• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Skripsi Kuantitatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh Skripsi Kuantitatif"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar Belakang PenelitianLatar Belakang Penelitian

Dinas kehutanan merupakan salah satu intansi pemerintah yang melayani Dinas kehutanan merupakan salah satu intansi pemerintah yang melayani kepentingan masyarakat di dalam pengelolaan hutan antara lain dengan kepentingan masyarakat di dalam pengelolaan hutan antara lain dengan memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat untuk diberdayakan dalam memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat untuk diberdayakan dalam rangka pembuatan hutan rakyat .Untuk mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut rangka pembuatan hutan rakyat .Untuk mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut yaitu melakukan pengelolaan manajemen baik dari segi sumber daya manusianya yaitu melakukan pengelolaan manajemen baik dari segi sumber daya manusianya agar pencapaian tugas dan tujuan lembaga pemerintahan ini dapat tercapai dan agar pencapaian tugas dan tujuan lembaga pemerintahan ini dapat tercapai dan terealisasi.

terealisasi.

Dimensi

Dimensi yang yang paling penting paling penting dalam merealisasikan tujuan dalam merealisasikan tujuan tersebut adalahtersebut adalah koordinasi pegawai. Proses koordinasi pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut koordinasi pegawai. Proses koordinasi pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut seperti sulitnya mengatur pegawai dan ketidaksamaan keinginan antar atasan dan seperti sulitnya mengatur pegawai dan ketidaksamaan keinginan antar atasan dan  pegawai

 pegawai itu itu sendiri sendiri harus harus diatasi diatasi dengan dengan cara cara memberikan memberikan pengetahuan pengetahuan tentangtentang keorganisasian dan pelaksanaan kerja, hal ini menumbuhkan kesadaran bagi para keorganisasian dan pelaksanaan kerja, hal ini menumbuhkan kesadaran bagi para  pegawai

 pegawai untuk untuk melaksanakan melaksanakan sebuah sebuah kegiatan kegiatan atau atau pekerjaan pekerjaan secara secara efektifefektif dengan harapan dan tujuan yang ditetapkan.

dengan harapan dan tujuan yang ditetapkan.

Dalam meningkatkan kinerja di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut Dalam meningkatkan kinerja di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut diperlukan adanya koordinasi yang baik secara intern maupun secara ekstern diperlukan adanya koordinasi yang baik secara intern maupun secara ekstern dengan instansi terkait, atau bagian-bagian lainnya yang ada di wilayah Dinas dengan instansi terkait, atau bagian-bagian lainnya yang ada di wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Garut.

Kehutanan Kabupaten Garut.

Koordinasi tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan mekanisme kerja Koordinasi tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan mekanisme kerja yang terpadu dalam pelaksanaan pengelolaan hutan dan dimanfaatkan secara yang terpadu dalam pelaksanaan pengelolaan hutan dan dimanfaatkan secara

(2)

optimal dengan selalu memperhatikan aspek lestari, berkelanjutan, dan optimal dengan selalu memperhatikan aspek lestari, berkelanjutan, dan  berkesinambungan sehingga

 berkesinambungan sehingga dapat dapat diwariskan diwariskan kepada kepada generasi generasi yang akan yang akan datangdatang dengan kondisi yang sama atau lebih baik. Dan dengan kemampuan sendiri dengan kondisi yang sama atau lebih baik. Dan dengan kemampuan sendiri mengembangkan komoditas unggulan guna meningkatkan daya saing.. Karena mengembangkan komoditas unggulan guna meningkatkan daya saing.. Karena melalui koordinasi intern yang mantap dapat mendorong terwujudnya kesatuan melalui koordinasi intern yang mantap dapat mendorong terwujudnya kesatuan  persepsi

 persepsi dan dan kesatuan kesatuan tindakan dari tindakan dari berbagai berbagai pihak pihak terkait, terkait, sehingga pelasehingga pelaksanaanksanaan tugas dinas dapat berjalan lancar, hal ini akan sangat mendukung upaya tugas dinas dapat berjalan lancar, hal ini akan sangat mendukung upaya  peningkatan ekonomi sehingg

 peningkatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat..a dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut salah satu tugasnya adalah Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut salah satu tugasnya adalah melaksanakan koordinasi terhadap bawahannya dan kegiatan dengan dinas melaksanakan koordinasi terhadap bawahannya dan kegiatan dengan dinas instansi badan lembaga terkait, juga memimpin dan mengkoordinasikan instansi badan lembaga terkait, juga memimpin dan mengkoordinasikan  pelaksanaan tugas bawahannya

 pelaksanaan tugas bawahannya agar kinerja agar kinerja dinas dapat ditingkatkan, mdinas dapat ditingkatkan, maka setiapaka setiap unsur personal dalam organisasi yang menjadi pelaksana di lapangan harus unsur personal dalam organisasi yang menjadi pelaksana di lapangan harus mampu mendayaguna seluruh aparat organisasi secara optimal, sehingga mampu mendayaguna seluruh aparat organisasi secara optimal, sehingga mekanisme kerja organisasi dapat berjalan secara berdayaguna dan berhasilguna. mekanisme kerja organisasi dapat berjalan secara berdayaguna dan berhasilguna.

Kegiatan atau pekerjaan baru efektif jika pekerjaan tersebut dilakukan Kegiatan atau pekerjaan baru efektif jika pekerjaan tersebut dilakukan dengan benar-benar sesuai apa yang direncanakan. Menyatakan keefektifan dapat dengan benar-benar sesuai apa yang direncanakan. Menyatakan keefektifan dapat menspesifikasi sasaran-sasaran untuk seluruh organisasi dan individu-individu menspesifikasi sasaran-sasaran untuk seluruh organisasi dan individu-individu serta kelompok pada organisasi perlu adanya koordinasi.

serta kelompok pada organisasi perlu adanya koordinasi.

