• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I.pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I.pendahuluan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1.

1.1. Sejarah Sejarah Singkat Singkat PT. PT. PERTAMINPERTAMINA A (Persero)(Persero) Bahan Bak

Bahan Bakar Minyak ar Minyak atau yang lebatau yang lebih dikenal dengih dikenal dengan sebutan BBan sebutan BBM, saat iniM, saat ini sud

sudah ah menmenjadjadi i kebkebutuutuhan han pokpokok ok bagbagi i sebasebagiagian n besbesar ar masymasyarakarakat. at. TuTugas gas untuntuk uk  me

mememenunuhi hi kekebubututuhahan n BBBBM M babagi gi mamasyasyarakrakat at luluas as ini ini didiseserahrahkakan n kekepadpada a PTPT.. PERTAMINA (Persero). Hal ini didasari oleh UUD 1945 pasal 33 dan UU No. 22 PERTAMINA (Persero). Hal ini didasari oleh UUD 1945 pasal 33 dan UU No. 22 Tahun 2001.

Tahun 2001.

Dalam mengemban tugas tersebut, PERTAMINA mengoperasikan beberapa Dalam mengemban tugas tersebut, PERTAMINA mengoperasikan beberapa kilang minyak di dalam negeri yaitu kilang Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, kilang minyak di dalam negeri yaitu kilang Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan. Balongan dan Kasim dengan kapasitas total 1.027.300 BPSD. Cilacap, Balikpapan. Balongan dan Kasim dengan kapasitas total 1.027.300 BPSD. Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan na

nasiosional nal adaadalah lah tetersersedidianyanya a BBBBM M dadalam lam jujumlmlah ah yayang ng cucukukup, p, kukualialitatas s yayangng mem

memenuenuhi hi spesspesifikifikasi, asi, supsuplai lai yanyang g berberkeskesinaminambunbungangan, , terjterjamin amin dan dan ekoekonomnomis.is. Me

Menjanjamimin n susuplaplai i ununtutuk k seselallalu u memememenunuhi hi kekebubututuhahan n BBBBM M papada da hahakikkikatatnynyaa mer

merupaupakan kan tanttantangangan an yanyang g berlberlanjuanjut, t, karekarena na penpeningingkatakatan n kapkapasitasitas as pengpengolaolahanhan minyak yang dimiliki PT. PERTAMINA (Persero) tidak berjalan seiring dengan minyak yang dimiliki PT. PERTAMINA (Persero) tidak berjalan seiring dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.

lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.

Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang memegang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang memegang  peranan

 peranan penting penting dalam dalam pembapembangunangunan n nasionalnasional. . Usaha Usaha pengepengeboran boran minyak minyak didi Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dek

dekat at MajMajalenalengkgka a (Jaw(Jawa a BarBarat), at), namnamun un usahusaha a terstersebuebut t menmengalgalami ami kegkegagalagalan.an. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber  Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber  minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sum

sumber ber minminyak bumi yak bumi di di KruKruka ka (Jaw(Jawa a TimTimur) ur) tahtahun un 181887, Ledok 87, Ledok CepCepu u (Jaw(Jawaa Ten

Tengahgah) ) padpada a tahtahun un 1901901, 1, PamPamusiausian n TarTarakan tahun 1905 akan tahun 1905 dan di dan di TalTalang ang AkaAkar r  Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921.

(2)

Penemuan-penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan Penemuan-penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan mask

maskapaapai i peruperusahasahaan an asinasing g sepsepertierti  Royal  Royal DeutschDeutsche e CompCompany, any, Shell, Shell, StanvaStanvac,c, Caltex

Caltex dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeborandan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia.

minyak di Indonesia. Set

Setelah elah kemkemerderdekaekaan an IndIndoneonesia, sia, terjaterjadi di bebbeberaerapa pa peruperubahbahan an penpengelgelolaaolaann  perusah

 perusahaan aan minyaminyak k di di IndoneIndonesia. sia. Pada Pada tanggtanggal al 10 10 DesembDesember er 19571957, , atas atas perintahperintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo

Mayjen Dr. Ibnu Soetowo , , PT EMTSU dirubah menjadi PT Perusahaan Minyak PT EMTSU dirubah menjadi PT Perusahaan Minyak   Nasiona

 Nasional l (PT (PT PERMPERMINA). INA). KemudKemudian ian dengadengan n PP PP No. No. 198/1198/1961 961 PT PT PERMPERMINAINA dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No. dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No. 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang  bernam

 bernama a PerusahPerusahaan aan PertambPertambangan angan MinyaMinyak k dan dan Gas Gas Bumi Bumi Negara Negara (PN(PN PERTAMINA).

