BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka
Penelitian yang berkaitan dengan reaktualisasi konsep saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam, sebelumnya belum pernah di teliti oleh para penulis lain namun ada penelitian yang menyinggung sedikit mengenai aktualisasi nilai-nilai Islam diantaranya: Matthoriq, Suryadi, Mochamad Rozikin pada tahun 2008, dengan judul : “Aktualisasi Nilai Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi pada Masyarakat Bajulmati, Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang)” hasil dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa : Pemberdayaan masyarakat di Bajulmati menujukkan aktualisasi dari nilai-nilai Islam melalui penguatan dalam lingkup dan sektor penting dalam masyarakat. Integritas keberdayaan pada lingkup individu, keluarga dan masyarakat, menuju yang sejahtera material dan memiliki kualitas spiritual yang tinggi/masyarakat madani (civil society) melalui tatanan kehidupan yang terdiri dari komunitas sosial (masyarakat) saling bergaul secara beradab, kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Sedangkan secara praktis, penguatan pada matra pokok pemberdaya yaitu: kerohani melalui penguatan kelembagaan agama yaitu Masjid al-Azhar, TPA Nurul Huda, Pengajian Rutinan; matra intelektual melalui penguatan institusi pendidikan formal dan non formal berupa TK Harapan, PAUD Bina Harapan, Rumah Pintar dan Perpustakaan Harapan dan pendidikan
▸ Baca selengkapnya: sebutkan konsep yang berkaitan dengan tata pentas
(2)lingkungan pesisir, terakhir pada matra ekonomi melalui penguatan program
kewirausahaan melalui Posdaya Harapan Mandiri dan pengkaderan pemberdaya.1
Rizalatul Umami, pada tahun 2012 dengan judul : “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Desa pada Masyarakat Nyatnyono.” Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Mayoritas masyarakat Nyatnyono melalui tradisi sedekah desa ternyata mampu menjadi sebagai pengembangan pendidikan Islam terutama dalam hal akhlak anak-anak dan remaja sebagai penerus, dan diharapkan baik dari masyarakat Nyatnyono dari upacara tradisi sedekah desa ini ditemukan ternyata masyarakat menyambut tentang tradisi
tersebut.2
Rurie Ulfa Syahra pada tahun 2015, dengan judul “Aktualisasi Nilai-nilai Islami dalam Membangun Harmonisasi Akutansi”, dengan hasil penelitian: Islamic Accounting Concept jauh lebih dulu dari conventional accounting concept, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh accounting experts konvensional. Akuntansi merupakan domain muAmalah dalam kajian Islam. Artinya diserahkan kepada kemampuan minds manusia untuk mengembangkannya. Maka Allah SWT memberikannya tempat didalam kitab suci al-Qur’an, Al-Baqarah: 282. Ayat ini sebagai symbol of economic yang mempunyai nature of accounting yang dapat dianalogkan dengan
1
Matthoriq, Aktualisasi Nilai Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CEAQFjAFahU KEwirttfIw9LIAhXCc44KHRmvAiA&url=http%3A%2F%2Fadministrasipublik.studentjournal.u b.ac.id%2Findex.php%2Fjap%2Farticle%2Fview%2F405%2F278&usg=AFQjCNE1TIjHjry1YfsI tipLL7aepORTnw&bvm=bv.105454873,d.c2E, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.
2Rizalatul Umami, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Desa pada
Masyarakat Nyatnyono, http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/9cd73b8cacb03223.pdf. , diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.
“double entry”, dan menggambarkan angka keseimbangan atau neraca. Nilai-nilai dalam Islam yang ada, tidak bermaksud secuilpun untuk merugikan sebelak pihak dari manusia ataupun yang lainnya, melainkan justru mencari jalan lain yang bisa menguntungkan semua pihak yang bersangkutan dengan transaksi tersebut. Yaitu kemunculan akuntansi syari’ah yang akan menjadi akuntansi alternatif dari
akuntansi konvensional.3
Dari ketiga penelitian yang sudah dilakukan para peneliti di atas sebelumnya memang terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian yang akan lakukan penelitian oleh penulis, namun sebagai bahan acuan dan pelengkap penelitian terdahulu dapat terlihat sebagai berikut:
1. Matthoriq, Suryadi, Mochamad Rozikin pada tahun 2008 mengkaji tentang perlakuan pengkaderan pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui penguatan kelembagaan agama dengan cara nilai-nilai Islam.
2. Rizalatul Umami, pada tahun 2012 mengkaji tentang mayoritas masyarakat Nyatnyono melalui upacara tradisi sedekah sebagai pengembangan pendidikan Islam terutama dalam hal akhlak anak-anak dan remaja sebagai penerus.
3. Rurie Ulfa Syahra pada tahun 2015 mengkaji tentang perlakuan akutansi keseimbangan neraca melalui nilai-nilai Islam yang memperhatikan Qs. al-Baqarah: 282.
