• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Korespondensi Bunyi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Korespondensi Bunyi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Korespondensi Bunyi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan, khususnya persamaan fonologis sinkronis mengenai onomatope dan mimetik antara dua bahasa yang tidak ada hubungan genetik, yaitu B.Indo dan B.Ing. Hal mendasar yang menjadi keyakinan adalah dibalik idiosinkresi yang dimiliki pada bahasa-bahasa yang berbeda, pasti terdapat keseragaman yang akhirnya berhenti pada pola yang sama (Greenberg, 1961). Bab ini akan membahas keseragaman tersebut, yakni kesamaan pola onomatope dan mimetik antara B.Indo dan B.Ing. Pola-pola yang sama itu akan dicapai dengan mengacu pada persamaan sistem fonologis B.Indo dan B.Ing yang dipaparkan pada 1.6.3.3.

Data empiris yang diperoleh dibagi menjadi dua, yaitu onomatope dan mimetik. Dalam menghadapi sekelompok data onomatope dan mimetik yang terdiri dari satuan-satuan lingual yang banyak, ada beberapa tahapan analisis korespondensi yang akan dilakukan di sini.

1. Mensegmentasikan secara silabe satuan-satuan lingual yang telah ditranskripsi secara fonetik. Tiap silabe dilambangkan dengan huruf bahasa Yunani σ (sigma). Untuk onomatope tipe reduplikasi penuh seperti CIT CIT dan SQUEAK SQUEAK, proses segmentasi hanya memanfaatkan satu morfem saja, yakni CIT dan SQUEAK, kecuali pada tipe reduplikasi penuh dengan perubahan fonem seperti TICK TOCK.

(2)

2. Mensegmentasikan lagi struktur silabe tersebut berdasarkan struktur internal silabe, yakni onset, nukleus dan koda. Khusus untuk B.Ing, pensegmentasian mengadaptasi model analisis Giegerich (1992:172). Giegerich menerangkan bahwa struktur internal silabe terdiri atas onset dan rhyme (rima), dan rhyme terdiri atas peak (puncak) dan coda. Beberapa ahli fonologi sering menyebut peak dengan nukleus. Berikut ini contoh pola silabe Giegerich untuk kata epic.

Sy sy

Rh Rh

Pe Co On Pe Co

e p I k

Bunyi stop bilabial tansuara [p] menurut Giegerich tergolong pada silabe ultima dan penultima karena bunyi [e] tidak bisa sendirian memainkan peran menjadi silabe yang bertekanan, sehingga dalam silabe bertekanan komponen pembentuk rhyme harus lengkap (Peak/nukleus dan koda). Oleh karena itu, silabe bertekanan dalam kata epic harus [ep]. Pola silabe semacam ini dikarenakan B.Ing adalah bahasa yang bertempo tekanan. Sementara itu dalam penelitian ini, struktur internal silabe hanya akan disebut dengan onset (O), nukleus (N) dan koda (K).

3. Menarik garis linear pada bunyi konsonan dan vokal yang sama, berdasarkan kesamaan posisinya dalam struktur internal silabe.

(3)

Kemudian akan diketahui pola onomatope dan mimetik yang bersifat universal dari kedua bahasa, dilihat dari distribusi bunyi yang sama, atau karakteristik bunyi yang sama.

2.1 Korespondensi Bunyi Onomatope

Pada bagian ini terlebih dahulu akan dikontras-uraikan onomatope atau kata-kata yang meniru bunyi-bunyi nyata dari B.Indo dan B.Ing. Onomatope akan dibagi lagi menjadi empat kelompok, yakni onomatope hewan, aktifitas fisik, bunyi alam, dan macam-macam benda.

2.1.1 Korespondensi Bunyi Onomatope Hewan

Untuk onomatope hewan, populasi data dihimpun dari bunyi-bunyi yang sering digunakan dalam pemakaian sehari-hari dan dari hewan-hewan yang suaranya dapat didengar yang sering dijumpai dan sering muncul dalam cerita bergambar atau dongeng. Jumlah bunyi-bunyi hewan yang terkumpul ada dua puluh dua. Berikut ini adalah lima belas onomatope hewan yang dapat dilakukan korespondensi bunyi. 1 Bunyi ayam B.Indo B.Ing KUKURUYUK [kukuruyuk] COCK-A-DOODLE-DOO [khDkə dudl du] σ σ σ σ [kuk ku ru yuk] σ σ σ σ σ [khDk kə du dl du]

(4)

Tiruan bunyi ayam pada kedua bahasa bersifat polisilabik, B.Indo mempunyai empat silabe dan B.Ing mempunyai lima silabe. Dari silabe-silabe itu, hanya dua silabe pertama yang nampak mempunyai kemiripan bunyi sehingga dapat dilakukan korespondensi yaitu silabe pertama ku- ~ kDk, dan silabe kedua

-ku- ~ - kə-. B.Indo B.Ing σ 1 O N K k u k σ 2 O N k u σ 1 O N K kh D k σ 2 O N k ə

Di sini pola segmentasi Giegerich dimanfaatkan baik pada onomatope B.Indo maupun B.Ing. Kenapa model ini diterapkan juga pada B.Indo yang bukan merupakan bahasa bertempo tekanan seperti B.Ing? Dalam onomatope, unsur suprasegmental memainkan perannya yang signifikan atau dengan kata lain bersifat fungsional. Onomatope bunyi ayam B.Indo sering diucapkan dengan silabe pertama yang mendapat tekanan dan silabe akhir yang berdurasi lebih panjang dari silabe-silabe sebelumnya, seperti berikut ini [‘kuk.ku.ru.yu:k]. Atas dasar tafsiran tersebut, model Giegerich dapat digunakan dalam segmentasi bunyi

(5)

Hasil penemuan konvergensi bunyinya adalah onomatope bunyi ayam B.Indo dan B.Ing didominasi oleh bunyi velar stop [k]4pada posisi onset dan koda pada silabe pertama dan pada posisi onset disilabe kedua.

