• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TANJUNG BELANDANG KABUPATEN KETAPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TANJUNG BELANDANG KABUPATEN KETAPANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TANJUNG BELANDANG

KABUPATEN KETAPANG

Elsa Yulianti Utami

1)

, Nana Novita Pratiwi

2)

, Riska A.Ayuningtyas

2)

1)Mahasiswi Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

2)Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Abstrak

Pantai Tanjung Belandang memiliki potensi wisata alam yang indah namun belum berkembang secara optimal karena adanya kendala yang menghambat pengembangan wisata. Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan sangat diperlukan agar pengembangan wisata sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun, kenyataannya pendapat masyarakat kurang mendapatkan perhatian dan respon dari pemerintah sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dan gap antara masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Teknik analisis data menggunakan deskriptif untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dan deskriptif korelasi untuk menganalisis hubungan antara karakteristik partisipan dengan bentuk partisipasi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang sangat beragam terdiri dari pikiran, tenaga, keahlian, barang dan uang. Kontribusi yang paling banyak terlihat yaitu dalam bentuk tenaga dan barang. Karakteristik partisipan paling dominan memberikan partisipasi berada di usia >25 tahun dengan karakter jenis kelamin laki-laki. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang berada di tingkat tokenisme dimana masyarakat bisa mengutarakan pendapatnya meskipun belum mendapat jaminan bahwa pendapat akan diterima, karena yang menentukan dan memberikan keputusan adalah pemerintah. Kondisi tersebut menandakan bahwa masyarakat masih bergantung pada arahan keputusan dari pemerintah.

Kata Kunci : Bentuk partisipasi, Pantai Tanjung Belandang, tingkat partisipasi, wisata

Abstract

(Title : Community Participation in Supporting The Development of Tanjung Belandang Beach Tourism in Ketapang Regency). Tanjung Belandang Beach has beautiful natural tourism potential but has not developed optimally because of constraints that hamper tourism development. The involvement of community participation in every decision-making process is needed so that tourism development is in accordance with the needs of the community. from the government, causing social jealousy and gaps between the people. The purpose of this study is to know the level of community participation in supporting tourism development in Tanjung Belandang Beach. The method of research used is a qualitative approach. The data analysis technique used descriptive to determine the form of community participation and descriptive correlation to analyze the relationship between the characteristics of participants and the form of community participation. The results showed that the form of community participation in supporting the development of Tanjung Belandang Beach tourism was very diverse consisting of thoughts, energy, expertise, goods and The most visible contribution is in the form of energy and goods. The most dominant characteristic of participants is participation in the age of >25 years with male sex characteristics. The level of community participation in supporting the development of Tanjung Belandang Beach tourism is at the level of tokenism where the community can express his opinion even though he has not received a guarantee that the opinion will be accepted, because the one who determines and gives the decision is the government. This condition indicates that the community still depends on the direction of the decision from the government.

Keywords : Form of participation, level of participation, Tanjung Belandang Beach, tourism

---

*) Penulis Korespondensi E-mail: elsautami11@gmail.com

(2)

2

1. Pendahuluan

Pariwisata berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk pengembangan masyarakat dimana jika dilakukan dengan tepat dapat mengatasi sejumlah tantangan pembangunan, termasuk pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal, perdamaian masyarakat, manajemen sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan (Andi, 2011). Kabupaten Ketapang salah satu penyumbang objek wisata di Kalimantan Barat. Menurut Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Ketapang Tahun 2015-2035, Pantai Tanjung Belandang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan pariwisata alam. Diperkuat dalam dokumen RIPPDA Kabupaten Ketapang dimana Pantai Tanjung Belandang termasuk dalam Daerah Tujuan Wisata Primer. Penilaian objek daya tarik wisata dikategorikan potensial untuk dikembangkan (Jainuri et al, 2014)

Pantai Tanjung Belandang terletak di Desa Sungai Awan Kiri Kecamatan Muara Pawan. Status kepemilikan lahan dimiliki secara umum. Karakteristik pantai terlihat pada pemandangan jembatan kayu atau dermaga yang menjorok ke laut dilengkapi gazebo.