PERTAMINA). Se

Sebabagagai i lalandndasaasan n kekerja rja babaru ru lahlahirlirlah ah UU UU NoNo. . 8/8/191971 71 papada da tantanggggal al 1515 Se

Septptemembeber r 19197171. . SeSejajak k ititu u nanama ma PN PN PEPERTRTAMAMININA A didiububah ah memenjnjadadi i PTPT.. PERTAMINA (Persero) yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional PERTAMINA (Persero) yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah mempunyai tujuh buah di Indonesia. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah mempunyai tujuh buah kilang, yaitu:

kilang, yaitu: Tabel 1.

Tabel 1.1 1 KapasiKapasitas Produksi tas Produksi KilanKilang g PT. PT. PERTAMINA PERTAMINA (Pers(Persero)ero) N

NAAMMA A KKIILLAANNGG KKAAPPAASSIITTAASS RU-I

RU-I PANGKALAPANGKALAN BRANDANN BRANDAN RU-II DUMAI RU-II DUMAI RU-III PLAJU RU-III PLAJU RU-IV CILACAP RU-IV CILACAP RU-V BALIKPAPAN RU-V BALIKPAPAN RU-VI BALONGAN RU-VI BALONGAN RU-VII KASIM-SORONG RU-VII KASIM-SORONG 5.000 BPSD 5.000 BPSD 170.000 BPSD 170.000 BPSD 133.700 BPSD 133.700 BPSD 330.000 BPSD 330.000 BPSD 253.600 BPSD 253.600 BPSD 125.000 BPSD 125.000 BPSD 10.000 BPSD 10.000 BPSD T TOOTTAALL 11..002277..33000 0 BBPPSSDD Sumber: PERTAMINA, 2007 Sumber: PERTAMINA, 2007

Peranan PT. PERTAMINA (Persero) dalam pembangunan adalah: Peranan PT. PERTAMINA (Persero) dalam pembangunan adalah:

(3)

1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM. 2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan  pengetahuan.

Ketika PERTAMINA membeli kilang minyak Sei Gerong dari PT Stanvac tahun 1970, pada saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan kemandirian bangsa di  bidang energi dengan mengoperasikan kilang minyak sendiri untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri, PERTAMINA mendasari langkahnya pada tiga kebijakan utama yaitu kepastian dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi pengadaan, dan keluwesan pengadaan.

1.2. Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan 1.2.1 Logo dan Slogan Pertamina

Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal logo kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai  pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak 

sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan ataupergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo yaitu agar dapat membangun semangat baru, membangun perubahan corporate cultre bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi  perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :

1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan. 2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasca PSO dan semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir.

(4)

Slogan ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi “SELALU HADIR  MELAYANI”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan  berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait dengan persaingan

yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan  No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA sebagai identitas  perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember 

2005. Selama masa transisi, lambang /tanda pengenal PERTAMINA masih dapat /tetap dipergunakan.

Gambar 1.1 Logo PT PERTAMINA (Persero) Arti Logo :

1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak  maju dan progresif 

2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis dimana:

• Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab • Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan • Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam kesulitan

(5)

Unit Pengolahan VI Balongan di rancang untuk mengolah Crude dengan kapasitas residu yang cukup besar sekitar 62% dari total feed. Unit Pengolahan VI  balongan memiliki ciri utama yaitu RCC yang terdiri atas dua alat utama adalah

reaktor dan regenerator. Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan mengambil logo berbentuk reaktor dan regenerator. Logo dari RU-VI Balongan dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan

Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI memiliki makna sebagai berikut: 1. Lingkaran: Mencerminkan PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI

Balongan fokus ke bisnis inti dan sinergi.

2. Gambar : Konstruksi regenerator dan reactor di unit RCC yang mendai ciri khas dari PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan.

3. Warna :

• Hijau : Berati selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup

• Putih : Berati bersih, profesional, inivatif, dan diamis dalam setiap

tindakan yang berdasarkan kebenaran.

• Biru : Berati loyal kepada visi PT. Pertamina (persero). • Kuning : Berarti keagungan PT. Pertamina (persero) RU-VI.

1.2.3. Visi dan Misi

Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut: Visi:

(6)

Misi:

• Mengolah minyak bumi untuk memproduksi BBM, non BBM secara tepat,

 jumlah mutu, waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk  memenuhi kebutuhan pasar.

• Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,

andal, efisien, serta berwawasan lingkungan.

• Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh

sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, kepercayaan, dan prinsip bisnis yang saling menguntungkan. 1.3. Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan

Dalam kaitannya dengan upaya mengamankan kebijakan nasional di bidang energi tersebut, keberadaan kilang Balongan mempunyai makna yang besar, tidak  saja bagi PT. PERTAMINA (Persero) tetapi bagi bangsa dan negara. Di satu pihak  hal ini dapat meningkatkan kapasitas pengolahan di dalam negeri yang masih sangat dibutuhkan, di lain pihak hal ini juga dapat mengatasi kendala sulitnya mengekspor   beberapa jenis minyak di dalam negeri dengan mengolahnya di kilang minyak di

dalam negeri.