Sesuai dengan prinsip koordinasi yaitu dengan jalan membagi-bagi Sesuai dengan prinsip koordinasi yaitu dengan jalan membagi-bagi  pekerjan

 pekerjan atas atas bagian-bagian.Menangani bagian-bagian.Menangani bagian-bagian bagian-bagian dalam dalam pekerjaanpekerjaan diperlukan keahlian (

diperlukan keahlian ( skill) skill)  pada masing-masing bagian pekerjaan sehingga  pada masing-masing bagian pekerjaan sehingga  beroperasi

(3)

optimal dengan selalu memperhatikan aspek lestari, berkelanjutan, dan optimal dengan selalu memperhatikan aspek lestari, berkelanjutan, dan  berkesinambungan sehingga

 berkesinambungan sehingga dapat dapat diwariskan diwariskan kepada kepada generasi generasi yang akan yang akan datangdatang dengan kondisi yang sama atau lebih baik. Dan dengan kemampuan sendiri dengan kondisi yang sama atau lebih baik. Dan dengan kemampuan sendiri mengembangkan komoditas unggulan guna meningkatkan daya saing.. Karena mengembangkan komoditas unggulan guna meningkatkan daya saing.. Karena melalui koordinasi intern yang mantap dapat mendorong terwujudnya kesatuan melalui koordinasi intern yang mantap dapat mendorong terwujudnya kesatuan  persepsi

 persepsi dan dan kesatuan kesatuan tindakan dari tindakan dari berbagai berbagai pihak pihak terkait, terkait, sehingga pelasehingga pelaksanaanksanaan tugas dinas dapat berjalan lancar, hal ini akan sangat mendukung upaya tugas dinas dapat berjalan lancar, hal ini akan sangat mendukung upaya  peningkatan ekonomi sehingg

 peningkatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat..a dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut salah satu tugasnya adalah Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut salah satu tugasnya adalah melaksanakan koordinasi terhadap bawahannya dan kegiatan dengan dinas melaksanakan koordinasi terhadap bawahannya dan kegiatan dengan dinas instansi badan lembaga terkait, juga memimpin dan mengkoordinasikan instansi badan lembaga terkait, juga memimpin dan mengkoordinasikan  pelaksanaan tugas bawahannya

 pelaksanaan tugas bawahannya agar kinerja agar kinerja dinas dapat ditingkatkan, mdinas dapat ditingkatkan, maka setiapaka setiap unsur personal dalam organisasi yang menjadi pelaksana di lapangan harus unsur personal dalam organisasi yang menjadi pelaksana di lapangan harus mampu mendayaguna seluruh aparat organisasi secara optimal, sehingga mampu mendayaguna seluruh aparat organisasi secara optimal, sehingga mekanisme kerja organisasi dapat berjalan secara berdayaguna dan berhasilguna. mekanisme kerja organisasi dapat berjalan secara berdayaguna dan berhasilguna.

Kegiatan atau pekerjaan baru efektif jika pekerjaan tersebut dilakukan Kegiatan atau pekerjaan baru efektif jika pekerjaan tersebut dilakukan dengan benar-benar sesuai apa yang direncanakan. Menyatakan keefektifan dapat dengan benar-benar sesuai apa yang direncanakan. Menyatakan keefektifan dapat menspesifikasi sasaran-sasaran untuk seluruh organisasi dan individu-individu menspesifikasi sasaran-sasaran untuk seluruh organisasi dan individu-individu serta kelompok pada organisasi perlu adanya koordinasi.

serta kelompok pada organisasi perlu adanya koordinasi.

Sesuai dengan prinsip koordinasi yaitu dengan jalan membagi-bagi Sesuai dengan prinsip koordinasi yaitu dengan jalan membagi-bagi  pekerjan

 pekerjan atas atas bagian-bagian.Menangani bagian-bagian.Menangani bagian-bagian bagian-bagian dalam dalam pekerjaanpekerjaan diperlukan keahlian (

diperlukan keahlian ( skill) skill)  pada masing-masing bagian pekerjaan sehingga  pada masing-masing bagian pekerjaan sehingga  beroperasi

(4)

kesatuan langkah, kesatuan tindakan dan kesatuan sikap sesama pegawai sesuai kesatuan langkah, kesatuan tindakan dan kesatuan sikap sesama pegawai sesuai dengan pendapat Hasibuan (2006 : 85) bahwa : “ Koordinasi adalah kegiatan dengan pendapat Hasibuan (2006 : 85) bahwa : “ Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai

dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi “.tujuan organisasi “.

Koordinasi akan memberikan kontribusi atau masukan yang besar kepada Koordinasi akan memberikan kontribusi atau masukan yang besar kepada kinerja pegawai, sebaliknya koordinasi yang tidak efektif dapat menghambat kinerja pegawai, sebaliknya koordinasi yang tidak efektif dapat menghambat  peningkatan

 peningkatan kemauan kemauan dan dan kinerja kinerja pegawai. pegawai. Untuk Untuk mengetahui mengetahui tingkat tingkat kinerjakinerja  pegawai

 pegawai pada pada Dinas Dinas Kehutanan Kehutanan Kabupaten Kabupaten Garut, Garut, dilakukan dilakukan melalui melalui PenilaianPenilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tingkat kinerja pegawai dari tahun 2009 sampai Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tingkat kinerja pegawai dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Dalam penilaian ini tingkat koordinasi pegawai dapat diukur tahun 2013. Dalam penilaian ini tingkat koordinasi pegawai dapat diukur sejaumana kinerja pegawai didalam melaksanakan tugas didalam pencapaian sejaumana kinerja pegawai didalam melaksanakan tugas didalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.Hal ini dapat tercapai apabila setiap pegawai tujuan yang telah ditetapkan.Hal ini dapat tercapai apabila setiap pegawai memiliki motivasi kerja dan keterampilan yang baik serta prestasi kerja yang memiliki motivasi kerja dan keterampilan yang baik serta prestasi kerja yang mendukung didalam pencapaian tujuan organisasi.

mendukung didalam pencapaian tujuan organisasi.