3
Rurie As-Syahra, Aktualisasi Nilai-nilai Islami dalam Membangun Harmonisasi
Akutansi,
http://www.academia.edu/9246383/_Aktualisasi_Nilai-Nilai_Islami_Dalam_Membangun_Harmonisasi_Akuntansi_, diunduh pada tanggal 20 Oktober
Untuk memudahkan dalam membedakan penelitian penulis dengan para peneliti sebelumnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN
No. Nama, Judul, Tahun, dan Jenis
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Matthoriq, Suryadi, Mochamad
Rozikin, Aktualisasi Nilai Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi pada Masyarakat Bajulmati, Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang), pada Tahun 2008, Kualitatif Deskriptif. Mengkaji tentang nilai-nilai Islam pada aktivitas penerapannya. Mengkaji tentang perlakuan pengkaderan pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui penguatan kelembagaan agama dengan cara nilai-nilai Islam
2. Rizalatul Umami, Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedekah Desa pada Masyarakat Nyatnyono, pada Tahun 2012, Kualitatif Deskriptif. Mengkaji tentang nilai-nilai Islam pada aktivitas penerapannya. Mengkaji tentang mayoritas masyarakat Nyatnyono melalui upacara tradisi sedekah merupakan sebagai pengembangan pendidikan Islam
terutama dalam hal akhlak anak-anak dan remaja sebagai penerus.
3. Rurie Ulfa Syahra, Aktualisasi
Nilai-nilai Islami dalam
Membangun Harmonisasi
Akutansi, pada Tahun 2015, Kualitatif Deskriptif. Mengkaji tentang nilai-nilai Islam pada aktivitas penerapannya. Mengkaji tentang perlakuan akutansi keseimbangan neraca melalui nilai-nilai Islam yang memperhatikan Qs. al-Baqarah: 282
Tabel 1: Persamaan dan perbedaan penelitian yang dibuat oleh penulis Muhammad Nordin Tahun 2016)
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Reaktualisasi
Reaktualisasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bermula dari kata aktualisasi adalah perihal mengaktualkan atau
pengaktualan suatu kegiatan yang pernah dilaksanakan.4 sedangkan
reaktualisasi merupakan proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali,
penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat.5 Menurut
4
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. 3, 2005, hlm. 23.
5Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reaktualisasi, Http://kbbi.web.id/reaktualisasi,
penulis reaktualisasi adalah suatu proses mengaktualkan suatu kegiatan yang pernah dilaksanakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan, berdasarkan kesimpulan tersebut akan memberikan suatu hasil mengenai kegiatan yang telah di aktualkan sebagai pembaharuan nilai-nilai kehidupan masyarakat. 2. Konsep Saprah Amal
Saprah Amal berasal dari kata bahasa Arab yaitu Safāratul Amal yang berarti merupakan suatu kegiatan perjalanan amal dengan konsep kegiatan yang berisikan musik orkes Islami, lelang komoditas produk ekonomi, pencerahan melalui ustad Kyai, dengan berjualan barang produk dengan harga dilebihkan dari harga normal yang bertujuan untuk mengumpulkan dana sosial berupa bangunan sekolah, masjid dan sebagainya yang didalam
kegiatannya berimplementasikan nilai-nilai sedekah.6 Sedangkan berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan tertentu yang bersifat membangun untuk
kesejahteraan bersama.7 Saprah Amal/bazar sendiri merupakan sebuah
saprah yang menjual makanan, minuman, dan lainnya. Biasanya saprah seperti ini dibuka dalam waktu tertentu dan jangka waktu terbatas, hasil
penjualannya disalurkan masyarakat untuk kegiatan Amal.8
6Pemaparan dari Bapak Dr. Ahmad Dakhoir, MHI selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangka Raya , pada tanggal 01 Oktober 2016.
7
Ibid., hlm. 833.
8Ant, Pemkab Bengkalis Bakal Buka Pasar Amal Ramadan,
http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.
Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh sebagian masyakat Banjar dalam mengumpulkan dana dan merupakan suatu
kebudayaan yang sering dilaksanakan.9 Kebudayaan itu sendiri berasal dari
(bahasa Sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”.10
Seorang antropolog lain, yaitu E.B Tylor (1871), pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan;
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.11
Kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif.12
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan memiliki masing hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun juga. Diantaranya;
a. Kebudayaan bersifat universal artinya perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya,
9Berdasarkan observasi awal dengan masyarakat sekitar dilapangan, ditemukan bahwa
kebanyakan pelaksanaan tersebut sering di lakukan oleh masyarakat Banjar.
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 47, 2015, hlm. 148.
11Ibid. 12Ibid.
b. Kebudayaan bersifat stabil dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu artinya setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan mati saja yang bersifat statis,
c. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia,
walaupun hal itu jarang disadari oleh manusia sendiri.13
Penulis merumuskan kebudayaan adalah suatu hasil karya dan suatu cipta masyarakat yang akan menghasilkan suatu tujuan yang dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat bersama. Kebudayaan tidak dapat berjalan dan
berkembang secara strategis14 jika tidak ada suatu lembaga masyarakat yang
dapat mengelola dan mengkordinir dalam suatu praktek.
