil kentungan. Sehingga dengan adanya tiga tahapan partisipasi yang ada pada Bagan Kerangka Pikir dibawah bisa melihat sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman batu Kabupaten Pangkep.

Sedangkan menurut Soetomo (2008: 12) membagi partisipasi dijelaskan kedalam 3 tingkatan, yaitu:

1. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan dan penyerapan program pembangunan dan sejauh mana masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk pembanguan.

(37)

2. Partisipasi dalam pelaksanaan dalam wujud nyata partisipasi berupa: partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang pada tahap pemanfaatan proyek setelah proyek itu selesai dikerjaann. Partisipasi pada tingkatan ini berupauang dan tenaga untuk memelihara dan memanfatkan proyek yang telah dibangun.

Dari beberapa pengertian diatas saya sebagai peneliti dapat menggambarkan kedalam kerangka pikir yaitu:

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Partisipasi Masyarakat Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Kegiatan Musyawarah Rencana Peningkatan Objek Wisata Partisipasi dalam Perencanaan

Partisipasi dalam Bentuk Uang

Pengembangan Objek Wisata Taman Batu

Partisipasi dalam Bentuk Tenaga Penyerapan aspirasi atau Usulan Masyarakat Partisipasi dalam Pelaksanaan

(38)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa atau perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi, dengan menekankan pada sifat kealamiahan sumber data sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif itu sendiri. Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Dalam Sugiyono, ( 2013:115 ) Karakteristik penelitian kualitatif yaitu dilakukan dengan naturalistik / fenomenalogi, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, menggunakan analisis induktif dan pengungkapan suatu peristiwa merupakan tujuan penelitian.Bogdan dan Biklen ( Sugiyono, 2013: 13 ) menyatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, dimana data dikumpulkan dalam bentuk kata – kata, atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Metode penelitian kualitaif dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai kejadian yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian

(39)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.Secara Administratif Luas wilayah Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan12.362,73 Km2 (setelah diadakan analisis Bakosurtanal) untuk wilayah laut seluas 11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 Km2, dan panjang garis pantai di Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang dari barat ke timur.Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan, di mana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan, dan 4 kecamatan terletak di wilayah kepulauan. Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah sebelah Utara berbatsan dengan Kabupaten Barru, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, dan Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali.

C. Informan Penalitian

Informan merupakan berbagai sumber informasi yang dapat memberikan data

yang diperlukan dalam penelitian, penentuan informan penelitian harus disesuaikan dengan jenis data atau informasi yang ingin didapatkan.

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi dari hasil penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian

(40)

27

ditentukan dengan sengaja, sebjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan ( Suyanto, 2005 : 171-172).

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas, maka diperlukan teknik informan.Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan / permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan-pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu persoalan / permasalahan tersebut.Dari penelitian awal yang saya lakukan, ada 3 narasumber yang telah diwawancarai yaitu:

1. Nur Ida, S.Ag selaku staf lurah di Kelurahan Baleangin 2. Hikmawati masyarakat setempat di Kelurhan Baleangin

3. Nur Azizah pengunjung Objek Wisata Taman Batu di Kelurhan Baleangi. Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam melakukan penelitian di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

No Nama Umur Pekerjaan

1 Nur Ida, S.Ag 43 tahun Staf Lurah 2 Puang Monno 41 tahun Karyawan lurah

3 Supu 57 tahun Petani

4 Ismail 60 tahun Peternakan

5 Halijah 52 tahun IRT

6 Rahmi 35 tahun Wiraswasta

7 Hikmawati 28 tahun IRT

8 Akbar 37 tahun Peternak

9 Nur Azizah 22 tahun Mahasiswa

10 Awal 45 tahun Petani

(41)

D. Fokus Penelitian

Spradley ( Sugiyono, 2013: 208) menyatakan bahwa fokus merupakan domain

tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Kabupaten Pangkep.Bentuk Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu adalah keikut sertaan masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman batu yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga lingkungan di sekitar objek wisata taman batu.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri. Penelitian

dapat mengetahui secara langsung melalui proses melihat dan merasakan makna– makna tersembunyi yang dimunculkan objek penelitian. Instrumen penelitian ini yaitu, pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan mengenai Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Kabupaten Pangkep.Selain itu peneliti juga mengukur batas waktu pengumpulan data yang telah dilaksanakan dan peneliti mengkonstruksikan kenyataan yang ada di lapangan dengan hasil wawancara dalam hubungannya dengan pengumpulan data, analisis, dan refleksi.