Keberadaan kilang Balongan ini juga merupakan langkah proaktif PT. PERTAMINA (Persero) untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin hari semakin bertambah, khususnya untuk DKI Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya. Dari studi kelayakan yang telah dilakukan, pembangunan kilang Balongan diadakan dengan sasaran, antara lain:

 Pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri, terutama Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya.

 Peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan peluang ekspor.  Memecahkan kesulitan pemasaran minyak mentah jenis Duri.  Pengembangan daerah.

(7)

Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan Proyek EXOR ( Export Oriented Refinery) I. Pemilihan Balongan sebagai lokasi Proyek EXOR I didasari atas berbagai hal, yaitu:

1. Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa Barat.

2. Telah tersedianya sarana penunjang yaitu: Depot UPMS III, Terminal DOH-JBB (Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mooring  (CBM) dan Single Buoy Mooring (SBM).

3. Dekat dengan sumber gas alam yaitu DOH-JBB (Jawa Bagian Barat) dan BP.

4. Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.

5. Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang  produktif.

6. Tersedianya sarana infrastruktur.

Start Up kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan dilaksanakan  pada bulan Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) dikarenakan unit  Residue Catalytic Cracking  (RCC) di kilang mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan, karena merupakan unit yang mengubah residu menjadi minyak  ringan yang lebih berharga. Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini.

1.4. Lokasi dan Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI didirikan di Balongan, yang merupakan salah satu daerah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan  pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah. Pulau ini  berjarak ±70 km arah bujur timur dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini

(8)

dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang.

Gambar 1.3 Lokasi PT. PERTAMINA RU VI Balongan

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak  224 buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah sumur  Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi migasnya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk  mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya. Area kilang terdiri dari:

• Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang

KILANG UP VI DAN SEKITARNYA

KILANG UP VI LPG MUNDU HOP I HOP 2 PT POLYTAMA PT KIP SPM KOTA INDRAMAYU DEPO PPDN TERM.EP KRA TERM.TRANSIT BALONGAN

L.Jawa

BUMI PATRA

Daerah Penyangga

(9)

: 200 ha daerah penyangga

• Sarana perumahan : 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku

Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan adalah:

1. Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed ). 2. Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed ).

3. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard  Cubic Feet per Day (MMSCFD).

 b. Air 

Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara  pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk  steam boiler , heat exchangers (sebagai pendingin), air minum, dan kebutuhan  perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air   buangan dengan sistem wasted water treatment , di mana air keluaran di-recycle

ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent   parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.

c. Transportasi

Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk  ( propylene) maupun pemuatan  propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.

(10)

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses  pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill  sehingga

meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak  di Indonesia.

1.5. Proyek dan Konstruksi PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan Proyek kilang Balongan semula dinamakan EXOR-I. Kemudian setelah  beroperasi, menjadi kilang BBM PERTAMINA Balongan dan merupakan unit  pengolahan VI yang dimiliki PT. PERTAMINA (Persero). Teknologi proses yang dipilih ditujukan untuk memroduksi premium, kerosin, dan solar sebanyak 72% sedangkan sisanya berupa  propylene, LPG, IDF,  fuel oil , dan decant oil. Bahan  pembantu proses yang berupa bahan kimia dan katalis sebagian besar masih di

impor.

Kegiatan  Engineering Procurement and Construction (EPC) dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari JGC dan Foster Wheeler.Kegiatan EPC diatur dalam EPC Agreement . Sebagai product offtaker (pembeli) adalah British Petroleum (BP). Jangka waktu pelaksanaan adalah 51 bulan, yaitu sejak EPC  Agreement  ditandatangani pada tanggal 1 September 1990 dan berakhir pada bulan November  1994.

1.6. Proyek Kilang Langit Biru Balongan

Dalam rangka mengantisipasi Program  Indonesian  MOGAS  Unleaded  (MUL) yang merupakan Program Efektif 2003 maka dilaksanakan Program MUL yang dicanangkan 1 Juli 2001 untuk wilayah Jabotabek dan Kilang Balongan merupakan satu-satunya penghasil MOGAS Unleaded.