Selain itu masyarakat bisa berkuliner dengan membeli langsung ikan segar dari nelayan yang baru datang dari melaut, bisa dibakar sendiri atau diserahkan ke warung terdekat untuk diolah, selain itu menu andalan di pantai ini yaitu kuliner khas laut ale-ale atau sejenis kerang dimana tidak semua pantai menyajikan menu ini.

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007). Keterlibatan masyarakat yang dilakukan sejak awal menjadi faktor yang membuat partisipasi masyarakat dapat berjalan hingga saat ini.

Partisipasi masyarakat yang dilakukan sejak awal perencanaan dapat meningkatkan kemungkinan partisipasi berjalan dengan baik pada selanjutnya, hal ini dikarenakan dengan dilibatkannya masyarakat sejak awal maka tingkat tanggung jawab diri terhadap kegiatan dapat naik sehingga meningkatkan harga diri masyarakat akan keterlibatannya pada program tersebut dibutuhkan Cornwall (2009).

Salah satu partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran ditunjukkan dengan keikutsertaan mengikuti pertemuan sosialisasi, mulai tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan (Josie, 2012). Bentuk partisipasi masyarakat sudah terlihat dengan memberikan sumbangsih berupa ide bentuk tenaga dengan masyarakat ikut serta dalam rapat, gotong royong saat ada kegiatan, mendirikan pentas hiburan, membersihkan warung/sekeliling, menjaga portal/tiket masuk. Selain itu bentuk keahlian diwujudkan dalam kegiatan memasak, kemudian memberikan tumpangan rumah

untuk pertemuan, pengadaan konsumsi ringan, peminjaman barang perkakas tukang dan penghibahan tanah merupakan bentuk partisipasi barang serta bentuk partisipasi uang dimana masyarakat dengan sukarela memberi uang untuk membeli makanan. Kendala proses partisipasi yaitu adanya kecemburuan sosial dan gap antara masyarakat dalam proses penyampaian pendapat dimana penentuan hasil keputusan didominasi oleh masyarakat yang berusia tua atau lebih dari 25 tahun sehingga masyarakat yang berusia muda merasa segan, tidak berani bahkan enggan menyatakan pendapat karena kurang mendapatkan tanggapan dan respon dari pemerintah.

Pengembangan wisata sangat memerlukan partisipasi masyarakat setempat karena dianggap paling mengetahui keadaan tempat tersebut. Oleh karena itu tujuan penelitian untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung wisata Pantai Tanjung Belandang. Keterlibatan seluruh pihak sangat diperlukan untuk saling bersinergis demi terciptanya sebuah konsep pengembangan pariwisata yang tepat sasaran serta mendatangkan dampak positif untuk kehidupan akan datang.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Penelitian kualitatif memberikan pengalaman senyatanya dan makna sebagaimana tercipta di lapangan penelitian melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang diteliti (Pendit, 2006). Teknik pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi, wawancara dan observasi lapangan. Informan penelitian adalah masyarakat yang tinggal di sekitar pantai didasarkan atas pihak-pihak yang mengetahui dan menguasai masalah, memiliki data, serta bersedia memberikan data. Pemilihan informan dengan teknik purposive sampling karena peneliti akan mencari data dan informasi kepada orang- orang atau pihak-pihak tertentu yang bidang keahliannya sesuai dengan penelitian yang mewakili setiap karakteristik responden. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu deskriptif untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dan deskriptif korelasi untuk analisis hubungan antara karakteristik partisipan dengan bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Kependudukan

Pantai Tanjung Belandang terletak di Dusun Tanjung Belandang, Desa Sungai Awan Kiri yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Muara Pawan dengan luas wilayah 10.500 Ha. Desa Sungai Awan Kiri merupakan satu dari 8 desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Muara Pawan. Desa Sungai Awan kiri terdiri dari 4 dusun dan 17 RT. Lokasi wisata Pantai Tanjung

(3)

3

Belandang berada di Dusun Tanjung Belandang dimana pada tahun 2017 terdapat 230 KK dan 822 Jiwa. Dusun Tanjung Belandang terdapat 3 RT yaitu RT 14, RT 15 dan RT 16. Jumlah masyarakat yang ada di Dusun Tanjung Belandang yaitu 230 KK dengan 822 jiwa penduduk dengan penduduk terbanyak terdapat di RT 15 yaitu 88 KK dengan 303 jiwa. Sementara penduduk yang paling sedikit di RT 16 yaitu 59 KK dengan 225 jiwa.

