• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pengukuran Tekanan Darah Arteri Secara Tidak Langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Pengukuran Tekanan Darah Arteri Secara Tidak Langsung"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang.

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.

Sebagai calon dokter, kita dituntut agar bisa dan mampu menguasai dan menjelaskan cara pengukuran tekanan darah, faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah seseorang dan bagaimana interpretasi hasilnya. Dengan mengamati serta mempelajari hasil pengaruh perubahan posisi tubuh dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah, kita akan memperoleh sebagian gambaran mengenai sistem kardio vaskuler seseorang ( Khorsid et al, 2007). Keakuratanya sangat bergantung pada cara pengukuran dan kehati-hatian saat pengukuran berlangsung. Sayangnya, hal ini kurang menjadi perhatian paramedis yang melakukan pengukuran (Armstrong, 2002). Walaupun banyak informasi mengenai posisi lengan terhadap tekanan darah namun sedikit sekali informasi yang diberikan dari literatur mengenai pengaruh posisi tubuh terhadap hasil pengukuran tekanan darah. (Khorsid et al, 2007).

World Health Organization/International Asociety of Hypertension menjelaskan bahwa Tekanan Darah harus diukur secara rutin pada posisi duduk, berbaring atau berdiri dengan syarat lengan sejajar dengan jantung. Hasilnya menunjukan bahwa pengukuran tekanan darah yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring menmberikan hasil yang sepadan. Namun pengukuran pada lengan atas kanan dibanding lengan atas kiri belum ada dilakukan penelitiannya (Khorsid et al, 2007).

(2)

2 1.2.Rumusan masalah.

a. Apa yang dimaksud dengan tekanan darah?

b. Bagaimana tekanan darah yang rendah, normal dan tinggi? c. Bagaimana cara pengukuran tekanan darah?

d. Apa yang dimaksud dengan fase Korotkoff? e. Faktor apa saja yang menentukan tekanan darah?

1.3.Tujuan dan manfaat. a. Tujuan.

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi. 2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada berbagai posisi.

3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot.

b. Manfaat.

1. Memahami dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan tekanan darah.

2. Memahami dan mampu menginterpretasikan tekanan darah yang rendah, normal dan tinggi.

3. Memahami dan mampu melakukan pengukuran tekanan darah dengan baik dan benar. 4. Memahami dan mampu menjelaskan fase Korotkoff.

(3)

3 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Tekanan Darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi saat semburan darah membentur dinding kapiler darah. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Sehingga mekanisme pengendalian tekanan darah penting dalam rangka memeliharanya sesuai dengan batas-batas normalnya, yang dapat mempertahankan sistem sirkulasi dalam tubuh.

Menurut Ibnu (1996) Terdapat beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :

1. Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor. 2. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya

rennin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosine dan kalsium, magnesium, hydrogen, kalium, dan sebagainya.

3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar sistem vaskuler.

Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolic (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).

Tekanan darah rata-rata atau sering disebut mean arterial pressure (MAP) adalah tekanan di seluruh sistem arteri pada satu siklus jantung. Tekanan darah rata-rata (TDR)

(4)

4 diperoleh dengan cara membagi tekanan nadi dengan angka tiga dan ditambahkan pada tekanan diastolik. Dengan rumus sebagi berikut :

Gambar 2.1 Rumus Tekanan Darah Arteri Rata-rata (TDR)

Tekanan darah rata-rata inilah yang merupakan hasil perkalian curah jantung dengan tahanan perifer. Nilai tekanan darah tersebut dapat berubah-ubah sesuai dengan faktor yang berpengaruh padanya seperti curah jantung, isi sekuncup, denyut jantung, tahanan perifer dan sebagainya maupun pada keadaan olah raga, usia lanjut, jenis kelamin, suku bangsa, iklim, dan penyakit-penyakit jantung atau pembuluh darahnya.

Tekanan darah dapat diukur melalui dua cara, yaitu pengukuran tekanan darah secara langsung dan pengukuran tekanan darah secara tidak langsung. Pengukuran tekanan darah secara langsung adalah pengukuran tekanan darah yang dilakukan melalui alat khusus. Sedangkan pengukuran tekanan darah secara tidak langsung adalah pengukuran tekanan darah melalui bagian luar tubuh yaitu dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.