(11)

Adapun dampak program MUL terhadap konfigurasi Kilang Pertamina adalah:

- LOMC surplus (80 MBSD) masalah penjualan - Penurunan produksi MOGAS

- Penurunan Import HOMC masalah pembelian 1.6.1 Kekuatan Hukum (Legal)

- LoI RI – IMF – Pb Phase – Out (LoI 1998 Butir 50 & 2000 Butir 93)

- Surat Men.LH / Ka. Bapedal no. B-722/BAPEDAL/04/2000 (tentang Penghapusan Bensin Bertimbal)

- Persetujuan Mentamben (Ketua DKPP) no. 02/K/DKPP/2000

1.6.2 Pemilihan Lokasi di RU-VI Balongan

Bahan baku (naphta) didatangkan dari Kilang BPP, Dumai, dan Musi. Lokasi semula di Kilang Musi (karena ada ekses naphta), akhirnya Kilang Balongan di anggap lebih tepat dengan berbagai pertimbangan, yaitu :

a. Biaya angkut bahan baku (naphta) lebih murah  b. Konsumsi produk bensin mayoritas di Pulau Jawa

c. Pelabuhan laut (versus sungai Musi)

d. Kebutuhan tangki penampung bahan baku lebih rendah e. Jaringan pipa ke Plumpang telah tersedia

f. Rencana pemasaran dan niaga membangun TTUB

(12)

1.7. Bahan Baku dan Produk PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan 1.7.1. Spesifikasi bahan baku

Bahan baku utama untuk kilang RU VI Balongan adalah minyak Duri (heavy oil) sebanyak 50 % dan minyak Minas (light oil) sebesar 50 %. Operasi sekarang  berbeda dengan spesifikasi dari desain awal dengan komposisi 80 % minyak Duri dan 20 % minyak Minas. Spesifikasi bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Spesifikasi Bahan Baku dari HTU Analisis Satuan Wild naphtha

GO HTU Wild naphtha LCO HTU 0,719 0,866 Kadar S ppm 2 N/A RVP psia N/A 1,5

Tabel 1.3 Spesifikasi Bahan Baku Crude Oil 

Analisis Satuan Spesifikasi

Minas Duri oAPI - 35,2 21,1 Densitas G/ml 0,8485 0,924 Viskositas pada, 400°C 500°C cSt 23,6 11,6 591 272,4 Kadar S %wt 0,08 0,21 Conradson Carbon %wt 2,8 7,4  Pour point  °C 36 34 Aspal %wt 0,5 0,4 Vanadium ppmwt <1 1  Nikel ppm wt 8 32

Jumlah asam mg KOH / g < 0,05 1,19

Garam lb /1000 bbl 11 5

(13)

1.7.2. Bahan Penunjang dan Aditif  a. Bahan Kimia

1. Soda Kaustik (NaOH)

Berfungsi untuk menetralisir dan menaikkan pH raw water, regenerasi resin di proses condesate degasser, dan menyerap senyawa sulfur seperti H2S, merkaptan, COS, dan CS2.

2. Anti Oksidan (C14H24 N2)

Berfungsi untuk mencegah pembentukan  gum (endapan yang menggumpal) dalam produk  naphta dan polygasoline. Pembentukan  gum dapat mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada filter atau karburator   pada mesin bahan bakar kendaraan atau mesin pengguna premium atau  polygasoline.

3. Corrosion Inhibitor 

Adalah asam karboksilat hasil reaksi hidrokarbon alifatik dan aromatik  atau garam amina dari asam fosfat dengan penambahan solvent. Bahan ini  berfungsi untuk mencegah korosi pada overhead line ( 11-C-101), sepanjang cooling water, dan mengurangi laju korosi di overhead system  flash rectifier dengan pembentukan filming.

4.  Monoethanol Amine ((C2H4OH)NH2)

Berfungsi untuk menyerap senyawa COS dan CS2 serta senyawa sulfur  lainnya yang terdapat dalam fraksi C3.

5. Demulsifier  

Merupakan senyawa campuran dengan berat molekul tinggi seperti oxyalkilated resin dan amina dalam pelarut alkohol dan aromatik. Berfungsi menghindari dan memecah emulsi minyak sehingga dapat mempercepat pemisahan di desalter. Bahan kimia ini diinjeksikan ke crude charge secara kontinyu pada sisi  suction pump untuk membantu  pencampuran atau difusi bahan kimia ke dalam minyak.

6. Anti Foulant  

(14)

7. Wetting Agent  

Merupakan senyawa campuran oxyalkilated alkanoamines dan alkylaryl   sulfonates dalam air, metanol, isopropanol. Wetting agent   berfungsi

memecah minyak yang mengelilingi padatan dan memindahkan padatan tersebut dari fase minyak ke fase cair sehingga mudah dipisahkan.

8. Sodium Nitrat (NaCO3)

Berfungsi menetralisir senyawa klorida yang dapat menyebabkan korosi austentic stainless steel di permukaan tube heater.

9. Soda Ash (Na2CO3)

Berfungsi menetralisir senyawa klorida yang dapat menyebabkan korosi austentic stainless steel di permukaan tube heater.

10. Trisodium Phosphate (Na3PO4)

Berfungsi untuk menghindari fouling dan mengatur pH. 11. Clorine (Cl2)

Berfungsi debagai disinfektan pada raw water  dan mecegah terbentuknya lumut atau kerak.