Dinas Kehutanan Kabupaten Garut mempunyai tugas pokok yang Dinas Kehutanan Kabupaten Garut mempunyai tugas pokok yang ditetapkan dan mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 ditetapkan dan mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 1998 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Tahun 1998 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Kehutanan Kabupaten, yaitu menyelenggarakan pengurusan dan Dinas Kehutanan Kabupaten, yaitu menyelenggarakan pengurusan dan  pengelolaan

 pengelolaan hutan hutan untuk untuk memperoleh memperoleh manfaat manfaat yang yang optimal optimal dan dan lestari lestari sertaserta untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mendukung tugas pokok, Dinas Kehutanan Kabupaten mempunyai fungsi Untuk mendukung tugas pokok, Dinas Kehutanan Kabupaten mempunyai fungsi sebagai berikut:

sebagai berikut: (1)

(1) Menyusun Rencana Strategis dan Akuntabilitas kinerja DinasMenyusun Rencana Strategis dan Akuntabilitas kinerja Dinas (2)

(5)

(3) Membina dan melaksanakan program, pengembangan dan penataan kawasan, pembinaan produksi dan  forestry, keamanan dan perlindungan hutan;

(4) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;

(5) Melakukan monittoring, evaluasi dan pelaporan terkait lingkup tugas; dan (6) Melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan atasan, berkoordinasi

dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya.

Keberhasilan organisasi Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dalam memenuhi tugas pokok di atas, pada dasarnya tidak terlepas dari peran dan fungsi  pegawainya, efektif tidaknya pelaksanaan program organisasi lebih bergantung  pada efektif tidaknya pegawai dalam memenuhi peran dan fungsinya tersebut.

Penyelenggaraan pemerintahan di berbagai bidang senantiasa diperlukan keselarasan antara proses kerja pemerintah dengan kepentingan publik sesuai dengan kebutuhan dan perubahan yang terkonsentrasi pada upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik ( good governance) dan efektif, maka  penting dilakukan berbagai upaya agar sejalan dengan perubahan dan peningkatan

kemampuan aparatur pemerintah sehingga keberhasilan untuk mewujudkan suatu lembaga pemerintahan yang berwibawa, bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme akan menjadi nyata dengan didasarkan pada dua hal yang urgensi, yaitu diefektifkannya koordinasi sebagai variabel yang mampu untuk mendongkrak kinerja pegawai agar lebih optimal. Koordinasi merupakan salah satu alat untuk mencapai kerjasama dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Berbagai  perintah, instruksi, pengambilan keputusan penyampaian kebijakan dan kegiatan

organisasi lainnya senantiasa memerlukan koordinasi yang efektif.

Koordinasi dimaksud adalah kesesuaian dan kesepahaman di antara semua  pihak ( stake holder ) yang terkait dengan kepentingan yang sama. Dalam kaitan ini

(6)

adalah kesepahaman dan kesesuaian antara pegawai dalam organisasi, yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dan masyarakat umum. Koordinasi dapat pula dipahami sebagai upaya dari pelaksanaan dalam organisasi untuk mencapai kesesuaian dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Pemahaman kinerja dapat dilakukan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Artinya, seorang pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan rencana program organisasi yang telah ditetapkan, dengan tujuan agar semua sasaran kerja dapat dicapai. Bila pelaksanaan kerja dapat dicapai dengan optimal, berarti pegawai tersebut telah memenuhi tugas dan kewajiban kerjanya sesuai dengan standar-standar kerja yang ditetapkan.

Kinerja pegawai yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan hasil kerja, agar pegawai mampu menunjukkan pelaksanaan kerjanya sesuai dengan target  pekerjaan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Kinerja pegawai juga

dimaksudkan agar pegawai bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan  pekerjaan.

Kinerja pegawai dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang  pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana

seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya atau kerjanya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang  bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Untuk dapat mengevaluasi kinerja pegawai secara objektif dan akurat, maka perlu ada tolok ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengetahui tingkat kinerjanya.

(7)

Keefektifan dan keberhasilan dalam lingkungan kerja kantor dinas kehutanan bergantung pada koordinasi yang mempengaruhi kinerja pegawai secara berkesinambungan. Oleh sebab itu koordinasi menjadi faktor penentu dalam meningkatkan kinerja pegawai tersebut khususnya di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut.

Mengetahui pengaruh koordinasi di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut terhadap kinerja pegawai secara berkesinambngan maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut lebih lanjut ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Koordinasi Pegawai Terhadap Peningkatan Kinerja Di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masala penelitian (research  problem) dirumuskan sebagai berikut : “Kinerja pegawai dinas kehutanan belum optimal, hal ini diduga karena belum efektifnya koordinasi yang dilakukan Kepala Dinas di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut.”  Problem Statement   yaitu: “Bagaimana pengaruh koordinasi pegawai terhadap peningkatan kinerja  pegawai  pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut”. Masalah-masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini berupa sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan koordinasi pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut?

2. Apa manfaat koordinasi pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut?

3. Seberapa besar pengaruh koordinasi pegawai terhadap peningkatan kinerja  pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut ?

(8)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana pelaksanaan koordinasi pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut?

2. Apa manfaat koordinasi pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut?

3. Seberapa besar pengaruh koordinasi pegawai terhadap peningkatan kinerja  pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut

Kegunaan atau manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai  bidang manajemen sumber daya manusia yang khususnya yang berhubungan dengan koodinasi dan kinerja pegawai, sertadapat menjadi bahan perbandingan  penelitian mengenai objek masalah yang sama di masa yang akan datang, selain

itu penulis mengharapkan hasil penelitian ini juga dapat berguna sebagai masukan dan bahan referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut dengan bahasan yang sama.

2. Kegunaan Praktis

Bagi Dinas Kehutanan Kabupaten Garut penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terutama yang berhubungan dengan koordinasi dan kinerja pegawai yang lebih tepat dan efektif.

(9)

D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Pemikiran

Koordinasi pegawai merupakan usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Secara logika, koordinasi memiliki pengaruh besar terhadap kinerja pegawai jika hubungan antar pegawai terjalin dengan baik dan sinergis serta ditunjang dengan koordinasi antar pegawai  berjalan baik , maka kinerja pegawai pun akan lebih baik.

Adapun pengertian dari koordinasi itu sendiri menurut G.R Terry (dalam Hasibuan, 2006 : 85) berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan (Handoko 2003:195) mengemukakan bahwa : Koordinasi berarti proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang- bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan

efektif (Handoko 2003 : 195).