Adapun instrumen penelitian yaitu : 1. Lembar wawancara

(42)

29

3. Lembar dokumentasi

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi atas 2 yaitu:

1. Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di lapangan dan dikumpulkan dan di amati secara seksama keabsahan datanya.

2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil telaah buku referensi atau dokumentasi.Sumber data terdiri dari sumber informan kunci, informan ahli dan informan biasa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman batu peneliti mengguanakan beberapa cara dalam mengumpulkan data, yaitu :

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara memusatkan perhatian terhadap permasalahan dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti mendatangi lokasi penelitian, selanjutnya melakukan pengamatan dan pencatatan tentang fenomena – fenomena yang ada dilokasi penelitian yaitu Kelurahan Balleangin. Partisipatif yaitu kontribusi informan

(43)

dan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek. Penelitian secara partisipatif artinya observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan disertai partisipasi masyarakat dan partisipasi tersebut ditandai dengan adanya keterlibatan peneliti terhadap objek penelitian yaitu Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep dalam proses penelitian.

2. Wawancara

Wawancara ( interview ), wawancara dilakukan dengan cara mendatangi setiap informan secara langsung atau dilakukan secara bertatap muka. Tetapi, sebelum mendatangi informan peneliti terlebih dahulu membuat janji, karena yang kita takutkan ketika kita tidak membuat janji terlebih dahulu, informan sibuk sehingga tidak dapat memberikan informasi.Oleh karena itu, terlebih dahulu peneliti membuat janji terhadap informan tersebut. Langkah selanjutnya peneliti bertanya mengenai biodata informan seperti pekerjaan, jumlah anak, dan pekerjaan suam bagi yang sudah berkeluarga. Pertanyaan tersebut bertujuan sebagai pengantar dari wawancara agar informan tidak panik atau kaget peneliti bertanya mengenai informasi yang diinginkan.

Kemudian peneliti memulai menanyakan pokok permasalahan, dimana pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang sudah dibuat terlebih dahulu melaksanakan wawancara sebagai panduan agar wawancara tersebut berjalan dengan lancar atau sesuai yang diinginkan atau informasi maka peneliti menyimak, serta mancatat hal – hal penting dan

(44)

31

sekaligus merekamnya melalui HP, pendapat atau informasi yang diungkapkan oleh informan. Ketika kita merasa dapat yang diperoleh sudah cukup serta informan memberikan jawaban yang sama dengan informan lainnya ( memiliki titik jenuh ) maka wawancara tersebut diakhiri dan jangan lupa berterima kasih. Dan yang paling perlu diperhatikan dala melaksanakan wawancara yaitu menjaga tingkah laku, sikap, serta cara bertutur kata.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data dalam bentuk mencatat hasil wawancara langsung, rekaman dan foto atau gambar – gambar di lapangan yang dapat lebih mengakuratkan data penelitian yang berkaitan dengan penelitian Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Kabupaten Pangkep.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematika data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan caramengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. ( Sugiyono, 2013: 244 ).Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Analisis Interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2013: 256-253) mencakup tiga kegiatan, yaitu :

(45)

1. Reduksi Data ( Data Reduction )

Reduksi kata merupakan merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, mencari tema polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data ( Data Display )

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan selanjutnya. Bentuk penyajiannya anatara lain berupa teks naratif, matrik, grafik, network ( jejaring kerja ), dan bagan.

3. Menarik Kesimpulan / Verifikasi ( Conclusion Drawing / Verification )

Tindakan yang dilakukan setelah pengumpulan data berakhir adalah penarikan kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.

I. Teknik Keabsahan Data

Dalam peneitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan anatara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono ( 2013: 270 ) untuk menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

(46)

33

1. Perpanjangan pengamatan : dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan kehadiran peneliti tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang mengganggu perilaku masyarakat. 2. Meningkatkan ketekunan : yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

3. Triangulasi : yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu, triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triagulasi waktu.