3.1.2 Wisata Pantai Tanjung Belandang

Pantai Tanjung Belandang memiliki luas sebesar 300.000 m2. Wisata ini relatif mudah dijangkau dapat ditempuh sekitar 12 km atau sekitar 20 menit dari pusat Kota Ketapang. Karakteristik pantai dilihat dari pemandangan khas jembatan kayu atau dermaga yang menjorok ke laut dilengkapi pondokan atau gazebo sehingga wisatawan dapat melihat keindahan matahari

terbenam. Intensitas pengunjung biasanya akan meningkat pada hari libur. Pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat Kecamatan Muara Pawan saja, melainkan hingga ke luar kecamatan. Namun sekarang kegiatan tidak sering dan banyak dilakukan seperti dulu karena fasilitas yang ada telah rusak.

Kegiatan besar hanya dilakukan pada lebaran puasa, haji dan tahun baru. Masyarakat biasanya hanya menikmati angin pantai sambil bermain di tepi pantai atau sekedar duduk di pondok sambil menyantap makanan. Wisata ini menawarkan bermain dan berkuliner dengan membeli langsung ikan segar bisa langsung dibakar atau diserahkan ke warung terdekat untuk diolah, juga tersedia menu andalan di pantai ini yaitu kuliner khas laut ale-ale atau sejenis kerang dimana tidak semua pantai menyajikan menu ini.

Gambar 3. 1 Peta Situasi Wisata Pantai Tanjung Belandang (Hasil Analisis, 2018) 3.1.3 Aksesibilitas

Akses untuk menuju ke Pantai Tanjung Belandang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat melalui 2 jalan yang berjarak 1.5 km dari jalan utama. Kondisi jalan sudah diperkeras aspal namun masih ada sisi yang berlubang. Pada tahun 2018 terdapat program kerja peningkatan jalan wisata (pembangunan rabat beton) di beberapa titik jalan di Pantai Tanjung Belandang yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ketapang.

3.1.4 Kelembagaan

Pantai Tanjung Belandang sudah terbentuk Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS). Pokdarwis ini beranggotakan 24 anggota tetap dan anggota tambahan lain. Program pengembangan Pantai Tanjung Belandang yang sudah terealisasi yaitu kerja bakti dan goyong royong, acara penanaman pohon yang dihadiri oleh pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, pihak Kecamatan Muara Pawan, pihak Desa Sungai Awan Kiri, dan Kepolisian, kemudian menghibahkan tanah

(4)

4

untuk fasilitas pariwisata, peningkatan jalan wisata dilakukan secara bertahap kemudian menjaga fasilitas yang ada di pantai baik yang telah dibangun oleh Pemerintah Daerah. Selain itu, terdapat Peraturan Desa tentang larangan menebang pohon untuk menjaga abrasi serta menjaga hewan ternak agar tidak berkeliaran.

3.2 Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang

Bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang sangat beragam, terdiri dari : pikiran, tenaga, keahlian, barang dan uang.

1. Pikiran

Bentuk partisipasi masyarakat berupa pikiran dengan menyampaikan ide terutama dalam tahap persiapan perencanaan kegiatan. Sumbangan pikiran dari masyarakat akan memberikan interaksi dan seluruh aspirasi akan ditampung terlebih dahulu. Dari sebagian besar masyarakat yang datang, tidak jarang ditemui masyarakat yang pasif dalam memberikan pendapat bahkan hanya menyimak. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya rasa percaya diri dan keberanian untuk menyatakan pendapat. Sebagian masyarakat sudah berkontribusi dengan memberikan aspirasinya walaupun ada juga yang masih pasif dalam penyampaian ide.