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006 : 85) berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan  jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan

(10)

suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi sebagai berikut:

a. Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari  pada usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah dirncanakan.

 b. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan  berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. “Perkataan komunikasi berasal dari perkataan communicare, yaitu yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi ataupun memberitahukan” Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi  partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi. Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melalui informasi atau pendapat atau  pesan atau idea yang disampaikannya kepada orang tersebut.

c. Pembagian Kerja

Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan bersama dimana individu tidak dapat mencapainya

(11)

sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada dilakukan perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah  prinsip pembagian kerja ( Division of labor ). Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan  pembagian kerja. Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah  perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi  bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang

terbatas.

Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas – tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan  bagian –  bagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada fungsi pekerjaan tertentu.

d. Disiplin

Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi hádala usa penyesuaian bagian-bagian yang  berbeda-beda agar kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada

waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu diperlukan disiplin.

Rivai (2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka  bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan normanorma sosial yang berlaku”. Jadi jelasnya bahwa disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah laku, apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisas i.

Dalam suatu organisasi penerapan peraturan kepada seseorang atau anggota organisasi dikelola oleh pimpinan. Pimpinan diharapkan mampu menerapkan

(12)

konsep disiplin positif yakni penerapan peraturan melalui kesadaran bawahannya. Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu menerapkan konsep disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin mampu menerapkannya pada orang lain termasuk kepada bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu sangat penting artinya dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.

Oleh karena itu Handoko (2003:198) menegaskan bahwa koordinasi sangat  penting sekali dalam suatu organisasi , yakni :

a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran.  b. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk

 pencapaian tujuan oganisasi.

c. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi.

d. Supaya semua tugas, kegiatan , dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.

Jadi sangat jelas manfaat koordinasi ini sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam hal peningkatan kinerja. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departementasi dan pembagian kerja, akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. “Untuk mencapai kinerja yang baik dan optimal diperlukan adanya integrasi antara rantai perintah, informasi, wewenang, tanggung jawab serta tujuan yang diinginkan. Dimana jika keseluruhan faktor tersebut sudah terarah maka pegawai dapat mencapai kinerja yang diharapkan” (Handayaningrat, 1995 : l6).

Kinerja disini berarti “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

(13)

tanggung jawab yang diberikan kepadanya “ (Mangkunegara,2006 :67). Menurut Suryadi (2008 : 2 ) bahwa “kinerja pegawai itu merupakan h asil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”.

Oleh karena itu apabila koordinasi tersebut diterapkan kepada pegawai maka akan menghasilkan peningkatan kinerja yang baik pula, maka dengan adanya koordinasi maka para pegawai mampu melaksanakan tugasnya dengan  penuh tanggungjawab sesuai dengan tugas yang dibebankannya.

Menurut Mangkunegara (2006 : 67) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Untuk jelasnya mengenai pengertian Peningkatan kinerja, penulis sajikan beberapa pengertian kinerja menurut para ahli :

Mangkunegara (2006 : 69) menyatakan bahwa : “Peningkatan kinerja (prestasi pegawai) adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Mathis dan Jackson (2001 : 81)  bahwa : “Peningkatan kinerja ( performance Appraisal ) adalah proses evaluasi

(14)

dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para  pegawai”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Simamora (2004 : 338)  bahwa : “Peningkatan kinerja ( performance appraisal ) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Hasibuan (2001 : 87) bahwa : “Peningkatan kinerja (prestasi kerja) adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Bambang Wahyudi (2002 : 101)  bahwa : “Penilaian prestasi kerja ( Performance appraisal ) adalah suatu evaluasi

yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja atau jabatan ( job performance) seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Koordinasi merupakan salah satu alat untuk mencapai kerjasama dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Berbagai perintah, instruksi, pengambilan keputusan penyampaian kebijakan dan kegiatan organisasi lainnya senantiasa memerlukan koordinasi yang efektif.

Koordinasi dimaksud adalah kesesuaian dan kesepahaman di antara semua  pihak ( stake holder ) yang terkait dengan kepentingan yang sama. Dalam kaitan ini adalah kesepahaman dan kesesuaian antara pegawai dalam organisasi, yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dan masyarakat umum, khususnya pengguna  jasa yang terkait dengan kehutanan di Kabupaten Garut. Koordinasi dapat pula

dipahami sebagai upaya dari pelaksanaan dalam organisasi untuk mencapai kesesuaian dalam mewujudkan tujuan organisasi. Istilah kinerja berasal dari kata

(15)

 job performance atau actual performance  (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 67) adalah : “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) yang merumuskan bahwa :

1. Human Performance = Ability + Motivation

= Knowledge + Skill = Attitude + Situation 2. Motivation = Attitude + Situation

3. Ability = Knowledge + Skill 1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan ( Ability) pegawai terdiri dari kemampuan  potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110  –   120) dengan pendidikan yang memadai untuk  jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,  pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the

right man on the right place, the right man on the right job). 2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

(16)

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang  pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fis ik,

tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

Pemahaman kinerja dapat dilakukan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Artinya, seorang pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan rencana program organisasi yang telah ditetapkan, dengan tujuan agar semua sasaran kerja dapat dicapai. Bila pelaksanaan kerja dapat dicapai dengan optimal, berarti pegawai tersebut telah memenuhi tugas dan kewajiban kerjanya sesuai dengan standar-standar kerja yang ditetapkan. Kinerja pegawai yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan hasil kerja, agar pegawai mampu menunjukkan pelaksanaan kerjanya sesuai dengan target pekerjaan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Kinerja pegawai juga dimaksudkan agar  pegawai bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.

Kinerja pegawai dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang  pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana

seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya atau kerjanya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang  bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat

(17)

maka perlu ada tolok ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengetahui tingkat kinerjanya.

Dari pendapat diatas maka penulis menarik pernyataan bahwa peningkatan kinerja adalah salah satu kebijakan dalam organisasi yang menilai kinerja  pegawainya baik kualitas maupun kuantitas yang dilakukan secara periodik sehingga dapat mengevaluasi hasil pekerjaannya dengan tujuan meningkatkan kinerja pegawai.

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dengan adanya pelaksanaan koordinasi yang optimal diharapkan dapat meningkatkan peningkatan kinerja  pegawai. Dengan demikian penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut : “Pelaksanaan koordinasi pegawai dapat mempengaruhi kinerja pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut”.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang tergambar dalam hubungan antar konsep di atas dalam upaya menguraikan dan menjawab permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan : “Terdapat Pengaruh Koordinasi Pe gawai Terhadap Peningkatan Kinerja pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut“.