2.2. Interpretasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah.

The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure (1997), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hipertensi adalah apabila tekanan darah sisitoliknya sama atau diatas 140 mm Hg atau tekanan darah diastoliknya sama atau diatas 90 mm Hg. Selain itu untuk penderita dalam pengobatan antihipertensi, batasan klasifikasinya sebagai berikut :

(5)

5 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk umur 18 tahun atau lebih

Kategori TEKANAN DARAH

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal <120 <80 Normal <130 <85 Normal Tinggi 130-139 85-89 Hipertensi Derajat 1 140-149 90-99 Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109 Hipertensi Derajat 3 ≥180 ≥110

Sumber : The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment oh Hight Blood Pressure (1997)

Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya _ 140 mm Hg dan tekanan darah diastoliknya _ 90 mm Hg. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,

(6)

6 pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.3. Pengukuran Tekanan Darah.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer.

Untuk pemasangan sphygmomanometer/manset yang benar adalah : 1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehinga tidak terlilit manset. 2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm di atas fossa kubiti.

3. Pipa karet jangan menutupi fossa kubiti. 4. Manset diikat dengan cukup ketat.

5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis.

2.4. Fase Korotkoff.

Fase korotkoff adalah fase saat udara dikeluarkan dari manset yang telah dipompa.

Fase korotkoff dibagi menjadi lima fase, yaitu: 1. A trapping sound.

Pada awalnya, manset dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brachialis. Ketika tekanan di dalam manset diturunkan perlahan-lahan, pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, bunyi detakan (trapping sound) terdengar di bawah manset.

2. A soft swishing sound.

Pada saat tekanan manset berada di bawah tekanan sistol, arus turbulen yang terputus-putus menghasilkan suara seperti berdesis.

3. A crisp sound.

Tekanan manset yang berada di bawah tekanan sistole dan di atas tekanan diastole. Arus turbulensi dalam arteri brachialis terdengar seperti suara yang renyah.

(7)

7 4. A blowing sound.

Tekanan manset dekat dengan tekanan diastolik arteri, pembuluh masih kontriksi tetapi arus turbulen berlanjut. Kualitas bunyi kontinu menjadi hilang.

5. Silence.

Arus turbulen dalam arteri brachalis diinterupsi paling sedikit. Pada bagian diastolik, bunyi tidak terdengar lagi.

2.5. Faktor yang Menentukan Tekanan Darah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah seseorang, yaitu faktor fisiologis dan faktor patologis. Adapun faktor fisiologis dan faktor patologis tersebut adalah sebagai berikut.

Faktor Fisiologis :

1. Kelenturan dinding arteri. 2. Volume darah.

Semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah. 3. Kekuatan gerak jantung.

4. Viskositas darah.

Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran. Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas; pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

5. Curah jantung.

Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). Semakin tinggi curah jantung (pemompaan darah) maka semakin tinggi tekanan darah.

6. Kapasitas pembuluh darah.

(8)

8 Faktor Patologis:

1. Posisi tubuh.

Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilkan tekanan darah.

2. Aktivitas fisik.

Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi maka tekanan darah akan meningkat.

3. Temperatur.

Menggunakan sistem renin-angiontensin-vasokontriksi perifer. 4. Usia.

semakin bertambah umur semakin tinggi tekanan darah karena berkurangnya elastisitas pembuluh darah.

5. Jenis kelamin.

Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran

6. Emosi.

Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.

(9)

9 BAB III

METODOLOGI Lampiran Penuntun Praktikum.

Tujuan :

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi. 2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada berbagai posisi.

3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot.

Alat dan Bahan :

1. Sphygmomanometer. 2. Stetoskop.

Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut: 1. Uraikan perjalanan arteri brachialis.

2. Apa yang dimaksud dengan tekanan sistolik dan diastolik? 3. Terangkan fase-fase Korotkoff.

4. Faktor-faktor apa yang menentukan tekanan darah?

Jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan serahkan ke pengawas praktikum sebelum praktikum dimulai.