Komunikasi yang terjalin baik akan mendorong keaktifan masyarakat dalam berpendapat (Purwandari dan Mussadun, 2015)

2. Tenaga

Bentuk partisipasi masyarakat paling menonjol yaitu sumbangan bentuk tenaga, berupa gotong royong membersihkan pantai, mempersiapkan pentas, menjaga portal dan pembagian tiket masuk. Hal ini menunjukan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi sudah ada.

Beberapa masyarakat berinisiatif gotong royong untuk menjaga kebersihan pantai. Setiap orang harus memiliki tanggung jawab atas kebersihan lingkungan dan tempat tinggal mereka di sekitar Pantai Tanjung Belandang.

Upaya gotong royong harus terus dilaksanakan tidak hanya kegiatan besar secara rutin untuk memelihara solidaritas antar sesama masyarakat, perwujudan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

3. Keahlian

Bentuk partisipasi keahlian tidak terlalu kelihatan, yaitu berupa memasak oleh kaum wanita yang berjualan dan mengolah masakan di sekitar pantai.

Makanan andalan di Pantai ini yaitu ale-ale.

4. Barang

Masyarakat berinisiatif menyediakan konsumsi bagi masyarakat yang sedang bekerja mempersiapkan suatu kegiatan walau hanya konsumsi ringan (kue/rokok,air) kemudian masyarakat siap meminjamkan perkakas alat tukang untuk pelaksanaan pembangunan. Selain itu pihak desa dan masyarakat

sedang bernegosiasi untuk pembebasan lahan. Pihak desa mencoba untuk menerapkan bagi hasil jika masyarakat ingin menghibahkan tanahnya untuk membangun sarana dan prasarana salah satunya adalah jalan, namun tanggapan masyarakat masih beragam ada yang positif dan negatif.

5. Uang

Partisipasi dalam bentuk uang terlihat dari masyarakat menyumbangkan uang untuk membeli makanan dan lain sebagainya.

3.3 Analisis Hubungan antara Karakteristik Partisipan dengan Bentuk Partisipasi masyarakat

Adapun hubungan karakteristik partisipan dengan bentuk partisipasi yaitu:

1. Usia

Masyarakat berdasarkan usia terbagi menjadi 2 yaitu usia < 25 tahun dan usia >25 Tahun. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan Usia <25 tahun akan memberikan kontribusi berupa tenaga seperti membantu menjual tiket masuk saat ada kegiatan besar, menolong mengangkat ranting atau mengangkat kursi. Sedangkan usia >25 tahun memberikan kontribusi yang lebih kompleks, baik menyampaikan pendapat yang berupa ide, kemudian tenaga dengan bergotong royong, keahlian memasak dan bantuan materi. Hampir semua bentuk partisipasi bisa dilakukan oleh orang yang berumur >25 tahun.

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, misalnya dalam menyalurkan pendapat atau mengambil keputusan. Dalam hal ini usia >25 dianggap lebih berpengalaman dan senior akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal menetapkan keputusan.

Umur <25 tahun dianggap masih memiliki pola pikir yang berubah-berubah sehingga belum cukup untuk mengambil resiko dalam setiap pengambilan keputusan.

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dapat berkontribusi lebih banyak daripada perempuan. Namun tergantung pada mata pencaharian. Mayoritas masyarakat Desa Sungai Awan Kiri itu sebagai Nelayan yang tidak bisa dipastikan berangkat maupun pulang dari laut. Perempuan memberikan kontribusi keahlian dan barang. Dengan keahlian mereka bisa memasak makanan untuk disajikan kepada wisatawan dan untuk dibagikan kepada masyarakat yang sedang bekerja. Sedangkan dengan barang, perempuan dapat memberikan minuman atau makanan pada saat rapat atau pertemuan. Namun perempuan tidak bisa berlama-lama mengurus aktivitas diluar karena aktivitas kewajiban adalah di rumah.