2 Bunyi sapi

B.Indo B.Ing

MOO [moo] MOO [mu]

σ O N m oo σ O N m u

Onomatope bunyi sapi pada kedua bahasa bersifat monosilabik. Dari segmentasi nampak konvergensi bunyi terdapatnya bunyi bilabial nasal [m] yang menduduki posisi onset.

3 Bunyi bebek

B.Indo B.Ing

WEK WEK [wεk wεk] QUACK QUACK [kwæk kwæk] σ O N K w ε k σ O N K k w æ k

Untuk tiruan bunyi bebek B.Indo, hasil wawancara dengan 26 informan menunjukkan bahwa 13 informan (9 informan dewasa dan 4 informan anak-anak)

4

Bunyi velar stop tansuara [k] pada B.Ing berfitur aspiratif merupakan alofon dari fonem /k/ yang berbeda dari B.Indo. Akan tetapi, alofon tidak dibahas di sini, karena korespondensi hanya bertujuan untuk mencari fonem khas yang sama yang menempati posisi yang sama dalam struktur internal pembentuk silabe (lihat pembahasan pada 3.1)

(6)

meniru suara bebek dengan kwek kwek dan 11 informan lainnya (1 informan dewasa dan 10 informan anak-anak) dengan wek wek. Segmentasi kemudian memanfaatkan wek wek karena kwek kwek dicurigai sebagai onomatope pinjaman dari B.Ing.

Onomatope bunyi bebek pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi bunyi, dapat diketahui adanya persamaan bunyi pada posisi onset dan koda. Pada posisi onset, terdapat bunyi semi vokal [w], dan bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

4 Bunyi tikus

B.Indo B.Ing

CIT CIT [cit cit] SQUEAK SQUEAK [skwik skwik] σ O N K c i t Σ O N K s k w i k

Onomatope bunyi tikus pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi diperoleh satu bunyi yang sama, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i].

5 Bunyi burung gagak

B.Indo B.Ing

KOAK KOAK [koak koak] KRA KRA [krα krα] σ O N K k oa k σ O N k r α

(7)

Untuk tiruan bunyi burung gagak B.Indo, dari hasil wawancara dengan 26 informan, 2 informan dewasa meniru suara burung gagak dengan kak kak, 1 informan dewasa lainnya dengan ak ak, dan 2 informan lainnya dengan koak

koak. Informan selebihnya tidak tahu. Segmentasi hanya memanfaatkan salah satu

dari variasi tiruan bunyi, yakni koak koak.

Untuk tiruan bunyi burung gagak B.Indo, dari hasil wawancara dengan 26 informan, 2 informan dewasa meniru suara burung gagak dengan kak kak, 1 informan dewasa lainnya dengan ak ak, dan 2 informan lainnya dengan koak

koak. Informan selebihnya tidak tahu. Segmentasi hanya memanfaatkan salah satu

dari variasi tiruan bunyi, yakni koak koakTiruan bunyi burung gagak pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi yang tiap morfemnya bersifat monosilabik. Konvergensi bunyi yang ditemukan adalah bunyi velar stop [k] pada posisi onset.

6 Bunyi anjing

B.Indo B.Ing

GUK GUK [guk guk] WOOF WOOF [wƱf wƱf] σ O N K g u k σ O N K w Ʊ f

Onomatope bunyi anjing pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Untuk onomatope tiruan bunyi anjing dalam B.Ing, terdapat banyak variasi, seperti woof woof (RP), bow

(8)

untuk dikontraskan dengan B.Indo. Dari segmentasi, konvergensi bunyi ada pada posisi nukleus, yaitu bunyi vokal bulat [u].

7 Bunyi kodok (berukuran lebih besar)

B.Indo B.Ing

KROK KROK [krɔk krɔk] CROAK CROAK [krəƱk krəƱk] σ O N K k r ɔ k σ O N K k r əƱ k

Onomatope bunyi kodok (berukuran lebih besar) pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi, terdapat tiga bunyi yang sama, yaitu bunyi velar stop [k] dan tril [r] pada posisi onset, dan bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

8 Bunyi kodok (berukuran lebih kecil)

B.Indo B.Ing

WEBEK WEBEK [wεbεk wεbεk] RIBBIT RIBBIT [rIbIt rIbIt] σ 1 O N w ε σ 2 O N K b ε k σ 1 O N r I σ 2 O N K b I t

Onomatope bunyi kodok (berukuran lebih kecil) pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya bisilabik. Dalam B.Indo, terdapat dua variasi yang diperoleh dari hasil wawancara, yakni webek

(9)

dikontraskan dengan padanannya B.Ing. Pada silabe penultima B.Indo [wε] dan B.Ing [rI], tidak terdapat adanya kemiripan bunyi, sedangkan pada silabe ultima B.Indo [bεk] dan B.Ing [bIt], terdapat kemiripan bunyi. Satu-satunya bunyi yang sama pada silabe tersebut terletak pada posisi onset, yaitu bunyi hambat bilabial [b].

