• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laboratorium Farmakognosi Laporan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laboratorium Farmakognosi Laporan 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM

OLEH : OLEH : NAMA

NAMA : : ARDIYAH ARDIYAH NURUL NURUL FITRI FITRI MARZAMANMARZAMAN NIM

NIM : : N11115319N11115319 KELOMPOK

KELOMPOK : : VII VII (TUJUH)(TUJUH) ASISTEN

ASISTEN : : MAHADIMAHADI

M A K A S S A R M A K A S S A R

2 0 1 6 2 0 1 6

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan sumber energy utama bagi tubuh dan juga sebagai bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan sebagai tempat untuk menyimpan kelebihan glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis dalam jangka waktu yang cukup panjang. Amilum berasal dari proses fotosintesis tumbuhan hijau dengan mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat dan hasil dari metabolisme turunan karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida yang dikatakan sebagai amilum.

Pati terususun dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin memberikan sifat lengket. Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air, sedangkan amilopektin adalah bagian dari pati yang tidak larut dalam air. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin akan berbeda-beda pada setiap produk pangan dan akan berpengaruh pada proses pencernaannya di dalam tubuh, dimana jika kandungan amilopektin dalam sebuah produk tinggi maka akan semakin mudah untuk dicerrna. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau

(3)

kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi.

Dalam bidang farmasi, amilum digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet, sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, dan bahan penghancur.

I.2. Maksud Dan Tujuan Percobaan I.2.1. Maksud

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan amilum dan cara mengidentifikasi amilum.

I.2.2. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan amilum

2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi amilum secara mikroskopik. I.3. Prinsip Percoban

1. Pembuatan amilum, dari sampel sagu (Metroxylon sagoo.) dengan menghaluskan sampel tersebut, disaring dan diendap tuangkan, ditambahkan etanol, lalu dikeringkan endapannya di dalam oven. 2. Identifikasi secara mikroskopik yaitu mengamti sampel ubi kayu

(Manihot utilisima) pada mikroskop dengan melarutkan sampel amilum dalam bentuk serbuk menggunakan aquadest dan diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan deck glass, amati dibawah mikroskop dengan melihat tipe amilum meliputi lamella dan hillus

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori umum

 Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum  juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (1).

 Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (1).

 Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20  –  28 %) dan sisanya amilopektin.

1) Amilosa : Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnyai menyerupai rantai terbuka.

(5)

2) Amilopektin : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (2).

Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (3)

Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan (4)

GAMBAR RUMUS STRUKTUR AMILOSA

(6)

Menurut banyaknya hilus dalam amilum, amilum dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Butir amilum tunggal: pada sebutir amilum terdapat sebuah hilus. b. Butir amilum setengah majemuk: terdapat dua hilus yang

masing-masing dikelilingi oleh lamella, tetapi kemudian terbentuk lagi lamella yang mengelilingi seluruhnya.

c. Butir amilum majemuk : tiap butir mempunyai lebih dari satu hilus dan hilus-hilus ini dikelilingi oleh lamella masing-masing (5).

Berdasarkan letak hilusnya, amilum dibedakan atas :

a. Amilum konsentris, yaitu amilum yang hilusnya berada di tengah. b. Amilum eksentris, yaitu amilum yang hilusnya berada di

pinggir/ tepi (5).

Lamela adalah lapisan pada amilum. Lamela terbentuk karena pemadatan molekul dan perbedaan kadar air pada awal pertumbuhan

(7)

amilum. Amilum merupakan salah satu bagian dari sel yang bersifat non protoplasmik yang ada di dalam plastida. Hilus atau hilum adalah titik permulaan (initial) terbentuknya amilum. (5)

Dalam mengidentifikasi amilum terdapat dua jenis metode yaitu metode kimiawi dan metode mikroskopik. Motode kimiawi digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya amilum pada suatu sampel dengan cara dipanaskan sampel yang telah di beri air agar larut sempurna kemudian beri iodine dan amati bila sampel berubah warna menjadi biru maka sampel tersebut positif mengandung amilum hal ini terjadi karna terdapat ikatan kompleks antara iodine dan amilum

Dalam metode mikroskopik sampel amilum di larutkan dengan aquades dan diamati dibawah mikroskop. Metode ini digunakan untuk memudahkan penelitian terhadap kegunaan amilum untuk farmasis dalam pembuatan komponen obat karena jenis-jenis amilum mempunyai standar yang berbeda.