Hubungan karakteristik partisipan menurut jenis kelamin ditunjukkan bahwa ada partisipasi laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan.

(5)

5 3.

Lamanya Tinggal

Karakteristik masyarakat berdasarkan lamanya tinggal tidak berpengaruh pada bentuk partisipasi masyarakat karena bentuk partisipasi yang diberikan sama. Hal ini menunjukkan lamanya seseorang tinggal di sekitar Pantai Tanjung Belandang tidak mempengaruhi kontribusinya dalam berpartisipasi.

Masyarakat yang tinggal kurang dari 1 tahun bisa cepat beradaptasi dengan lingkungannya dan setara dengan masyarakat yang sudah tinggal bertahun tahun lamanya.

Bentuk partisipasi yang diberikan juga cenderung sama.

Hal ini dikarenakan acara besar dilakukan hanya pada saat lebaran idul fitri, idul adha dan tahun baru, jadi pada ketiga momen tersebut masyarakat bekerja sama untuk membuat acara sukses sesuai dengan porsinya.

4. Tingkat Pendidikan

Karakteristik masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Dusun Tanjung Belandang cukup berpengaruh dalam kontribusi bentuk-bentuk partisipasi.

Ada masyarakat yang kecewa dan mengeluh karena pemerintah desa tidak perhatian dan tidak pernah bertanya permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Pendidikan tamatan wajib belajar ≤ 9 tahun cenderung merasa kecewa karena pemerintah tidak memperhatikan atau menanyakan keluhan mereka dan merasa orang dengan pendidikan yang rendah tidak dipandang sehingga pendapatnya sulit ditanggapi/

didengar. Selain itu, pendapat yang disampaikan oleh responden tamatan wajib belajar >9 tahun menyatakan bahwa tamatan SMA hingga S1 memiliki keterbatasan waktu untuk berpartisipasi, karena biasanya tamatan

SMA bekerja dari pagi sampai sore hari sehingga sulit untuk membagi waktu. Seseorang lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dan cepat tanggap dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak pula pengetahuan dan wawasan yang didapatkan (Lutpi, 2016). Selain itu lebih banyak mendapatkan jaringan teman untuk mengembangkan Pantai Tanjung Belandang.

5. Pekerjaan dan Penghasilan

Karakteristik masyarakat dilihat dari pekerjaan dan penghasilan dibagi menjadi 2 yaitu bekerja sebagai non PNS dan PNS. Mayoritas masyarakat Pantai Tanjung Belandang sebagai nelayan. Masyarakat berpendapatan rendah cenderung berpartisipasi dalam bentuk tenaga dan material. Sedangkan untuk masyarakat yang bermata pencaharian PNS memberikan bentuk partisipasi dalam bentuk materi berupa peminjaman alat perkakas dan pemberian konsumsi.

Masyarakat yang bekerja sebagai PNS masih berkontribusi dalam partisipasi masyarakat walaupun keterlibatannya masih minim dalam bentuk materi.

PNS tidak memiliki waktu untuk berkontribusi dalam pengembangan pantai karena terikat oleh waktu kerja sehingga kontribusi yang diberikan lebih kecil dibandingkan dengan non PNS. Dilihat dari sisi penghasilan, masyarakat dengan penghasilan tinggi cenderung berkontribusi dalam bentuk materi baik uang maupun barang. Sedangkan yang berpenghasilan rendah berkontribusi dalam bentuk pikiran dan tenaga. Untuk lebih jelasnya bisa lihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Matriks hubungan karakteristik partisipan dengan bentuk partisipasi masyarakat (Hasil Analisis, 2018)

Pikiran Tenaga Keahlian Barang Uang

Berani Melalui Teman Hanya mendengarkan Rapat Gotong Royong (Pentas Hiburan, Mengangkat Kursi, Meja) Membersihkan Warung dan Sekelilingnya Menjaga Portal dan Tiket Masuk Memasak Tumpangan Rumah untuk PertemuanPengadaan Konsumsi RinganPeminjaman Barang Perkakas Tukang Hibah Tanah Sukarela memberi untuk membeli makanan