9 Bunyi kambing

B.Indo B.Ing

MBEEEK [mbεk] BLEAT [blit]

BAAH [bα] σ O N K m b ε k σ O N K b l i t

Tiruan bunyi kambing pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Untuk B.Ing, bleat adalah tiruan bunyi yang bisa merujuk pada kambing dan domba, sedangkan baah mengacu pada domba (www.writtensound.com). Konvergensi bunyi yang ditemukan adalah bunyi stop bilabial bersuara [b] pada posisi onset.

10 Bunyi ular B.Indo B.Ing SSS [sss] HISS [hIs] [sssss] σ O N K h I s

(10)

Onomatope bunyi ular pada B.Ing bersifat monosilabik sehingga dapat disegmentasikan sesuai dengan struktur internal silabe, sedangkan pada B.Indo hanya berupa serentetan bunyi frikatif [s], tidak mengandung unsur kenyaringan (sonority) yang menjadi syarat suatu silabe, sehingga tidak dapat disegmentasikan. Namun demikian, masih tetap dapat dilakukan korespondensi bunyi yang akhirnya berhasil ditemukan bunyi yang sama, yaitu bunyi frikatif tansuara [s].

11 Bunyi burung kecil

B.Indo B.Ing

CUIT CUIT [cuit cuit] TWEET TWEET [twit twit] σ O N K c i t σ O N K t w i t

Ada dua variasi untuk tiruan bunyi burung kecil B.Indo yang diperoleh dari hasil wawancara, cuit cuit dan cit cit. Terlepas dari variasi ini, tiruan bunyi burung kecil pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Tiruan bunyi dalam B.Indo cit cit yang kemudian diambil untuk dikorespondensikan dengan padanannya B.Ing. Dari segmentasi ditemukan dua bunyi yang konvergen, yakni bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan bunyi dental stop [t] pada posisi koda.

12 Bunyi keledai

B.Indo B.Ing

(11)

σ 1 O N h i σ 2 O N h a σ 1 O N h i σ 2 O N h ɔ

Onomatope bunyi keledai pada kedua bahasa bersifat bisilabik. Dari segmentasi nampak konvergensi bunyi terdapat pada bunyi glotal frikatif [h] yang menduduki posisi onset pada kedua silabe dan bunyi vokal tinggi depan [i] pada posisi nukleus silabe penultima.

13 Bunyi tokek

B.Indo B.Ing

TOKEK [toke?] GECKO [gekeƱ]

σ1 σ2 O N K O N K t o k e ? σ1 σ2 O N K O N g e k

Tiruan bunyi tokek pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat bisilabik. Model analisis Giegerich dimanfaatkan untuk segmentasi bunyi pada kedua bahasa sehingga ditemukan satu bunyi yang konvergen yang menempati dua posisi, yakni bunyi velar stop [k] pada onset silabe ultima dan pada koda silabe penultima.

14 Bunyi angsa

B.Indo B.Ing

(12)

σ O N K k w ɔ ŋ σ O N K h ɔ ŋ k

Onomatope bunyi angsa pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya bersifat monosilabik. Konvergensi bunyi yang ditemukan adalah bunyi vokal agak rendah belakang bulat [ɔ] pada posisi nukleus dan bunyi velar nasal [ŋ] pada posisi koda.

15 Bunyi kucing

B.Indo B.Ing

MEONG [meoŋ] MEOW [miau]

σ O N K m eo ŋ σ O N m iau

Tiruan bunyi kucing pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi dan korespondensi, ditemukan satu bunyi yang konvergen yaitu bunyi nasal bilabial [m] pada posisi onset.

2.1.2 Korespondensi Bunyi Onomatope Aktifitas Fisik

Untuk onomatope bunyi aktifitas fisik, populasi data dihimpun dari bunyi-bunyi yang sering digunakan dalam pemakaian sehari-hari atau yang sering terdengar karena dihasilkan dari rutinitas sehari-hari dan aktifitas fisik. Bunyi-bunyi yang terkumpul berjumlah empat belas. Berikut ini adalah sebelas onomatope bunyi aktifitas fisik yang dapat dilakukan korespondensi bunyi.

(13)

1 Bunyi makan

B.Indo B.Ing

NYAM NYAM [ñam ñam] YUMM YUMM [jm jm] σ O N K ñ a m σ O N K j m

Tiruan bunyi makan pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Untuk onomatope makan B.Ing mempunyai dua variasi, yakni yumm yumm dan munch munch. Untuk kepentingan segmentasi dan korespondensi bunyi, yumm yumm diambil untuk dikontraskan di sini. Dari hasil segmentasi, persamaan bunyi yang ditemukan adalah bunyi nasal bilabial [m] pada posisi koda.