Cara memasang manset yang benar.

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehinga tidak terlilit manset. 2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm di atas fossa kubiti.

3. Pipa karet jangan menutupi fossa kubiti. 4. Manset diikat dengan cukup ketat.

(10)

10 A. Pengukuran tekanan darah pada berbagai posisi.

Cara kerja:

1. Naracoba berbaring telentang selama 10 menit.

2. Pasang manset sphygmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.

3. Temukan denyut arteri brachialis pada fossa kubiti dan arteri radialis pada pergelangan tangan melalui palpasi.

4. Sambil meraba arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis tidak teraba lagi (mencapai tekanan sistolik). Bila arteri radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai ± 30 mmHg di atas tekanan sistolik.

5. Letakkan stetoskop di atas denyut arteri brachialis.

6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut).

7. Tentukan ke-5 fase Korotkoff.

8. Ulangi pengukuran (no. 4-7) sampai 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata, catat hasilnya. (sebelum mengulang, yakinkan bahwa tekanan manset kembali ke nol).

9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur di atas. (posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh).

10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur diatas. (posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh).

11. Bandingkan tekanan darah pada tiga posisi tersebut.

Naracoba Berbaring Duduk Berdiri

K1 K2 K3 K4 K5 Sist Dias Sist Dias Sist Dias

(11)

11 B. Tekanan darah secara palpasi.

Cara kerja:

1. Naracoba mengambil berada pada posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan supinasi.

2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan tekanan sistolik dan diastolik.

3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol.

4. Sambil meraba arteri radialis, naikkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30mmHg di atasnya.

5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis kembali teraba. Pada saat arteri radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik.

6. Bandingkan dengan tekanan sistolik melalui auskultasi.

Naracoba Auskultasi Palpasi

Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik

C. Tekanan darah setelah aktivitas otot.

Cara kerja: (Cukup 1 naracoba laki-laki dan 1 naracoba perempuan)

1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik arteri brachialis pada posisi duduk seperti percobaan A.

2. Tanpa melepas manset, naracoba berlari di tempat dengan ± 120 lompatan permenit selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan darah.

(12)

12 Catat hasilnya:

TD Basal (S/D) → TD segera setelah aktivitas (S/D) →TD 1 menit → TD 2 menit → dst..

Jawab pertanyaan berikut:

1. Mengapa pada perubahan posisi, pengukuran harus menunggu selama 3 menit?

2. Apakah ada perbedaan tekanan darah pada 3 posisi di atas(percobaan A)? mengapa demikian?

3. Apakah pengukuran tekanan darah secara palpasi dapat menentukan nilai korotkoff dan tekanan diastolik? Mengapa demikian?

4. Mengapa pada tekanan sistolik denyut arteri radialis teraba?

(13)

13 HASIL PRAKTIKUM

A. Pengukuran Tekanan Darah Diberbagai Posisi. No Nama Naracoba Umur L

/P

Berbaring Duduk Berdiri S D S D S D 1. Eksaka Fajarnata 19 L 110 60 130 70 130 90 2. Rista Purnama 19 P 110 70 120 80 110 90 3. Lisa Wendi A 19 P 110 70 110 60 110 80 4. Wendra Armansyah 19 L 110 70 100 70 110 80 5. Indria Rizki 19 P 90 70 100 80 110 85 6. M. Aulia 19 L 110 80 100 90 110 80 7. Yolanda Rachmi 19 P 100 80 100 80 110 80 8. Aldieo 19 L 130 90 130 110 130 70 9. Zukhruful Muzaki 19 L 90 60 110 80 120 80 10. Putra Manggala 19 L 110 70 110 80 110 80 11. Imam Taqwa 19 L 110 70 120 80 120 70 12. Risma Kurniasih 19 P 100 70 100 70 110 90 13. Rachmi 19 P 100 70 100 80 120 80 14. Ika Arizka 19 P 100 60 110 90 100 70 15. Santi Annisa 19 P 110 70 100 80 100 80 16. Erica Fitriani 19 P 100 60 100 50 100 70 17. Evi Maisari 19 P 100 60 100 70 110 70 18. Suci Lestari 19 P 100 60 110 60 120 70 19. Rika Puspa 19 P 100 60 110 70 110 70 20. Nedya Belinawati 19 P 100 70 120 90 130 90 21. Ani Isnaini 19 P 100 60 110 70 130 90 22. Tri Anggun 19 P 100 60 110 70 90 80 23. Ira Maulani 19 P 100 60 100 70 100 70 24. Irvandra Afren 19 L 100 70 110 70 100 90 25. Masithha 19 P 100 70 110 60 110 50