Lembaga masyarakat diartikan sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. Lembaga masyarakat bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yaitu;
13Ibid., hlm. 158-159.
14Strategis adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategis yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan, b. Menjaga keutuhan masyarakat,
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota.15
3. Saprah Amal sebagai Kegiatan Ekonomi Islam a. Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Manajemen merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.16 Menurut para pakar diantaranya
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu atau seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel berpendapat bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian.17 Encylopedia of the social science
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., hlm. 171.
16Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi
Aksara, 2014, hlm. 1.
dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana praktek
suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.18
Menurut Penulis pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas
meliputi fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian sedangkan
kebutuhannya tidak terbatas, karena itu usaha untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan kemampuan terbatas dengan itu manusia perlu membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Manajemen sangat berperan aktif dengan cara:
1. Pekerjaan itu berat dan sulit dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya. 2. Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan
dengan baik.
3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan. 5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan
memanfaatkan 6M19 dalam proses manajemen tersebut.
6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur dan
selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.20
18Muhammad Manullang, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006, hlm. 3.
19Unsur-unsur manajemen meliputi Men (tenaga kerja manusia), Money (uang yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan), Methods (cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan), Materials (Bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan),
Machines (mesin/alat yang diperlukan atau dipergunakan dalam mencapai tujuan), Market (pasar
Suatu kegiatan akan tercapai dengan baik apabila dilaksanakan sesuai fungsi manajemen, diantaranya:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman praktek, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.21
Merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumber daya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan definisi tersebut perencanaan minimum memiliki tiga karakteristik:
a. Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang. b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yang
serangkaian tindakan di masa yang akan datang dan akan diambil oleh perencana.
c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi serta organisasi merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
perencanaan.22
20Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah..., hlm. 3-4. 21 Ibid., hlm. 40.
Beberapa definisi rencana (plan) diantaranya The New Webster Dictionary:
Berpendapat bahwa rencana diartikan sebagai pernyataan dari segala sesuatu yang dikehendaki, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa pun macam dan bentuknya segala sesuatu yang dinyatakan itu, asal saja menggambarkan keinginan yang hendak dicapai maka dapat diartikan sebagai
rencana.23
Selain itu Malayu S.P. Hasibuan juga berpendapat:
Rencana adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.24
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.25
Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama. Berdasarkan definisi tersebut bahwa suatu organisasi minimum mengandung tiga elemen yang saling berhubungan. Ketiga elemen organisasi tersebut adalah:
a. Sekelompok orang
23Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 57. 24Ibid., hlm. 57.
b. Interaksi dan kerja sama c. Tujuan bersama
Salah satu ciri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Ciri yang kedua adalah bahwa adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima, dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective), dan tujuan (goal).
Ciri yang ketiga adalah bahwa suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan. Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan bersama-sama. Tujuan bersama yang hendak direalisasikn tersebut dapat merupakan tujuan jangka panjang maupun tujuan
jangka pendek.26
Tujuan dibentuknya kepanitiaan atau organisasi (organizing) adalah mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya, mencapai secara lebih
efektif dan efisien karena dikerjakannya bersama-sama, wadah memanfaatkn sumber daya dan teknologi bersama-sama, sebagai wadah mengembangkan potensi dan spesialis yang yang dimiliki seseorang, sebagai wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja, sebagai wadah mengelola lingkungan bersama-sama, sebagai wadah mencari keuntungan, kekuasaan, pengawasan, penghargaan bersama-sama, serta sebagai wadah memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin banyak dan kompleks.27
3. Pengarahan atau Penggerakan (Actuating)
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.28 Praktek
pengarahan atau penggerakan (actuating) menurut George R. Terry, penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok atau organisasi agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bersemangat untuk mencapai sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian.29
Penggerakan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dimengerti dan pembagian pekerjaan yang efektif dan efisien untuk tujuan perusahaan yang nyata. Agar proses penggerakan berjalan efektif, suatu keharusan bagi seorang manajer untuk memahami perilaku manusia, sehingga dapat memimpin organisasi
27Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 73-74. 28Ibid., hlm. 41.
dengan baik, menjalankan komunikasi dengan efektif, dapat memberikan motivasi yang tepat serta dapat menciptakan hubungan
yang harmonis dengan bawahannya.30
4. Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)
Pengendalian adalah proses pengaturan atau pengukuran berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan dalam perencanaan.31
pengawasan (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen, dalam tahap ini sangat menentukan praktek proses manajemen. Pengawasan adalah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk
tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.32 Pengawasan
berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang sangat mengisi:
a. Pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan b. Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana
c. Praktek rencana akan baik, jika pengawasan dilakukan dengan baik
d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah pengawasan atau penilaian dilakukan.33
30
Ibid., hlm. 95. 31Ibid., hlm. 41.
32Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 188.
Pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Pengawasan diharapkan
juga agar pemanfaatan semua unsur (6M)34, efektif dan efisien.