12. Sodium Phosphate Monohydrat (NaH2PO4.H2O)

Berfungsi untuk membantu penyerapan senyawa dasar nitrogen (amoniak) dan entrainment solvent.

13. LPG odorant 

Untuk memberi bau sebagai tanda kebocoran LPG.  b. Katalis, Adsorbent, dan Resin

1. Clay

Berfungsi untuk meningkatkan stabilitas warna pada fraksi kero. 2. S-19 Hydrocarbon Catalys

Dipergunakan pada reaksi penjenuhan olefin dan penghilangan belerang, halida, nitrogen, dan logam.

(15)

1.7.3. Spesifikasi Produk 

Produk yang dihasilkan oleh PERTAMINA RU VI Balongan antara lain adalah :

a.  Motor Gasoline

• Octane Number  : 87 (min)

• Kandungan TEL, ml/USG : 0,54 (max)

• RVP pada 1000F,psi : 9

(max)

• Kandungan GUM : 4 (max)

• Kandungan Sulfur, % berat : 0,2

( max)

• Copper Strip Corrosion, 3 hr/122 0F :

 Number1 (max)

• Kandungan Markaptan, % berat : 0,015(max)

• Warna :

kuning

• Kandungan zat warna, gr/100USG : 0,5

(max)

 b.  Kerosene (minyak tanah)

• SG :

0,835(max)

• Smoke point ,ml : 17

(min)

•  Flash point , ABEL 0F : 100

(min)

• Kandungan sulfur, % berat : 0,2

(max)

• Copper Strip Corosion : Number 1

(16)

c.  Industrial Diesel Fuel 

• SG : 0,84-0,92

• Viskositas pada 1000F : 3,5-7,5

•  Pour Point  : 65 (max)

•  Land sulfur , % berat : 1,5 (max) • Conrodson Carbon Residu, % berat : 1,5 (max)

• Kandungan air : 0,25 (max)

• Sedimen, 5 berat : 0,02 (max) • Kandungan abu, % berat : 0,02(max)

•  Flash point PNCC, 0F : 154(max)

d.  Propylene

• Kemurnian, % mol Propylene : 99,6(min) • Total paraffin, % mol : 0,4 (max)

• Kandungan metana, ppm : 20 (max)

• Kandungan etilen, ppm : 25(max)

• Kandungan etana, ppm : 300(max)

• Kandungan C4,ppm : 5(max)

• Kandungan pentane, ppm : 10 (max)

• Asetilen, ppm : 5 (max)

• Meta asetilene, propadien, 1-3 butadiena, ppm: 2 (max)

• Total butena, ppm : 100(max)

• Pentane, ppm : 100(max) • Hidrogen, ppm : 20 (max) •  Nitrogen, ppm : 100 (max) • CO,ppm :0,5 (max) • CO2,ppm : 1(min) • O2,ppm : 1(max)

(17)

• Total sulfur, ppm : 1 (max)

• Amoniak, ppm : 5 (max)

e. LPG

• RVP, psig pada 100oF : 120(max)

• Copper Strip Corrosion : Number 1

• Kandungan metana, % berat :

-• Kandungan : 0,2 (max)

• Kandungan C3dan C4 : 97,5(max)

• Kandungan C5: 2,5 mercaptan ditambahkan : 50 ml/1000USG

• Land C6dan yang lebih berat : -f.  Decant Oil dan Fuel Oil 

• Viskositas pada 122oF : 180(max)

• Kandungan sulfur, % berat : 4 (max) • Kandungan abu, % berat : 0,1 (max)

•  Flash point ,oC : 62

• Kandungan katalis, ppm : 30 (max)

• Sedimen, % berat : 0,15

• CCR, % berat : 18 (max)

Tabel 1.4 Produk PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan Jenis Produk Kapasitas Satuan

A BBM

 Motor Gasoline  Kerosene

 Automotive Diesel Oil   Industrial Diesel Oil   Decant Oil dan Fuel Oil 

57.500 9.300 29.600 7.000 8.500 BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD Non BBM

(18)

B

C

 LPG  Propylene  Ref. Fuel Gas

Sulfur  700 600 125 30 Ton/hari Ton/hari Ton/hari Ton/hari BBK   Pertamax  Pertamax Plus  HOMC  580 10.000 30.000 BPSD BPSD BPSD 1.8 Struktur Organisasi Perusahaan dan Jam Kerja

1.8.1 Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, karyawan dapat dibedakan atas, karyawan shift dan karyawan regular.

a. Jam kerja shift

Jam kerja shift dilakukan secara bergilir, berlaku bagi karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift diatur  sebagai berikut :

Day shift : 08.00 – 16.00 Swing shift : 16.00 – 24.00  Night shift : 24.00 – 08.00

Karyawan shit terbagi atas 4 kelompok yaitu A,B,C dan D dimana jadwal kerja dari masing-masing kelompok adalah bekerja selama 3 hari berturut-turut pada shift yang sama dan setelah itu bergeser ke jam shift berikutnya untuk 3 hari selanjutnya, setiap kelompok akan dapat libur selama 1 hari.