(14)

14 26. Zulia Navira 19 P 100 70 110 70 120 70 27. Andreas Syaputra 19 L 100 60 110 80 120 80 28. Ridwan Perman 19 L 100 70 120 80 120 80 29. Aprilia Ayu F 19 P 100 70 110 70 130 70 30. Febry Setiawan 19 L 120 70 115 75 120 90 31. Apriliandy Sharif 19 L 140 80 140 70 130 80 32. K.A. Imanudin 19 L 120 60 120 70 120 70 33. Merri Febrianti 19 P 110 60 110 60 110 70 34. Siti Kusuma 19 P 120 80 120 70 130 70 35. Cendy A 19 P 120 70 120 90 130 90 36. Fabiola 19 P 100 60 110 70 130 90 37. Monika Sari 19 P 130 80 130 80 130 90 38. Dwi Indah 19 P 100 70 120 90 130 90 39. Dera A. 19 P 100 70 110 70 130 70 40. Purry Ayu 19 P 120 70 115 75 120 90 41. Nursin M. 19 L 140 80 140 70 130 80 42. Poppy Geraldine 19 P 120 60 120 70 120 70 43. Hendra Ercha 19 L 110 60 110 60 110 70 44. Geta V. 19 P 100 70 110 70 130 70 45. Perda Anggraini 19 P 120 70 115 75 120 90 46. Syafar A. 19 L 140 80 140 70 130 80 47. Eldhi A. 19 L 100 80 100 80 110 80 48 Fadiil R. 20 L 130 90 130 110 130 70 49. Suci Lestari 19 P 90 60 110 80 120 80 50. M. Fajar 19 L 120 70 115 75 120 90 51. Dian Wijayanti 19 P 140 80 140 70 130 80 52. Anisa Penidaria 19 P 140 80 140 70 130 80 53. Febbyene V. 19 P 120 60 120 70 120 70 54. Utin Karmila 19 P 100 70 110 70 130 70 55. Marmah O. 19 P 120 70 115 75 120 90

(15)

15 56. Sulastri 19 P 100 70 110 70 130 70 57. Tantri R. 19 P 100 60 100 50 100 70 58. Lilia Muspida 19 P 140 80 140 80 140 90 59. Umi Chusnul 19 P 100 60 110 60 120 70 60. Maya A. 19 P 130 80 130 80 140 80 61. Yulisti F. 19 P 100 70 120 90 130 90 62. Selina H. 19 P 140 80 140 80 140 90 63. Destrianti 19 P 100 60 110 70 90 80 64. Ayu Aryani 20 P 100 60 100 70 100 70 65. Veranika Antonia 19 P 120 70 120 70 130 70 Rata-rata 110. 61 69. 23 0 115 74.3 82 119. 09 78.5 38

B. Hasil Percobaan Secara Palpasi.

No Nama Naracoba Umur L /P Palpasi S 1. Eksaka Fajarnata 19 L 120 2. Rista Purnama 19 P 120 3. Lisa Wendi A 19 P 110 4. Wendra Armansyah 19 L 100 5. Indria Rizki 19 P 100 6. M. Aulia 19 L 100 7. Yolanda Rachmi 19 P 90 8. Aldieo 19 L 130 9. Zukhruful Muzaki 19 L 110 10. Putra Manggala 19 L 110 11. Imam Taqwa 19 L 110 12. Risma Kurniasih 19 P 100

(16)