(18)

E. Metode Penelitian

1. Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengolah, dan menganalisa serta menarik suatu kesimpulan. Sedangkan tujuan utama dari metode ini adalah untuk menggambarkan sebuah populasi yang sedang terjadi antara keterkaitan koordinasi dengan kinerja pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dengan responden penelitian itu sendiri adalah karyawan (pegawai) tetap intansi tersebut.

2. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah koordinasi pegawai dan dinotasikan dengan variabel X sedangkan variabel terikat adalah peningkatan kinerja pegawai dan dinotasikan dengan Y.

Variabel penelitian yang telah dirumuskan tersebut agar dapat diukur harus dioperasionalisasikan. Oleh karena itu kebutuhan analisis perlu diturunkan sampai tingkat indikator sehingga memudahkan pengukuran terhadap variabel-variabel pokok dalam penelitian.

Variabel-variabel dalam penelitian ini secara operasional disajikan dalam matrik operasionalisasi variabel penelitian berikut ini :

(19)

Tabel 1.1

OPRASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel Dimensi Indikator

Variabel X (Bebas) Koordinasi menurut Hasibuan (2006:88) 1. Kesatuan Tindakan a. Hubungan seksi-seksi dalam organisasi

 b. Hubungan dengan instansi terkait

2. Komunikasi a. Mengumpulkan dan

menyebarkan informasi  b. Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai lingkungan c. Kegiatan mengkomunikasikan informasi

3. Pembagian Kerja a. mencapai tujuan bersama  b.  berkeja bersama secara

kooperatif

4. Disiplin a. Ketepatan waktu pekerjaan  b. Penyelesaian pekerjaan Variabel Y (Terikat) kinerja menurut Mangkunegara (2000 : 67) 1. Faktor Kemampuan a. Kualitas  b. Kuantitas c. Kehandalan d. Sikap

2. Faktor Motivasi a. mampu secara fisik

 b. memahami tujuan utama dan target kerja

c. mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan objek penelitian yang dijadikan sebagian sumber data dari suatu penelitian, populasi di rumuskan sebagai jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Sugiyono, 2003:53).

(20)

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada organisasi Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dengan jumlah populasi adalah 39 orang.

Sehubungan jumlah keseluruhan populasi sangat terbatas dan waktu yang tersedia cukup maka untuk pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui teknik sensus yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian terutama yang ada hubungannya dengan pengaruh koordinasi pegawai, peningkatan kinerja pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut.

 b. Wawancara, berupa pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan, yaitu Kepala Dinas Kantor Kehutanan Kabupaten Garut.

c. Angket digunakan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk memperoleh tanggapan terhadap pengaruh koordinasi  pegawai terhadap peningkatan kinerja pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten

(21)

d. Studi kepustakaan, dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku dan hasil penelitian sejenis yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Jenis data yang diteliti mencakup data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didasarkan pada hasil wawancara dan observasi, data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan cara berpikir ilmiah, yakni melalui penarikan kesimpulan secara logis, sistematis, cermat dan akurat berdasarkan kaidah-kaidah  berfikir logis. Sedangkan data kuantitatif bersumber pada hasil penyebaran angket kepada responden. Data tersebut dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis statistik  Non-Parametric Statistics  dengan menggunakan  pendekatan The Spearman Rank-Order Correlation Coefficient .

5.1 Analisis Data Melalui Uji Statistik Koefisien Korelasi (Skala Likert) Sebagaimana dikemukakan oleh Riduwan (2003:38-39) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Oleh karena itu, untuk mengukur nilai jawaban dari angket atas pendapat dan persepsi dari setiap responden dan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Skala Likert adalah sebagai berikut :

(22)

Tabel 1.2

Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai Sangat setuju (SS)

Setuju (S) Ragu-ragu (RR) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS)

5 4 3 2 1 Sangat setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu (RR) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS)

1 2 3 4 5 Sumber : Riduwan, (2003 :38-39)

Dari pendapat tersebut maka untuk menentukan pengaruh antara variabel X dan Y dalam penelitian ini, penulis menggunakan statistik non parametrik dengan pendekatan Koefisien Korelasi Rank Spearman.

5.1 Uji Korelasi

Untuk menentukan pengaruh antara variabel X dan variabel Y dalam  penelitian ini penulis menggunakan Statistik Nonparametrik dengan pendekatan Koefisien Korelasi Rank Spearman yang merupakan alat ukur untuk mengukur  besarnya korelasi (pengaruh) antara variabel X dan variabel Y menurut Sidney

Siegel (1985:225-226) dengan rumus sebagai berikut :

Jika tidak terdapat angka yang sama/data kembar maka menggunakan rumus sebagai berikut :

 

 

∑  



 



(Siegel, 1985:255)

Keterangan :

r  s : Koefisien Korelasi Rank Spearman

 N  : Jumlah besarnya sampel

(23)

Jika terdapat angka yang sama/data kembar dalam jumlah yang besar maka menggunakan rumus sebagai berikut :

 

∑  ∑  ∑

 ∑  ∑

(Siegel, 1985:256)

Keterangan :

r  s : Koefisien Korelasi Rank Spearman

 x : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variabel bebas (X) y : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variabel terikat (Y)

 Σd i2 : Jumlah selisih antara kedua Rank X dan Rank Y

Dimana harga Σ x2dan Σ y2diperoleh dari :

∑

 



∑

  dan

∑

 



∑

Keterangan :

x : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variabel bebas (X) y : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variabel terikat (Y)  N : Jumlah besarnya sampel

Σ T : Jumlah faktor koreksi untuk angka yang sama Dimana faktor koreksinya adalah :

 



– 

 











Keterangan :

T : Faktor koreksi untuk masing-masing angka sama t : Banyaknya angka sama

(24)

Sedangkan untuk menguji koefisien korelasi adalah dengan menggunakan t hitung  sebagai berikut :

 

√ 

√ 

(Siegel, 1985:263)

Keterangan :

t : Banyaknya angka sama

r  s : Koefisien korelasi Rank Spearman

n : Jumlah populasi

Tabel 1.3

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,19 Sangat lemah 0% - 20% Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah 21% - 40% Lemah

0,40 – 0,599 Cukup 41% - 60% Cukup

0,60 – 0,799 Kuat 61% - 80% Kuat

0,80 -1,000 Sangat kuat 81% - 100% Sangat kuat Sumber : Riduwan, (2003:288)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh koordinasi pegawai terhadap  peningkatan kinerja pegawai di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dalam  presentase maka digunakan koefisien penentu atau Koefisien Determinan (KD)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KD = r 2 x 100% (Riduwan, 2003:228)

Keterangan :

KD : Besarnya koefisien determinan R : Koefisien korelasi

3.2 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2003:160) uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan (validitas suatu alat ukur). Dengan kata lain

(25)

validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat akurasi suatu alat ukur. Suatu alat ukur yang salah akan mempunyai validitas yang rendah,  begitupun sebaliknya.