Adapun tujuan dari pengawasan yaitu:
a. Supaya proses praktek dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana
b. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi).
c. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya
d. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
e. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan pemborosan, hambatan dan ketidakadilan
f. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik
g. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi
h. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi i. Meningkatkan kinerja organisasi
j. Memberikan opini atas kerja organisasi
34Unsur-unsur manajemen meliputi Men (tenaga kerja manusia), Money (uang yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan), Methods (cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan), Materials (Bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan),
Machines (mesin/alat yang diperlukan atau dipergunakan dalam mencapai tujuan), Market (pasar
k. Mengarahkan manajemen untuk membuat koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada
l. Menciptakan terwujudnya praktek yang bersih.35
Grafik Fungsi Manajemen Dilihat dari Sudut Proses
Grafik 1: Grafik fungsi manajemen dikutip dari buku dasar-dasar manajemen yang ditulis oleh Drs. M. Manullang.
b. Konsep Pasar
1) Pengertian Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item
35Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 190-191. Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan Pengendalian/
pertukaran. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan
jasa yang diperdagangkan.36 Syarat-syarat terbentuknya pasar,
diantaranya sebagaimana di bawah ini: 1. Adanya penjual dan adanya pembeli.
2. Adanya barang atau jasa yang akan diperjualbelikan.
3. Terjadinya kesepakatan harga dan transaksi, antara penjual dan
pembeli.37
2) Klasifikasi Pasar
Berdasarkan perbedaannya klasifikasi pasar terbagi menjadi dua yaitu: a) Pasar Tradisonal
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
36
Wikipedia, Konsep Pasar, Https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.
37Andini Elizabeth’s Castle, Pasar Tradisional dan Pasar Modern,
terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli
untuk mencapai pasar.38
Kelemahan pasar tradisional kini terlihat jelas, dapat dilihat dari persaingan menjadi tidak seimbang karena perbedaan modal antara pedagang di pasar tradisional dengan peritel modern. Modal para pedagang tradisional, umumnya berasal dari individu dan kecil. Sedangkan modal para peritel modern besar dan menggunakan sistem jejaring. Sistem jejaring inilah yang membuat para peritel modern kembali diuntungkan dari segi harga. Selain modal dan jaringan, pasar tradisional juga kalah dari segi tempat. Sebagian besar pasar tradisional di Indonesia kumuh, penataannya kacau, berbeda dengan pasar modern yang memiliki tempat yang nyaman dan efisien. Toko yang ber-AC, barang-barang yang teratur rapi, tanpa ada proses tawar menawar dan menggunakan mesin di bagian kasir, menawarkan efisieni dan kenyaman bagi pembeli. Hal-hal semacam inilah yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional. Namun pasar tradisional juga memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan pasar modern. Kelebihan tersebut diantaranya adalah:
1. Di pasar tradisional pembeli dapat melakukan tawar menawar harga dengan pedagang.
2. Harga yang ditawar cukup terjangkau.
38Wikipedia, Konsep Pasar, Https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, diunduh pada tanggal 18
3. Secara budaya pasar tradisional merupakan tempat publik dimana terjadi interaksi sosial. Dari banyak sisi, pasar tradisional tidak lebih baik dari pasar modern, apalagi karakter masyarakat saat ini lebih menyukai tempat belanja yang nyaman dan efisien dan hal inilah yang ditawarkan oleh pasar
modern.39
b) Pasar Modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi atau bertemu secara langsung. Melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar
swalayan (supermarket), dan minimarket.40
Berikut ini ciri dari pasar modern diantaranya seperti: 1. Tidak bisa tawar-menawar harga.
2. Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode.
39Jurnal Eis Al Masitoh, upaya menjaga eksistensi pasar tradisional: studi revitalisasi
pasar piyungan bantul,
http://www.aifis-digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/jurnal_pmi_63_78.pdf, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.
40Wikipedia, Konsep Pasar, Https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, diunduh pada tanggal 18
3. Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik.
4. Layanan yang baik dan biasanya memuaskan.
5. Tata tempat yang rapih supaya konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan di belinya. 6. Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir
dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi.41
c. Konsep Keuangan Publik Islam
Sejarah pada masa Rasulullah SAW menunjukkan bahwa keuangan publik bertumpu untuk mempertahankan eksistensi ajaran dan umat Islam dalam masyarakat. Keuangan publik meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat, baik yang dikelola secara individual, kolektif ataupun pemerintahan. Sumber-sumber keuangan publik dalam sejarah Islam selain zakat, mayoritas adalah bersifat
sukarela yaitu dalam bentuk infaq, waqaf, dan sedekah.42 Sejarah
keuangan publik pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin memfokuskan seperti pembangunan masjid sebagai tempat utama dalam mengadakan forum bagi para pengikutnya, merehabilitasi muhajirin Makkah di Madinah, menciptakan kedamaian dalam negara, mengelurkan kewajiban bagi
41Sora, Pengertian Pasar Modern Dan Ciri-Cirinya Terlengkap,
Http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.
42Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , Jakarta:
warga negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun sistem pertahanan madinah, dan meletakkan dasar-dasar sistem keuangan
negara.43
Ekonomi Islam uang dikenal sebagai public goods44. Ciri dari
public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh: jalan raya. Jalan raya digunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunyai kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan. Oleh karena itu, penimbunan (hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut.45 Sistem keuangan publik Islam, uang publik dipandang amanah di tangan penguasa dan harus diarahkan serta di tujukan pada lapisan masyarakat agar terciptanya keamanan masyarakat, kesejahteraan umum dan pendistribusian pendapatan yang adil diantara
berbagai lapisan masyarakat.46
Sumber pendanaan publik, secara garis besar telah ditentukan dalam al-Qur’an, namun karena sesuai perkembangan zaman sumber pendanaan publik tidak hanya pada zakat dan ghanimah, sebagai berikut instrumen pemungutan dana publik:
43Ibid., hlm. 486.
44Public goods adalah barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati
atau dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya.
45Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007, hlm. 89.
Tabel Prinsip Pokok Sumber Keuangan Publik Islam Klasik Sumber
Penerimaan
Karakteristik Utama
Zakat
1. Merupakan kewajiban langsung dari Allah Swt pada kitab suci al-Qur’an.
2. Pembayaran zakat adalah: individu muslim dan mampu secara material melebihi satu nisab yang dibebankan atas kekayaan atau keuntungan, bukan atas modal kerja.
3. Dipungun secara berkala sesuai masa perolehan atau panen.
Ushr
1. Merupakan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pedagang, yang ditujukan untuk meningkatkan perdagangan.
2. Pembayaran ushr adalah pedagang muslim dan
non-muslim yang diebankan atas volume
perdagangan.
3. Temporer, ketika terjadi perdagan yang tidak fair (tarif dikurangi untuk meningkatkan perdagangan yang fair).
Kharaj
1. Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pengguna lahan negara atau tanah.
2. Tingginya tarif semakin tinggi dengan kondisi kualitas tanah, maupun nilai hasil produksi.
3. Dipungut secara permanen berkala.
Jizya (pajak dzimmi)
1. Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah sebagai konpensasi atas perlindungan jiwa, property, ibadah dan tanggung jawab militer. 2. Dipungut dari non-muslim (dzimmi) yang tinggal
di negara Islam, tingginya tarif dipengaruhi oleh kemampuan material pemvayar jizya yang dibayar secara individual msupun kolektif.
3. Dipungut secara permanen, kecuali jika dzimmi berpindah agama ke Islam, maka terkena kewajiban sebagai muslim.
Ghanimah
1. Harta yang diperoleh secara paksa melalui perang,
ditujukan untuk pembiayaan perang dan
kesejahteraan tentara (80%) sebagian (20%) dialokasikan untuk sabilillah, sebagaimana tarif zakat yang dikenakan atas harta temuan (rikaz).
Fai’
1. Harta yang diperoleh dari non-muslim secara damai atau non-perang, prinsipnya pemanfaatan harta yang menganggur yang dimiliki oleh pemilik asal jika ia masih hidup atau masuk Islam, dan menjadi milik negara jika pemilik asal meninggal atau tetap non-muslim.
Amwal Fadhila
1. Merupakan harta yang diperoleh karena tidak ada yang memiliki baik karena ditinggal pemiliknya ataupun tanpa ahli waris.
Nawaib
1. Pungutan yang dibebankan oleh pemerintah kepada orang tertentu untuk tujuan negara tertentu, misalnya untuk pertahanan negara.
2. Pemungutan dilakukan secara purposif, untuk kepentingan darurat (perang) yang dikenakan atas orang kaya saja.
Wakaf
1. Harta yang secara sukarela diserahkan
kepemilikannya oleh seorang muslim untuk digunakan kemaslahatan umat Islam.
jangka panjang dan tidak ada ketentuan mengenai besarannya, tergantung kemauan waqif.
Sedekah
1. Harta yang secara sukarela diserahkan
kepemilikannya oleh seorang muslim kepada orang lain atau umat Islam atau negara.
2. Tidak ada ketentuan mengenai besarannya
tergantung kemauan pemberi sedekah.
