• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraktur femur tertutup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fraktur femur tertutup"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Fraktur Femur Tertutup pada Satu Pertiga Distal

Fraktur Femur Tertutup pada Satu Pertiga Distal

Kelompok E1:

Kelompok E1:

Frisca

102011037

Frisca

102011037

Richard

Richard Simak

Simak

102011051

102011051

Devi

Devi Karlina

Karlina

102011069

102011069

Hendra

Hendra sucipta

sucipta

102011403

102011403

Giyanti

Giyanti anshela

anshela

102011225

102011225

Vionna

Vionna nadya

nadya veronica

veronica mongan

mongan

102011106

102011106

 Nathania putri tam

 Nathania putri tambunan

bunan

102009110

102009110

Fakulltas Kedokteran Universita

Fakulltas Kedokteran Universitas

s Kristen Krida Wacana,

Kristen Krida Wacana,

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat, 11510

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat, 11510

Telp : (021) 5694 2061, Fax : (021) 563

Telp : (021) 5694 2061, Fax : (021) 563 1731

1731

2011/2012

(2)

Pendahuluan

Keselamatan berlalu lintas seringkali dihiraukan oleh semua orang sehingga cukup tinggi sekali kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Dimana kecelakaan tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup tinggi bagi korban kecelakaan lalu lintas tersebut. Akibat yang ditimbulkan bagi korban itu sendiri tentunya kecelakaan dapat menyebabkan timbulnya luka pada setiap jaringan tubuh yang terkena trauma dari kecelakaan lalu lintas. Efek dari trauma tersebut dapat berupa adanya fraktur, luka terbuka ataupun kerusakan pada organ tubuh kita.

Trauma pada system musculoskeletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur yang dilindungi atau disangganya sehingga bentuk penanganan meliputi pemberian dukungan pada bagian yang trauma sampai penyembuhan selesei. Setelah efek trauma dan nyeri hilang, usaha penanganan di fokuskan pada pencegahan fibrosis, kekakuan pada organ sehingga  pengembalian fungsi dengan latihan yang baik atau dipercepat dengan fisioterapi.

Pembahasan

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luas. Penyebab fraktur meliputi pukulan langsung, gaya meremuk, dan kontraksi otot ekstrem. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang di arbsorbsinya. Fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persyarafan ke otot dan sendi terganggu, dislokasi sendi, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah1.

Anamnesis

Dalam anamnesis umum berisi identitas pasien, dari anamnesis bukan hanya dapat diketahui siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien dan permasalahan pasien. Identitas  pasien terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, agama dan pekerjaan pasien.

Keluhan utama

Merupakan keluhan atau gejala yang mendorong atau membawa penderita mencari  pertolongan. Biasanya merupakan ada atau tidak nyeri, oedem, keterbatasan gerak sendi akibat fraktur. (pada kasus pasien dibawa ke UGD RS karena tidak dapat berdiri dan kesakitan ketika  berusaha mengangkat pahanya)

(3)

Menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Yang biasa ditanyakan adalah kapan terjadi fraktur, mekanisme terjadinya fraktur, penanganan pertama setelah trauma, dimana letak keluhan, faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. (pada kasus pasien baru saja mengalami fraktur karena jatuh ketika mengendarai motor dengan kecepatan sedang)

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat diketahui apakah pasien dulu pernah mempunyai penyakit yang serius, trauma, pembedahan.

Riwayat keluarga

Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit, misalnya apakah mempunyai penyakit  pada tulang.

Riwayat pribadi

Menggambarkan hobby, olahraga, pola makan, minum alkohol, kondisi lingkungan baik di rumah, sekolah atau tempat kerja yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi pasien.

Gejala klinis

Gejala klinis fraktur meliputi nyeri yang terus menerus, adanya krepitasi. Adapun gejala  pasti terjadinya fraktur yaitu shortening pada extermitas, rotasi, angulasi, dan false movement, dari gejala pasti dari fraktur juga adanya gejala yang tidak terlalu tertuju pada fraktur namun seringkali ikut mendominasi pada fraktur yaitu edema dan memar. (pada kasus yang di derita pasien adanya gejala klinis yang bersangkutan dengan fraktur yaitu edema, hematom, krepitasi, nyeri tekan, gerakan tungkai terbatas)

Pemeriksaan fisik 

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh, tinggi badan, berat badan. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah  pasien menderita hipertensi, takikardi, demam ataupun obesitas. (pada pasien pemetiksaan TTV

dalam batas normal).