2 Bunyi minum

B.Indo B.Ing

GLEK GLEK GLEK [glək glək glək]

GLUK GLUK GLUK/GLUG GLUG GLUG [glək glək glək] σ O N K g l ə k σ O N K g l ə k

Tiruan bunyi minum pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Persamaan bunyi untuk onomatope bunyi minum adalah terdapatnya velar stop [g], dan bunyi lateral [l] pada posisi onset, bunyi vokal tengah [ə] pada posisi nukleus, dan bunyi velar stop [k] pada

(14)

posisi koda. Dengan demikian, semua bunyi bersifat konvergen, dan ini dapat dikatakan sebagai konvergensi total karena tidak terdapat bunyi yang divergen.

3 Bunyi tamparan/menampar

B.Indo B.Ing

PLAK [plak] SLAP [slæp]

σ O N K p l a k σ O N K s l æ p

B.Indo mempunyai dua variasi untuk tiruan bunyi tamparan/menampar, yakni plak dan pak, yang diperoleh dari hasil wawancara. Plak digunakan di sini untuk disegmentasikan dengan padanannya B.Ing. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi lateral [l] pada posisi onset.

4 Bunyi tepuk tangan

B.Indo B.Ing

PLOK PLOK PLOK [plok plok plok]

CLAP CLAP CLAP [klæp klæp klæp] σ O N K p l o k σ O N K k l æ p

B.Indo mempunyai dua variasi untuk tiruan bunyi tepuk tangan, yakni

plok dan pok, yang diperoleh dari hasil wawancara. Plok digunakan di sini untuk

disegmentasikan dengan padanannya B.Ing. Dari segmentasi onomatope monosilabik ini, terdapat satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi lateral [l] pada posisi onset.

(15)

5 Bunyi menjentikkan sesuatu

B.Indo B.Ing

TIK [tik] FLICK [flIk]

σ O N K t i k σ O N K f l I k

Tiruan bunyi menjentikkan sesuatu seperti serangga atau sesuatu yang kecil pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan velar stop [k] pada posisi koda. Pada B.Ing terdapat satu variasi bunyi, yakni flink. Apabila flink dikorespondensikan dengan padanannya B.Indo, maka tetap akan diperoleh kovergensi bunyi yang sama pada posisi nukleus dan koda, yakni bunyi [i] dan [k].

6 Bunyi menghisap saat makan atau minum

B.Indo B.Ing

SRUUT [srut] SLURP [slзp]

σ O N K s r u t σ O N K s l з p

Tiruan bunyi menghisap saat makan atau minum pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi

(16)

yang konvergen, yaitu bunyi frikatif [s] pada posisi onset. Untuk B.Indo terdapat dua variasi bunyi lagi, yaitu srupuut dan suup. Jika silabe penultima dari variasi

sruput [sru] dikorespondensikan dengan padanannya B.Ing, konvergensi bunyi

yang dicapai tetap sama, yakni bunyi [s]. Demikian halnya dengan variasi suup [sup].

7 Bunyi memuntahkan sesuatu dari mulut

B.Indo B.Ing

PUAAHH [puah] POO [phu]

σ O N K p ua h σ O N ph u

Tiruan bunyi memuntahkan sesuatu dari mulut pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi bilabial stop tansuara [p] pada posisi onset

8 Bunyi makan sesuatu yang renyah

B.Indo B.Ing

KRIUK KRIUK [kriuk kriuk] CRUNCH CRUNCH [krnt∫ krnt∫] CRONCH [krɔ nt∫] σ O N K k r iu k σ O N K k r  n t∫

Tiruan bunyi makan renyah pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Untuk onomatope B.Ing, terdapat satu variasi yang dihasilkan karena perubahan fonem vokal. Sementara

(17)

itu, B.Indo mempunyai tiga variasi lain selain kriuk kriuk, yakni kraus kraus, kres

kres, dan krauk krauk. Akan tetapi pada dasarnya, variasi-variasi itu masih

terdengar sama pada bunyi yang menduduki posisi onset. [kriuk] dan [krnt∫] diambil untuk dilakukan korespondensi dan hasilnya diperoleh persamaan bunyi pada posisi onset, yaitu bunyi velar stop [k] dan bunyi alveolar [r].

9 Bunyi melahap makanan

B.Indo B.Ing

HAP [hap] GLOOP [glup]

σ O N K h a p σ O N K g l u p

Tiruan bunyi melahap makanan pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi yang konvergen yaitu bunyi stop bilabial tansuara [p] pada posisi koda.

10 Bunyi pukulan tinju

B.Indo B.Ing

BUK [buk] BOP [bDp]

σ O N K b u k σ O N K b D p

Tiruan bunyi pukulan tinju pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi bilabial stop bersuara [b] pada posisi onset.

(18)

11 Bunyi langkah kaki biasa

B.Indo B.Ing

TAP TAP TAP [tap tap tap] TAP TAP TAP [thæp thæp thæp] σ O N K t a p σ O N K th æ p

Tiruan bunyi langkah kaki pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, terdapat satu bunyi yang divergen, yaitu bunyi vokal pada posisi nukleus.

2.1.3 Korespondensi Bunyi Onomatope Suara Alam

Untuk onomatope suara alam, populasi data dihimpun dari suara-suara yang sering terdengar disekitar sehingga memungkinkan kemunculan yang sering juga dalam komik-komik. Jumlah bunyi yang terkumpul ada sebelas bunyi. Akan tetapi bunyi yang bisa dilakukan korespondensi berjumlah lima.