Berikut ini gambar mikroskop dan bagian-bagiannya.

GAMBAR MIKROSKOP SERTA FUNGSI DARI SETIAP BAGIANNYA

(8)

II.2. Uraian Bahan 1. Aquadest (6)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Aquadest, Air suling RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat 2. Alkohol (6)

Nama resmi : AETHANOLUM Nama lain : Etanol / Alkohol RM/BM : C2H6

O/-Pemerian :Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang berasap.

Kegunaan : Untuk memurnikan amilum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat sejuk jauh dari nyala api.

II.3. Klasifikasi

1. Sagu (Metroxylon sagoo) (7) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida

(9)

Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Metroxylon

Spesies : Metroxylon sagoo Rottb. 2. Ubi kayu (Manihot utilisima) (7)

Kingdom :Plantae Divisi : Spermatophyta Class :Dicotyledoneae Ordo :Euphorbiales Famili :Euphorbiaceae Genus :Manihot

Species : Manihot utilisima

II. 4. Morfologi Sampel 1. Sagu (Metroxylon sagoo)

Tergolong tanaman monokotil, batangnya kasar, dan tidak bercabang. Daunnya merupakan daun majemuk, pelepah merupakan tempat tumbuh daun. Pertulangan daun menyirip (penninervis). Merupakan tumbuhan tidak berbunga. Batangnya merupakan tempat menyimpan cadangan makanan berupa pati atau amilum.

2. Ubi Kayu (Manihot utilissima)

Manihot utilissima (Ubi kayu), tergolong tumbuhan berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot utilissima mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun)

(10)

orbicularis (bulat), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas), dengan margo folii (tepi daun) palmatipartitus (berbagi menjari), apex folii (ujung daun) acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) emarginatus (berlekuk), nervatio (pertulangan daun) palminervis (menjari), permukaan daun laevis dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).

(11)

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat Dan Bahan III.1.1. Alat

 Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu baskom, batang pengaduk, blender, botol semprot, capor, deck glass, lap kasar, lap halus, kain saring, mangkok kaca, objek glass, pipet tetes, sendok tanduk, , dan tissue.

III.1.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu alkohol, aquadest, sagu, dan serbuk amilum manihot uttilisima.

III.2. Cara kerja

III.2.1. Pembuatan Amilum Sagu 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Sagu ditimbang seberat 200 gr

3. Setelah itu dilarutkan dengan aquades secukupnya menggunakan blender

4. Hasil larutan kemudian disaring. Hasil saringan dimasukkan di dalam baskom, sedangkan ampasnya dibuang.

5. Hasil saringan yang berada di dalam baskom, didiamkan hingga terbentuk endapan.

(12)

6. Apabila telah terbentuk endapan, airnya dibuang, dan endapannya dimasukkan kedalam mangkok kaca bening yang telah ditimbang bobotnya sebelumnya.

7. Setelah itu ditambahkan alkohol

8. Jika endapan telah terbentuk, kemudian dikeringkan di dalam oven. 9. Apabila telah kering, amilum ditimbang lagi.

III.2.2. Identifikasi Mikroskopik 1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dilarutkan serbuk amilum ubi kayu dengan aquadest 3. Diletakkan amilum di atas objek glass,

4. Ditutup dengan menggunakan deck glass.

5. Diamati hilus, lamella, beserta tipe amilumnya di bawah mikroskop. 6. Di dokumentasikan hasil yang di dapatkan

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Dapat dilihat bahwa letak hillus berada di tengah dan dikelilingi oleh lamella, sehingga dapat dikatakan amilum ini memiliki tipe amilum konsentris berdasarkan letak hillusnya.