Contoh jadwal shiff pekerja kilang PERTAMINA UP VI Balongan dapat dilihat  pada tabel yang terlampir :

 b. Jam kerja regular 

Jam kerja regular ini berlaku bagi karyawan yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan pengaman. Jam kerja ini berlaku bagi karyawan tingkat staff ke atas. Jadwal kerja jam regular sebagai berikut :

Senin – Kamis : 07.00 – 16.00 WIB Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB

(19)

Jum’at : 07.00 – 16.00 WIB Istirahat : 11.00 – 13.00 WIB Sabtu dan Minggu : Libur  

1.8.2 Stuktur Organisasi Perusahaan

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan mempunyai struktur  organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur  organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Bagan organisasi dapat dilihat dalam lampiran.

Masing-masing Bidang Unit Pengolahan VI Balongan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Bidang Perencanaan dan Keekonomian

Berfungsi memonitor dan mengoordinir terlaksananya ketersediaan minyak  mentah menjadi produk BBM dan Non BBM. Bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan minyak secara aman bagi stok Nasional.

 b. Bidang Enjiniring dan Pengembangan

Berfungsi mengevaluasi, menganalisa, serta melakukan penelitian dan  pengembangan untuk kehandalan operasi Kilang RU-VI dalam jangka panjang.

c. Bidang Keuangan

Berfungsi dalam pengelolaan pelaksanaan tata usaha keuangan dalam rangka menunjang kegiatan operasional RU-VI. Bertanggungjawab atas terjaminnya arus dana kegiatan keuangan secara keseluruhan untuk menunjang operasional kilang.

(20)

Berfungsi menunjang operasional dalam hal kesejahteraan karyawan RU-VI. Bertanggungjawab atas kelancaran penerimaan upah, pengembangan karyawan, dan terciptanya hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan.

e. Bidang Umum

Berfungsi menunjang kegiatan operasi meliputi pelayanan hukum, keamanan, fasilitas kesehatan kepada karyawan dan keluarganya serta menjadi perantara hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar.

f. Bidang Jasa dan Sarana Umum

Berfungsi dalam pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian atas penerimaan,  pengadaan, dan distribusi material yang dibutuhkan bagi keperluan kegiatan operasional kilang. Bertanggungjawab atas terjaminnya ketersedian material,  jasa angkutan alat ringan dan berat, serta kelancaran pelayanan jasa perumahan

RU-VI.

g. Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi

Berfungsi menelenggarakan komunikasi interal dan eksternal kilang sehingga informasi yang diperlukan segera didapat. Bertanggungjawab atas kelancaran komunikasi untuk memeperoleh informasi bagi pekerja di lingkungan PT Pertmina.

h. Bidang LKKK 

Berfungsi dalam penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja, pengendalian kebakaran, dan pencemaran lingkungan. Bertangungjawab atas terciptanya keadaan yang aman bagi tenaga kerja, sarana, lingkungan, dan kehandalan operasi.

i. Bidang Kilang

Berfungsi melaksanakan kegiatan pengolahan minyak mentah menjadi produk  BBM dan Non BBM secara efektif dan efisien sesuai rencana kerja. Bertanggungjawab atas operasional kilang.

(21)

Berungsi melaksanakan kegiatan pemeliharaan kilang, baik preventif maupun curatif untuk kehandalan kilang secara efektif dan efisien sesuai rencana kerja. Bertangungawab menjaga kehandalan kilang secara keseluruhan.

1.9 Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja

PERTAMINA telah mengambil suatu kebijakan untuk selalu memprioritaskan aspek LKKK dalam semua kegiatan MIGAS untuk mendukung  proses pembangunan nasional. PERTAMINA RU VI sangat mendukung dan ikut  berpartisipasi dalam program pencegahan kerugian baik terhadap karyawan, harta  benda perusahaan, terganggunya kegiatan operasi serta keamaan masyarakat

sekitarnya yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Pelaksanaan tugas ini berlandaskan :

a. UU No. 1/1970

Mengenai keselamatan kerja dan karyawan yang di bawah koordinasi Depnaker.  b. UU No. 2/1951

Mengenai ganti rugi oleh Depnaker akibat kecelakaan kerja. c. PP No. 11/1979

Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja yang dibawah koordinasi Dirjen MIGAS.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LKKK RU VI untuk mendukung  program diatas terdiri dari 2 kegiatan :

1 Seksi keselamatan kerja, tugas- tugas yang dilakukan antara lain : a. Mengatasi keselamatan jalannya operasi kilang.

 b. Bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan kerja. c. Bertindak sebagai instruktur  safety.

d. Membuat rencana kerja pencegahan kebakaran.