Usia : < 25 Tahun

: <25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

: Perempuan

Lama Tinggal : <1 Tahun

: >1 Tahun

Pendidikan : Tamat Wajb Belajar <9 Tahun

Tamat Wajib : Belajar >9 Tahun

Pekerjaan : PNS

: Non PNS

Penghasilan : < UMK Kabupaten Ketapang

: > UMK Kabupaten Ketapang Karakteristik Partisipasi

Bentuk Partisipasi

(6)

6

3.4 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Belandang

Dalam penelitian ini menggunakan teori partisipasi dari Arnstein (1969) dimana tingkatan kelompok partisipasi yaitu non partisipasi, tokenisme dan Citizen Power (masyarakat memegang kendali penuh). Adapun pemaparan dari masing-masing tingkat partisipasi sebagai berikut:

1. Non Partisipasi

Non partisipasi terdiri dari 2 yaitu manipulasi dan terapi diartikan sebagai masyarakat tidak berpartisipasi secara penuh dalam arti masih ada pengaruh dari pemerintah yang membuat masyarakat merasa terintimidasi. Masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk berbicara dan berpendapat seperti dalam sosialisasi. Semua pembicaraan sudah ditetapkan oleh pemerintah sehingga masyarakat hanya mendengarkan saja apa yang telah ditetapkan, tidak ada hubungan komunikasi timbal balik. Bentuk partisipasi hanya dalam bentuk tenaga dimana masyarakat hanya datang sosialisasi atau pertemuan tanpa mengutarakan pendapat mereka.

Dalam penelitian ini tingkat partisipasi masyarakat terlihat tidak menunjukkan ciri - ciri seperti dalam tahap non parisipasi karena masyarakat memiliki andil dalam pertemuan. Menurut pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi non partisipasi tidak berlaku di daerah kawasan wisata Pantai Tanjung Belandang karena di kondisi lapangan masyarakat bisa memberikan kontribusi partisipasi dalam bentuk apapun tanpa takut dengan pemerintah.

2. Tokenisme

Tokenisme merupakan tingkat dimana terjadinya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

Pertama yang menjadi tingkat terendah dalam tingkatan tokenism adalah informasi yang artinya terjadi komunikasi satu arah dari pemerintah kepada masyarakat. Komunikasi yang terjadi diharapkan mampu membantu memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang. Selanjutnya tingkatan kedua dalam tingkat tokenisme adalah konsultasi yaitu adanya komunikasi dua arah, berupa pertemuan dengan masyarakat untuk mengetahui perkembangan kegiatan atau membahas rencana yang akan dilakukan kedepannya untuk pengembangan pantai. Pertemuan ini dilakukan oleh pihak berwenang terhadap kegiatan yang mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang. Pertemuan yang diadakan satu bulan sekali atau pada saat menjelang acara besar dengan seluruh pengurus pokdarwis.

Tangga tertinggi pada tingkat ini yaitu penentraman, melibatkan warga untuk menjadi anggota pokdarwis. Di Dusun Tanjung Belandang telah dibentuk seksi tertentu dalam setiap keanggotaan. Setiap pokja

selalu berperan dalam setiap pengambilan keputusan karena mengetahui permasalahan yang terjadi dan mengerti apa yang harus diprioritaskan sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah terdapat komunikasi antara pemerintah ditandai dengan pertemuan-pertemuan.

Masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya atau usul namun masih belum dijamin apakah diterima atau tidak, negosiasi sudah bisa dilakukan namun tidak ada jaminan bahwa akan dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Bentuk partisipasi yang terlihat yaitu tenaga, pikiran, barang dan uang.