Kesahihan (validity) alat ukur dalam penelitian ini akan ditentukan melalui validitas konstruk. Validitas konstruk dimaksudkan untuk mencari konsistensi antara komponen-komponen, antara komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya dalam suatu konsep. Berdasarkan pada pemilihan jenis validitas tersebut, maka perumusan item-item dalam kuesioner ini didasarkan pada operasionalisasi konsep dari masing-masing variabel.

Selanjutnya dilakukan pengujian validitas melalui analisis butir dengan menggunakan korelasi Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total variabel dan aspek-aspek variabel. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung validitas empiris melalui analisis item ini menurut Siegel (1985:255) yaitu :

 

 

 ∑ 



 



( Siegel, 1985:255)

Keterangan :

r  s : Koefisien Korelasi Rank Spearman

 x : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variable bebas (X)  y : Skor ranking untuk setiap responden terhadap variable terikat (Y)

∑



: Jumlah selisih antara kedua Rank X –  Rank Y 5.3 Uji Reliabilitas

Selain harus valid, alat ukur penelitian juga harus reliabel (handal). Suatu alat ukur dikatakan handal apabila alat ukur penelitian memberikan hasil yang

(26)

tetap terhadap variabel yang diukur, walaupun berubah. Menurut Sugiyono (2003:8), uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini dapat dilihat, apabila suatu alat ukur dapat dipakai berulang kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil  pengukurannya relatif konstan, maka alat ukur tersebut reliabel atau handal.

Dengan demikian reliabilitas menunjukkan konsistensi alat ukur penelitian dalam mengukur gejala yang sama.

Pendekatan yang digunakan untuk menentukan reliablitas kuesioner  penelitian ini adalah konsistensi internal dengan teknik belah dua ( genap –  ganjil )

dari Spearman Brown. Melalui pendekatan ini, skor pada setiap item dari tanggapan responden pada suatu kuesioner dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok skor item bernomor genap dan ganjil. Selanjutnya dicari koefisien korelasi antara dua kelompok item-ite tersebut. Indeks korelasi atau konsistensi internal yang diperoleh menunjukkan tingkat reliabilitas internal kuesioner tersebut. Adapun rumus perhitungan koefisien reliabilitas tersebut menurut Siegel (1985:257) sebagai berikut :

  

 

Keterangan :

r i : Reliabilitas internal seluruh instrumen

r b : Korelai Spearman antara belahan pertama dan kedua

5.4 Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah “Terdapat Pengaruh Positif Koordinasi Pegawai Terhadap Peningkatan Kinerja pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut”.

(27)

Untuk mengetahui rumusan hipotesis dengan meggunakan thitung dengan rumus sebagai berikut : 2 1 2 r  n r  t     Keterangan : t = Faktor korelasi r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Dalam pengujian hipotesis ini adalah H0  dalam pengujian dengan cara

membandingkan thitung  dengan ttabel dengan kekuatan bahwa :

a. Jika nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat

hubungan/pengaruh antara variabel yang diteliti.

 b. Jika nilai thitung < ttabel  maka H0diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada

hubungan/pengaruh variabel yang diteliti.

Agar hasil perhitungan Koefisien Korelasi Rank Spearman dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, maka dilakukan pengujian signifikansi α = 0,05 dengan menggunakan derajat kebebasan d f  = n –  2.

(28)

F. Lokasi dan Lamanya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Jl. Patriot No. 05 Garut. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Maret sampai Agustus 2014.

Penentuan lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan adanya fenomena masalah koordinasi pegawai terhadap peningkatan kinerja pada Dinas Kehutanan Kabupaten Garut seperti terlihat pada latar belakang penelitian.

Lamanya penelitian diperkirakan 6 bulan yang dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jadwal  penelitian pada tabel sebagai berikut :

TABEL 1.4

JADWAL PENELITIAN

 No Kegiatan

Tahun 2014 Bulan

April Mei Juni Juli Agustus September 1 Memilih Masalah

Penelitian

2 Melakukan studi literatur 3 Menyusun Usulan

Penelitian

4 Seminar Usulan Penelitian

5 Pengumpulan,

 pengolahan dan analisis data

7 Penyusunan Skripsi 8 Bimbingan Skripsi 9 Ujian Skripsi

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Koordinasi Pegawai

Pengertian koordinasi menurut G.R Terry (dalam Hasibuan, 2006 : 85)  berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan (Handoko 2003:195) mengemukakan bahwa : Koordinasi  berarti proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada

satuan-satuan yang terpisah pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang- bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan

efektif (Handoko 2003 : 195).

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006 : 85) berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan  jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi sebagai berikut:

(30)

a. Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari  pada usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah dirncanakan.

 b. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya . “Perkataan komunikasi berasal dari perkataan communicare, yaitu yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi ataupun memberitahukan” Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi.

Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melalui informasi atau pendapat atau  pesan atau idea yang disampaikannya kepada orang tersebut.

c. Pembagian Kerja

Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan  bersama dimana individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada dilakukan  perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah prinsip  pembagian kerja ( Division of labor ). Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi diharapkan untuk dapat berhasil dengan  baik dalam usaha mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan pembagian

(31)

kerja. Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah  perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi  bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang

terbatas.

Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas – tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan  bagian –  bagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada fungsi pekerjaan tertentu.

d. Disiplin

Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi hádala usa penyesuaian bagian-bagian yang  berbeda-beda agar kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu diperlukan disiplin.