1 Bunyi hujan gerimis

B.Indo B.Ing

TIK TIK TIK [tik tik tik] PITTER PATTER [phItə(r) phætə(r)] σ 1 O N K t i k σ 2 Ø σ1 O N K ph I σ2 O N K t ə (r)

Tiruan bunyi hujan gerimis pada B.Indo adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya bersifat monosilabik, sedangkan pada B.Ing adalah onomatope reduplikasi dengan perubahan fonem. Silabe penultima B.Ing

(19)

kemudian dikorespondensikan dengan padanannya dalam B.Indo. Dari segmentasi itu, diperoleh satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan [i] pada posisi nukleus.

2 Bunyi angin berhembus

B.Indo B.Ing

WUUSSS [wuus] WHOOSH [wu∫]

σ O N K w u s σ O N K w u ∫

Tiruan bunyi angin berhembus pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi semi vokal [w] pada posisi onset dan bunyi tinggi belakang bulat [u] pada posisi nukleus.

3 Bunyi gelembung-gelembung air

B.Indo B.Ing

BLUP BLUP BLUP [blup blup blup]

GLUB GLUB GLUB [glb glb glb] σ O N K b l u p σ O N K g l  b

B.Indo mempunyai dua variasi untuk tiruan bunyi gelembung-gelembung air, yaitu blup blup dan blupup blupup. Blup blup kemudian dimanfaatkan untuk dikorespondensikan dengan padanannya B.Ing. Dari segmentasi atas tiap

(20)

morfemnya yang bersifat monosilabik, diperoleh satu konvergensi bunyi, yaitu bunyi lateral [l] pada posisi onset.

4 Bunyi benda jatuh ke air dengan tenang/tidak menimbulkan banyak percikan

B.Indo B.Ing

PLUNG [pluŋ] PLOP [plɔp]

σ O N K p l u ŋ σ O N K p l ɔ p

Onomatope bunyi ini pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh yang tiap morfemnya bersifat monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh dua konvergensi bunyi, yaitu bunyi stop bilabial tansuara [p] dan lateral [l] pada posisi onset.

5 Bunyi desir zat padat yang berupa butiran (pasir, garam)

B.Indo B.Ing

SSSHHH [∫] SHSS-SHSS-SHSS [∫]

[∫∫∫∫] [∫∫∫∫]

Onomatope bunyi desir zat padat yang berupa butiran seperti pasir, garam, pada kedua bahasa tidak bersifat silabik, melainkan hanya sederet bunyi frikatif [∫], tidak mengandung unsur kenyaringan (sonority) yang menjadi syarat suatu silabe, sehingga tidak dapat disegmentasikan.

(21)

2.1.4 Korespondensi Bunyi Onomatope Macam-Macam Benda

Untuk onomatope bunyi benda, populasi data dihimpun dari bunyi-bunyi yang sering terdengar dari benda-benda yang umum dijumpai sehari-hari sehingga memungkin tiruan-tiruan bunyi itu mudah ditemukan dalam komik-komik. Ada sebanyak empat puluh bunyi yang terhimpun. Akan tetapi bunyi yang bisa dilakukan korespondensi hanya berjumlah dua puluh tujuh.

1 Bunyi mengetuk pintu

B.Indo B.Ing

TOK TOK TOK [tok tok tok]

KNOCK KNOCK KNOCK [nDk nDk nDk] σ O N K t o k σ O N K n D k

Tiruan bunyi mengetuk pintu pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

2 Bunyi klakson mobil

B.Indo B.Ing TIN TIIN [tin tin] BEEP BEEP [bip bip] σ O N K t i n σ O N K b i p

(22)

Tiruan bunyi klakson mobil pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh. Dari segmentasi ditemukan satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus.

3 Bunyi klakson kereta api/kapal laut

B.Indo B.Ing

TUUT TUUT [tuut tuut] TOOT TOOT [tut tut] σ O N K t u t σ O N K t u t

B.Indo membedakan antara tiruan bunyi klakson kereta api dan kapal laut. Klakson kereta api ditirukan dengan tuut tuut, sedangkan klakson kapal laut yang besar ditirukan dengan toot toot. Sementara itu, B.Ing, seperti yang ditemukan dalam komik, tidak membedakan antara keduanya.

Tiruan bunyi klakson kereta api/kapal laut pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi atas tiruan bunyi klakson kereta api, semua bunyi ternyata konvergen, bunyi dental/alveolar [t] pada posisi onset dan koda, dan bunyi vokal tinggi belakang bulat [u] pada posisi nukleus. Konvergensi ini juga termasuk konvergensi total karena tidak dijumpai bunyi-bunyi yang divergen.

4 Bunyi ledakan kecil

B.Indo B.Ing

(23)

σ O N K b u m σ O N K t u m

B.Indo mempunyai tiga variasi untuk bunyi ledakan, yaitu bumm, duarr, dan tumm. Bumm diduga sebagai tiruan bunyi pinjaman yang berasal dari B.Ing sedangkan duarr berasal dari bahasa Jawa yang pemakaiannya telah meluas. Dalam B.Indo tiruan bunyi tumm ini diperkirakan merupakan akar dari kata

dentum yang telah mengalami proses prefiksasi sehingga menjadi kata

konvensional. Karena alasan tersebut, tum dianggap tiruan bunyi B.Indo dan digunakan dalam upaya korespondensi di sini. Dari segmentas, ditemukan dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan [u] pada posisi nukleus dan nasal bilabial [m] pada posisi koda.