Kendala yang dihadapi selama proses partisipasi yaitu adanya kecemburuan sosial dan gap antara masyarakat dalam proses penyampaian pendapat penentuan hasil keputusan lebih didominasi oleh masyarakat yang berusia tua atau lebih dari 25 tahun sehingga masyarakat yang berusia muda merasa segan, tidak berani bahkan enggan untuk menyatakan pendapat karena kurang mendapatkan tanggapan dan respon dari pemerintah. Masyarakat menginginkan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dampak dari partisipasi yang diberikan tidak sia sia. Sejauh ini dampak dari partisipasi masyarakat membantu perekonomian masyarakat yang bekerja sebagai pedagang di sekitar kawasan Pantai Tanjung Belandang.

Upaya-upaya harus terus dilakukan agar partisipasi yang sudah ada di tingkat tokenisme (tingkat tengah) bisa ditingkatkan menjadi citizen power (masyarakat memegang kendali penuh) dan tidak menurun ke tingkat terbawah yaitu non partisipasi yaitu dengan meningkatkan kemampuan potensi lokal yang sudah ada di Pantai Tanjung Belandang. Hal ini sebenarnya komitmen kerja sama bersama pihak pemerintah dan swasta dengan tetap fokus pada partisipasi penuh masyarakat dengan memperhatikan aspek kekuatan lokal sehingga terwujud pengembangan wisata yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Citizen Power

Tingkat terendah dari citizen power yaitu tangga partnership artinya pemerintah dan pokdarwis sudah menjalin kemitraan dengan masyarakat. pokdarwis tanjung belandang menjalin kemitraan dengan membentuk pokja dan juga sebagai realisasi dari kemitraan ini Dinas Pariwisata sudah memberikan bantuan pengembangan jalan pantai. Namun, pemerintah belum sepenuhnya memberi kewenangan kepada masyarakat untuk mengelola secara utuh, karena diperlukan perizinan dari pemerintah daerah untuk segala jenis kegiatan yang ada. Sebagian masyarakat merasa kecewa dengan pengembangan Pantai Tanjung Belandang dan bersifat acuh tak acuh, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih minim, tanpa kegiatan kegiatan besar masyarakat hanya membersihkan warungnya masing-masing. Selain itu, adanya peraturan desa tentang larangan hewan ternak yang berkeliaran di sekitar pantai masih belum mampu

(7)

7

membuat masyarakat patuh. Hal ini karena sanksi belum tegas dan pemerintah desa yang kurang berkoordinasi dengan masyarakat.

Partisipasi masyarakat sudah ada namun masih dibatasi, artinya masyarakat belum sepenuhnya mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan tapi masih dibimbing oleh Pemerintah. Pengembangan berbasis masyarakat merupakan suatu cara memperkuat dan mendidik masyarakat melalui pengalaman terarah agar mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan sendiri. Sebagai contoh, partisipasi yang dilakukan oleh perempuan berupa keterampilan memasak dan mengolah makanan andalan pantai yaitu ale-ale yang memerlukan dukungan dari pemerintah. Masyarakat sudah memiliki potensi dan kekuatan lokal yang bisa dikembangkan namun partisipasi pemerintah atau swasta juga sangat diperlukan untuk mendukung dari segi modal dan pemasaran agar produk yang dihasilkan terjual dan menjadi daya tarik wisata. Dengan kata lain sudah ada potensi lokal namun dalam proses penyampaian partisipasi masih terdapat kendala sehingga hanya sampai pada tingkat tokenisme, sementara itu untuk menuju ke citizen power harus ada komitmen kemitraan bersama pihak pemerintah, swasta maupun komunitas- komunitas untuk meningkatkan partisipasi dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang berada di tingkat tokenisme. Hal ini dapat dilihat dari :

1. Bentuk-bentuk partisipasi dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang sangat beragam terdiri dari : pikiran, tenaga, keahlian, barang dan Uang. Bentuk partisipasi yang paling dominan terlihat adalah dalam bentuk tenaga dan barang. Dengan pendampingan dari dinas terkait diharapkan modal partisipasi yang sudah ada bisa lebih ditingkatkan dan membuat Pantai Tanjung Belandang lebih berkembang.