16 13. Rachmi 19 P 100 14. Ika Arizka 19 P 100 15. Santi Annisa 19 P 90 16. Erica Fitriani 19 P 100 17. Evi Maisari 19 P 100 18. Suci Lestari 19 P 110 19. Rika Puspa 19 P 100 20. Nedya Belinawati 19 P 120 21. Ani Isnaini 19 P 110 22. Tri Anggun 19 P 100 23. Ira Maulani 19 P 90 24. Irvandra Afren 19 L 110 25. Masithha 19 P 110 26. Zulia Navira 19 P 110 27. Andreas Syaputra 19 L 110 28. Ridwan Perman 19 L 120 29. Aprilia Ayu F 19 P 110 30. Febry Setiawan 19 L 110 31. Apriliandy Sharif 19 L 130 32. K.A. Imanudin 19 L 120 33. Merri Febrianti 19 P 90 34. Siti Kusuma 19 P 120 35. Cendy A 19 P 120 36. Fabiola 19 P 110 37. Monika Sari 19 P 130 38. Dwi Indah 19 P 120 39. Dera A. 19 P 110 40. Purry Ayu 19 P 115 41. Nursin M. 19 L 140 42. Poppy Geraldine 19 P 120

(17)

17 43. Hendra Ercha 19 L 110 44. Geta V. 19 P 110 45. Perda Anggraini 19 P 115 46. Syafar A. 19 L 140 47. Eldhi A. 19 L 90 48 Fadiil R. 20 L 130 49. Suci Lestari 19 P 110 50. M. Fajar 19 L 115 51. Dian Wijayanti 19 P 140 52. Anisa Penidaria 19 P 130 53. Febbyene V. 19 P 120 54. Utin Karmila 19 P 90 55. Marmah O. 19 P 110 56. Sulastri 19 P 110 57. Tantri R. 19 P 100 58. Lilia Muspida 19 P 140 59. Umi Chusnul 19 P 100 60. Maya A. 19 P 130 61. Yulisti F. 19 P 120 62. Selina H. 19 P 140 63. Destrianti 19 P 110 64. Ayu Aryani 20 P 90 65. Veranika Antonia 19 P 100 Rata-rata 111.9

(18)

18 C.Hasil Pengamatan Tekanan Setelah Aktivitas Otot.

No Nama Naracoba Umur L /P TD1 TD2 S D S D 1. Eksaka Fajarnata 19 L 150 90 140 80 2. Rista Purnama 19 P 140 90 130 80 3. Lisa Wendi A 19 P 130 80 120 70 4. Wendra Armansyah 19 L 140 90 120 80 5. Indria Rizki 19 P 110 85 100 80 6. M. Aulia 19 L 120 90 120 90 7. Yolanda Rachmi 19 P 130 80 120 80 8. Aldieo 19 L 130 70 130 110 9. Zukhruful Muzaki 19 L 120 80 110 80 10. Putra Manggala 19 L 130 80 120 80 11. Imam Taqwa 19 L 120 90 120 80 12. Risma Kurniasih 19 P 140 90 130 80 13. Rachmi 19 P 140 80 130 80 14. Ika Arizka 19 P 140 70 130 70 15. Santi Annisa 19 P 140 80 130 80 16. Erica Fitriani 19 P 120 80 120 70 17. Evi Maisari 19 P 110 70 100 70 18. Suci Lestari 19 P 120 70 110 60 19. Rika Puspa 19 P 140 70 130 70 20. Nedya Belinawati 19 P 130 90 120 90 21. Ani Isnaini 19 P 130 90 110 70 22. Tri Anggun 19 P 130 80 110 70 23. Ira Maulani 19 P 130 80 110 70 24. Irvandra Afren 19 L 140 90 130 70 25. Masithha 19 P 140 70 130 60 26. Zulia Navira 19 P 120 70 120 70 27. Andreas Syaputra 19 L 120 80 110 80

(19)