Pada pemeriksaan dilanjutkan pemeriksaan inspeksi atau looks, pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. (Hal-hal yang dapat diamati dalam kasus ini ada pada extermitas bawah  pasien adalah adanya edema atau bengkak ataupun perubahan warna kulit pada daerah regio femur 

(4)

Palpasi atau feel pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan dan memegang bagian tubuh  pasien untuk mengetahui tentang adanya nyeri tekan, suhu, oedem atau adanya spasme otot. (pada

kasus saat dipalpasi atau feel di dapatkan nyeri tekan dan terabanya pulsasi distal).

Pada pemeriksaan gerakan atau move didapati pada kasus gerakan tungkai pasien yang terbatas dan adanya krepitasi.

Manifestasi Klinik  a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang brrpindah dari tempatnya  perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

 Rotasi pemendekan tulang  Penekanan tulang

 b. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam  jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Echumosis dan perdarahan subculaneus

d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur. e. Tendernes/keempukan

f.  Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya saraf / perdarahan) h. Pergerakan abnormal

i. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.  j. Krepitasi

Working diagnosis

Dari gejala klinis yang ditemukan dokter pada pemeriksaan fisik dan keluhan dari pasien yang membawanya ke UGD RS sehingga hasil yang di dapati working diagnosis mengarah pada fraktur. Fraktur tertutup femur 1/3 distal pada pasien laki-laki 18 tahun pada kasus. Kecelakaan lalu lintas karena jatuh dari sepeda motor dengan kecepatan sedang membuat pasien tidak dapat  berdiri maupun mengangkat paha karena gejala klinis yang pasien derita.

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Fraktur femur distal seringkali menembus

(5)

intra artikular dan membutuhkan reposisi anatomis sendi yang merupakan indikasi operasi. Komplikasi fraktur femur distal sering terjadi neurovaskuler (a.poplitea)2.

Fraktur tertutup dengan gangguan neurovascular adalah fraktur pada tulang panjang dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak. Perdarahan pada patah tulang tidak dapat keluar  sehingga sering menimbulkan peningkatan tekanan compartemen otot. Fraktur tungkai bawah sering terjadi kompartemen syndrome sehingga periksa neuromuscular distal terutama bila bengkak  nyata dan kulit tegang. Pengenalan telambat terhadap compartement syndrome dapat berakhir  dengan kematian jaringan distal dari fraktur sehingga harus dilakukan amputasi2.

Jenis-jenis fraktur 1:

o Fraktur komplit adalah patah pada garis tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari

yang normal

o Fraktur inkompilt adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis te ngah tulang o Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak menyebabkan robeknya kulit

o Fraktur terbuka adalah patah yang menembus kulit dan tulang berhubungan dunia luar  o Fraktur kominitif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

o Fraktur green stick adalah fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedangkan yang satu sisi

lain membengkok 

o Fraktur kompresi adalah fraktur dengan tulang mengalami kompresi (biasanya tulang

 belakang)

o Fraktur depresi adalah fraktur yang fragmen tulangnya terdorong kedalam (biasanya tulang

(6)

Berdasarkan jumlah garis patah.

1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan sa ling berhubungan. 2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari sat u tapi tidak berhubungan.

3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama

Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan radiologi

Fraktur, film polos kemampuan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan trauma skeletal, setiap tulang mengalami fraktur walaupun diantaran ya sangat rentan3. Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah:

1. Garis fraktur dapat melintang diseluruh diameter tulang atau menimbulkan keretekan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.

2. Pembengkakan jaringan lunak, biasanya terjadi setelah fraktur 

3. Irregularitas kortikal, sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah rutin, faktor   pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Pemeriksaan radiologis untuk lokasi

fraktur harus menurut rule of two: maka harus dibuat 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto anteroposterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi yang tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat4,5.

Tujuan pemeriksaan radiologi

o Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi o Untuk konfirmasi adanya fraktur 

o Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya o Untuk menentukan teknik pengobatan

o Untuk menentukan fraktur itu baru atau tidak 

o Untuk menentukan apakah fraktur intraartikuler atau ekstraartikuler  o Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

(7)

o Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

 FotoPolos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.6

CT-Scan

Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.7,8

Gambar 5.2.Fraktur femur  *Dikutipdarikepustakaan4

MRI

MRI dapat digunakan untuk memeriksa hamper semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulangrawan, dantulang.8.9

(8)

Etiologi

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimanat ulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang  patah.Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan

memuntir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang disebabkan oleh kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan.Trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsungdan trauma tidaklangsung.