Adapun ketentuan-ketentuan yang diberlakukan demi keselamatan kerja antara lain :

• Setiap personil yang memasuki pagar kilang PERTAMINA RU VI

(22)

• Alat-alat keselamatan yang digunakan harus mematuhi standar yang

diberlakukan di PERTAMINA RU VI.

• Dilarang bertindak dan bertingkah laku yang dapat menganggu peralatan

atau instalasi dalam kilang.

• Jika daerah tempat terjadinya keadaan yang dianggap membahayakan

agar menghentikan pekerjaan dan melaporkan kepada pengawas/petugas PERTAMINA yang berwenang.

• Kamera dan jenis apapun tidak diijinkan dipakai didaerah pabrik tanpa

surat izin.

• Semua perkakas/peralatan yang dibawa masuk kedalam daerah kilang

harus mendapat pernyataan aman untuk dipergunakan dari Bidang LKKK dan akan diberi label layak pakai yang disahkan oleh  bidang/bagian yang terkait.

2 Seksi penanggulangan kebakaran, administrasi dan latihan, tugasnya antara lain :

a Membuat prosedur emergency agar penanggulangan berjalan dengan baik.  b Mengelola regu pemadam kebakaran agar selalu siap bila suatu waktu

diperlukan.

c Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-alat fire.

d Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi karyawan dan kontraktor agar  lebih menyadari tentang keselamatan kerja.

e Membuat dan menyebarkan bulletin.

Dalam upaya pencegahan bahaya kebakaran, maka diberlakukan ketentuan-ketentuan antara lain :

• Dilarang membawa korek api atau alat pembuat api jenis lainnya

kedalam kilang.

• Dilarang merokok didalam kilang kecuali pada tempat-tempat tertentu

(23)

• Dilarang menggunakan peralatan yang dapat mengeluarkan api atau

 bunga api tanpa dilindungi Surat Izin Kerja Panas dari pejabat yang  berwenang.

• Apabila ada bunyi keadaan darurat atau diketahui adanya bahaya maka

semua kegiatan pekerjaan harus dihentikan termasuk kegiatan merokok. Pekerja atau kontraktor menuju ketempat berkumpul yaitu tempat yang ditandai plat 3 sisi yang berputar dan bendera berwarna hijau dengan tulisan A ( Assembly Point ) atau M ( Muster Point ) berwarna putih.

• Tenaga kontraktor harus mampu mempergunakan Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) kebakaran tingkat pertama.

1.10. Penanganan Limbah

PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan menghasilkan berbagai macam limbah, yang terdiri dari:

a. Limbah cair  

 b. Limbah gas

c. Limbah padat 1.10.1. Pengolahan Limbah Cair

Limbah yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam-logam berat, limbah, atau air   buangan industri, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon

yang sangat rawan terhadap bahaya kebakaran.

Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari kawasan industri minyak bumi harus diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan limbah, sehingga air buangan yang telah diproses dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment  di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan ini.

Secara garis besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water  dan treatment  air 

(24)

 buangan proses. Treatment oily water  dilakukan di rangkaian separator sedangkan treatment  air buangan proses dilakukan menggunakan lumpur aktif  (activated   sludge) yang merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik.

Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treadment) adalah untuk mengolah air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu:

 Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan dan minyak dari air yang berasal dari air buangan ( oily water ) ex process area dan tank area.

Pada process ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan minyak dan solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD yang rendah   Activated Sludge Unit  (ASU), untuk mengolah secara kimia, Fisika dan  biologi air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit Sour 

Water Stripper  (Unit 24) dan  Desalter Effluent Water ex Unit Crude  Distillation (Unit 11). Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan ammonia, COD, BOD dan fenol sedangkankandungan minyak dan solid beasal dari desalter effluent water .

Unit pengolah air buangan terdiri dari: 1.  Air Floatation Sectin

Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator kemudian mengalir  ke seksi ini secara gravitasi.

Campuran dari separator mengalir ke bak DAF  Feed Pump dan dipompakan ke bak  floatation, sebagian campuran dipompakan ke  pressurize vessel . Dalam pressurize vessel udara dari plant air atau DAF compressor udara dilarutkan dalam  pressurize waste water. Bilamana  pressurize waste water  dihembuskan ke pipa inlet floatation pada tekanan atmosfir, udara yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi dalam waste water terangkat ke permukaan air.