Tabel 2 : Prinsip Pokok Sumber Keuangan Publik Islam Klasik di kutip dari Buku Ekonomi Islam yang ditulis oleh Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)
d. Maqās}hid al-syari’ah
Secara bahasa maqās}hid al-syari’ah terdiri dari dua kata, yakni maqās}hid dan al-syari’ah. Maqās}hid berarti kesengajaan atau tujuan, sedangkan al-syari’ah berarti jalan menuju sumber air, dapat pula
dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan.47
Menurut al-Syatibi menyatakan bahwa sesungguhnya maqās}hid al-syari’ah adalah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Dari tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan syari’ah menurut al-Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia, kemaslahatan dalam hal ini diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut rezeki manusia, pemenuhan penghidupan manusia, dan perolehan apa-apa yang dituntut oleh kualitas-kualitas emosional dan
intelektualnya.48 Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa maqās}hid al-syari’ah adalah nilai-nilai dan sasaran syara yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syari’ah. Yusuf al-Qardhawi mendefinisikan maqās}hid al-syari’ah sebagai tujuan dari target teks dan hukum-hukum partikular untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia. Baik berupa perintah, larangan, dan mubah. Karena dalam setiap hukum yang diSyari’atkan Allah kepada hambanya pasti
terdapat hikmat, yaitu tujuan luhur yang ada di balik hukum.49
Menurut Imam al-Ghazali, “Tujuan utama syari’ah adalah mendorong kesejahteraan manusia, yang terletak dalam perlindungan terhadap agama mereka (lī hifdz} al din), diri (lī hifdz} an nafs), akal (lī hifdz} al ‘akl), keturunan (lī hifdz} al nasl), harta benda (lī hifdz} al mal).50 Adapun uraian dari unsur-unsur dari tujuan maqās}hid syari’ah sebagai berikut:
a. Peran Keimanan (Agama)
Tujuan utama dari syari’ah adalah menjaga atau memelihara agama. Islam mengajarkan manusia menjalani kehidupannya secara benar, sebagaiman telah diatur oleh Allah. Islam telah mencakup keseluruhan ajaran kehidupan secara komprehensif. Jadi, agama merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Islam
48Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 381.
49Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam..., hlm. 32. 50M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000,
mengajarkan bahwa agama bukanlah hanya ritualitas, namun agama berfungsi untuk menuntun keyakinan, memberikan ketentuan atau aturan berkehidupan serta membangun moralitas manusia. Agam sebagai media menumbuhkan iman menyediakan filter moral yang menyutikkan makna hidup dan tujuan dalam diri manusia ketika menggunakan sumber daya, dan memberikan mekanisme motivasi
yang diperlukan bagi beroperasinya secara objektif.51
b. Peran Jiwa (an nafs)
Kehidupan jiwa raga (an nafs) di dunia sangat penting, karena merupakan ladang bagi tanaman yang akan di panen di kehidupan akhirat nanti. Kehidupan sangat dijunjung tinggi oleh ajaran Islam, sebab merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hambanya untuk dapat digunakan sebaik-baiknya. Tugas manusia dibumi adalah mengisi kehidupan dengan sebaik-baiknya, untuk kemudian akan mendapatkan balasan pahala atau dosa-dosa Allah.
c. Peran Akal
Untuk dapat memahami alam semesta (ayat-ayat kauniyah) dan ajaran agama dalam al-Quran dan Hadist (ayat-ayat qauliyah) manusia membutuhkan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan maka manusia tidaka akan dapat memahami dengan baik kehidupan ini sehingga akan mengalami kesulitn dan penderitaan. Oleh karena itu,
Islam memberikan perintah yang sangat tegas bagi seorang mukmin untuk menuntut ilmu.
d. Peran Keturunan (an nasl)
Untuk menjaga kontinuitas kehidupan, maka manusia harus memelihara keturunan dan keluarganya, meskipun seorang mukmin menyakini bahwa horison waktu kehidupan tidak hanya mencakup kehidupan dunia melainkan hingga akhirat. Oleh karena itu, kelangsungan keturunan dan keberlanjutan dari generasi ke generasi harus diperhatikan karena merupakan suatu kebutuhan yang amat penting bagi eksistensi manusia.
e. Peran Harta (māal)
Harta material sangat dibutuhkan, baik untuk kehidupan duniawi maupun ibadah. Manusia membutuhkan harta untuk pemenuhan kebutuhan makanan, minuman, pakaian, rumah, kendaraan, perhiasan sekedaranya dan kebutuhan lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Selain itu, hampir semua ibadah memerlukan harta, misalnya zakat, infak, sedekah, haji, menuntut ilmu, membangun sarana-sarana peribadatan, dan lain-lain tanpa harta yang memadai
kehidupan akan menjadi susah, termasuk menjalankan ibadah. 52
Kemaslahatan dalam taklif Tuhan dapat berwujud dalam dua bentuk, pertama dalam bentuk hakiki yakni manfat langsung dalam kausalitas. Kedua dalam bentuk majazi yakni bentuk yang merupakan
sebab yang membawa kemaslahatan. Kemaslahatan itu oleh al-Syatibi dilihat pula dari sudut pandang yaitu sebagai berikut:
1) Maqās}hid al-syari’ah (Tujuan Tuhan) 2) Maqās}hid al-Mukallaf (Tujuan Mukallaf)
3) Maqās}hid al-syari’ah dalam arti Maqās}hid al-syari’ah,
mengandung empat aspek. Keempat aspek itu adalah:
a) Tujuan awal dari Syari’at yakni kemaslahatan manusia didunia dan diakhirat.
b) Syari’at sebagai suatu yang harus dipahami.
c) Syari’at sebagai suau hukum taklif yang harus dilakukan, dan d) Tujuan Syari’at adalah membawa manusia kebawah naungan
hukum.53
Dalam rangka pembagian Maqās}hid syari’ah, aspek pertama sebagai aspek inti menjadi fokus analisis. Sebab, aspek pertama berkaitan dengan hakikat pemberlakuan Syari’at oleh Tuhan. Hakikat atau tujuan awal pemberlakuan Syari’at adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok seperti yang penulis telah paparkan terpelihara, maka al-Syatibi membagi kepada tingkat Maqās}hid atau tujuan syari’ah, yaitu:
a) Maqās}hid al-Daruriyat
Dimaksudkan untuk memelihara unsur pokok dalam kehidupan manusia, yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
53Asafri Jaya Bakhri, Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut al-Syatibi, Jakarta: PT
b) Maqās}hid al-Hajiyat
Dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau
menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih baik lagi.54
c) Maqās}hid al-Tahsiniyat
Dimaksudkan agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk penyempurnaan pemeliharaan lima unsur pokok.