Ket : Pengamatan mikroskopik sampel Ubi Kayu (Manihot Utilisima)

Ket: Proses Endap tuang Sampel Sagu (Metroxylon sagoo)

(14)

Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Ket : Endapan sampel Sagu (Metroxylon sagoo) yang telah ditambahkan etanol

Ket: Endapan Sampel Sagu (Metroxylon sagoo) yang telah kering Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Ket : Endapan sampel Sagu (Metroxylon sagoo) yang telah ditambahkan etanol

Ket: Penimbangan Sampel Sagu (Metroxylon sagoo) yang telah kering

(15)

IV.2 PEMBAHASAN

 Amilum merupakan senyawa karbohidrat yang tidak larut dalam air, merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Pati disusun dari dua macam karbohidrat, yaitu amilosa dan amilopektin.

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan dan pengamatan amilum. Pada proses pembuatan amilum sampel yang digunakan adalah sagu (Metroxylon sagoo) yang telah ditimbang sebanyak 200 gram.  Adapun tujuan dari penimbangan secara kuantitatif sampel adalah untuk mengetahui secara pasti berapa banyak amiilum yang dihasilkan berdasarkan berat sampel tersebut. Selain itu penimbangan juga dilakukan terhadap wadah yang ditempati oleh sampel untuk proses pengringan dalam oven, gunanya agar berat total sampel dapat dikurangkan dengan berat wadahnya sehingga yang di dapatkan benar-benar merupakan bobot dari amilum yang telah dibuat.

Metode yang dilakukan pada saat proses pembuatan amilum yaitu dengan menimbang 200 gram sampel sagu dan melarutkannya dengan aquades secukupnya dengan bantuan blender, kemudian setelah tercampur rata, larutan kemudian disaring menggunakan kain saring dengan wadah yaitu baskom. Peda saaat proses penyaringan selesai, filtrat yang di dadapatkan kemuadian di endapkan selama kurang lebih 10 menit untuk mendapatkan endapan yang dibutuhkan. Ketika endapan telah terbentuk, air yang tersisa kemudian dibuang. Setelah itu endapan kemuadian dipindahkan kedalam wadah bening yang telah ditimbang

(16)

beratnya sebelum sambil tetap memeprhatikan apakah sudah tidak ada air yang tersisa pada endapan. Endapan kemuadian ditambahkan dengan etanol guna untuk mempercepat proses penguapan air dan menjaga endapan agar terbebas dari bakteri-bakteri lainnya. Setelah itu endapan kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan. Setelah kering amilum kemudian ditimbang kembali, sehingga didapatkan hasil 14,7474 gram sebagai berat total yang dihasilkan dari pembuatan 200 gram sampel sagu. Dan dari amilum sagu yang telah kering didapatkan amilum yang berbentuk bulat.

Dalam proses pembuatan amilum dari sampel yang berbeda ada beberapa tujuan dari perlakuan-perlakuan yang diberikan, antara lain :

a. Diberikan Etanol

Rumus struktur etanol ialahC2H6O. Tujuan diberikan etanol pada sampel ialah untuk mempercepat proses penguapan air karena sifat etanol yang dapat mengikat air, dan sebagai pengawet pada sampel agar saat berada di oven tidak berjamur.

b. Diblender

Tujuan sampel diblender terlebih dahulu ialah agar memudahkan pada saat penyaringan dan dengan menambahkan air saat di blender amilum akan mudah di dapatkan dari padi pada jika tidak di beri air tentunya sampel akan berbentuk kental.