Untuk tiruan bunyi ledakan yang tergantung pada skala dahsyat atau tidaknya suatu ledakan. B.Ing mempunyai baroom, kaboom, kraboom, badaboom, bradaboom, dan blam untuk ledakan skala besar.

5 Bunyi peluit

B.Indo B.Ing

PRIIT PRIIT [priit priit] WHEET WHEET [wit wit] σ O N K p r i t σ O N K w i t

Tiruan bunyi peluit pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh

(24)

dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan bunyi dental/alveolar [t] pada posisi koda.

6 Bunyi deru mesin mobil/motor

B.Indo B.Ing BRRMM BRRMM [brum brum] VROOM VROMM [vrum vrum] σ O N K b r u m σ O N K v r u m

Dari hasil wawancara dengan informan B.Indo, tiruan bunyi deru mesin mobil/motor mempunyai tiga variasi dalam B.Indo, yakni brrm brrm, brem brem dan brum brum. Tiruan bunyi ini pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh. Dari segmentasi atas [brum] dan [vrum] ditemukan tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi alveolar tril [r] pada posisi onset, vokal belakang tinggi [u] pada posisi nukleus dan nasal bilabial [m] posisi koda.

7 Bunyi ban kendaraan berdecit

B.Indo B.Ing

CKIIIT [cə?iiiit] SCREECH [skrit∫]

σ1 σ2 O N O N K c ə ? i t σ1 σ2 O N K Ø s k r i t∫

Bunyi decit ban pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monomorfemis dengan B.Indo yang bersifat bisilabik dan B.Ing monosilabik. B.Indo memiliki satu variasi untuk tiruan bunyi ini, yaitu ciiit, sebagaimana yang

(25)

diungkapkan oleh 14 informan. Sekalipun dua-duanya dipakai dalam pengkorespondesian dengan padanannya dalam B.Ing, tetap akan ditemukan satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dalam silabe ultima.

8 Bunyi dering telepon (telepon tombol putar)

B.Indo B.Ing

KRIING KRIING [kriŋ kriŋ] RRRING RRRING [rIŋ rIŋ] σ O N K k r i ŋ σ O N K r I ŋ

Tiruan bunyi dering telepon (telepon tombol putar) pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi alveolar tril [r] pada posisi onset, vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan bunyi nasal velar [ŋ] pada posisi koda.

9 Bunyi berderit (pintu, jendela, peti)

B.Indo B.Ing

KRIEK [kriek] CREAK [krik]

σ O N K k r ie k σ O N K k r i k

Terdapat dua variasi dalam B.Indo untuk tiruan bunyi berderit (pintu, jendela, peti), yaitu kriek dan kreek. Kriek dimanfaatkan untuk upaya

(26)

korespondensi. Dari segmentasi atas onomatope monosilabik ini, diperoleh tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi velar stop [k] dan bunyi alveolar [r] pada posisi onset, dan bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

10 Bunyi gong B.Indo B.Ing GONG [goŋ] DONG [dDŋ] σ O N K g o ŋ σ O N K d D ŋ

Tiruan bunyi gong pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi velar nasal [ŋ] pada posisi koda.

11 Bunyi lonceng ukuran kecil

B.Indo B.Ing

TING TING TING [tiŋ tiŋ tiŋ] DING DING DING [dIŋ dIŋ dIŋ] σ O N K t i ŋ σ O N K d I ŋ

Tiruan bunyi lonceng ukuran kecil pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi penuh yang tiap morfemnya monosilabik. Dari segmentasi, diperoleh dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan bunyi velar nasal [ŋ] pada posisi koda.

(27)

12 Bunyi bel pintu

B.Indo B.Ing

TING TONG [tiŋ toŋ] DING DONG [dIŋ dDŋ] σ 1 O N K t i ŋ σ 2 O N K t o ŋ σ 1 O N K d I ŋ σ 2 O N K d D ŋ

Tiruan bunyi bel pintu pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi dengan perubahan fonem. Dari segmentasi, diperoleh tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus silabe penultima dan dua bunyi velar nasal [ŋ] pada posisi koda dikedua silabe.

13 Bunyi detak jam dinding

B.Indo B.Ing

TAK TAK [tak tak] TICK TOCK [th

Ik thɔk] σ O N K t a k σ O N K t a k σ O N K th I k σ O N K th ɔ k

Tiruan bunyi detak jam pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat reduplikasi dengan perubahan fonem. Dari segmentasi, ditemukan satu bunyi yang divergen yang menempati nukleus pada masing-masing silabe.

(28)

Dalam B.Indo tiruan bunyi tak tak ini diperkirakan merupakan akar dari kata detak yang telah mengalami proses prefiksasi sehingga menjadi kata konvensional.

14 Bunyi sesuatu yang retak

B.Indo B.Ing

KRAK [krak] CRACK [kræk]

σ O N K k r a k σ O N K k r æ k

Tiruan bunyi sesuatu yang retak pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi, ditemukan tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi velar stop [k] dan alveolar [r] pada posisi onset, dan velar stop [k] pada posisi koda.

15 Bunyi klik (tombol kamera, pelatuk revolver)

B.Indo B.Ing

KLIK [klik] CLICK [klIk]

σ2 O N K k l i k σ2 O N K k l I k

Bunyi klik seperti dalam tiruan bunyi memotret, dan menarik pelatuk

revolver pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi,

tidak ditemukan bunyi yang divergen. Ini berarti semua bunyi sama sehingga disebut konvergensi total.