19 28. Ridwan Perman 19 L 120 80 120 80 29. Aprilia Ayu F 19 P 130 70 120 70 30. Febry Setiawan 19 L 120 90 115 75 31. Apriliandy Sharif 19 L 130 80 140 70 32. K.A. Imanudin 19 L 120 70 120 70 33. Merri Febrianti 19 P 140 70 130 70 34. Siti Kusuma 19 P 140 70 120 70 35. Cendy A 19 P 130 90 120 90 36. Fabiola 19 P 150 90 130 90 37. Monika Sari 19 P 130 90 130 80 38. Dwi Indah 19 P 140 90 120 90 39. Dera A. 19 P 130 70 110 70 40. Purry Ayu 19 P 120 90 115 75 41. Nursin M. 19 L 130 80 140 70 42. Poppy Geraldine 19 P 140 80 130 80 43. Hendra Ercha 19 L 140 70 120 70 44. Geta V. 19 P 130 70 110 70 45. Perda Anggraini 19 P 120 90 115 75 46. Syafar A. 19 L 130 80 140 70 47. Eldhi A. 19 L 130 80 120 70 48 Fadiil R. 20 L 140 90 130 90 49. Suci Lestari 19 P 140 80 130 80 50. M. Fajar 19 L 120 90 115 75 51. Dian Wijayanti 19 P 130 80 140 70 52. Anisa Penidaria 19 P 130 80 140 70 53. Febbyene V. 19 P 120 70 120 70 54. Utin Karmila 19 P 130 70 110 70 55. Marmah O. 19 P 120 90 115 75 56. Sulastri 19 P 130 70 110 70 57. Tantri R. 19 P 120 80 100 70

(20)

20 58. Lilia Muspida 19 P 140 90 140 80 59. Umi Chusnul 19 P 120 70 110 60 60. Maya A. 19 P 140 80 130 80 61. Yulisti F. 19 P 130 90 120 90 62. Selina H. 19 P 140 90 140 80 63. Destrianti 19 P 120 80 110 70 64. Ayu Aryani 20 P 120 70 100 70 65. Veranika Antonia 19 P 130 80 120 70 Rata-rata 110. 61 69. 23 0 115 74.3 82

(21)

21 Jawaban Lampiran Pertanyaan Post-Test.

1. Karena pengukuran tekanan darah yang berkali-kali menyebabkan hipoksia di otot. Naracoba akan merasa kesakitan. Maka dari itu, setelah 3 menit energi di otot akan kembali normal sehingga memungkinkan kita untuk mengukur tekanan darah kembali.

2. Ada, karena pada saat berbaring tekanan darah akan rendah (ketegangan fisik dan psikis menurun dan dalam fase istirahat), keadaan istirahat mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan saat berdiri tekanan darah akan meningkat karena berdiri membutuhkan energi yang lebih banyak dari berbaring dan juga pada saat berdiri dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan. Sedangkan pada posisi duduk tubuh kita dalam posisi diantara berdiri dan berbaring maka angka tekanan darahnya akan berkisar diantara posisi berbaring dan berdiri.

3. Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastol. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi (penggunaan stetoskop) karena dari pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur tekanan darah dengan cara auskultasi.

4. Karena tekanan sistolik yang terjadi disebabkan oleh kontraksi jantung yang memompa darah ke arteri radialis. Akibatnya tekanan darah meningkat dan membuat arteri radialis teraba saat sistolik.

5. Saat berbaring (istirahat) tekanan darah rendah, ketika duduk, tubuh memerlukan energi sehingga jantung berdenyut lebih kencang untuk memompa darah dengan cara menaikkan tekanan darah agar suplai oksigen terpenuhi untuk otot rangka yang berkontraksi pada posisi duduk.

Hal ini sama teorinya saat berdiri dan berdiri memerlukan energi yang lebih besar dari duduk. Maka dari itu tekanan darah pada posisi berdiri menjadi tinggi dan lebih tinggi dari pada posisi duduk sebelumnya.