(17)

c. Disaring

Tujuan dari penyarungan ialah agar tidak ada unsure lain selain amilum yang terikut saat pembuatan amilum seperti ampas dari sampel.

d. Endap-Tuang

Endap tuang merupakan salah satu metode konvensional untuk mengambil endapan amilum dari hasil penyaringan dengan cara menunggu hingga amilum mengendap di dasar kemudian amilum diambil tanpa mengikut sertakan air hasl dari penyaringan.

Untuk pengamatan secara mikroskopik sampel yang digunakan adalah serbuk amilum ubi kayu (Manihot Uttilisima). Penggunaan sampel yang berbeda pada saat proses pembuatan dan pengamatan dengan mikroskop, dikarenakan waktu praktikum yang terbatas sehingga tidak memungkin untuk langsung mengamati sampel amilum yang dibuat karena proses pengeringan yang cukup lama. Pertama-tama amilum dilarutkan dengan aquadest, kemudian diletakkan diatas objek glass dengan bantuan pipit tetes kemudian ditutup menggunakan deck glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbedaran 40 sampai 100, dapat terlihat letak hillusnya berada ditengan dan dikelilingi oleh lamella yang menunjukkan bahwa amilum ini bertipe konsentris.

(18)

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan

Melalui praktikum yang telah di lakukan dapat diambil kesimpulan dari percobaan ini yaitu :

1. Pembuatan amilum sagu (Metroxylon sagoo) dilakukan dengan cara mencampurkan sagu (Metroxylon sagoo)  dengan aquadest kemudian disaring dan diendap tuangkan ditambahkan dengan alkohol. Setelah itu dikeringkan di dalam oven.

2. Pengidentifikasian secara mikroskopik dilakukan dengan cara mengamati amilum dibawah mikroskop untuk melihat hillus dan lamela dari amilum.

V.2. Saran

Sarannya agar percobaan-percobaan yang berikutnya lebih baik lagi dari percobaan ini, baik dari kelengkapan alat, bahan, dan lain sebagainya.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Penebar Swadaya : Jakarta

2. Poedjiadi. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press Jakarta

3. Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

4. Anwar, E. et al.2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom.Yogyakarta : Gajah Mada University Press

5. Mulyani, Sri. E.S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta. Penerbit Karnisius

6. Dirjen POM. 1979. “ Farmakope Indonesia Edisi III ” Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Gambar

GAMBAR RUMUS STRUKTUR AMILOSA
GAMBAR TIPE-TIPE AMILUM
GAMBAR MIKROSKOP SERTA FUNGSI DARI SETIAP BAGIANNYA

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk pengecilan ukuran menggunakan Crusher, alat pengeringan di laboratorium dengan oven, penimbangan

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji faktor suhu dalam ruang oven, ukuran partikel sampel, serta bentuk wadah / botol

Sampel limbah tromol (Tailing), dikeringkan selama tiga hari, kemudian diayak, selanjutnya dilakukan penimbangan dengan berat sampel 1,0 g, kemudian sampel dimasukkan labu

Uji Presisi. Uji presisi ini dilakukan dengan cara: 1) penimbangan berkali-kali berat sampel dan peralatan penelitian serta pengukuran absorbansi sampel maupun

Berat sampel yang digunakan adalah sebanyak 25 gram. Hasil penimbangan akhir adalah 102,4 gram, sedangkan berat labu dan keramik adalah 99,4 gram.Artinya, selisih

Simplisia yang menjadi sampel untuk penetapan kadar tanin ini adalah daun teh, yang dibuat ekstraknya terlebih dahulu dengan cara mendidihkan daun teh sebanyak 2 gram dalam air

memecahkan elmulasi pada suatu ekstrasi Labu erlenmeyer Wadah dari bahan kimia cair yang diguunakan untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan digunakan Labu ukur

Untuk menentukan massa jenis dari minyak kenanga dilakukan penimbangan minyak kenangan dan pengecekan volume ekstraksi 3 jam, setelah kedua data tersebut didapatkan makan nilai massa