2. Hubungan antara karakteristik partisipan dengan bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang yang paling erat yaitu :

 Karakteristik partisipan berdasarkan Usia : umur > 25 tahun lebih besar kontribusinya dibandingkan usia <25 tahun karena usia tersebut dianggap sudah memiliki pola pikir tetap dan memikirkan segala sesuatu dalam jangka waktu yang panjang, berani mengambil resiko atas sikap yang diambil serta lebih berpengalaman daripada umur <25 tahun

 Karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih mendominasi

berkontribusi dalam semua bentuk partisipasi kecuali keahlian, sementara perempuan berkontribusi semua bentuk partisipasi kecuali uang. Hal ini menunjukkan ada perbedaan antara kontribusi karakteristik partisipan jenis kelamin. Laki laki lebih siap jika diberikan tanggung jawab untuk pengembangan pantai.

sementara perempuan memerlukan banyak waktu untuk mengurus keluarga di rumah.

Maka laki-laki pun harus dapat membagi waktu antara pekerjaan sehari hari dan membantu pengembangan wisata Pantai Tanjung Belandang. Hal ini dilakukan agar tetap mendapatkan penghasilan yang stabil untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

 Kontribusi dominan ditunjukkan dalam jenis partisipasi tenaga dan barang dimana bentuk kegiatan yang diberikan bisa beragam dan fleksibel menyesuaikan dengan karakter masyarakat. Paling banyak yang memberikan kontribusi adalah karakter masyarakat berdasarkan usia > 25 tahun dimana hampir semua kegiatan ikut terlibat khususnya dalam jenis partisipasi tenaga.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada Fakultas Teknik UNTAN yang telah membantu keberlangsungan jurnal ini.

Daftar Pustaka

Andi. (2011). Pengembangan Masyarakat untuk pariwisata di Kampung Wisata Toddobojo Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 22(1) Arnstein, Sherry R. (1969). A Ladder of Citizen

Participation. JAIP. Vol. 35(4): (216-224) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Ketapang. (2018). Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ketapang. Ketapang: Bappeda Kabupaten Ketapang

Cornwal A. (2009). Unpacking ‘Participation’s models, Meanings And Practices. Jurnal Oxford University and Community Development, Vol 43(3): (269-283)

Isbandi. (2007). Perencanaan Partisipatoris berbasis aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press

Jainuri, SM, Reini SW. (2014). Penilaian Daya Tarik dan Pengembangan Objek Wisata Pantai Tanjung Belandang di Kabupaten Ketapang.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

Josie. (2012). Partisipasi Masyarakat terhadap pengembangan Pariwisata Pantai Mahembang

(8)

8

Kecamatan Kakas. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

Lutpi H. (2016). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai di Kecamatan Jerowaru. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. Vol. 8(3)

Pendit, NS. (2006). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita

Purwandari AW, Mussadun. (2015). Studi Partisipasi Masyarakat Pada Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan Di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta. Jurnal Planologi. Vol.11(4)

Referensi

Dokumen terkait

MEWUJUDKAN KONSEP ZERO WASTE DI KOTA SURAKARTA (Studi atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah) Tesis ini sebagai tugas

Hasil biji kering kedelai varietas Anjasmoro dan Paderman pada tiga paket teknologi di lahan kering masam (tanah Ultisol) pada MH II di Desa Kunyit, Kecamatan Bajuin,

Hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kota Binjai 2014 dipengaruhi oleh faktor infrastruktur fisik, faktor perekonomian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada  bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian, secara umum

Modal adalah hasil dari jumlah perkalian antara total biaya yang dikeluarkan dengan besarnya bunga modal ( tingkat suku bunga ) yang berlaku pada saat itu. Sehingga

Karena letak Galia yang tidak terlampau jauh dari pusat kekuasaan kekaisaran Romawi, orang Frank banyak terpengaruh oleh kebudayaan Romawi.. Perlahan tapi pasti mereka

Pemberian ZPT Hantu dengan konsentrasi 3 ml 1 -1 air (h3) menghasilkan pertumbuhan stek batang tanaman buah naga daging super merah yang paling baik, pengaruh