 Trauma Langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

 Trauma TidakLangsung

Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur padac lavicula. Pada keadaan ini  biasanya jaringan lunak tetap utuh.6

Komplikasi yang terjadi akibat fraktur 7: Komplikasi awal:

 Syok: dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema

 Emboli lemak: dapat terjadi 24-72 jam

 Syndrome kompartemen: perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan

 Infeksi dan tromboemboli Komplikasi lanjutan:

-

 Non- union : akibat imobilisasi yang tidak sempurna atau adanya fraktur patologis.

-

Mal-union : penyembuhan dengan angulasi yang buruk.

-

Delayed-union : umumnya terjadi pada

o Orang-orang tua karena aktivitas osteoblas menurun

o Distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi kurang baik, misalnya traksi

terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik 

o Defisiensi vitamin C dan D o Fraktur patologik 

(9)

-

 Nekrosis avaskuler: gangguan aliran darah yang menyebabkan kematian tulang, lokasi yang

 paling sering terkena adalah kaput femur dan kaput talus.

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksannaan yang harus dipertimbangkan untuk menangani fra ktur 1:

 Recognition yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan dan selanjutnya

dirumah sakit dengan lakukan pengkajian terhadap riwayat kecelakaan, derajat kepatahan,  jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang terjadi, serta menentukan kemungkinan

adanya fraktur melalui pemeriksaan dan keluhan pasien.

 Reduksi fraktur adalah mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis.

 reduksi terbuka dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna (misalkan: pen, kawat, sekrup, plat, paku, batang logam)

 reduksi tertutup, extermitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai. Fiksator  interna.

 Imobilisasi, setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam

 posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode immobilisasi dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna

 Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, mempertahan kan reduksi dan immobilisasi,

meningkatkan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan, mamantau status neuromuscular, mengontrol kecemasan dan nyeri, kembali ke aktivitas semula secara  bertahap.

Medika Mentosa

Pemberian obat- batan pada penderita trauma dengan fraktur tidak banyak. Hanya saat operasi, perlu diberikan anastesi. Karena pembedahan ekstremitas bawah lebih kompleks dari ektremitas atas, maka diperlukan Spine anasthetic. Serta setelah operasi, pasien harus diberi antibiotika dosis tinggi.

Tindakan Pembedahan

Pengelolaan penderita yang terluka memerlukan penilaian yang cepat dan pengalolaan yang tepat untuk menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangatlah penting,

(10)

karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan, prinsip pada fraktur ada 4 atau prinsip 4R:10

 Recognition

Yaitu penilaian dan diagnosis fraktur. Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadan fraktur dengan anamnesis dan pemeriksaan klinik serta radiiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan juga lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi setelah  pengobatan.

 Reduction

Yaitu reduksi draktur atau tindakan pengembalian tulang ke posisi semula agar  dapat berfungsi kembali seperti semula. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi atau dibenarkan secara anatomis dan mengembalikan fungsi normal. Tidak hanya tulang, sendi pun juga harus dibenarkan untuk mencegah komplikasi seperti kekakuan, dan deformitas.

 Retaining

Artinya tindakan imonilisasi untuk mengistirahatkan alat gerak yang sakit tersebut sampai mendapat kesembuhan. Dalam kasus ini laki- laki tersebut berarti harus istirahat dengan tidak boleh banyak berjalan karena akan berdampak pada femurnya.

 Rehabilitation

Adalah tindakan untuk mengembalikan kemampuan dari anggota atau alat gerak  yang sakit agar dapat berfungsi kembali. Berarti pasien harus berlatih berjalan misalnya dengan gips, atau tongkat supaya tulang femurnya bisa berfungsi dengan baik.

Terapi pada fraktur dapat berupa operatif dan non- operatif:10 a. Terapi non-operatif 

Terapi non-operatif termasuk reduksi tertutup dan traksi skeletal dengan membenarkan lewat operasi tertutup dan imobilisasi cast yaitu dengan gips. Metode ini diharuskan dengan kenyamanan di tempat tidur, waktu yang lama, mahal, dan tidak cocok dengan  pasien dengan kerusakan multiple serta pasien yang tua.