(25)

Minyak yang mengapung diambil dengan  skimmer  dan dialirkan ke bak   floatation oil . Minyak di dalam bak  floatation oil  dipompakan ke tangki

recovery oil. Air bersih dari bak  floatation mengalir ke bak impounding basin. 2.  Activated Oil Sludge

Aliran proses penjernian air dengan CPI Separator dan aliran  sanitary dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sluge. Air hasil  proses CPI dan filtrate dehydotator dicampurkan dalam bak proses effluent dan campuran air ini dipompakan ke  pit aeration pada operasi normal dan pada emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculation pit . Apabila kualitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.

 Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak   flocculation. Air yang tersuspensi, minyak dan sulfide dalam air kotor  dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yang mengendap dalam bak  clarifier  dipompakan ke bak thickener.

Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak  aeration. Air kotor dari  sanitary mengalir secara langsung ke bak  aeration. Dalam bak  aeration ditambahkan nutrient . Selain itu, untuk menciptakan lingkungan aerobic bak ini dilengkapi pula dengan aerator.

Treatment  dengan biological  ini mengirangi dan menghilangkan benda- benda organic (BOD dan COD). Setelah treatment  dengan biological , air kotor   bersama lumpur dikirim ke bak aeration kembali, sebagai lumpur dikirim ke bak 

thickener .

Pemisahan pemurnian air dari bak sedimentasi mengalir dari atas ke  Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water Treatment  dirancang untuk 

system waste water treatment  yang bertujuan memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent  yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600m3/jam dimana kecepatan effluent  didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area  proses dan utilitas.

(26)

Unit penjernian buangan air ini memiliki beberapa proses, yaitu:

• Proses fisik,

Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan secara fisik. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam  buangan air hanya diperbolehkan ±25 ppm.

• Proses kimia,

Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti koagulan, flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk  menetralkan zat kimia berbahaya dalam air limbah. Senyawa yang tidak  diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan.

• Proses mikrobiologi,

Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan hanya dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam  berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfatkan mahluk hidup(mikroba) untuk 

mengolah bahan organik.

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Tujuannya untuk mengumpulkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak  mengendap serta menstabikan senyawa-senyawa organic. Sebagai pengolahan sekunder, penglahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan ynag paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengilahan limbah secara biologi debgan segala modifikasinya.

Proses ini dmaksudkan untuk mengolah buangan air proses yang mempunyai kadar BOD 810 mg/l dan COD 1150 mg/l menjadi treated water yang memilii kadar BOD 100 mg/l dan COD 150 mg/l dengan menggunakan lumpur aktif  (activated sludge). Lumpur aktif ini merupakan campuran dari koloni mikrobia aerobic.

Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalammendegradasi senyawa-senyawa  polutan dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut

(27)

akan berubah menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih seerhana dan tidak   berbahayabagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat tergantung pada

kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh karena itu, eksolitasi kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.

3.  Dehydrator dan Incenerator section

Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari  floatation section dan activated   sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan

airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat mekanis berupa i (alat yang bekerja memisahkan cairan-padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi).

Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka menuju PEP di seksi ASU, sedangkan padatanya disebut cake dan ditampung pada sebuah tempat bernama  Hopper (Cake Hopper). Proses selanjutnya adalah membakar  cake dalam sebuah alat pembakar atau incinerator  menjadi gas dan abu pada temperature tinggi (T=800ºC). Kapasitas desain dehydrator  sebesar 5,5 m3/jam da kapasitas pembakaran incinerator adalah 417 kg solid /jam.

1.10.2. Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas dari kilang ini diolah di  sulfur recovery unit dan sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).

1.10.3. Pengolahan Limbah Padat

Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan. Pada  sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Sludge ini  juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai secara alamiah dalam

waktu singkat.

Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan melakukannya dengan membakar  sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator)

(28)

 pada temperature. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill  atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

Gambar

Gambar 1.3 Lokasi PT. PERTAMINA RU VI Balongan
Tabel 1.3  Spesifikasi Bahan Baku Crude Oil 
Tabel 1.4  Produk PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan Jenis  Produk Kapasitas Satuan

Referensi

Dokumen terkait

Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin dihindari oleh setiap perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan

Proses pengolahan biologi merupakan proses pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air limbah, sehingga

Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka SKKNI sektor industri minyak dan gas bumi serta panas bumi, sub sektor industri minyak dan gas bumi hulu hilir bidang Keselamatan

Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia (SKKNI) sektor industri minyak dan gas bumi sub sektor industri minyak dan gas bumi

Teknologi online monitoring kualitas air ini dipasang di outlet air buangan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri-industri yang menuju ke badan sungai,

Kode Limbah D240 Sumber Industri/ Kegiatan IPAL Industri Kawasan. Sludge dari Instalasi Pengolahan Air Limbah

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah

8.12.1 PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN TANAH Limbah yang dapat diolah untuk pengolahan tanah adalah zat organik yang dapat terurai, terutama yang terkandung dalam limbah kota dan