Tidak terwujudnya aspek daruriyat dapat merusak kehidupan manusia dunia dan akhirat secara keseluruhan. Pengabaian aspek hajiyat tidak sampai merusak keberadaan lima unsur pokok, akan tetapi hanya membawa kepada kesulitan bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya. Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyat membawa
upaya pemeliharaan lima unsur pokok tidak sempurna.55
a) Contoh dari Maqās}hid al-daruriyat dalam ilmu ekonomi syari’ah adalah seperti aturan-aturan yang berkaitan dengan kemaslahatan sesama manusia, umpamanya aturan perpindahan hak milik dengan cara jual beli, hibah, pewarisan, dan transaksi lainnya.
b) Contoh dari Maqās}hid al-hajiyat dalam ilmu ekonomi syari’ah adalah terdapat ketentuan Syari’at yang membolehkan seseorang melakukan utang piutang dan jual beli dengan cara panjar.
54 Ibid. 55Ibid.
c) Contoh dari Maqās}hid al-tahsiniyat dalam ilmu ekonomi syari’ah adalah adanya larangan melakukan transaksi dagang terhadap
benda-benda najis dan haram.56
Sesungguhnya Maqās}hid al-syari’ah adalah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusia memaknai kesejahteraan dengan persfektif yang berbeda-beda, sebagaian besar paham ekonomi memaknai kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai kesejahteraan dengan istilah falah yang berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara dimensi material spiritual, individual sosial dan kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat. Sejahtera dunia diartikan sebagai segala yang memberikan kenikmatan hidup indrawi,
baik fisik, intelektual, biologis ataupun material. Sedangkan
kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang akan diperoleh
setelah kematian manusia.57 Menjaga kemaslahatan bisa dengan cara min
haytsu al wujud yaitu menjaga kemaslahatan dengan cara min haytsu al-wujud dengan cara mengusahakan segala aktivitas dalam ekonomi yang
bisa membawa kemaslahatan.58
Definisi falah itu sendiri adalah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja yakni aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan, atau
56Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Jakarta: AMZAH, 2011, hlm. 309-311. 57
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 42-43.
58Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persfektif Maqashid al-Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2014, hlm. 49.
kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan kemengan yaitu kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata al-Qur’an yang sering dimaknai sebagai
keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat.59
Dalam kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dari kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi atau bebas dari segala kebodohan. Adapun tabel penjelasan aspek mikro dan aspek makro dalam falah, diantaranya:
Tabel Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah
Unsur Falah Aspek Mikro Aspek Makro
Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup biologis, kesehatan, kebebasan keturunan dan sebagainya Keseimbangan ekologi dan lingkungan Kelangsungan hidup ekonomi meliputi kepemilikan faktor produksi Pengelolaan sumber daya alam dan
penyediaan kesempatan berusaha
untuk semua penduduk
Kelangsungan hidup Kebersamaan sosial,
sosial meliputi persaudaraan dan harmoni hubungan
sosial
ketiadaan konflik antar kelompok
Kelangsungan hidup politik meliputi kebebasan dalam partisipasi politik
Jati diri dan kemandirian
Kebebasan Berkeinginan
Terbebas kemiskinan
Penyediaan sumber daya untuk seluruh
penduduk
Kemandirian hidup
Penyediaan sumber daya untuk generasi yang akan datang
Kekuatan dan Harga Diri
Harga diri
Kekuatan ekonomi dan kebebasan dari
utang
Kemerdekaan, perlindungan terhadap hidup dan kehormatan
Kekuatan militer
Tabel 3 : Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah di kutip dari Buku Ekonomi Islam yang ditulis oleh Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)
Penjelasan pada tabel di atas, tampak bahwa falah mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. Aspek ini secara poko meliputi spiritual dan moralitas, ekonomi, sosial dan budaya, serta
politik. Misalnya untuk memperoleh suatu kelangsungan hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan: (a) pemenuhan kebutuhan biologis seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit; (b) faktor ekonomi misalnya memiliki sarana kehidupan; (c) faktor sosial misalnya adanya persaudaraan dan hubungan antarpersonal yang harmonis. Dalam apek makro kesejahteraan menuntut adanya keseimbangan ekologi, lingkungan yang baik, manajemen lingkungan hidup, dan kerjasama antar anggota masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan, faktor-faktor ini akan lengkap jika manusia terbebas dari kemiskinan dan kemiliki kekuatan
serta kehormatan.60 Konsep Islam tentang falah amatlah komprehensif.