Rivai (2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka  bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan normanorma sosial yang berlaku”. Jadi jelasnya bahwa disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah laku, apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi.

Dalam suatu organisasi penerapan peraturan kepada seseorang atau anggota organisasi dikelola oleh pimpinan. Pimpinan diharapkan mampu menerapkan konsep disiplin positif yakni penerapan peraturan melalui kesadaran bawahannya. Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu menerapkan konsep disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin mampu menerapkannya pada orang

(32)

lain termasuk kepada bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu sangat penting artinya dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.

Oleh karena itu Handoko (2003:198) menegaskan bahwa koordinasi sangat  penting sekali dalam suatu organisasi , yakni :

a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran.  b. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk

 pencapaian tujuan oganisasi.

c. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi.

d. Supaya semua tugas, kegiatan , dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.

Jadi sangat jelas manfaat koordinasi ini sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam hal peningkatan kinerja. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departementasi dan pembagian kerja, akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. “Untuk mencapai kinerja yang baik dan optimal diperlukan adanya integrasi antara rantai perintah, informasi, wewenang, tanggung jawab serta tujuan yang diinginkan. Dimana jika keseluruhan faktor tersebut sudah terarah maka pegawai dapat mencapai kinerja yang diharapkan” (Handayaningrat, 1995 : l6).

Kinerja disini berarti “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya “ (Mangkunegara,2006 :67). Menurut Suryadi (2008 : 2 ) bahwa “kinerja pegawai itu merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan

(33)

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”.

Oleh karena itu apabila koordinasi tersebut diterapkan kepada pegawai maka akan menghasilkan peningkatan kinerja yang baik pula, maka dengan adanya koordinasi maka para pegawai mampu melaksanakan tugasnya dengan  penuh tanggungjawab sesuai dengan tugas yang dibebankannya.

B. Tinjauan Tentang Peningkatan Kinerja

“Menurut Mangkunegara (2006 : 67) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Untuk jelasnya mengenai pengertian Peningkatan kinerja, penulis sajikan beberapa pengertian kinerja menurut para ahli :

Mangkunegara (2006 : 69) menyatakan bahwa : “Peningkatan kinerja (prestasi pegawai) adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Mathis dan Jackson (2001 : 81)  bahwa : “Peningkatan kinerja ( performance Appraisal ) adalah proses evaluasi

seberapa baik pegawai mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para  pegawai”.

(34)

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Simamora (2004 : 338)  bahwa : “Peningkatan kinerja ( performance appraisal ) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Hasibuan (2001 : 87) bahwa : “Peningkatan kinerja (prestasi kerja) adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”.

Pengertian Peningkatan kinerja menurut Bambang Wahyudi (2002 : 101)  bahwa : “Penilaian prestasi kerja ( Performance appraisal ) adalah suatu evaluasi

yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja atau jabatan ( job performance) seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Koordinasi merupakan salah satu alat untuk mencapai kerjasama dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Berbagai perintah, instruksi, pengambilan keputusan penyampaian kebijakan dan kegiatan organisasi lainnya senantiasa memerlukan koordinasi yang efektif.

Koordinasi dimaksud adalah kesesuaian dan kesepahaman di antara semua  pihak ( stake holder ) yang terkait dengan kepentingan yang sama. Dalam kaitan ini adalah kesepahaman dan kesesuaian antara pegawai dalam organisasi, yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Garut dan masyarakat umum, khususnya pengguna  jasa yang terkait dengan kehutanan di Kabupaten Garut. Koordinasi dapat pula

dipahami sebagai upaya dari pelaksanaan dalam organisasi untuk mencapai kesesuaian dalam mewujudkan tujuan organisasi. Istilah kinerja berasal dari kata  job performance atau actual performance  (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja)

(35)

menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 67) adalah : “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) yang merumuskan bahwa :

1. Human Performance = Ability + Motivation

= Knowledge + Skill = Attitude + Situation 2. Motivation = Attitude + Situation

3. Ability = Knowledge + Skill 1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan ( Ability) pegawai terdiri dari kemampuan  potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110  –   120) dengan pendidikan yang memadai untuk  jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,  pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the

right man on the right place, the right man on the right job). 2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang

(36)

 pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fis ik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

Pemahaman kinerja dapat dilakukan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Artinya, seorang pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan rencana program organisasi yang telah ditetapkan, dengan tujuan agar semua sasaran kerja dapat dicapai. Bila pelaksanaan kerja dapat dicapai dengan optimal, berarti pegawai tersebut telah memenuhi tugas dan kewajiban kerjanya sesuai dengan standar-standar kerja yang ditetapkan. Kinerja pegawai yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan hasil kerja, agar pegawai mampu menunjukkan pelaksanaan kerjanya sesuai dengan target pekerjaan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Kinerja pegawai juga dimaksudkan agar  pegawai bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.

Kinerja pegawai dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang  pegawai dalam kerjanya. Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana

seorang pegawai melaksanakan pekerjaannya atau kerjanya. Kinerja pe gawai yang meningkat akan turut meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang  bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Untuk dapat mengevaluasi kinerja pegawai secara objektif dan akurat, maka perlu ada tolok ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengetahui tingkat kinerjanya.

(37)

Dari pendapat diatas maka penulis menarik pernyataan bahwa peningkatan kinerja adalah salah satu kebijakan dalam organisasi yang menilai kinerja  pegawainya baik kualitas maupun kuantitas yang dilakukan secara periodik sehingga dapat mengevaluasi hasil pekerjaannya dengan tujuan meningkatkan kinerja pegawai.

C. Hubungan Koordinasi Pegawai dengan Kinerja Pegawai

Sebagaimana telah diurauikan dalam tinjaun di atas kinerja disini berarti “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya “ (Mangkunegara,2006 :67). Menurut Suryadi (2008 : 2 ) bahwa “kinerja pegawai itu merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”.

Oleh karena itu apabila koordinasi tersebut diterapkan kepada pegawai maka akan menghasilkan peningkatan kinerja yang baik pula, maka dengan adanya koordinasi maka para pegawai mampu melaksanakan tugasnya dengan  penuh tanggungjawab sesuai dengan tugas yang dibebankannya.

Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departementasi dan  pembagian kerja, akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. “Untuk mencapai kinerja yang baik dan optimal diperlukan adanya integrasi antara rantai perintah, informasi, wewenang,

(38)

tanggung jawab serta tujuan yang diinginkan. Dimana jika keseluruhan faktor tersebut sudah terarah maka pegawai dapat mencapai kinerja yang diharapkan” (Handayaningrat, 1995 : l6).

(39)

BAB III

LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

A. Keadaan Lokasi Penelitian

Lokasi yang penulis pilih untuk dijadikan tempat penelitian adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Garut . Sesuai dengan Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut struktur organisasi Dinas Kehutanan Kabupaten Garut terdiri dari :

a. Kepala Dinas;

 b. Sekretariat, membawahkan : 1. Subbagian Umum;

2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

c. Bidang Penatagunaan dan Rehabilitasi Hutan, membawahkan : 1. Seksi Inventarisasi dan Tata Guna Hutan;

2. Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan; dan

3. Seksi Pembenihan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. d. Bidang Pemanfaatan dan Usaha Hasil Hutan, membawahkan :

1. Seksi Penatausahaan Hasil Hutan;

2. Seksi Pengembangan Usaha Hasil Hutan; dan

3. Seksi Pemanfaatan Kawasan dan Jasa Lingkungan. e. Bidang Pengamanan dan Penyuluhan, membawahkan :

(40)

2. Seksi Penyuluhan, Penelitian dan Pengembangan; dan 3. Seksi Perlindungan Hutan dan Lahan.

f. UPTD; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional. 1. Kepala Dinas

a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan kebijakan teknis operasional, melaksanakan kerja sama, mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan urusan pemerintah daerah bidang Tata Ruang dan Permukiman meliputi kesekretariatan, tata ruang, penataan prasarana permukiman, air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman, perumahan, dan bangunan, unit pelaksana teknis dinas serta kelompok jabatan fungsional.

 b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Kepala Dinas mempunyai fungsi : perumusan, pengaturan dan pelaksanaan kebijakan teknis operasional di bidang tata ruang dan  permukiman sesuai dengan kebijakan Nasional dan Provinsi;  pengkoordinasian, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan tugas-tugas yang meliputi kesekretariatan, tata ruang, penataan prasarana  permukiman, air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman,  perumahan, dan bangunan, unit pelaksana teknis dinas serta kelompok  jabatan fungsional; pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, sarana dan prasarana dinas; penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dinas; dan

(41)

 penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

c. Uraian Tugas Kepala Dinas adalah sebagai berikut: menyelenggarakan dan mengkoordinasikan penyusunan dan penetapan rencana kerja strategis (Renstra), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (TAPKIN), Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Pelayanan (SP) Dinas serta mengkoordinasikan kebutuhan data dan informasi bagi penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah, Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) dan dokumen-dokumen kinerja lainnya; menyelenggarkan koordinasi, memimpin, membina, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unsur pelaksana; memantau pelaksanaan tugas para bawahan melalui rapat-rapat intern dan petunjuk langsung untuk keterpaduan pelaksanaan tugas; menyelenggarakan pembinaan kepada para bawahan sesuai ketentuan kepegawaian untuk peningkatkan kualitas dan karier para bawahan; mendistribusikan tugas kepada para bawahan secara lisan maupun tertulis sesuai bidang tugas masing-masing; menyelenggarakan konsultasi tugas dengan pihak-pihak yang terkait baik teknis maupun administratif, untuk keserasian dan keharmonisan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas; mengendalikan pelaksanaan tugas para bawahan berdasarkan program kerja dinas; memeriksa konsep-konsep surat yang diajukan oleh bawahan

(42)

untuk ditandatangani; mengevaluasi pelaksanaan tugas para bawahan melalui penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan atau sasaran kinerja pegawai untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai  bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut; melaporkan pelaksanaan tugas dinas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada atasan; memberi saran dan pertimbangan kepada atasan yang menyangkut bidang tugas dinas; dan melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan atasan oleh sesuai tugas pokok dan fungsinya.

2. Sekretariat

a. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan  bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok merumuskan program kegiatan untuk pelayanan administrasi umum dan kepegawaian, administrasi keuangan serta perencanaan, evaluasi dan  pelaporan dinas.

 b. Sekretaris mempunyai fungsi : pengkoordinasian dalam penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan dinas; pengkoordinasian dalam  penyusunan program/rencana kerja dinas; pengkoordinasian  penyelenggaraan tugas-tugas dinas; penyelenggaraan dan pengendalian  pelaksanaan kegiatan administrasi umum dan kepegawaian meliputi  pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan, kepustakaan, kehumasan,  protokol, perlengkapan/aset, rumah tangga dinas dan mengkoordinasikan administrasi keuangan serta urusan perencanaan, evaluasi dan pelaporan;

Gambar

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Variabel (X) Koordinasi Pegawai
Tabel 4.3Tabel 4.3
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Variabel (Y)Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Variabel (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini pendekatan sosiologi yang akan digunakan yaitu sosiologi sastra Swingewood dalam Sociology of Literature dinyatakan bahwa terdapat hubungan

g). Membagi tugas kedinasan kepada bawahan; h). Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan; i).. pelaksanaan tugas kepada atasan; j). Melaksanakan tugas

Layanan PHP dari KdRT, Ruang Publik, SDKK yang Responsif Gender 7.00 Lembaga 550.000.000 (PN) Lembaga 2797.QMB Komunikasi Publik 5,00 1.623.000.000 6 Klasifikasi Rincian

 membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya, memberikan arahan dan petunjuk secara lisan maupun tertulis guna meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas;. 

memberi petunjuk para Kepala Seksi dan bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;h. menilai kinerja para Kepala Seksi

Membagi tugas dengan bawahan meyiapkan tempat pelaksanaan rapat Membagi tugas dengan bawahan menyiapkan spanduk kegiatan Membagi Tugas dengan bawahan membuat daftar hadir Membagi

Nama Obat Bahan Aktif Pabrik No. Batch ED No. Surat Keterangan 1 Aditrim tablet Sulfametoksazoel 400.. mg, Trimetoprim

Dan Zarathustra berjalan lebih jauh dan lebih dalam lagi, penuh dengan pikiran, melalui hutan- hutan dan meliwati rawa-rawa; tetapi, seperti yang terjadi pada