(29)

16 Bunyi menyapu daun-daun kering B.Indo B.Ing SREK SREK [srεk srεk] RAKE RAKE [reIk reIk] σ O N K s r ε k σ O N K r eI k

Tiruan bunyi menyapu daun-daun kering pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh. Dari segmentasi ditemukan dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi alveolar tril [r] pada posisi onset dan bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

17 Bunyi melesat (sesuatu yang besar seperti pesawat dan rudal)

B.Indo B.Ing

WUUSS [wus] FWOSH [fwD∫]

SWING [swiŋ] σ O N K w u s σ O N K s w I ŋ

Bunyi melesat atas sesuatu yang besar seperti lintasan pesawat atau rudal, pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi, ditemukan satu bunyi yang konvergen, yakni bunyi semivokal [w] pada posisi onset.

18 Bunyi melesat (sesuatu yang kecil seperti batu kecil)

B.Indo B.Ing

WIIING [wiŋ] WHIUUW [wiuw]

(30)

σ O N K w i ŋ σ O N w i

Bunyi melesat seperti lintasan batu kecil yang dilempar, pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi, ditemukan dua bunyi yang konvergen, yakni bunyi semivokal [w] pada posisi onset dan bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus.

19 Bunyi desing peluru

B.Indo B.Ing

SING [siŋ] ZZING [zIŋ]

σ O N K s i ŋ σ O N K z I ŋ

Tiruan bunyi desing peluru pada kedua bahasa adalah onomatope monosilabik. Dari segmentasi tersebut, ditemukan dua bunyi yang konvergen, yakni bunyi tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan nasal velar [ŋ] pada posisi koda.

Dalam B.Indo tiruan bunyi sing ini diperkirakan merupakan akar dari kata desing yang telah mengalami proses prefiksasi sehingga menjadi kata konvensional.

(31)

20 Bunyi gerakan cepat berulang (ayunan tongkat, pukulan tangan, tali

skipping)

B.Indo B.Ing

WUTT WUTT WUTT [wut wut wut] WUG WUG WUG

[wug wug wug]

WHUDD [wd] SWING SWING SWING

[swIŋ swIŋ swIŋ] σ O N K w u t σ O N K w  d

Tiruan bunyi gerakan cepat berulang seperti dalam mengayunkan tongkat, mengayunkan pukulan tangan, dan gerakan ayunan tali skipping pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh. Untuk B.Ing terdapat beberapa variasi bunyi whudd atau whud, whouit dan swing. Variasi-variasi itu dapat dikorespondensikan dengan padanannya B.Indo sehingga hasil segmentasi akan tetap memperlihatkan satu kesamaan bunyi pada posisi onset, yaitu bunyi semi vokal [w].

21 Bunyi gelas kaca yang dipukulkan dengan sendok/pisau alumunium

B.Indo B.Ing

TING TING TING [tiŋ tiŋ tiŋ] TING TING TING [tIŋ tIŋ tIŋ] σ O N K t i ŋ σ O N K t I ŋ

Tiruan bunyi gelas kaca yang dipukulkan dengan sendok/pisau alumunium pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh, sehingga pensegmentasian hanya memanfaatkan satu morfem saja. Dari segmentasi, tidak

(32)

ditemukan bunyi yang divergen. Ini berarti semua bunyi sama sehingga disebut konvergensi total.

22 Bunyi membuka kunci

B.Indo B.Ing

CEKLEK [cəklεk] CLICK CLACK [klIk klæk] σ 1 O N c ə σ 2 O N K k l ε k σ O N K k l I k σ O N K k l æ k

Dari hasil wawancara, B.Indo mempunyai beberapa variasi untuk tiruan bunyi membuka kunci, yakni ceklek, ceklik, klik dan klek. Semua variasi pada B.Indo adalah onomatope non-reduplikasi, sedangkan pada B.Ing bersifat onomatope reduplikasi dengan perubahan fonem. Onomatope B.Indo (salah satunya – ceklek) bersifat bisilabik sehingga silabe penultima dianggap berkorespondensi dengan zero dengan padanannya dalam B.Ing. Sementara itu silabe ultima B.Indo dapat dikorespondensikan dengan tiap silabe B.Ing. Hasil temuan konvergensi bunyinya adalah, bunyi velar stop [k] dan lateral [l] pada posisi onset, dan bunyi velar stop [k] pada posisi koda.

23 Bunyi pedang yang ditarik dari sarungnya

B.Indo B.Ing

SRING [sriŋ] SHIING [∫iŋ]

σ O N K s r i ŋ σ O N K ∫ i ŋ

(33)

B.Indo mempunyai dua variasi untuk tiruan bunyi ini, sring yang diperoleh dari wawancara dan tring yang diperoleh dari komik. Sring kemudian dipakai dalam upaya korespondensi. Dari segmentasi atas onomatope monosilabik ini, ditemukan dua bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan velar nasal pada [ŋ] posisi koda.