Istilah tersebut merujuk kepada kebahagiaan spritual, moral, dan sosio-ekonomi di dunia dan kesuksesan di akhirat. Dalam lapangan sosio-ekonomi, konsep falah merujuk kepada kesejahteraan materiil semua warga negara Islam. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan ekonomi dan kebaikan masyarakat melalui distribusi
sumber-sumber materiil yang merata.61
Pendefinisian Islam tentang kesejahteraan didasarkan pandangan yang komprehensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut ajaran Islam mencakup dua pengertian:
60
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 2-3.
61Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2012, hlm.
a) Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri dari unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagiaan haruslah menyeluruh dan seimbang di antara keduanya.
b) Kesejahteraan di dunia dan di akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, tetapi juga di alam setelah kematian/kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi didunia ditunjukkan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan di akhirat. Kesejahteraan di akhirat lebih diutamakan sebab ia merupakan suatu kehidupan yang abadi dan lebih bernilai (valuable) dibandingkan kehidupan di dunia.
Falah kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan di akhirat, dapat terwujud apabila terpeuhi kebuuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan memberikan dampak yang disebut dengan maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan baik material maupun non material yang mampu meningkatkan
kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.62 Komitmen
Islam yang demikian mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan bagi semua umat manusia sebagai suatu tujuan pokok Islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan,
62Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam..., hlm.
kebahagiaan dan kedamaian antara kebutuhan materi dan rohani dari
personalitas manusia.63
C. Kerangka Berpikir
Pada belakangan ini ekonomi Islam semakin marak dan semakin meningkat. Melihat tujuan dari ekonomi Islam itu sendiri bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama kehidupan manusia, dimana kebahagiaan itu perlu dirasakan di dunia maupun di akhirat. Akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Perilaku manusia dan masyarakat yang didasarkan atas ajaran agama Islam inilah perlu diperhatikan sebab kemudian sebagai perilaku rasional Islam yang akan menjadi dasar pembentukan suatu perekonomian Islam.
Islam mengajarkan agar manusia menjalani kehidupannya secara benar, sebagaimana telah diatur oleh Allah. Bahkan, usaha untuk hidup secara benar dan menjalani hidup secara benar inilah yang menjadikan hidup seseorang bernilai tinggi. Islam mendefinisikan agama bukan hanya berkaitan dengan spiritual dan ritualitas, namun agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan dan peraturan serta tuntutan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang agama sebagai suatu jalan hidup yang melekat pada setiap aktivitas kehidupan, baik ketika manusia melakukan hubungan ritual dengan Tuhannya maupun ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia atau alam semesta.
63M.Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000,
Islam memposisikan kegiatan ekonomi sebagai suatu aspek penting untuk mendapat kemuliaan dan karenanya kegiatan ekonomi dan sebagaimana kegiatan lainnya perlulah dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam secara keseluruhan. Falah hanya akan dapat diperoleh jika ajaran Islam dilaksanakan secara menyeluruh atau kaffah. Karena itulah agama Islam memberikan tuntunan bagaimana mausia seharusnya berinteraksi dengan Allah
(ibadah mahdhah) dan bagaimana manusia melaksanakan kehidupan
bermasyarakat, baik dalam lingkungan, bernegara, berekonomi, dan sebagainya. Telah kita ketahui di berbagai negara, apalagi yang mayoritas penduduk yang semakin banyak mengalami pertambahan yang amat pesat. Ini disebabkan oleh jumlah kaum muslimin yang semakin banyak, baik karena faktor kelahiran yang berlangsung sesuai dengan sunnatullah. Namun disisi lain, belakangan ini upaya pembangunan sarana-sarana sosial banyak yang terhambat dikarenakan keterbatasan dana, melihat kurangnya kepedulian terhadap pembangunan dan pemakmuran sarana sosial pada saat ini terdapat sebagian besar lingkungan, melakukan alternatif dalam upaya pembangunan dan pemakmuran sarana sosial khususnya di Jln. Mendawai Induk, yaitu dengan cara bergotong royong dalam meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara mendirikan saprah Amal sebagai langkah dalam membangun sarana peribadatan umat Islam. Alternatif ini dilakukan masyarakat sekitar tidak hanya melakukan transaksi jual beli seperti biasanya tetapi dalam saprah Amal ini mengajarkan kita agar lebih berbagi kepada sesama untuk mencapai suatu tujuan bersama kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Peluang untuk mengumpulkan dana dari masyarakat sebenarnya cukup besar, tentunya apabila pengurus dapat kreatif dalam menggali potensi dana umat. Inilah skematis kerangka berpikir penulis sebagai berikut:
Pelaksanaan Saprah Amal Manajemen Public Goods Maqās}hid Syari’ah Reaktualisasi Konsep Saprah Amal sebagai Sumber Keuangan Publik Islam Reaktualisasi Konsep saprah Amal Tradisional menjadi Konsep saprah Amal Modern