4. Analisis kasus negatif : yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data berbeda atau bertentangan ditemukan, maka data tersebut sudah dapat dipercaya.

5. Menggunakan bahan referensi : yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto – foto.

(47)

6. Mengadakan membercheck : yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin kredibel data tersebut dan begitupun sebaliknya.

Apabila mengacu pada konsep kredibilitas tersebut, maka dalam penelitian ini pendekatan yang paling tepat untuk digunakan adalah triangulasi. Adapun jenis triangulasi yang digunakan yaitu :

1. Triangulasi Sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 2. Triangulasi Teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan menggunakan teknik berbeda dari sebelumnya. Misalnya, data awal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda – beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar. 3. Triangulasi Waktu untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

(48)

35

BAB IV

GAMBARAN DAN HISTORI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak di antara 4º40’ LS sampai 8 º00’ LS dan di antara 110 º BT sampai 119 º48’67” BT. Kabupaen yang memiliki landscape tiga dimensi ini mempunyai luas wilayah 1.112,29 Km² atau 111.229 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros

3. Sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki 13 Kecamatan, 65 desa dan 38 Kelurahan. Kecamatan terjauh dari ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Liukang Tangaya, yaitu sejauh 291,29 Km.

(49)

Gambar. 4.1 Peta Kabupaten Pangkep

Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Pangkep berdasarkan komposisi luas dan jarak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.1

Ibu Kota Kabupaten Pangkep

No Kecamatan Ibu kota Kabupaten

1. Liukang Tangaya Pangkajene

2. Liukang Kalmas Pangkajene

3. Liukang Tupabbiring Pangkajene 4. Liukang Tupabbiring Utara Pangkajene

(50)

37

6. Minasatene Pangkajene

7. Balocci Pangkajene

8. Toddong Tallasa Pangkajene

9. Bungoro Pangkajene 10. Labakkang Pangkajene 11. Ma’rang Pangkajene 12. Segeri Pangkajene 13. Mandalle Pangkajene 1. Luas Wilayah

Kecamatan Balocci merupakan Kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 143,48 Km² atau 12,90 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Pangkep. Secara administratif, Kecamatan Balocci terbagi atas 4 Kelurahan, 1 Desa 8 Lingkungan, 2 Dusun, 25 RW, dan 83 RT. Kelima Kelurahan / Desa tersebut adalah Kassi, Tonasa, Balocci Baru, Balleangin dan Tompobulu. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Balleangin dan Barat berbatasan dengan Kelurahan Tonasa. Sementara Utara dan Selatan dipagari oleh pengunungan Karst.

Taman Purbakala Sumpang Bita dengan Tangga Seribunya ada di Kelurahan ini. Juga terdapat sungai dengan belasan air terjun mini yang sebenarnya berpotensi menjadi objek wisata.

(51)

2. Musim

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah yang mempunyai iklim Tropis Basah (Type B) dengan musim kemarau. Curah hujan disuatu wilayah (tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran / pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2012 rata-rata curah hujan per bulan sekitar 201,33 mm.

3. Jumlah Penduduk

Pada tahun 2011 tercatat jumlah penduduk sebanyak 326.357 jiwa, sedangkan di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,34 persen di banding tahun 2011 menjadi 325.239 jiwa. Penduduk merupakan potensis terpenting karena merupakan pelaksana pembangunan juga merupakan obyek pembangunan itu sendiri, atau dengan kata lain faktor penduduk penting terutama dalam kaitannya dengan peningkatan taraf hidup mereka. Jumlah penduduk Kecamatan Balocci pada tahun 2014 sebesar 43.973 jiwa, laki-laki berjumlah 21.315 jiwa dan perempuan sebanyak 22.658 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk agama Islam. Tidak diketahui dengan pasti kapan sesungguhnya penduduk mulai mendiami Kecamatan Balocci ini. Namun saat ini ciri mobilitas yang tinggi dari penduduk Kecamatan Balocci tetap nampak. Salah satu ciri yang tampak hingga saat ini adalah tingkat migrasi mereka relatif tinggi. Sekalipun sulit mendapatkan data yang begitu akurat mengenai keadaan migrasi.