24 Bunyi benturan logam, baja dan besi

B.Indo B.Ing

TANG TANG [taŋ taŋ] CLINK CLINK [klIŋk klIŋk] CLANK CLANK [klæŋk klæŋk] CLANG CLANG [klæŋ klæŋ] σ O N K t a ŋ σ O N K k l æ ŋ

Tiruan bunyi benturan logam, baja, dan besi pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi penuh. Untuk B.Ing terdapat beberapa variasi bunyi yang didasarkan pada skala besar atau tidaknya benturan itu. Clink clink adalah untuk benturan yang tidak terlalu keras, sedangkan clank clank dan clang clang untuk benturan yang keras. Pensegmentasian hanya memanfaatkan satu variasi saja, yaitu clang. Dari segmentasi, diperoleh satu kesamaan bunyi pada posisi koda, yaitu bunyi velar nasal [ŋ].

25 Bunyi kain robek

B.Indo B.Ing

BREET [bret]

RIP [rIp]

(34)

σ O N K b r e t σ O N K r I p

Tiruan bunyi kain robek pada kedua bahasa adalah onomatope yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi ditemukan satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi alveolar tril [r] pada posisi onset.

26 Bunyi alat musik drum

B.Indo B.Ing

DUK DUK DUK [duk duk duk]

BOOM BOOM BOOM [bum bum bum] σ O N K d u k σ O N K b u m

Tiruan bunyi alat musik drum pada kedua bahasa adalah onomatope reduplikasi yang bersifat monosilabik. Dari segmentasi ditemukan satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi vokal belakang tinggi [u] pada posisi nukleus.

27 Bunyi alat musik terompet

B.Indo B.Ing

TET TET TEET [tet tet tet]

TANTANTARA TARAA [tntntara tara] σ σ σ O N K O N K O N K t e t t e t t e t σ σ σ O N K O N K O N tn tn t a

Tiruan bunyi alat musik terompet pada B.Indo adalah onomatope reduplikasi yang bersifat monosilabik dan pada B.Ing adalah onomatope yang

(35)

bersifat polisilabik. Tiga silabe pertama pada B.Ing diambil untuk disegmentasikan dan berhasil ditemukan bunyi yang sama pada posisi onset, yaitu bunyi hambat tansuara [t].

2.2 Korespondensi Mimetik

Setelah sebelumnya dilakukan korespondensi bunyi atas onomatope atau kata-kata yang meniru bunyi-bunyi nyata, selanjutnya bagian ini akan mengkontras-uraikan penggunaan bunyi pada fenomena non-akustik atau yang disebut dengan mimetik.

Seperti yang telah dibatasi pada 1.6.2 bahwa psychomimes tidak dibahas dalam penelitian ini karena diperkirakan secara pasti mengandung banyak unsur-unsur universal yang berlaku pada semua bahasa. Dengan demikian, mimetik yang dibahas hanyalah phenomimes yang mencakup bunyi untuk menyimbolkan fenomena non-akustik seperti gerakan, ukuran dan bentuk.

Untuk mimetik phenomimes, populasi data dihimpun dari bunyi-bunyi yang sering diujarkan sehari-hari. Jumlah bunyi-bunyi yang terkumpul ada empat. Berikut ini adalah dua dari empat mimetik phenomimes, yang dapat dilakukan korespondensi bunyi.

1 Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil)

B.Indo B.Ing

(36)

σ O N K t u k σ O N K th æ p

Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil) pada kedua bahasa adalah mimetik reduplikasi penuh. Dari segmentasi ditemukan satu bunyi yang konvergen, yaitu bunyi stop dental/alveolar [t] pada posisi onset.

2 citra kilau (kilau perhiasan/bersih)

B.Indo B.Ing

CLING CLING [cliŋ cliŋ] BLING BLING [blIŋ blIŋ] σ O N K c l i ŋ σ O N K b l I ŋ

Citra kilau pada kedua bahasa adalah mimetik reduplikasi penuh. Dari segmentasi ditemukan tiga bunyi yang konvergen, yaitu bunyi lateral [l] pada posisi onset, vokal tinggi depan tidak bulat [i] pada posisi nukleus dan velar nasal [ŋ] pada posisi koda.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar psikomotorik siswa kelas VII pada mata pelajaran Aqidah

sistem sleepingbag dapat menguji dengan metode fuzzy yang disimpulkan nilai sensor suhu tubuh, sensor suhu ruangan dan PWM pada sistem sleepingbag yang ditampilkan

Batasan masalah pada penelitian ini adalah data pada Rumah Beras Tiredi yang terdiri dari 3 gudang dan 6 pasar dengan menggunakan North West Corner Method untuk solusi

Data yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan periode strangulasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada pengamatan unit tingkat kehijauan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat disiplin kerja, tingkat kualitas pelayanan pegawai serta adakah hubungan dari disiplin

Jumlah persalinan di Propinsi DIY berdasarkan data dari 5 Rumah Sakit Daerah Tingkat II Yogyakarta pada tahun 2010 sebanyak 11.005 persalinan dengan persentase perdarahan

No Unit Kerja Jabatan Kualifikasi Pendidikan No Ujian Nama DAFTAR PESERTA YANG M EM ENUHI PERSYARATAN (M P) TES KOM PETENSI DASAR.. CPNS TAHUN 2013 DI LINGKUNGAN KEM ENTERIAN

Berdasarkan penilaian kesehatan tersebut Bank Jatim mampu mempertahankan tingkat kesehatan yang secara umum sangat sehat dan memperoleh peringkat 1 pada