Beberapa fraktur dapat direduksi dengan traksi yang melewati traksi skeletal yang melewati distal femur atau proximal tibia. Tapi, pemasangan dari pin pada distal femur   bisa menjadi sulit karena bisa menjadi pembengkakan jaringan lunak (tendon),

(11)

Gambar. A) titik masuk pin 2cm dibawah dan belakang dari tuberositas tibia. B) pin dimasukan dari lateral ke medial. C) pin terpasang paralel menghadap ke sendi lutut.

 b. Terapi operatif 7

Lebih dikenal dengan tindakan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Dengan internal fiksasi dapat menjadi cara reduksi fraktur, khususnya pada permukaan sendi. Jika fasilitas tersedia, terapi ini menjadi suatu pilihan yang baik. Pada pasien yang lebih tua, imobilisasi yang lebih cepat merupakan hal penting dan fiksasi internal merupakan suatu yang wajib dilakukan. Kadang, keadaan tulang yang osteoporotic, namun  perawatan di tempat tidur lebih mudah dan pergerakan lutu dapat dimulai lebih cepat.

Alat yang digunakan adalah:

 Locked internal medullary nail untuk tipe fraktur ringan

(12)

 Lag screw, cocok untuk tipe fraktur sedang yang dipasang paralel dengan kepala screw dimasukan kedalam sendi untuk menghindari pengelupasan dari  permukaan sendi juga menjaga untuk menghindari kerusakan supracondylar.

Kesimpulan

Fraktur femur 1/3 distal yang di derita pasien karena terjadinya trauma akibat jatuh dari sepeda motor dengan kecepatan sedang membuat gerakan tungkai bawah kanan terbatas dan tidak  dapat berdiri. Dengan hasil pemeriksaan fisik pasien yang dilakukan oleh dokter terarah pada fraktur femur terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung yang gejala klinisnya ada tanda pasti dari fraktur yaitu deformitas pada pasien, pada kasus ini pasien mengalami fraktur tertutup yang terjadi hematom di dalam sehingga terjadi peningkatan  permeabelitas kapiler dan edema semakin meningkat lalu terjadi perfusi jaringan menurun dan terjadi vasodilatasi yang memberikan warna pucat pada kulit akibat jaringan kekurangan O2 dan adanya rasa nyeri yang ditimbulkan karena penekanan ujung syaraf dan tekanan jaringan sekitar nya, maka terjadi gangguan hantaran ke bagian distal sehingga menimbulkan peningkatan tekanan kompartemen otot.

Daftar pustaka

1. Suratun, Heryati, Manurung Santa, Raenah Een. Gangguan system musculoskeletal. Jakarta: EGC. 2008. p149-52.

2. Khurmaga Hendradi. Fraktur. Jakarta: UKRIDA. 2013. p6. 3. Patel PR. Radiologi. ed. 2. Jakarta: Erlangga. 2006. P222-3.

4. Helmi ZN. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2011. p411-55 5. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku ajar ilmu bedah. ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

(13)

6. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331 .

7. Adnan, M. TulangdanSendidalam: Diktat Radiologi IV. Bursa BukuKedokteran AesculapiusFakultasKedokteranUniversitasHasanuddin, 1983. Hal 2.

8. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral   Fracture.[online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://www2.aofoundation.org 9. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009. [Cited August

16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392

10. Sabiston. Buku ajar bedah. Edisi ke-2. Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta, 1994, Hal; 380-3.

Gambar

Gambar 5.2.Fraktur femur 

Referensi

Dokumen terkait

T – 2 = Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara motivasi kerja dan pelatihan karyawan terhadap kepuasan kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan pada

Sistem pemidanaan yang berlaku pada suatu tindak pidana yang dilakukan oleh anak saat ini hanya bertumpu pada sifat pemidanaannya saja. Diberikannya sistem pemidanaan yang

Puji syukur penulis panjatkan atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Diploma III di

Sembilan skripsi yaitu skripsi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dinilai baik dalam tujuan karena tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan, dapat diperiksa apakah tujuan

Kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus 1, memiliki kendala dalam proses KBM seperti awal masuk kelas para siswa belum terlihat aktif dalam merespon

Menurut Santrock (dalam Alfina,2014) santri yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu

Pada minggu ini 5anin memiliki "an5ang sekitar ( mm dengan berat +) gram. Pada minggu ini "erut dan rongga dada sudah ter"isah dan otot mata dan bibir atas

RIP FMIPA UHO ini bertujuan untuk menjadi pedoman pelaksanaan penelitian di FMIPA UHO secara efektif, terintegrasi, komprehensif dan berkelanjutan untuk menjalankan misi penelitian