(52)

39

B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Balocci

Kecamatan Balocci dapat dilihat dalam beberapa aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat, diantaranya:

1. Pendidikan

Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional, pendidikan diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Kehidupan masyarakat Kecamatan Balocci sudah banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan dan teknologi. Sistem pendidikan yang semakin berkembang telah menyadarkan pola pikir masyarakat bahwa betapa pentingnya arti pendidikan bagi anak-anak mereka. Dengan demikian masyarakat Kecamatan Balocci berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.

Adapun fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Balocci : Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Pendidikan

Nama Jumlah

TK -

SD 19

SMP 5

SMA 3

(53)

Data diatas menunjukan bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan Balocci yaitu SD 19, SMP 5 dan SMA 3 jadi jumlah keselurahan fasilitas pendidikan di kecamatan balocci sebanyak 27.

2. Pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat di tentukan adanya potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, karena Kecamatn Balocci bagian dari Kabupaten Pangkep, maka perkembangan ekonominya sangat di pengaruhi oleh perkembangan dari Kabupaten Pangkep itu sendiri. Penduduk Kecamatn Balocci sebagian besar berprofesi sebagai petani. Jenis-jenis pekerjaan di luar petani yang sejak lama banyak berkembang khususnya di Kecamatan Balocci, adalah seperti pedagang, pegawai negeri sipil dan peternak disamping itu akses penduduk cukup mudah ketempat lain. Yang dimana pekerjaan pedagang merupakan pekerjaan baik kaum perempuan maupun laki. Selain itu buruh disini baik laki-laki maupun perempuan selain itu juga terdapat anak-anak maupun remaja yang sudah tidak sekolah.

3. Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, yang pada gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif. Walaupun rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang vital bagi masyarakat sudah tersedia. Akan tetapi, pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara

(54)

41

meningkatkan status puskesmas dari puskesmas rawat jalan menjadi puskesmas rawat inap.

Objek Wisata Taman Batu Karst Sepe’e di Kampung Bonto–bonto, Kelurahan Balleangin, Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ini sangat menarik dikunjungi.Perjalanan tidak melelahkan karena pemandangan sejuk di kaki pegunungan. Jarak dari batas Maros – Pangkep hingga Soreang lalu menuju masjid Taqwa sekitar 17 Km. Dari masjid tersebut, lokasi bisa dijangkau dengan roda dua dan roda empat maupun berjalan kaki kurang lebih 100 meter melewati hamparan sawah yang sudah menguning.

(55)

42 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Objek Wisata

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan tentu akan berbeda disetiap individu dalam masyarakat. hal ini terjadi karena dalam lingkungan masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari setiap individunya. Partisipasi dalam pengembangan juga sangat berbeda dari setiap individunya.Partisipasi dalam pengembangan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat interaksi antar masyarakat itu sendiri dengan pemerintah.Interaksi yang dimaksud disini adalah adanya saling pengertian dan saling mendukung antara pemerintah dan masyarakat.Tanpa ada hal tersebut, maka pengembangan sangat tergantung pada peranan pemerintah dalam memberikan dan menimbulkan stimulasi dan motivasi yang mengarah pada kreativitas masyarakat.

Pengembangan objek wisata merupakan suatu kegiatan yangdilakukan secara berencana, menyeluruh dan melibatkan berbagai aspekyang harus dilakukan secara terpadu dan terencana dengan baik. Dalammengimplementasikan sebuah kebijakan, tidak akan terlepas dari faktor-faktoryang mempengaruhi dalam pelaksanaannya. Termasuk dalampelaksanaan strategi yang telah direncanakan oleh Dinas Kebudayaandan Pariwisata Kabupaten Pangkep untuk mengembangkan sektorobjek wisata. Adapun faktor-faktor pendukung atau penghambat yangdihadapi dalam

(56)

43

pelaksanaan strategi pengembanganobjek wisata di Kelurahan Balleangin adalah sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung

1) Alam dan Budaya Menunjang Kenaturalan Objek Wisata

Kelurahan Balleangin sendiri dikenal sebagai surga pegunungan, kondisi alam yang masih terjaga dan jauh dari hiruk pikuk perkotaanmembuat Kelurahan Balleangin menjadi surga bagi para wisatawan yang inginberwisata.Inilah yang menjadi salah satu modal utama yang mendukungsektor objek wisata di Kelurahan Balleangin yakni kondisi alamnya.Sama dengan yang disampaikan oleh pengelola objek wisataTaman Batu, yaitu pak Supu.Pak Supu tinggal tidak jauh dari lokasi Taman Batu.