(22)

22 PEMBAHASAN :

Tekanan darah dan denyut nadi seseorang juga dipengaruhi oleh posisi tubuh seseorang, misalnya denyut nadi dan tekanan darah seseorang pada saat berbaring berbeda dengan denyut nadi dan tekanan darah seseorang pada saat duduk maupun berdiri. Dan jika seseorang melakukan aktivitas maka denyut nadi dan tekanan darahnya juga berbeda. Denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berbaring pada saat praktikum merupakan denyut nadi dan tekanan darah yang terendah dibandingkan pada posisi duduk dan berdiri karena pada posisi berbaring diasumsikan keadaan istirahat biasanya ketegangan fisik dan psikis menurun. Pada praktikum yang kami lakukan pada saat naracoba 1 berbaring, tekanan darah yang diperoleh 110/60 mmHg, pada saat duduk tekanan darah yang diperoleh 130/70 mmHg, sedangkan pada saat berdiri tekanan darah yang diperoleh 130/90 mmHg. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar denyut nadi yang dihasilkan.

Pada saat berdiri dihasilkan denyut nadi paling besar karena berdiri memerlukan energi yang lebih besar dan juga pada saat berdiri dipengaruhi gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan. Pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah baik di sistole maupun diastole dapat terlihat pada praktikum yang telah kami lakukan pada naracoba 2 yaitu pada saat berbaring didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, pada saat duduk 120/80 mmHg, sedangkan pada saat berdiri 110/90 mmHg. Data tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Hal tersebut mungkin dikarenakan pada saat berbaring, berdiri maupun saat posisi duduk naracoba bergurau, berbicara, bergerak-gerak, kesalahan pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, pemasangan manset yang terlalu kencang atau terlalu longgar. Aktivitas tubuh juga dapat berpengaruh besar terhadap denyut nadi dan tekanan darah (lihat Tabel A).

Pengaruh aktivitas tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah dapat ditunjukkan melalui hasil praktikum yang telah kami lakukan yaitu saat rileks kami lakukan palpasi dan tidak mendapatkan kesulitan (lihat Tabel B). Namun, Pada saat setelah beraktivitas/latihan (lihat naracoba 1 pada Tabel C), didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg dan selang beberapa menit tekanan darahnya mengalami penurunan yaitu 140/80 mmHg. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa pada saat beraktivitas jantung memompa darah lebih cepat

(23)

23 untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat melakukan aktivitas. Oleh karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas denyut nadi bertambah untuk memenuhi kebutuhan oksigen kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi. Aktivitas tubuh sangat mempengaruhi tekanan darah baik sistole maupun diastole. Namun, hal ini berbeda terhadap naracoba 31 (lihat Tabel C) dimana saat setelah beraktivitas tekanan darahnya 130/80 mmHg namun malah mengalami peningkatan setelah selang beberapa menit istirahat yaitu tekanan darah 140/70 mmHg atau pada naracoba 53 (lihat Tabel C), dimana tekanan darah setelah beraktivitasnya 120/70 mmHg dan tidak mengalami perubahan setelah selang beberapa menit yaitu tekanan darah 120/70 mmHg. Hasil yang telah kami peroleh tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat aktivitas tubuh yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, pemasangan manset yang terlalu kencang atau terlalu longgar, dan juga irama lari-lari ditempat dan lompat yang masih malas-malasan.

(24)

24 BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN.

Berikut kesimpulan yang dapat kami peroleh dari percobaan yang telah kami lakukan:  Denyut nadi berangsur-angsur naik sesuai denganposisi tubuhnya, yakni berbaring,

duduk dan berdiri.

 Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang dilakukan.  Denyut nadi setelah beraktivitas naik dan berangsur-angsur turun setelah beristirahat.  Tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan.

4.2.SARAN.

Supaya lebih serius lagi dalam praktikum sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan sesuai teori.

(25)

25 DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Marieb, Elaine N. 1994. Essentials of Human Anatomy & Physiology. California: The

Benjamin/Cummings Publishing Company, inc.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh

tekanan darah sistolik adalah angka saat fase darah sedang dipompa jantung atau kontraksi; diastolik, angka saat fase darah kembali ke dalam jantung alias berelaksasi..

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan berbaring pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI

Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui

Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri.Karena jantung secara

Walaupun terdapat peningkatan tekanan darah pada posisi duduk dibandingkan dengan posisi berbaring, namun hasil tersebut secara statistic menunjukan tidak ada

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrea Roati, tekanan darah diastolik pada posisi berdiri lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik pada posisi