Pak Supu mengatakan bahwa :

“Pemandangan di dalam itu sangat bagus, karena batu-batunya banyak dan indah. Disamping itu pemandangan disekitar Taman Batu juga menambah keindahannya karena di kelilingi oleh gunung-gunung batu, tapi saya sarankan lebih baik kita berkumjung di waktu pagi atau sore hari saja. Karena kalau siang hari sekitar jam 10.00 s/d jam 15.00 di Taman Batu sangat panas kerna lokasinya dekat daerah persawahan” (Wawancara, 15 Oktober2017).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah objek wisata dengan keindahan alamnya memang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung atau wisatawan.Begitupun dengan objek wisata Taman Batu yang ada di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.Seperti namanya, Taman Batu menawarkan pemandangan hamparan batu kars berwarna abu-abu kehitaman dipadu dengan rerumputan hijau yang seakan memagari kumpulan

(57)

batu kars. Dengan melakukan wisata alam kita harus melestarikan area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat sehingga bisa menjadi objek wisata, agar daerah tersebut memiliki potensi wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan.

2) Kondisi Masyarakat dan Partisipasi akan Sadar Wisata Tinggi

Tak hanya kebersamaan dan adat istiadat yang terus dijaga olehmasyarakat Kelurahan Balleangin tetapi juga kesadaran terhadap sadar wisata.Kesadaran masyarakat Kelurahan Balleangin untuk pengembangan sektor objekwisata dan menjaga kelestarian objek wisata.

3) Kondisi Objek Wisata Memiliki Nilai Jual

Banyaknya potensi pariwisata yang ada di kabupaten Pangkep memiliki nilai jual tersendiri di daya tariknya, sebut saja objek wisata Taman Batu. b. Faktor Penghambat

1) Sarana dan Prasarana

Tidak adanya campur tangan pemerintah setempat atau dari pemerintah pusat Kabupaten Pangkep mengakibatkan kurangnya sarana dan prasaran yang tersedia di Taman Batu.

Pak Supu, menambahkan bahwa :

“Menurut saya Taman Batu itu sangat bagus untuk di jadikan sebagai objek

wisata karena memang pemandangannya bagus, tapi sayangnya belum ada campur tangan dari pemerintah setempat atau pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk objek wisata Taman Batu.Makanya sampai sekarang keadaan Taman Batu masih kurang

Gambar

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Partisipasi Masyarakat  Partisipasi dalam  Pemanfaatan Hasil Kegiatan Musyawarah Rencana Peningkatan Objek Wisata Partisipasi dalam Perencanaan
Tabel 3.1 : Daftar Informan
Tabel 5.1 : Nilai Kebaharuan / Novelti Hasil Penelitian
Foto Peneliti (15 Oktober 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan program Desa Vokasi adalah tingkat

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi, tingkat partisipasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan partisipasi masyarakat

Hasyim, M, 2009, Faktor-Faktor Ekonomi Dan Non Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kota Bima Provinsi

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat danfaktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, khususnya pada tahap pelaksanaan PNPM di Kelurahan Bagan

• Dari penilaian kinerja 5 faktor tersebut, 4 faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi tersebut berbeda berdasarkan tingkat kekumuhannya, yaitu frekuensi dilibatkan,

Hasil menunjukkan bahwa, pada tingkat pendapatan partisipasi responden masyarakat Desa Kema II, Desa Kema III, dan Desa Makalisung, keseluruhannya pada

Bentuk Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Kalabbirang dapat disimpulkan seperti adanya kemauan dari responden yang secara tidak keseluruhan ikut serta atau

Untuk mengetahui sejauh mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, Maka dilakukan